Obstetri
Page 1
1. Pemeliharaan Kehamilan
Definisi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
USG
Laboratorium
Manajemen
Trimester I
a. Pemastian kehamilan
b. Pemastian intrauterin - hidup
c. Pemastian kehamilan tunggal/multipel
d. Pemastian usia kehamilan
e. Pemastian faktor risiko
f.
Trimester II
a. Skreening defek bumbung saraf (Neuro Tube Defect)
b. Skreening defek jantung
Trimester III
a. Evaluasi pertumbuhan janin
b. Evaluasi toleransi maternal
c. Evaluasi rute persalinan/kelahiran
d. Evaluasi fasilitas kelahiran/perawatan neonatal
Prognosis
Ketonuria
Muntah dan enek adalah bagian dari adaptasi/reaksi fisiologi kehamilan akibat
adanya pengaruh hormon kehamilan seperti : Progesteron, hCG dll.
Mola hidatidosa
Hipertiroid
Stress berat
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium :
Urinalisa lengkap
Gula darah
Elektrolit
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan elektrolit yang
memadai seperti : KaEN Mg 3, Trifuchsin dll.
Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit elektrolit
Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang
dikehendaki pasien (prinsip utama adalah pasien masih dapat makan) dengan
porsi seringan mungkin dan baru ditingkatkan bila pasien lebih segar/enak.
Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan
dengan porsi wajar (lebih baik lagi bila telah dibuktikan hasil laboratorium telah
normal) dan obat peroral telah diberikan beberapa saat sebelum infus dilepas.
Prognosis
Umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan
ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.
3. Abortus
Definisi
Abortus adalah istilah yang diberikan untuk semua kehamilan yang berakhir
sebelum periode viabilitas janin, yaitu yang berakhir sebelum berat janin 500
gram. Bila berat badan tidak diketahui, maka perkiraan lama kehamilan kurang
dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir normal
yang dapat dipakai.
Abortus iminens keadaan dimana perdarahan berasal dari intrauteri yang
timbul sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dengan atau tanpa kolik
uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa diatasi serviks.
Abortus insipiens keadaan perdarahan dari intrauteri yang terjadi dengan
dilatasi serviks kontinu dan progresif, tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
Abortus inkompletus keluarnya sebagian, tetapi tidak seluruh hasil konsepsi
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
Abortus kompletus keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu.
Abortus spontan pengeluaran hasil konsepsi tidak disengaja sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu.
Abortus diinduksi penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu. Dapat bersifat terapi atau non
terapi.
Abortus terapeutik penghentian kehamilan sebelum umur kehamilan lengkap
20 minggu karena indikasi yang diakui secara medis, dan dapat diterima secara
hukum.
Abortus habitualis terjadinya tiga atau lebih abortus spontan berturut-turut.
membantu
kemungkinan nir-
mudigah/blighted ovum.
Diagnosis
Pada keadaan iminens, tirah baring tidak memberikan hasil lebih baik (IA),
namun dianjurkan untuk membatasi aktivitas. Upayakan untuk meminimalkan
kemungkinan rangsangan prostaglandin. Tidak dianjurkan terapi dengan hormon
Estrogen dan Progesteron. Dapat diindikasikan sirklase serviks pada trimester
kedua untuk pasien dengan inkompetensia serviks.
Pada
keadaan
insipiens,
umumnya
harus
dirawat.
Karena
tidak
ada
Pada keadaan inkompletus, apabila bagian hasil konsepsi telah keluar atau
perdarahan menjadi berlebih, maka evakuasi hasil konsepsi segera diindikasikan
Hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi, bila perlu dilakukan laparotomi
eksplorasi, sampai pengangkatan rahim
4. Kehamilan Ektopik
Definisi
Pada wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid
yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan kehamilan ektopik
terganggu. Gambaran klinik kehamilan ektopik yang terganggu amat beragam.
Sekitar 1029% pasien yang pernah mengalami kehamilan ektopik, mempunyai
kemungkinan untuk terjadi lagi. Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien
dengan kehamilan ektopik mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya.
Diagnosis
Pada kehamilan ektopik belum terganggu, bila kantong gestasi tak lebih dari 3
cm, dapat dipertimbangkan terapi dengan MTX 50 mg/minggu yang dapat
diulang 1 minggu kemudian bila janin masih hidup. Pasien dapat berobat jalan
setelah mendapat informasi bahwa keberhasilan terapi medikamentosa hanya
85%. Bila ternyata tak terjadi ruptura, maka pasien dapat diminta kontrol tiap
minggu untuk USG dan pemeriksaan HCG. Bila terjadi tanda nyeri/abdomen akut
pasien harus segera di laparatomi.
5. Mola Hidatidosa dan Penyakit Trofoblas Ganas
Definisi
Penyakit trofoblas gestasional adalah proliferasi sel trofoblas yang berasal dari
kehamilan.
Prinsip Dasar
Penyakit trofoblas gestasional adalah suatu proliferasi sel trofoblas yang berasal
dari kehamilan. Penyakit ini banyak diderita oleh wanita usia reproduksi sehat,
sehingga
tujuan
penatalaksanaan
penyakit
trofoblas
gestasional
adalah
Molahidatidosa
Klasifikasi histologik :
Molahidatidosa
Mola destruent
Koriokarsinoma
Molahidatidosa
Pemeriksaan klinik :
Uterus membesar, umumnya uterus membesar lebih besar dari usia kehamilan.
Uterus lunak, kehamilan ini tidak disertai dengan janin atau selaput janin
(molahidatidosa komplit) tetapi dapat juga disertai dengan adanya janin atau
kantong janin (molahidatidosa parsial).
Pemeriksaan tambahan :
Kadar beta HCG yang menetap pada 2 kali pemeriksaan berturut-turut dengan
interval dua minggu
Kadar beta HCG diatas normal pada 14 minggu setelah tindakan evakuasi
Pembesaran uterus pasca evakuasi yang disertai dengan kadar beta HCG yang
tinggi
Perdarahan uterus pasca evakuasi dengan kadar beta HCG diatas normal
Diagnosis histologik :
karena
spesimen
pembedahan
histerektomi
atau
eksisi
lesi
metastasis.
Manajemen
Molahidatidosa
Pasca tindakan evakuasi, harus dilakukan pengamatan kadar beta HCG secara
periodik, pengamatan ini untuk mendiagnosis terjadinya penyakit trofoblas ganas
secara dini.
Klasifikasi FIGO
Stadium
Penyakit menyebar di luar uterus tetapi terbatas pada organ genitalia interna
metastasis ke paru dengan atau tanpa adanya penyakit pada genitalia interna
Sub-stadium
Faktor risiko
Pengobatan
Kemoterapi
Klasifikasi
Kemoterapi
Kemoterapi
Kemoterapi
Tunggal
Kombinasi ( 2 jenis )
Kombinasi (3 jenis )
Hammond
Nonmetastasis
Metastasis risiko
MTX+Act
rendah
MTX+VP16
D,
MAC, EMACO
Metastasis risiko
tinggi
FIGO
Stadium I
Stadium II
MTX+Act
Stadium III
MTX+VP16
D,
Stadium IV
MTX+Act
D,
MAC, EMACO
MTX+VP16
Pembedahan
6. Persalian Normal
Definisi
Persalinan pada presentasi belakang kepala dengan lama kala I antara 814 jam
dan berakhir dengan kelahiran bayi tanpa memerlukan bantuan alat (Vakum atau
Cunam).
Prinsip Dasar
Karena besarnya kesalahan menentukan fase laten maka sejak tahun 2001 tidak
dikenal lagi fase laten.
Ciri kala I adalah pembukaan > 3 cm, dengan atau tanpa his
7. Induksi Persalinan
Definisi
Upaya untuk melakukan inisiasi persalinan sebelum timbul secara spontan untuk
melahirkan janin-bayi dan plasenta.
Prinsip Dasar
Tujuannya karena ada ancaman untuk ibu atau janin, atau keduanya, apabila
kehamilan diteruskan, sehingga kelahiran janin-bayi dan plasenta lebih
menguntungkan (utamanya bagi ibu, idealnya bagi keduanya)
Laminaria
Folley catheter
Stripping
Medikamentosa
Oksitosin (1 8 miu/menit)
Prognosis
Sangat variatif
8. Infeksi Torch Dalam Kehamilan
Pencegahan Toksoplasmosis Kongenital
Definisi
Semakin muda usia kehamilan pada saat infeksi primer maka semakin kecil
kemungkinan transmisi vertikal namun semakin besar defek dan sebaliknya
semakin tua usia kehamilan maka semakin besar transmisi namun semakin kecil
defek bahkan mungkin subklinis
Umumnya menggunakan tes serologi (hanya berlaku pada ibu hamil dengan
imunokompeten)
Reaktivasi : bila terdapat peningkatan IgG dua kali lipat pada pemeriksaan
serologi dengan jarak 4 minggu
Infeksi strain lain bila ditemukan perbedaan beberapa band IgG pada
immunoblotting
Janin dikatakan terinfeksi bila pemeriksaan PCR, inokulasi cairan amnion pada
mencit (dari amniosintesis pada kehamilan 1620 minggu) menunjukan hasil +
Manajemen
Janin yang terinfeksi, pada masa neonatus hingga 1 tahun pertama pengobatan
diteruskan dengan pyrimetamine
Prognosis
Sangat bervariasi
Pencegahan Rubella kongenital
Definisi
Suatu upaya untuk mencegah terjadinya infeksi primer Rubella pada ibu hamil
sehingga tidak terjadi transmisi vertikal
Prinsip Dasar
Vaksinasi masa kanak-kanak dan pada masa remaja serta pra nikah adalah
pencegahan yang ideal karena imunitas akibat vaksinasi dapat bertahan hingga
10 tahun
Cacat yang ditimbulkan oleh rubella adalah definitif, maka pada infeksi primer
rubella pada kehamilan muda harus diberikan konselling yang mendalam
Diagnosis
Pada inefksi trimester 1 umumnya fatal, trimester 2 cukup berat dan setelah 20
minggu biasanya ringan
Pencegahan CMV kongenital
Definisi
Suatu upaya untuk mencegah terjadinya infeksi primer CMV pada ibu hamil
sehingga tidak terjadi transmisi vertikal
Prinsip Dasar
Tidak ada obat untuk CMV pada kehamilan karena efek toksis yang
diakibatkannya
Prognosis
Pada infeksi trimester 1 umumnya fatal, trimester 2 cukup berat dan setelah 20
minggu biasanya ringan
pada kehamilan
Diabetes melitus dengan kehamilan : dijumpainya kadar gula darah baik dalam
kehamilan maupun di luar kehamilan > 200 mg/dl
Prinsip Dasar
Kadar gula darah yang melebihi ambang batas normal dapat menyebabkan :
toksik terhadap sel endotel sehingga terjadi kerusakan sel endotel dan terjadi
hipoperfusi
yang
mengakibatkan
terjadinya
pertumbuhan
sehingga
jika
terhambat,
preeklampsia, IUFD.
toksik
terhadap
sel-sel
germinal
terjadi
pada
masa
Kadar gula yang terkontrol dalam batas normal (80120 mg) memberikan hasil
yang sama dengan populasi normal. Pengontrolan gula darah dalam kehamilan
harus sesegera mungkin baik dengan diit maupun insulin.
Diagnosis
HbA1C
Fungsi kardiovaskular
Upayakan kadar gula darah antara 80120 mg%, dan kadar HbA1C < 5,5% baik
dengan maupun tanpa insulin
PJT
Preeklampsia
Kelainan kongenital
Ketoasidosis
Kehamilan mengalami komplikasi akibat kanker serviks terjadi pada 1 dari 2000
3000 kehamilan.
Secara umum masalahnya tidak berbeda dengan kanker serviks pada umumnya.
menunjukkan
dipertimbangkan.
Pilihan terapi individualis tergantung pada stadium, ukuran lesi, keinginan pasien
akan kehamilan.
Manajemen
Pengobatan pembedahan
dilakukan
histerektomi total.
Pada trimester II lanjut atau trimester III : tunggu sampai janin viable : seksio
sesarea klasik dilanjutkan histerektomi radikal dan limfadenektomi atau radiasi.
Pada trimester II lanjut, atau III, tunggu sampai janin viable, lakukan seksio
sesarea klasik, dilanjutkan radiasi atau histerektomi radikal pada stadium yang
masih memungkinkan.
Radiasi
Janin viable pada trimester III, dilakukan seksio sesarea dilanjutkan radiasi .
Kejadian
Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah : torsi, ruptur, perdarahan atau infeksi.
Dapat terjadi abdomen akut, bahkan syok.
Manajemen
Bila proses kanker ovarium telah keluar dari ovarium, lakukan ooforektomi
bilateral dan histerektomi, salpingoooforektomi bilateral, dilanjutkan dengan
kemoterapi.
KANKER PAYUDARA DALAM KEHAMILAN
Definisi
Manajemen
Kehamilan berikut sebaiknya terjadi setelah 2 tahun terapi komplet. Karena pada
masa ini akan muncul progresifitas atau nyata remisi.
Dari semua leukemia 415 adalah leukemia akut, dengan usia rata - rata 28
tahun.
survival dengan
dan leukemia
Untuk orang dewasa dengan LLA , terapi standar adalah Prednison, Vincristine,
dan Daunorubisin.
efek kelahiran
prematur.
Untuk LMA, terapi induksi adalah Daunorubisin dan Cytarabin. Pemberian terapi
ini pada trimester pertama menunjukkan efek teratogenik yang bermakna.
Karena itu
Leukemia Kronik
Prinsip Dasar
Biasanya pada usia yang lebih tua, jadi lebih jarang terjadi pada perempuan
hamil.
Pednison tunggal
hingga
kehamilan
aterm.
Persalinan atau kelahiran pada pasien dengan riwayat kelahiran bayi melalui
insisi perut (laparotomi) dan insisi uterus (histerotomi). Luka sayat di perut dapat
transversal (Pfannenstiel) maupun vertikal (mediana); sedangkan di uterus dapat
transversal (SC Transperitonealis Profunda) maupun insisi vertikal (SC
klasik/corporal).
Prinsip Dasar
Keberhasilan partus percobaan per vaginam adalah 70 80% dan risiko ruptur
adalah 1%
Rumah sakit harus mampu melakukan seksio darurat dalam tempo 30 menit
setelah diduga ruptur
Diagnosis
Anamnesis
Manajemen
Pemeriksaan penunjang
Metode Morgan Thournau
Plasenta previa
Vasa previa
CPD/FPD
Panggul patologik
Presentasi abnormal
Kelainan letak
2 kali seksio
Hanya
dilakukan
apabila
akan
dilakukan
Penyulit
Perdarahan
Konseling
seksio
primer
atau
jika
Medika mentosa
Antibiotik
Analgetik
Ultrotonik
Anamnesis
Monitor proteinuria
Persalinan dan kelahiran sesuai indikasi obstetrik kecuali terjadi krisis hipertensi
Prognosis
Dijumpainya tekanan darah > 140/90 mmHg atau peningkatan diastolik > dengan
protein uria kurang dari 3g/24 jam.
Prinsip Dasar
Monitor proteinuria
Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diasnolis > 110 mmhg
Edema pulmonum
Trobosisfeni
Sudah terjadi endotel berat sehingga terjadi fasus fasme berat sehingga dapat
terjadi kelainan atau kerusakan multi organ.
Manajemen
Berikan MgSO4
Terminasi kehamilan adalah : terapi definitif, fariasi usia gestasi pada saat
pengakhiran kehamilan bergantung dari kemampuan masing-masing RS.
Prognosis
Pecahnya selaput ketuban (amnion dan khorion) tanpa diikuti persalinan pada
kehamilan aterm atau pecahnya ketuban pada kehamilan preterm.
Prinsip Dasar
Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk bergerak
sehingga tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan berkembangnya paru.
Air ketuban penting untuk menghilangkan friksi kinetik yang terjadi pada
persalinan akibat tidak bullet shape nya janin.
Klasifikasi :
o
Nitrazine tes
Fern tes
USG
Manajemen
Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu
Terapi antibiotik
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio infusi
Terapi antibiotik
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio infusi
Sedapat mungkin dipertahankan sampai 3335 minggu, jika tidak ada infeksi
Prognosis
Sangat variatif bergantung maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi, pada
usia kehamilan < 32 minggu semakin muda kelahiran semakin buruk
prognosisnya
Implantasi plasenta pada segmen bawah uterus, lebih rendah dari bagian
terbawah janin.
Prinsip Dasar
Etiologi masih belum diketahui, insiden meningkat sesuai usia, paritas, riwayat
seksio sesaria 1 kali 0.65%, 3 kali 2,2% dan 4 kali 10%.
Plasenta letak rendah terdapat pada 28% kehamilan < 24 minggu, karena
segmen bawah uterus belum terbentuk. Sesuai dengan membesarnya segmen
atas uterus dan terbentuknya segmen bawah uterus maka plasenta akan
berpindah posisinya ke atas (migrasi plasenta). Maka USG harus diulang pada
kehamilan 32 - 34 minggu.
Klasifikasi :
Plasenta letak rendah : plasenta pada segmen bawah uterus dengan tepi
tidak mencapai ostium internum.
Perdarahan vaginal merah terang tanpa disertai nyeri pada kehamilan trimester
II-III, puncak insiden pada kehamilan 34 minggu.
Malpresentasi
Terminasi per abdominam bila terjadi perdarahan per vaginam masif atau
mengancam keselamatan terutama ibu dan janin
Konservasi jika perdarahan sedikit, dan cari tanda infeksi di saluran kemih, cervix
dan vagina.
Desidua endometrium merupakan barier atau sawar untuk mencegah invasi villi
plasental ke miometrium uterus. Pada plasenta akreta, tidak terdapat desidua
basalis atau perkembangan tidak sempurna dari lapisan fibrinoid.
Jaringan ikat pada endometrium dapat merusak barier desidual, misalnya skar
uterus sebelumnya, kuretase traumatik, riwayat infeksi sebelumnya dan
multiparitas.
Klafisikasi :
o
Pada kala III persalinan plasenta belum lahir setelah 30 menit dan perdarahan
banyak, atau jika dibutuhkan manual plasenta dan sulit.
Manajemen
Jika tidak perlu preservasi uterus atau perdarahan banyak, histerektomi pilihan
terbaik.
Kuretase kavum uterus dan meninggalkan plasenta in situ pada kasus dengan
perdarahan tidak aktif
Pada kasus plasenta previa, tanpa invasi ke kandung kemih dapat dilakukan
tampon pada segmen bawah uterus 24 jam atau dengan folley kateter besar,
jahitan sirkular satu-satu segmen bawah uterus pada permukaan serosa uterus,
atau embolisasi pembuluh darah pelvik.
Prognosis
Pembuluh darah plasenta dari sirkulasi janin yang melintasi ostium internum
serviks.
Prinsip dasar
Palpasi pembuluh darah pada membran janin yang menonjol saat pemeriksaan
dalam.
Tes Apt
Manajemen
Lepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada dinding uterus
sebelum janin lahir.
Prinsip dasar
Insidennya meningkat berkaitan dengan usia ibu lanjut, multiparitas, riwayat syok
maternal, nutrisi buruk, hipertensi, korioamnionitis, dekompresi mendadak
setelah ketuban pecah pada uterus yang overdistensi seperti persalinan kembar
dan
polihidramnion,
trauma
abdomen,
versi
sefalik
eksternal,
plasenta
sirkumvalata, defisiensi asam folat, kompresi vena cava inferior dan antikoagulan
lupus. Pada pengguna rokok dan kokain nekrosis desidual pada tepi plasenta.
Risiko terjadinya syok hipovolemik, gagal ginjal akut, DIC, perdarahan pasca
bersalin dan perdarahan fetomaternal.
Klasifikasi :
Ringan
Berat : perdarahan vaginal banyak, ibu dalam kondisi pre syok syok, janin
dalam keadaan gawat atau sudah meninggal
Diagnosis
Gejala klinik : takikardia janin/IUFD, trias Virchows yaitu nyeri uterus fokal atau
umum, tonus meningkat, dan perdarahan vaginal (85%), 15 % pada tipe
concealed.
USG : membantu pada tipe concealed yaitu area sonolusen retroplasental, lokasi
plasenta untuk membedakan dengan plasenta previa.
Manajemen
Pada solusio berat evakuasi konsepsi segera dan hentikan perdarahan dengan
utero tonika, restitusi kekurangan faktor pembekuan atau jika diperlukan dapat
dilakukan histerektomi
Pada solusio ringan dapat dilakukan perawatan konservatif dan pematangan
paru hingga kehamilan 35 minggu dan evaluasi ketat jumlah perdarahan
retroplasenter
Prognosis
Komplikasi kala III persalinan dimana lahirnya sebagian plasenta diikuti lahirnya
sebagian maupun seluruh fundus uteri yang dapat mengakibatkan perdarahan
banyak dan syok pada ibu.
Prinsip dasar
Dapat juga disebabkan kesalahan manajemen kala III, manuver Crede, manual
plasenta yang terlalu cepat, tali pusat pendek dengan insersi fundal pada
plasenta, peningkatan tekanan intraabdominal dengan ralaksasi uterus.
Klasifikasi :
Reposisi uterus ke posisi normal secara manual tanpa melahirkan plasenta lebih
dahulu.
Jika reposisi secara manual gagal atau pada inversio uteri subkronik, dilakukan
laparotomi dengan teknik Haultain.
Prognosis
Separasi komplit dinding uterus pada kehamilan dengan atau tanpa ekspulsi
janin yang membahayakan ibu dan janin.
Prinsip Dasar
Klasifikasi :
o
Hipoksia atau gawat janin, perdarahan vaginal, nyeri abdominal dan perubahan
kontraktilitas uterus
Eksplorasi uterus
Manajemen
Histerektomi :
Repair uterus :
o
Keadaan dimana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah
janin lahir setelah ketuban pecah
Prinsip Dasar
Terjadi gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu
atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut
Sering ditemukan pada partus prematurus, letak lintang dan letak sungsang
Diagnosis
Pada periksa dalam : adanya tali pusat menumbung atau tali pusat terdepan,
pada umumnya diketahui setelah ketuban pecah
Periksa dalam wajib dilakukan pada ketuban pecah dengan bagian terbawah
janin belum masuk.
Manajemen
Reposisi tali pusat, pada posisi ibu ditidurkan dalam posisi Trendelenberg
22. Sungsang
Definisi
Jika tidak dijumpai penyebab difinitif sungsang dan telah dilakukan informkonsen
ke pasien maka dapat dicoba versi luar pada kehamilan 36 minggu (mencegah
komplikasi preterm dan dengan keberhasilan 40 - 60 %.
Pada primigravida yang tidak dapat di versi luar metode kelahiran terpilih adalah
seksio sesarea (2B)
23. Polihidramnion
Definisi
Suatu kondisi kehamilan dimana volume cairan amnion lebih dari 2000 ml.
Prinsip Dasar
Penyebab utama adalah adanya defek pada sirkulasi cairan amnion fetomaternal.
Terdapat defek pada plasenta, terutama bila plasenta besar dan edema.
Ketidak
mampuan
janin
untuk
menelan
cairan,
bila
terdapat
anomali
gastrointestinal dimana cairan tidak dapat masuk ke dalam traktus intestinal, atau
kerusakan otak dimana terjadi gangguan menyerap cairan pada sistem absorpsi
feto-maternal.
Bila keadaan pasien sesak dapat dilakukan abdominal parasintesis, tidak lebih
dari 500 cc/hari.
Penilaian secara seksama terhadap janin, plasenta dan tali pusat untuk
menyingkirkan adanya anomali.
Prognosis
Untuk janin, tergantung pada kelainan kongenital yang ada serta onset
hidramnion, makin dini makin buruk prognosis
24. Oligohidramnion
Definisi
Kejadian oligohidramnion lebih dini berakibat lebih berat terhadap janin. Adhesi
antara amnion dan janin menyebabkan pertumbuhan janin terjadi dan
abnormalitas cukup serius.
Bila diketahui pada kehamilan muda, efek terhadap janin lebih disebabkan akibat
efek penekanan seperti deformitas janin dan amputasi ekstremitas.
ginjal,
obstruksi
traktus
urinarius.
Insufisiensi
plasenta
dapat
Sering ditemukan janin dengan presentasi bokong, dengan posisi fleksi ekstrim
dan rapat.
Jika tanpa kelainan kongenital mayor dapat dicoba amnio infusi Pada umumnya
persalinan tidak berbeda bila janin dalam keadaan normal
Emboli paru adalah keadaan tersumbatnya arteri atau salah satu cabang arteri
diparu oleh thrombus, udara atau cairan amnion.
Prinsip Dasar
Sumbatan arteri diparu akan menyebabkan penurunan aliran darah pada bagian
distal sumbatan. Sumbatan ini akan menyebabkan beberapa kelainan antara lain
: penurunan sirkulasi melalui paru-paru sehingga aliran darah kesisi kiri jantung.
Gejala klinik yang timbul sangat tergantung pada luasnya daerah yang
mengalami ischaemia, bila sumbatan luas (60% dari pembuluh darah paru) akan
menyebabkan dilatasi ventrikel kanan disertai dengan pelebaran vena dan
peningkatan central venous pressure
tersebut.
Gejala
lain
diantaranya
gelisah,
pingsan,
kolaps
kardiovaskular.
Gejala klinik :
Diferensial Diagnosis
Terapi suportif
Terapi suportif
Emboli udara jarang terjadi, keadaan emboli udara dapat terjadi misalnya pada
persalinan, proses persalinan ini disertai dengan masuknya udara kedalam sinus
dari tempat implantasi plasenta.
Emboli Cairan Amnion
Emboli air ketuban jarang terjadi, umumnya bersifat fatal, sering merupakan
komplikasi persalinan.
Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika memungkinkan dapat dicoba
lahir pervaginam
Prognosis
Persalinan preterm ialah proses kelahiran pada ibu dengan usia gestasi < 37
minggu.
Prinsip Dasar
Pemberian kortikosteroid lebih dari 2 hari dan berulang ulang dapat memberi
risiko pertumbuhan bayi terhambat.
Diagnosis
Pengobatan
terhadap
cervicitis
dan
vaginitis
perlu
dilakukan
dengan
Manajemen
Setelah pemberian informed consent yang baik, cara persalinan dan kemampuan
klinik merawat preterm harus dipertimbangkan. Bila kehamilan > 35 minggu dan
presentasi kepala , maka persalinan pervaginam merupakan pilihan. Namun bila
kehamilan 32 - 35 minggu maka pertimbangan seksio sesarea menjadi pilihan.
Menjadi kesulitan pilihan bila bayi dengan berat lahir sangat rendah karena risiko
kematian tinggi (50%). Bila tidak ditemukan infeksi, maka upaya tokolisis dapat
dilakukan.
Persiapan untuk perawatan bayi kecil perlu dibahas dengan dokter anak, untuk
kemungkinan perawatan intensif. Bila ternyata bayi tidak mempunyai kesulitan
(minum, nafas, tanpa cacat) maka perawatan cara kanguru dapat diberikan agar
lama perawatan di rumah sakit dapat dikurangi.
Kehamilan 42 minggu lengkap atau 294 hari dari periode haid terakhir (280 hari
dari konsepsi)
Insiden :
Insidens
frekuensi
frekuensi
seksio
sesaria
elektif,
pemakaian
USG
untuk
Manajemen
Pemantauan fetus.
Induksi persalinan.
Tindakan ekstraksi kepala pada partus pervaginam dapat dilakukan dengan alat
vakum atau cunam atas suatu indikasi obstetric.
Prinsip Dasar
Umumnya tindakan dilakukan atas alasan kala 2 lama dan gawat janin.
(OR 1.7)
Syarat tindakan pada vakum dan forsep adalah sama : presentasi kepala,
kepala telah masuk panggul (Hodge III-IV/bidang +2), pembukaan lengkap,
ketuban telah pecah, posisi kepala jelas.
Diagnosis
Setelah bayi lahir nilai kondisi kepala dan bayi, juga penilaian, tindak lanjut pada
bayi : apakah ada cidera dan komplikasi pada ibu dan bayi.
Manajemen
Pada forsep yakinkan bahwa tindakan tersebut adalah forsep rendah, demikian
pula pada vakum. Saat ektraksi perhatikan bahwa kepala turun dengan mudah,
dan nilai beratnya tarikan.
Selama
tindakan upayakan dengar denyut jantung. Lamanya tindakan jangan lebih dari
20 menit karena morbiditas bayi aakn meningkat.
Bantuan resusitasi oleh tenaga atau tim yang terlatih pada sistem pernapasan
dan sirkulasi bayi lahir untuk melewati masa transisi dari fetus menjadi neonatus
dengan baik.
Prinsip Dasar
Identifikasi janin risiko tinggi dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan obstetrik.
Manajemen
Tahap awal
Manajemen suhu : segera setelah bayi lahir diletakkan dalam lingkungan dengan
lampu pemanas dan dikeringkan untuk mencegah kehilangan panas terutama
pada bayi preterm dan bayi hipoksia
Stimulasi taktil
Tahap ventilasi
Jika bayi bernapas spontan dan denyut jantung > 100x/m tapi masih sianotik
diberikan oksigen mengalir bebas yang dihangatkan.
Jika pernapasan bayi tidak teratur diberikan segera ventilasi tekanan positif
dengan oksigen 100% dengan tekanan tahap awal 40 cm H20 selanjutnya
diturunkan menjadi 29 cm H20. Dilakukan pemasangan selang nasogastrik untuk
dekompresi lambung.
Bila denyut jantung masih < 60 x/m setelah 15 - 30 detik pemberian ventilasi
tekanan positif, dilakukan intubasi dan kompresi dada.
Tahap medikasi
Medikasi diperlukan jika setelah ventilasi dan kompresi dada denyut jantung
masih bradikardi melalui vena umbulikalis, selang endotrakeal atau di bawah
kulit.
melalui selang
endotrakeal
Anamnesis/MMPI tes
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium
o
Antibiotik
Drainase
Laparotomi
Preparat Ergometrin/Oksitosin
Kuretase
Laparotomi
Antibiotik
Obat Antikoagulan
Antibiotik
Ambulasi Dini
Perdarahan Nifas
Definisi
Perdarahan nifas dini : perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan. Perdarahan nifas lanjut : perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
persalinan.
Prinsip Dasar
Anamnesis
Manajemen
Kuretase
Laparotomi
Prognosis
1. Gangguan Haid
Definisi
Gangguan haid (haid abnormal), dan perdarahan menyerupai haid pada interval
siklus haid normal (21-35 hari)
Bentuk :
o
Spotting
Penyebab :
Gangguan haid dapat disebabkan oleh kelainan organik maupun bukan kelainan
organik (fungsional).
o
adneksitis,
Ca
endometrium,
hipertensi,
vitium
kordis,
Anamnesis
Usia menars, konsumsi obat, cekaman, riwayat TBC.
Laboratorium
Darah perifer lengkap, kimia darah, T3 , T4, TSH, hemostasis.
A. Amenorea Primer
Pengertian
Anamnesis maupun pemeriksaan fisik dan ginekologik sama halnya seperti pada
amenorea
sekunder.
Namun
pada
amenorea
primer
harus
dilakukan
Pada wanita dengan jenis kariotip XX, maka penanganannya mirip dengan
penanganan wanita dengan amenorea sekunder, namun terdapat juga wanita
Diagnosis
Kelainan anatomik
Aplasia uterus dan vagina (Sindrom Mayer-Kustner-V Rokitansky)
Kelainan ini terjadi akibat tidak terbentuk kanalisasi alat genital. Introitus normal,
tetapi tidak terbentuk
hanya
berbentuk
Perlu
juga
dilakukan
pemeriksaan
USG
Gambaran klinis
Pertumbuhan payudara, vulva, rambut ketiak, dan pertumbuhan ala-alat tubuh
lainnya berada dalam batas normal. Analisa kromosom 46 XX. Pemeriksaan
Suhu Basal Badan (SBB) bifasik, dan hal ini menandakan fungsi ovarium baik.
Hampir pada setiap 2 dari wanita dengan kelainan ini ditemukan anomalia pada
ginjal dan ureter, sehingga perlu dilakukan pyelogram.
Diferensial Diagnosis
Sindroma Feminisasi testikuler
Manajemen
Vaginoplasti, konseling; tidak bisa hamil dan vagina akan dibuat saat menikah
(vaginoplasti).
Sindroma Adrenogenital (AGS)
Pengertian
Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering dari hermafroditismus feminismus,
yang diakibatkan oleh kerusakan pada sistim enzim suprarenal, sehingga terjadi
kekurangan produksi kortisol.
Akibat tidak ada kortisol, terjadi pengeluaran ACTH berlebihan, dan selanjutnya
ACTH akan merangsang suprarenal secara berlebihan. Kelenjar suprarenal
menjadi besar (hiperplasia), dan terbentuklah prekursor yang berlebihan.
Prekursor-prekursor ini akan di ubah menjadi androgen, pregnandiol dan
pregnantiol.
Diagnosis
Beratnya virilisasi sangat tergantung pada usia berapa kelainan ini muncul.Akibat
pengaruh anabolik dari androgen terjadi penutupan yang lebih cepat dari tulang
epifisis, sehingga si wanita tersebut kelihatan lebih kecil dari teman-temannya.
Pada bayi ditemukan pembesaran klitoris. Pada wanita yang lebih dewasa terjadi
amenorea, klitoris membesar, atrofi payudara, dan perubahan suara.
A. Uretra berada di vagina dan keluar melalui ujung klitoris, labia minora menyatu.
B. Pembesaran klitoris, muara vagina berada di sinus urogenitalis, muara uretra
Manajemen
Konseling
enzim yang tidak mungkin dapat diperbaiki. Bila produksi gonadotropin suatu
saat kelak normal, maka bisa saja wanita ini mendapat siklus haid normal,
bahkan dapat menjadi hamil. (tipe c)
Kelenjar kelamin adalah testis yang relatif normal dengan sel-sel sertoli dan selsel
Leydig,
tetapi
tanpa
spermatogenesis
(azoospermia).
Testis
juga
memproduksi estrogen, sehingga wanita ini sama seperti wanita normal, bahkan
tampak lebih canti, cocok untuk pramugari.
Diagnosis
Wanita dengan penampilan normal, cantik, datang dengan keluhan tidak pernah
haid
Payudara normal
Rambut ketiak, dan pubis tidak ada, atau sangat sedikit (hairless women)
Vagina tidak ada , atau jika ada terlihat pendek, namun introitus vagina normal
Aplasia uteri
Konseling
Karena wanita ini sudah merasakan dirinya sebagai wanita, maka tidak perlu
dilakukan tindakan apapun.
Dijumpai gonad yang rudimenter (tanpa folikel). Gonad terdiri hanya dari stroma
ovarium dan sel-sel hilus saja, sehingga tidak mampu memproduksi estrogen.
Organ genitalia interna dan eksterna tidak terbentuk. Ada 3 bentuk dari agenesis
gonad, yaitu :
1.
Ulrich -Turner Sindrom, agenesis gonad dengan tubuh kecil, anomalia pada
bagian tubuh tertentu.
2.
3.
Akibat tidak ada hormon estrogen, maka alat genitalia wanita tidak terbentuk,
atau hipoplasi. Wanita tersebut terlihat
bawah rambut pendek (pterigium kolli), torak yang menonjol, cubitus valgus
Kadang-kadang ditemukan osteoporosis. Rambut pubis dan ketiak sangat
sedikit. Anomalia lain yang dapat ditemukan adalah, anak lidah yang tertarik ke
dalam, spina bifida, aortaismusstenosa, naevus pikmentosus, garis tangan lurus.
atau
46/XY;barr body +) .
Keluhan yang muncul disebabkan karena tidak adanya estrogen. Uterus dan
payudara hipoplasia
Atipikal Turner sindrom
Pengertian
Analisa
kromosom didapatkan
Sel-sel hilus
Diagnosis
Hipo Agenesis Gonad
Pada wanita dewasa terlihat pendek, mengeluh tidak pernah haid, tampak
beberapa anomali pada tubuh.
Pada bayi wanita yang baru lahir terlihat edema pada kaki dan lengan.
B. Amenorea Sekunder
Prinsip Dasar
Wanita usia reproduksi yang pernah mengalami haid, namun haidnya berhenti
untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
penyakit, melainkan
Penyebab tidak munculnya haid dapat disebabkan oleh organ yang bertanggung
jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, dan proses pengeluaran darah
haid. Organ-organ tersebut adalah, (1) hipotalamus-hipofisis. Amenorea yang
terjadi adalah amenorea sentral (amenorea hipotalamik, amenorea hipofisis), (2)
ovarium (amenorea ovarium), (3) uterus (amenorea uteriner).
Amenorea sentral
Amenorea hipotalamik
Prinsip Dasar
Penyebab :
o
Organik :
Kraniofaringeal
Infeksi : meningoensefalitis
Kelainan bawaan : sindroma olfaktogenital.
Fungsional :
Paling sering ditemukan gangguan psikis. Terjadi gangguan pengeluaran GnRH, sehingga pengeluaran hormon gonadotropin berkurang. Sering dijumpai
pada pengungsi, wanita dalam penjara, perasaan takut/gelisah, stress.
Menolak untuk makan (gangguan makan), atau diet yang berlebihan , yang
dikenal dengan anoreksia nervosa. Hal ini dapat menyebabkan gangguan
psikis, neurotis, dan gangguan pada organ-organ tertentu, sehingga dapat
terjadi kerusakan organ (atrofi). Bentuk gangguan makan lain adalah Bulemia
Obat-obatan :
Penyebab
o
Gejala :
Biasanya baru muncul, bila dari adenohipofisis rusak, dan biasanya hampir
semua hormon yang diproduksi oleh adenohipofisis terganggu, sehingga terjadi:
amenorea, lemah otot, hipotermi, berkurangnya produksi air susu, tidak ada
rambut pubis/ketiak, gangguan libido, gejala hipoteroid.
Tumor hipofisis
Prinsip Dasar
Manajemen
Substitusi hormon yang kurang (FSH : LH), atau pemberian steroid seks secara
siklik
Pengangkatan tumor
Sindroma Amenorea Galaktorea
Prinsip Dasar
Kerja
PIF dihambat
oleh
obat-obat
tertentu,
seperti
penotiazine,
Hiperprolaktinemia
dan
hiperandrogenemia
dapat
menyebabkan
osteoporosis
Simptom :
o
Dijumpai kadar prolaktin yang tinggi di dalam serum (normal 5-25 ng/ml).
Pemeriksaan darah sebaiknya dilakukan antara jam 8-10 pagi. Kadar prolaktin >
50 ng/ml, perlu dipikirkan adanya prolaktinnoma.
oleh
prolaktinoma, atau oleh penyebab yang lain, dapat dilakukan uji provokasi atau
untuk mengetahui apakah operasi prolaktinoma berhasil atau tidak. Kadangkadang dengan CT scan pun mikroadenoma tidak dapat ditemukan. Berikut ini
beberapa uji provokasi : (pilih satu)
Uji dengan TSH (berikan terapi sulih hormon)
TSH diberikan intravena dengan dosis antara 100-500 ug. 15-25 menit kemudian
terjadi peningkatan prolaktin serum. Pada wanita yang tidak menderita
prolaktinoma terjadi peningkatan prolaktin 4 - 14 kali harga normal,sedangkan
wanita dengan prolaktinoma pemberian TSH tidak dijumpai perubahan kadar
Prolaktin serum.
Uji dengan Cimetidine (Tagamet)
Cimetidine adalah histamin-reseptor antagonis. Pemberian 200 mg intravena
terjadi peningkatan prolaktin serum, dan mencapai maksimum 15-20 menit
setelah suntikan. Pada penderita prolaktinoma, uji ini tidak meningkatkan
prolaktin serum.
Uji dengan Domperidon (Motillium)
Pemberian 10 mg intravena meningkatakan kadar prolaktin serum 8-11 kali nilai
normal. Pada penderita prolaktinoma tidak dijumpai peningkatan prolaktin serum.
Uji Provokasi
Prolaktinom
Kadar PRL
Uji TSH tidak meningkat
Uji Cimetidine tidak meningkat
Uji Domperidon tidak meningkat
Tanpa Prolaktinom
Kadar PRL
Meningkat 4 - 14 kali
Meningkat dari kadar normal
Meningkat 8 - 11 kali mulai normal
Manajemen
Obat yang paling banyak digunakan untuk menurunkan kadar prolaktin adalah
bromokriptin. Dosis obat sangat tergantung dari kadar prolaktin yang ditemukan
saat itu. Kadar prolaktin 25 - 40 ng/ml, dosis bromikriptin cukup 1 x 2,5 mg/hari,
sedangkan kadar prolaktin serum > 50 ng/ml, diperlukan dosis 2 x 2,5 mg/hari.
Efek samping yang sering adalah mual, serta hipotensi (pusing). Apakah dosis
yang diberikan telah efektif, sangat tergantung dari kadar prolaktim serum.
Setiap selesai satu bulan pengobatan, kadar prolaktin serum harus diperiksa.
Jangan sampai kadar prolaktin berada di bawah nilai normal, karena dapat
teratur.
Hormon
estrogen
yang
tinggi
dalam
kehamilan
dapat
Kedua ovarium tidak terbentuk, atau hipoplasia, seperti pada sindroma turner,
atau ke dua ovarium masih ada, namun tidak ditemukan folikel (menopause
prekok) atau folikel tersedia, namun resisten terhadap gonadotropin (sindroma
ovarium resisten gonadotropin).
Pasien umumnya infertil, dan meskipun masih ada folikel, tetap tidak bereaksi
terhadap pemberian gonadotropin.
Untuk menekan sekresi FSH dan dapat diberikan estrogen dan progesteron, atau
estrogen saja secara siklik.
Selain itu untuk menekan sekresi FSH dan LH yang berlebihan dapat juga
diberikan Gn-RH analog selama 6 bulan. Pada menopause prekok maupun
sindroma ovarium resisten gonadotropin, steroid seks diberikan sampai terjadi
haid. Kemungkinan menjadi hamil sangat kecil.
Tumor ovarium
Pengertian
Tumor ovarium yang tidak memproduksi hormon. Tumor jenis ini merusak
seluruh jaringan ovarium.
Tumor
yang
memproduksi
estrogen.
Sebenarnya
jarang
ditemukan
Jenis hormon
androgen
androgen
androgen
androgen
androgen
androgen
androgen
estrogen
Usia
20 - 40
30 - 70
25 - 35
40
11 - 40
3 - 40
10 - 30
Keganasan
100%
100%
jarang
jarang
jarang
100%
100%
25%
Bilateral
jarang
10 - 15%
jarang
jarang
jarang
15%
35 - 40%
Amenorea Uteriner
Prinsip Dasar
Aplasia uteri. Uterus dan endometrium tidak ada (amenorea uteriner primer)
Endometrium ada dan normal, tetapi tidak bereaksi sama sekali terhadap
hormon.
Manajemen
Amenorea
amenorea.
Khusus
mengenai
beberapa
kelainan
yang
Anamnesis
Usia menars. Gangguan psikis, aktivitas fisik berlebihan, menderita penyakit DM,
penyakit lever atau riwayat penyakit lever, gagguan tiroid (riwayat operasi),
penembahan, atau pengurangan berat badan, sedang atau riwayat penggunaan
obat psikofarmaka, obat-obat penurunan/penambahan berat badan, obat - obat
tradisional, frekuensi seksual.
Pemeriksaan fisik
Berat badan, tinggi badan, pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut pubis
dan ketiak, perut membesar, akne, seborrhoe, pembesaran klitoris, deformitas
torak.
Pemeriksaan
ginekologik
singkirkan
kehamilan,
pemeriksaan
genitalia
interna/eksterna.
Uji Progesteron
Uji progestogen positif :
Bagi wanita yang belum menginginkan anak, cukup diberikan P dari hari ke
16 sampai hari ke 25 siklus haid. Pengobatan berlangsung selama 3 siklus
berturut-turut. Setelah itu dilihat , apakah siklus haid menjadi normal kembali,
atau tidak. Kalau masih belum terjadi juga siklus haid normal, maka
pengobatan dilanjutkan lagi, sampai terjadi siklus haid yang normal lagi.
Wanita dengan uji P negatif, dilakukan uji estrogen dan progesteron (Uji E+P)
Diberikan estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21
diberikan progesteron 5-10 mg/hari. Jenis estrogen seperti etinilestradiol (50
ug), estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625 mg). Paling
sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Uji E+P dikatakan
positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan bila
tidak terjadi perdarahan, uji E+P dikatakan negatif, yang artinya ada
gangguan di uterus (Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal.
pRL
Selanjutnya
perlu
dilakukan
biopsi
ovarium
per
Laparoskopi. Bila hasil hormon FSH dan LH sangat rendah, maka perlu
dilakukan uji stimulasi dengan HMG (Uji HMG) untuk memicu fungsi ovarium.
Ovarium yang normal akan memproduksi E, yang dapat diperiksa melalui
urine atau darah (Uji HMG+).
Uji HMG positif
Ovarium tidak memiliki folikel, atau memiliki folikel, tetapi tidak sensitif
terhadap gonadotropin, seperti pada kasus sindroma ovarium resisten.
Bila ditemukan kadar FSH dan LH normal sampai rendah , maka perlu di
periksa PRL. Kadar serum PRL melebihi kadar normal, termasuk kasus
dengan hiperprolaktin Pemeriksaan radiologik dapat atau tidak ditemukan
tumor hipofisis (Prolaktinom). Diagnosis wanita ini adalah amenorea
hiperprolaktinemia, dan bila ditemukan tumor hipofisis, maka penyebabnya
mikro pada makro-prolatinoma, sedangkan yang tanpa tumor hipofisis,
penyebabnya tidak diketahui. Kadar PRL, FSH dan LH normal, (amenorea
normoprolaktin), maka tindakan
dengan klomifen sitrat (uji klomifen). Klomifen di berikan 100 mg/hari, selama
5 - 10 hari. Uji klomifen dikatakan +, bila selama penggunaan klomifen di
jumpai penigkatan FSH dan LH serum
Pada wanita dengan uji P+ terjadi perdarahan, dan terjadi peningkatan kadar
serum progesteron (Ovulasi +)
Pada uji klomifen negatif, dapat dilakukan uji stimulasi dengan LH-RH (uji LHRH). Uji ini untuk mengetahui fungsi parsial adenohipofisis, apakah sel - sel
yang memproduksi FSH dan LH mampu mengeluarkan FSH dan LH, bila
diberikan LH-RH dari luar. LH-RH diberikan dengan dosis 25-100 ug,
intravena. Tiga puluh menit setelah pemberian LH-RH, dilakukan pengukuran
kadar LH dan FSH plasma.
Uji
Pemeriksaan FSH, LH, PRL serum, dan bila normal, maka diagnosisnya adalah
normogonadotrop amenorea, dengan penyebabnya defek endometrium
(aplasia uteri, sindroma Asherman, TBC).
Prinsip Dasar
Perdarahan
dengan
perdarahan
interval
abnormal,
dengan
intensitas
Anovulasi
Tujuannya
adalah
menghentikan
perdarahan
akut;
dilanjutkan
dengan
pengaturan siklus haid, sampai terjadi ovulasi spontan, dan sampai persyaratan
untuk induksi ovulasi tercapai.
Perdarahan akut - Hb< 8 gr%. Perbaiki keadaan umum (transfusi darah). Berikan
sediaan estrogen-progesteron kombinasi. 17 beta estradiol 2x2 mg, atau
estrogen equin konyugasi 2x1,25 mg, atau estropipate 1x1,25 mg , dengan
noretisteron 2x5 mg, didrogesteron 2x10mg atau MPA 2x10 mg. Pemberian
cukup 3 hari saja. Yang paling mudah adalah pemberian pil kontrasepsi
kombinasi, juga 3 hari saja.
siklus
cukup
pemberian
progesteron,
1x10
mg
(MPA,
Wanita dengan faktor risiko keganasan (obesitas, DM, hipertensi) perlu dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi.
SBB, sitologi vagina, analisa hormonal FSH, LH, PRL, E2 dan P (bila mungkin).
Manajemen
Pada pertengahan siklus - berikan 17 beta eastradiol 1x2 mg, atau estrogen
konyugasi 1x1,25 mg, atau estropipate 1,25 mg, hari ke 10-ke 15 siklus.
Pada postmenstrual spotting - berikan 17 beta estradiol 1x2 mg, atau estrogen
equin konyugasi, atau estropipate, 1x1,25 mg, hari ke 2 - ke 8 siklus.
PUD pada usia ini umumnya terjadi pada siklus anovulatorik, yaitu sebanyak 95 98%.
Namun andaikata terpaksa dan perlu diobati, misalnya terjadi gangguan psikis,
atau permintaan pasien, maka dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi
nonsteroid, atau asam traneksamat. Pemberian E+P, kontrasepsi hormonal, GnRH analog (agonis/antagonis) hanya bila dengan obat-obat di atas tidak
memberikan hasil.
Pada PUD perimenars akut, maka penanganannya seperti pada PUD usia
reproduksi, dan pengaturan siklus juga seperti pada PUD usia reproduksi.
Pemeriksaan hormonal
FSH yang tinggi, berarti usia perimenopause, E2 yang tinggi, berarti terjadi
penebalan endometrium.
Bila keadaan akut, setelah keadaan akut diatasi, lakukan tindakan operatif
(apabila disertai dengan kelainan organiknya).
Pada keadaan akut yang disebabkan non organik, lakukan tindakan seperti pada
PUD usia perimenars. Pengaturan siklus juga seperti pada PUD usia reproduksi.
Setelah keadaan akut dapat diatasi perlu dilakukan dilatasi kuretase (D/K). Pada
wanita yang menolak dilakukan D/K, dapat dilakukan USG endometrium, dan bila
ketebalan endometrium > 4 - 6 mm, menandakan adanya hiperplasia, tetap
diperlukan D/K.
normal . Apabila tidak ditemukan hiperplasia lagi, cukup pemberian MPA 3x10
mg, 2x/minggu. Tidak sembuh, atau muncul
bulan), atau penghambat enzim; dan diperlukan observasi ketat, dan D/K perlu
diulang.
Bila hasil D/K tidak ditemukan hiperplasia, maka dilakukan pengaturan siklus,
dengan E dan P, seperti pada PUD usia reproduksi
Metroragia
Definisi
Penyebab :
o
D&K
Sesuai hasil PA
Perlu di bedakan antara ovarium polikistik (OPK), tanpa sindrom; dan sindrom
ovarium polikistik (SOPK).
Prinsip Dasar
USG dan atau laparoskopi merupakan alat utama untuk diagnosis. Dengan USG,
hampir 95 % diagnosis dapat dibuat. Terlihat gambaran seperti roda pedati, atau
folikel - folikel kecil berdiameter 7 - 10 mm. Baik dengan USG, maupun dengan
laparoskopi, ke dua, atau salah satu ovarium pasti membesar.
Kadar T yang tinggi selalu berasal dari ovarium (> 1,5 ng/ml), sedangkan kadar
DHEAS yang tinggi selalu berasal dari suprarenal (> 5 - 7ng/ml).
Estrogen sintetik memicu sintesis SHBG di hati, dan SHBG ini akan mengikat
lebih banyak lagi testosteron dalam darah.
Pada wanita dengan hirsutismus lebih efektif pemberian anti
SPA diberikan 1 - 2 tahun. Bila ternyata hirsustismus tetap juga tidak hilang,
maka perlu dipikirkan adanya kelainan kongenital adrenal. Di anjurkan untuk
pemeriksaan
hormon
17
alfa
hidroksiprogesteron.
Kadar
yang
tinggi,
Dewasa ini mulai di gunakan Gn-RH Analog (agonis atau antagonis) untuk
menekan fungsi ovarium
Pengobatan pada wanita yang ingin anak
Dewasa ini tindakan pembedahan reseksi baji tidak dilakukan lagi. Dengan
berkembangnya laparoskopi, dapat dilakukan drilling pada ovarium. Tujuannya
untuk mengeluarkan cairan folikel yang banyak mengandung T. Jumlah lubang
lebih kurang 10 buah.
3. Menopause
Definisi
Pramenopause - masa antara usai 40 tahun dan dimulainya siklus haid tidak
teratur, terkadang ada menoragia dan dismenorea; disertai atau tidak disertai
keluhan vasomotorik, atau keluhan premenstrual sindrom (PMS); dengan kadar
FSH, dan E normal atau meninggi.
Anamnesis - haid tidak teratur, atau tidak haid sama sekali. Bila ternyata keluhan
sudah ada, sebelum wanita memasuki usia menopause, maka perlu di pikirkan
penyebab lain.
Keluhan klimakterik :
o
Namun terdapat wanita yang tidak terdapat keluhan, tetapi jangka panjang
akan terkena osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, strok,
demensia, kanker usus besar.
Laboratorium :
o
o Pra dan perimenopause - periksa FSH, LH, dan E2 pada hari ke 3 siklus
haid. Kadar hormon tersebut sangat bervariasi.
Beberapa catatan :
o
Kadang - kadang pada awal klimakterium dijumpai FSH tinggi, dan E juga
tinggi. Keluhan vasomotorik banyak dijumpai pada kadar E tinggi.
Pengobatannya jangan diberikan E, tetapi cukup P saja.
Bisa juga dijumpai FSH dan E normal, namun wanita ada keluhan. Pada
keadaan seperti ini dianjurkan pemeriksaan T3, T4, dan TSH, karena baik
hiper, maupun hipoteriod menimbulkan keluhan mirip dengan keluhan
klimakterik. Bila ternyata pemeriksaannya normal, maka kemungkinan besar
adanya fluktuasi E dalam darah. Pada wanita ini dapat dicoba pemberian
TSH untuk satu bulan, dan kemudian dihentikan. Ditanyakan apakah keluhan
hilang atau tidak. Bila keluhan hilang dan muncul lagi, maka sebenarnya
kadar E wanita tersebut saat itu rendah; wanita tersebut telah memasuki usia
perimenopause, namun setelah TSH dihentikan dan keluhan tidak muncul
lagi, berarti kadar E telah normal kembali diproduksi di ovarium, dan wanita
tersebut belum menopause.
Manajemen
Prinsip Dasar
Wanita pasca menopause yang masih ingin haid, TSH diberikan sekuensial.
Wanita pasca menopause yang tidak inginkan haid, TSH diberikan secara
kontinyus.
Pada wanita dengan risiko atau dengan kanker payudara diberikan SERM
(Raloksifen).
Bila telah di anggap perlu pemberian TSH, maka jelaskan kepada wanita tersebut
kegunaan TSH, seperti menghilangkan keluhan klimakterik, dan dapat mencegah
patah tulang, penyakit jantung karoner, strok, demensia, kanker usus besar, dan
mencegah gigi rontok. Kepada wanita yang tidak ada keluhan, TSH diberikan
untuk pencegahan. Jelaskan, bahwa TSH harus digunakan jangka panjang, yaitu
5 - 10 tahun, bahkan untuk sisa hidup wanita. Perlu diterangkan tentang efek
samping TSH, seperti perdarahan, gemuk, risiko kanker payudara.
Pemeriksaan fisik dan ginekologik - tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
palpasi payudara, dan kelenjar tiroid. Pemeriksaan genitalia eksterna dan
interna, dan bila perlu lakukan pap smir dan USG sebelumnya.
Laboratorium, kimia darah, hanya bila ada indikasi, seperti penyakit lever, atau
ginjal
Sedang/dugaan hamil
Porfiria
Tromboemboli/tromboplibitis aktif
Hiperlipidemia heriditer
wanita perimenopause.
Setelah satu bulan : wanita diminta datang : diukur tekanan darah, berat badan.
Ditanyakan tentang keluhan, apakah hilang/tidak. Efek samping TSH. Keluhan
vasomotorik umumnya hilang setelah satu bulan TSH, sedangkan keluhankeluhan lain, baru akan hilang setelah 6 bulan TSH. Bila keluhan vasomotorik
tidak hilang :
o
Wanita di minta datang rutin setiap 6 bulan. Di ukur tekanan darah, berat badan,
keluhan, efek samping TSH. Pemeriksaan ginekologik (pap smir). Pemeriksaan
kimia darah hanya atas indikasi.
Tidak perlu, cukup dilihat dan dipantau dari keluhan pasien saja.
Namun apabila belum memberkan hasil yang diharapkan, seperti pada gangguan
resorpsi, perlu dipertimbangkan untuk memeriksa kadar serum hormon tersebut.
Yang diperiksa hanya 17 beta estradiol, sedangkan jenis estrogen lain seperti
estrogen konyugasi, estriol, atau mikornized estrogen tidak dapat dicacah oleh
alat pencacah. Perlu juga diingat, bahwa kadar E dalam darah setiap individu
sangat fluktuatif. Untuk memeriksa estrogen jenis ini diperlukan spesial KIT.
Darah diambil 2-5 jam setelah pemberian secara oral . Bila di jumpai kadar E 200
pg/ml dan keluhan tetap ada, berarti dosi E berlebihan, sedangkan bila dosis E <
50 pg/ml dan keluhan belum hilang, berarti dosis E rendah, dan disini terjadi
gangguan pada resorbsi dan metabolisme E.
Estrogen alamiah : 17 beta Estradiol (1-2 mg/hari), estradiol valerat (1-2 mg/hari,
estropipate (0,625-1,25 mg/hari), estrogen equin konyugasi
(0,3mg - 0,625
Cara Pemberian
Transdermal berupa plester (koyok), atau krem yang dioles di tangan: Diberikan
pada wanita dengan : Penyakit hati , batu empedu, darah tinggi, kencing manis.
Implan atau suntikan sangat jarang digunakan. Pada wanita yang masih memiliki
uterus mudah terjadi perdarahan (hipermenorea).
Nyeri payudara - akibat dosis E atau dosis P tinggi. Turunkan terlebih dahulu
dosis E. Bila masih tetap nyeri, maka turunkan dosis P. Masih juga nyeri, tetapi
tidak menggganggu, TSH diteruskan. Tidak ada perubahan, ganti dengan sistim
Perdarahan : Hal ini juga membuat kepatuhan wanita menjadi rendah. Pada
pemberian sequensial selalu terjadi perdarahan lucut, dan ini hal normal. Namun
bila pada hari ke 8 atau ke 10 pengambilan E/P terjadi perdarahan, maka diatasi
dengan penambahan dosis P. Bila perdarahan lucut yang terjadi banyak
(hipermenorea), dan memanjang, hal ini disebabkan oleh dosis E tinggi, dosis P
rendah. Diatasi dengan menurunkan dosis E, dan menaikkan dosis P, dan bila
juga tidak berhasil, maka dipikirkan adanya kelainan organik di uterus, sehingga
perlu dilakukan D&K. Selanjutnya jangan diberikan TSH seqquensial lagi, dan
diganti dengan TSH kontinyus.
Setiap keluhan yang pertama kali muncul pada saat menopause, kemungkinan
besar karena kekurangan E.
4. Osteoporosis
Definisi
Pengeroposan tulang, tulang menjadi tipis, rapuh dan keropos, serta mudah
patah
Diagnosis
Merokok, Nullipara
CT-Scan
Rontgen
Pada wanita yang tidak ada keluhan; TSH untuk pencegahan, dan TSH
merupakan pilihan utama.
Pada wanita dengan keluhan nyeri tulang; hilangkan nyeri terlebih dahulu (obat,
korset). Setelah itu baru diberikan TSH.
Pada wanita yang tidak boleh diberikan TSH, maka diberikan alendronat atau
bifosfonat.
5. Hirsutisme
Definisi
daerah tertentu,
seperti di atas bibir, dagu, torak, linea alba, dan bagian dalam dari paha.
Penyebab :
o
Penyebab obat
o
Dipenilhidantoin,
Streptomisin,
Penisillinamin,
Diaksoksid,
Menoksidil,
Definisi :
Diferensiasi primer atau sekunder genitalia eksterna wanita dan bentuk tubuh ke
arah genitalia atau bentuk tubuh laki-laki (Maskulinisasi). Hirsutismus dapat
menjadi bagian dari gejala virilisasi.
Gambaran virilisasi :
Hipertrikosis
Definisi :
Terjadi akibat adanya penyaki-penyakit tertentu atau akibat efek samping suatu
obat pada tubuh wanita tersebut. Androgen sama sekali tidak punya peranan.
Penyebab hipertrikosis, adalah sebagai berikut :
Diagnosis
Tampilan klinis
Anamnesis
Hipertiroid
Hiperprolaktinemia.
akne,
seborrhoe,
alopezia,
gangguan
libido
(pasca
Pengaruh lain dari androgen : kulit dan rambut berminyak, ketombe, alopezia,
akne di muka dan punggung.
Pemeriksaan laboratorium
Apakah siklus berovulasi? Buktikan dengan SBB, atau sitologi vagina, atau
pemeriksaan progesterone serum. Apakah terdapat amenorea (lihat penanganan
amenorea), atau adakah SPOK (lihat penanganan SPOK).
Dugaan
hiperkortisol
(konsul
ke
penyakit
dalam)
atau
uji
dengan
menggunakan obat-obat
6. Gangguan Pubertas
Pubertas prekoks
Definisi
diketahui
penyebabnya
(idiopatik),
sedangkan
sisanya
dapat
Tumor ovarium yang menghasilkan hormon (tumor sel teka, granulosa sel
tumor, disgermenoma).
Gangguan
suprarenal
Adenoma,
karsinoma
suprarenal,
dapat
pada pubertas
prekok idiopatik
Bila wanita tersebut telah mencapai usia 18 tahun, namun belum juga mendapat
haid, maka perlu mendapat perhatian khusus. Pertumbuhan terlambat.
Kalau pemeriksaan kromosom dengan uji LH-RH normal, maka perlu dipikirkan
adanya hipotiroid dan defisiensi hormon pertumbuhan (STH).
Untuk hipotorid perlu dilakukan uji TRH dan untuk defisiensi hormon
pertumbuhan perlu dilakukan uji dengan arginin atau insulin (perlu kerja sama
dengan penyakit dalam).
Manajemen
kekurangan estrogen.
Prinsip Dasar
fibrinogen
dan
faktor
VII,
menurunkan
vWF, menurunkan
SERM (Raloksifen) merupakan TSH pada wanita dengan risiko kanker payudara.
Penggunaan SERM menyebabkan vagina kering, gangguan tidur, gejolak panas
(hot flushes) dan meningkatkan risiko VTE.
Diagnosis
Pasien yang memerlukan TSH harus sangat selektif, dan diberikan penjelasan
kerugian mengenai VTE.
stroke, penyakit jantung dan thrombosis, kiranya sangat tidak layak dan
mempunyai risiko besar.
Manajemen
Kejadian kanker payudara antara yang menggunakan TSH dengan yang tidak
menggunakan secara statistik tidak berbeda bermakna.
8. Infertilitas
Definisi
Faktor penyebab biasanya adalah : suami 40%, isteri 40%, suami dan isteri 20%.
Merujuk pasien ke tempat yang mempunyai fasilitas yang lebih baik, atau
menghentikan pemeriksaan dan pengobatan (sesuai dengan fasilitas yang
dimiliki, dan kemampuan finansial pasien), apabila dalam 2 tahun, paling lama 3
tahun pengobatan tidak membuahkan hasil kehamilan.
Faktor penyebab utama antara lain : analisis mani yang buruk, hormonal
termasuk endometriosis, infeksi, dengan segala dampaknya, seperti oklusi tuba,
dan perlekatan genitalia interna.
Prognosis bergantung faktor penyebab, lama kawin, dan lama usaha untuk
mendapatkan kehamilan.
Diagnosis
Suami :
Analisis mani.
Isteri :
Pemeriksaan histerosalpingografi.
genitalia
(al
miomektomi,
kistektomi,
salpingo-pelviolisis),
dan
9. Endometriosis
Definisi
Penyebab :
o
Namun
dalam
suatu
hal
para
ahli
sepakat,
bahwa
pertumbuhan
Diagnosis
Gejala :
Nyeri pelvik hebat pada saat haid. Datangnya menjelang haid, dan mencapai
puncaknya hari 1 dan 2 haid. Nyeri pelvik kronik baik siklik, maupun asiklik
hampir 70 - 80% disebabkan oleh endometriosis. Selain nyeri pelvik, dapat juga
muncul nyeri sanggama, premestrual spotting, nyeri berkemih dengan/tanpa
darah dalam urin, nyeri defikasi dengan/tanpa darah, nyeri dada,, nyeri kepala,
dan muntah darah. Sering dijumpai abortus berulang. Prinsipnya, setiap nyeri
yang berhubungan dengan siklus haid perlu diduga adanya endometriosis.
Pemeriksaan fisik :
Nyeri pada tang belakang, nyeri ketok pada ginjal, berat badan, tinggi badan,
tanda - tanda maskulinisasi/verilisasi, pertumbuhan payudara, pertumbuhan
rambut pubis dan ketiak.
Pemeriksaan ginekologik :
Inspekulo : lihat apakah ada lesi endometriosis di porsio, dan bila perlu
kolposkopi, juga lesi di forniks posterior, vagina.
Perabaan uterus : dugaan mioma uteri (tidak nyeri), dugaan adenomiosis (nyeri).
Apakah satu atau kedua ovarium membesar dan nyeri pada penekanan. Apakah
terdapat nyeri tekan daerah Cavum Douglasi dan ligamentum sakro uterina.
Pada dugaan endometriosis harus selalu dilakukan colok rektal untuk meraba
adanya lesi endometriosis di Cavum Douglasi dan lig-sakrouterina. Yang
terpenting adalah untuk mengetahui adanya lesi rektovaginal.
Pemeriksaan tambahan :
Ultrasonografi
Laparoskopi
Manajemen
Bila lesi telah dapat di eliminasi semua, maka apakah perlu dilanjutkan
lagi dengan hormonal, masih terjadi silang pendapat. Sebagian ahli
memberikan progesteron seperti MPA 3 x 10mg/hari, atau Danazol 3 x
200 mg/hari, selama 6 bulan. Pada wanita ingin anak dapat dilanjutkan
langsung dengan penanganan infertilitas (tanpa perlu pengobatan
dengan Progesteron)
Kauterisasi lesi, atau vaporisasi dengan laser, dan bila setelah tindakan
wanita mengeluh nyeri kembali, perlu diberikan analgetika/antiprostaglandin.
Progesteron juga memiliki anti prosta-glandin, namun harus diberikan dosis
tinggi (2 x 50mg), selama 6 bulan. Pada wanita yang ingin anak dapat
dilanjutkan lagi dengan penanganan infertilitas.
Pada saat laparoskopi, dilakukan aspirasi kista atau lesi endometriosis dan
biopsi dinding kista (terutama pada wanita infertilitas), kemudian tindakan
dihentikan. Berikan pengobatan hormonal 6 bulan. Tujuannya untuk
mengurangi proses imflamasi dan proses vaskularisasi pada ovarium,
sehingga kista tidak mudah pecah, mudah mengupasnya, jumlah perdarahan
sedikit, kerusakan pada jaringan ovarium menjadi minimal. Jenis sedian
hormonal yang dipilih adalah Gn-RH analog, atau Danazol, lama pemberian
adalah 6 bulan. Setelah pengobatan hormonal selesai, baru dilakukan
tindakan pembedahan. Setelah tindakan pembedahan, dilanjutkan lagi
dengan terapi hormonal seperti semula.
Atau, pada saat laparoskopi langsung dilakukan pengangkatan kista dan baru
kemudian diberikan terapi hormonal 6 bulan.
Bila dilakukan USG dan diyakini adanya kista coklat, pada wanita infertilitas
dilakukan terlebih dahulu pengobatan hormonal 6 bulan dan baru kemudian
Endometriosis tersembunyi
o
Pada wanita usia muda yang terbaik tetap dilakukan laparoskopi. Namun
kadang-kadang dapat diberikan pil kontrasepsi kombinasi atau tablet
progesterone pada wanita muda yang tidak mau dilakukan laparoskopi.
Lesi rektovaginal : berikan terapi dengan Gn-RH analog 6 bulan, dan baru
kemudian dilakukan tindakan operatif (laparoskopi Operatif).
Prinsip Dasar Penggunaan Gn-RH Analog
Pada pemberian Gn-RH agonis terjadi perdarahan (flare up) beberapa hari
setelah suntikan pertama.
Prinsip Dasar
Rekurensi tinggi.
Anamnesis
Diagnosis
USG
Laparoskopi
MRI
Manajemen
Kurang memuaskan
10. Kontrasepsi
Definisi
Kontrasepsi ialah alat untuk mencegah terjadinya kehamilan, baik yang bersifat
sementara maupun yang permanen.
Prinsip Dasar
dapat dipercaya
mudah pelaksaannya
mudah harganya
metoda kontrasepsi
Disebut
juga
metoda
pantang
berkala,
adalah
suatu
metoda
untuk
Yang umum dipakai saat ini ialah kondom, diafragma, dan spermisida.
Kontrasepsi Oral
Yang umum dipakai saat ini ialah pil kombinasi, mini pil, dan pil pasca sanggama.
Kandungan estrogen dalam pil biasanya menghambat ovulasi dan menekan
perkembangan ovum yang dibuahi. Mungkin juga dapat menghambat implantasi.
Sedangkan komponen progestin akan mengentalkan lendir serviks sehingga
akan mencegah sperma masuk. Hormon ini juga mencegah konsepsi dengan
cara memperlambat transportasi ovum disamping menghambat ovulasi.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Dewasa ini AKDR yang tersedia berupa : inert, mengandung tembaga, dan
mengandung hormon steroid.
Melalui tabung silastik, zat kontrasepsi dilepaskan ke dalam tubuh dalam takaran
yang relatif rendah secara berkesinambungan. Lokasi pemasangan umumnya
pada lengan atas melalui suatu tindakan operasi kecil.
Kontrasepsi Mantap
Merupakan metoda yang permanen, tergolong aman dan relatif bebas efek
samping. Dilakukan dengan cara membuat oklusi pada vas deferens pria atau
tuba falloppii wanita.
Pemeriksaan USG obtstetri sebaiknya dilakukan dengan peralatan USG realtime; dapat menggunakan cara transabdominal dan/atau transvaginal. Frekuensi
gelombang ultrasonik yang digunakan pada transduser (probe) sebaiknya
disesuaikan dengan keperluan.
Pemeriksaan USG terhadap janin hanya dilakukan bilamana ada alasan medik
yang jelas.
Pada pasien yang gemuk dapat digunakan transduser dengan frekuensi yang
lebih rendah agar diperoleh kedalaman penetrasi yang mencukupi. Pemeriksaan
transvaginal biasanya dilakukan dengan menggunakan frekuensi 5 7,5 MHz.
Dokumentasi :
o Agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien, maka
setiap pemeriksaan USG harus disertai dengan dokumentasi yang
memadai.
o Dokumentasi tersebut sebaiknya merupakan bentuk rekaman permanen
(cetakan, foto, video, dsb) mengenai gambaran USG, mencakup parameterparameter ukuran dan hasil-hasil temuan anatomi. Pada dokumentasi
gambaran USG sebaiknya dicantumkan tanggal pemeriksaan, identitas
pasien, dan jika ada, dicantumkan juga orientasi dari gambaran USG.
o Laporan hasil pemeriksaan USG sebaiknya dimasukkan ke dalam catatan
medik pasien.
o Penyimpanan hasil pemeriksaan USG harus konsisten dengan keperluan
klinik dan berkaitan dengan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan
setempat yang berlaku.
Diagosis
Trimester I :
maka
jika
mungkin
pemeriksaan
dilanjutkan
dengan
cara
o CRL merupakan indikator yang lebih akurat dari diameter kantung gestasi
untuk menentukan usia gestasi. Jika mudigah tidak terdeteksi, evaluasi adanya yolk sac di dalam kantung gestasi. Dalam keadaan demikian,
penentuan usia gestasi didasarkan atas ukuran diameter rata - rata kantung
gestasi, atau morfologi dan isi dari kantung gestasi.
o Gambaran definitif kantung gestasi didasarkan atas terlihatnya yolk sac dan
mudigah. Jika struktur embrionik tersebut tidak terlihat, maka diagnosis
definitif kantung gestasi harus dilakukan hati-hati. Pada kehamilan ektopik,
kadang - kadang terlihat cairan yang terkumpul di dalam kavum uteri dan
memberikan gambaran kantung gestasi palsu (pseudogestational sac).
o Pada akhir trimester I, diameter biparietal dan ukuran - ukuran janin lainnya
dapat digunakan untuk menentukan usia gestasi.
o Ada-tidaknya aktivitas jantung mudigah/janin harus dilaporkan.
o Diagnosis aktivitas jantung hanya bisa ditentukan dengan USG real-time.
o Dengan pemeriksaan transvaginal, denyut jantung harus bisa dilihat bila CRL
sudah mencapai 5 mm atau lebih. Jika terlihat mudigah kurang dari 5 mm
yang belum menunjukkan aktivitas jantung, harus dilakukan follow-up untuk
mengevaluasi tanda kehidupan.
o Jumlah janin harus dicatat.
o Kehamilan multipel dilaporkan hanya atas dasar jumlah mudigah yang lebih
dari 1. Kadang-kadang pada awal masa kehamilan terlihat struktur
menyerupai kantung yang jumlahnya lebih dari 1 dan secara keliru dianggap
sebagai kehamilan multipel, padahal sebenarnya berasal dari fusi selaput
amnion dan korion yang tidak sempurna, atau perdarahan subkorionik.
o Evaluasi uterus, struktur adneksa, dan kavum Douglasi.
o Pemeriksaan ini berguna untuk memperoleh temuan tambahan yang
mempunyai arti klinis penting. Jika terlihat suatu mioma uteri atau massa di
adneksa, maka lokasi dan ukurannya harus dicatat. Kavum Douglasi harus
dievaluasi untuk melihat ada-tidaknya cairan. Jika terlihat cairan di daerah
kavum Douglasi, cari kemungkinan adanya cairan di tempat lain, seperti di
daerah abdomen dan rongga subhepatik.
o Kadang - kadang sulit membedakan kehamilan normal dari kehamilan
abnormal dan kehamilan ektopik. Pada keadaan ini pemeriksaan kadar
hormon (misalnya HCG) di dalam serum ibu serta hubungannya dengan
gambaran USG bisa membantu diagnosis.
Trimester II dan III :
Lokasi plasenta pada kehamilan muda seringkali berbeda dengan lokasi pada
saat persalinan.
Kandung kemih yang terlampau penuh atau kontraksi segmen bawah uterus
dapat memberikan gambaran yang salah dari plasenta previa.
Penentuan usia gestasi harus dilakukan pada saat pemeriksaan USG per-tama
kali, dengan menggunakan kombinasi ukuran kepala seperti DBP atau lingkar
kepala, dan ukuran ekstremitas seperti panjang femur.
Pengukuran pada kehamilan trimester III tidak akurat untuk menentukan usia
gestasi. Jika sebelumnya sudah dilakukan 1 kali atau lebih pemeriksaan USG,
maka usia gestasi pada pemeriksaan sekarang harus didasarkan atas hasil
pemeriksaan CRL, DBP, lingkar kepala, dan/atau panjang femur yang paling
awal dilakukan sebelumnya, oleh karena hasilnya akan lebih akurat. Dengan
demikian usia gestasi sekarang = usia gestasi pada pemeriksaan pertama +
interval waktu (minggu) sampai pemeriksaan sekarang.
Pengukuran bagian - bagian struktur tubuh janin yang abnormal (seperti kepala
pada janin hidrosefalus atau ekstremitas pada janin dengan displasia skeletal)
tidak boleh digunakan untuk penghitungan usia kehamilan.
Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada bidang yang sama seperti pada
pengukuran DBP. Pengukuran dilakukan melalui permukaan luar tulang kepala.
Panjang femur harus diukur dan dicatat secara rutin setelah kehamil-an 14
minggu.
Seperti halnya ukuran kepala, panjang femur juga mempunyai variasi biologik
tertentu pada kehamilan lanjut.
Prakiraan berat janin harus ditentukan pada akhir trimester II dan trimester III,
dan memerlukan pengukuran lingkar abdomen.
Pemeriksaan
ini
berguna
untuk
memperoleh
temuan
tambahan
yang
mempunyai arti klinis penting. Jika terlihat suatu mioma uteri atau massa
adneksa, catat lokasi dan ukurannya. Ovarium ibu seringkali tidak bisa
ditemukan dalam pemeriksaan USG pada trimester II dan III. Pemeriksaan cara
transvaginal atau transperineal berguna untuk mengevaluasi serviks, bila pada
cara pemeriksaan transabdominal letak kepala janin menghalangi pemeriksaan
serviks.
Meskipun tidak perlu dibatasi, pemeriksaan USG paling tidak harus meliputi
penilaian anatomi janin seperti : ventrikel serebri, fossa posterior (termasuk
hemisfer serebri dan sisterna magna), four-chamber view jantung (termasuk
posisinya di dalam toraks), spina, lambung, ginjal, kandung kemih, insersi tali
pusat janin dan keutuhan dinding depan abdomen. Jika posisi janin
memungkinkan, lakukan juga pemeriksaan terhadap bagian-bagian janin
lainnya.
Dalam prakteknya tidak semua kelainan sistem organ tersebut di atas dapat
dideteksi melalui pemeriksaan USG.
Pemeriksaan yang lebih seksama harus dilakukan terhadap suatu organ yang
diduga mempunyai kelainan.
Indikasi
Prakiraan usia gestasi dengan pemeriksaan USG untuk memastikan saat yang
tepat melakukan tindakan seksio sesarea elektif, induksi partus, atau terminasi
kehamilan elektif.
Evaluasi pertumbuhan janin pada pasien yang mengalami insufisiensi uteroplasenta (seperti pada preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal
kronik, atau diabetes mellitus berat), atau komplikasi kehamilan lainnya yang
menyebabkan malnutrisi janin (pertumbuhan janin terhambat, makrosomia).
Penentuan presentasi janin, jika bagian terrendah janin pada masa persalin-an
tidak dapat dipastikan .
Terdapat perbedaan antara besar uterus dan usia kehamilan secara klinis.
Prakiraan berat janin dan/atau presentasi janin pada ketuban pecah atau
persalinan prematur.
Sehingga suatu laparoskopi operatif hanya merupakan suatu akses masuk alat
yang minimal ke rongga peritoneum melalui beberapa tusukan trokar, tetap
operasi dapat maksimal dan radikal.
Manajemen
Turunnya alat genital akibat hilangnya penunjang anatomi dari diaphragma pelvis
dan atau vagina.
Prinsip Dasar
Berbagai faktor risiko seperti : usia lanjut, defisiensi estrogen, trauma persalinan,
genetik dan peningkatan tekanan intra abdomen kronik merupakan faktor
predisposisi dalam hal hilangnya penunjang anatomi dari diafragma pelvis dan
atau vagina, hanya prolaps genital yang menyebabkan simptom subjektif
seharusnya dipertimbangkan untuk diobati, dan dikenal dengan berbagai kondisi
seperti :
Sistokel
Rektokel
Enterokel
Prolaps uterus
Prolaps vaginal
Klasifikasi :
o
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Urin sisa :
Mengevaluasi masalah-masalah dalam pengosongan kandung kemih
Tes provokasi :
Mengevaluasi stres inkontinensia serta mengobservasi meatus eksternal,
sementara pasien batuk dengan kondisi kandung kemih penuh.
Tes pengganti :
Mengevaluasi stress inkontinensia laten serta mengobservasi meatus
eksternal dengan prolaps yang direduksi dengan suatu spekulum atau
pesarium, sementara pasien tersebut batuk dengan kondisi kandung kemih
penuh. Seorang pasien dapat membiarkan pesarium di tempat selama 1
minggu atau lebih, agar memungkinkan pasien mengalami stres inkontinens
potensial yang merupakan konsekuensi dari repair vagina.
Tekanan urethra :
Urethra pressure profile sebaiknya dibuat dalam kasus inkontinensia.
Tekanan penutupan yang sangat lambat (< 20 cm H2O) dapat punya arti
penting dalam memutuskan atas prosedur bedah.
Pesarium
Ukuran pesarium harus benar. Apabila terlalu kecil, alat ini dapat terlepas.
Pembedahan
JENIS
Sistokel/Rektokel dan Prolaps Uteri :
Prolaps Uteri yang berat :
TINDAKAN
Prosedur Manchester (Fothergill)
Histerektomi Vagina (fiksasi
Elongatio serviks :
Kolporafi Anterior
Kolporafi Posterior
Operasi untuk Enterokel
Kolpoperineorafi
Fiksasi sakrospinosus atau kolpokleisis
Prosedur LeForts
Sistokel :
Rektokel :
Enterokel :
Badan perineal sempit :
Prolaps vagina :
Prolaps uteri total :
Prolaps genital tanpa stres inkontinensia atau stres inkontinensia laten : Defek
genital harus diperbaiki.
Prolaps genital
inkontinens sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama ketika perbaikan genital
(prosedur Burch atau prosedur Sling).
Follow-up pasca operasi
Tidak ada upaya fisik dan hubungan intim selama 6 minggu pertama.
Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkontrol dimana secara
objektif dapat terlihat dan merupakan masalah sosial atau higienis.
Prinsip Dasar
Tekanan kandung kemih meningkat melewati tekanan leher kandung kemih dan
uretra
Klasifikasi :
Urge incontinence : adalah keluarnya urin yang tidak terkontrol terkait dengan
hasrat berkemih yang kuat.
Overflow incontinence : ialah keluarnya urin yang tidak terkontrol, yang terkait
dengan pengelembungan yang berlebihan dari kandung kemih.
Pasien
seharusnya
membuat
catatan
harian
berkemih.
Keluarnya
urin
seharusnya ditampung dengan tes pad selama 24 jam yang sama. Aktifitas fisik
yang terkait dengan leakage tersebut seharusnya dicatat. Sudah ada rekam
medis. Dilakukan pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan celup urin dan kultur
urin. Jadi keluhan berkemih
pemeriksaan urodinamik.
Bila terdapat hanya stres inkontinens berdasarkan anamnesis, maka jumlah urin
yang keluar dalam ukuran gram dicatat dengan mempergunakan sebuah stress
tett yang standar (misalnya, 20 lompatan di tempat, dengan 300 ml volume
kandung kemih). Kekuatan otot dasar panggul, kepekaan perineum dan refleks
anokutan dievaluasi. Sebelum pengobatan operatif flowmetry dilakukan dan urin
sisa diukur. Tiga profil tekanan urethra dicatat, sedangkan rata-rata tekanan
urethral maksimum, tekanan kandung kemih dan tekanan penutup juga dicatat.
dilakukan
untuk
genuine
stress
incontinence.
Cystourethrometry
mempergunakan
spekulum
yang
mengimbangi
sistokel
tanpa
Manajemen
Latihan otot - otot pelvic floor yang diawasi oleh dokter ahli fisioterapi yang
kompeten.
Electrostimulation : Durasi yang panjang (6 - 8 jam) atau maksimal (20 menit) 3 6 bulan (25 - 50 Hz).
oleh
operator
yang
kurang
berpengalaman
karena
suatu
Electrostimulation maksimal 20 menit minimum sekali seminggu dan sekurang kurangnya 10 kali (5 - 10 Hz).
Incontinence pads.
Nasehat
Follow Up
Prognosis
Sangat bergantung kepada ketepatan diagnosis dan pemilihan jenis operasi dan
pengalaman operatornya.
Tumor jinak otot polos uterus yang dilipat oleh psendo capsul, yang berasal dari
sel otot polos yang imatur
Prinsip Dasar
Pemeriksaan USG
Manajemen
Konservatif (miomektomi)
Histerektomi
Pengamatan saja
Umur pasien
Fungsi reproduksi
Prognosis
KISTA OVARIUM
Definisi
3. Non fungsional
b. Padat
Diagnosis
Gejala :
Gejala yang timbul tergantung besar tumor, lokasi dan adanya komplikasi.
Umumnya tidak menimbulkan gejala.
Gejala yang timbul dan patognomonik adalah :
Pembesaran perut
Perdarahan (jarang)
Pemeriksaan
o
Pemerikasaan USG
Laparoskopi
Manajemen
FNAB (fine needle aspiration biopsy) pada kelenjar inguinal yang dicurigai
Radiologi
Foto thorak
Laboratorium
o
Darah lengkap, tes fungsi ginjal, tes fungsi lever, tes gula darah.
Terapi
: ekspektatif
VIN I / II simptomatik
Bila kelenjar getah bening tidak dapat direseksi, tetapi tumor primer
dapat
Bila vulva dan kelenjar getah bening tidak dapat direseksi, terapi khemoradiasi setelah pembedahan.
BUTIR PENTING
o
Bila berkaitan dengan VIN luas atau distrofi vulva atau suspek lesi multifokal,
vulvektomi radikal lebih dipilih daripada eksisi radikal.
KANKER VAGINA
Stadium berdasarkan FIGO
Diagnosis
(lihat pada kanker serviks)
Terapi
Stadium I
Kanker vagina sepertiga distal, stadiumnya sama dengan bila lesi di dua pertiga
atas.
sebab itu apabila sepertiga distal vagina terlibat, maka kelenjar inguinal dan
femoral pun mempunyai risiko penyebaran.
Pembedahan
Tergantung individual.
Tumor divagina bagian atas meluas ke serviks, dapat diterapi sebagai kanker
serviks.
KANKER SERVIKS
Prinsip dasar
Penanganan kanker serviks dibagi menjadi 3 kelompok yaitu lesi prekanker dan
preinvasif, kanker invasif dan residif. Cara diagnosis dan terapi disesuaikan
dengan perkembangan saat ini, fasilitas yang tersedia dan keadaan pasien.
Kanker Serviks Preklinik/Preinvasif
Definisi
NIS III, atau displasia berat. Secara biologik dengan karsinoma insitu tidak
ada perbedaan.
Derajat
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
Pap
Derajat
Normal
Inflamasi
Displasia
Displasia
Karsinoma
Ringan
Berat -
-Displasia
Karsinoma
Sedang
NIS I - NIS II
insitu
Displasia
Normal
Atipik
NIS
Karsinoma
Koilositosis
NIS III
Sistem
Batas
Perubahan
Lesi derajat
Lesi derajat
Bethesda
normal
seluler jinak
rendah Lesi
tinggi
ASCUS
derajat tinggi
Karsinoma
Diagnosis
Pemeriksaan tes Pap merupakan cara efektif untuk mendeteksi NIS. Bila tes
Pap abnormal selanjutnya dilakukan pemeriksaan kolposkopi. Bila gambaran
abnormal berupa atipia, displasia ringan/infeksi (pemeriksaan sekret vagina)
maka infeksi diobati dahulu dan tes Pap diulang 2 minggu kemudian.
o
Kalau
gambaran
kolposkopi
abnormal
tidak
memuaskan,
sitologi
Fase Laten
o Fase Klinik
Ulang Sitologi
Negatif
> ASC
HPV
Ulang Sitologi @4-6bln
Positif HPV
Negatif
Risiko tinggi
Ulang
Sitologi
@ 12 bln
Negatif
> ASC
Kolposkopi
LIS/Kanker
HPV negative
HPV positif
Manajemen
Sesuai panduan
Ulang Sitologi
Sitologi @ 6-12bln
@ 12 bln
Segera Kolposkopi
Ulang Sitologi
( 1 minggu setelah terapi )
Negatif
> ASC
Ulang Sitologi
@ 4-6 bln
Negatif
> ASC
KOLPOSKOPI
Skrining Rutin
Manajemen Wanita dengan hasil Tes Pap
AGC ( Atypical Glandular Cells )
Semua kategori
Sampling endometrial
Invasif
Rujuk Onkologi
Ginekologi
Tes Pap
Tes Pap
AGC-NOS
Konisasi
Neoplasia
Manajemen
Ulang Sitologi
ASC/LIS-DR
Kolposkopi
sesuai panduan
Konisasi
Pemeriksaan Kolpsokopi
Kolposkopi memuaskan dan lesi teridentifikasi
LIS/ Kanker
Negatif
Ulang Kolpsokopi
Skriniing Rutin
Kolposkopi memuaskan
Biopsi
atau LIS-DR
LIS-DT
Biopsi
sesuai
LIS
DR/DT
Review
Manajemen
sesuai panduan
Review ulang
Tidak berubah
Berubah diagnosis
Tidak berubah
Berubah
Manajemen
Konisasi
Manajemen
diagnosis
Konisasi
sesuai panduan
sesuai
panduan
Kanker Serviks Invasif
Gejala klinik :
Pada
stadium awal
perdarahan
sesudah
yang
kemudian
timbul sebagai
bertambah
menjadi
metrorrhagia hinggga menorrhagia. Dapat timbul fluor albus berbau. Gejala lain
tergantung dari luasnya proses seperti nyeri, edema dan gejala yang sesuai
dengan organ yang terkena.
Histologik
Diagnosis harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan histologik :
o
Biopsi diambil dari tumor primer jaringan yang segar, direndam dalam buffer
formalin
Sediaan operasi yaitu uterus dengan atau tanpa adneksa, kgb para aorta,
iliaka kommunis, iliaka eksterna, interna dan obturatoria.
Radiologik
Pemeriksaan foto toraks, BNO-PIV (optional : CT-scan abdomen dengan
kontras/rektum, USG, dan MRI, bone scanning/bone survey)
Endoskopi
Pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi pada stadium lanjut ( > II b )
Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi dan kimia darah lengkap (optional : SCC, untuk
karsinoma skuamosa dan CEA untuk adenokarsinoma).
Manajemen
Stadium 0
Bila fungsi uterus mas ih diperlukan : cryosurgery, konisasi, terapi laser atau
LLETZ (Large Loop Electrocauter Transformasion Zone)
Histerektomi diindikasikan pada
patologi
ginekologi
lanjut, dsb)
Pengamatan Pap Smear lanjut
Stadium IA
Skuamousa :
a). IA1 dilakukan konisasi pada pasien muda, histerektomi
vaginal/abdominal pada pasien usia tua.
b). I A2 histerektomi abdomen dan limfadenektomi pelvik, modifikasi
histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvik
c). Keadaan diatas PLUS tumor anaplastik atau invasi vaskulerlimfatik,
dilakukan histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvik.
Bila ada kontraindikasi operasi, dapat diberikan radiasi.
Stadium IB/IIA
o
Bila bentuk serviks berbentuk barrel, usia < 50 tahun, lesi primer < 4
sm, indeks obesitas (I.0) < 0,70 dan tidak ada kontraindikasi operasi,
maka pengobatan adalah operasi radikal. Satu atau dua ovarium pada
usia muda dapat ditinggalkan dan dilakukan ovareksis keluar lapangan
radiasi sampai diatas L IV. Post operatif dapat diberikan ajuvan terapi
(kemoterapi, radiasi atau gabungan) bila :
radikalitas operasi kurang
Kgb pelvis/paraaorta positif
Histologik : smal cell carcinoma
Bila usia 50 tahun, lesi > 4 sm, I.0) > 0,70, atau penderita menolak/ada
kontraindikasi operasi maka diberikan radiasi. Bila kemudian ada
resistensi, maka pengobatan selanjutnya adalah histerektomi radikal.
Stadium IIB-IIIB
o
Dapat diberikan kemoterapi intra arterial dan bila respon baik dilanjutkan
dengan histerektomi radikal atau radiasi bila respon tidak ada.
Stadium IVA
o
Radiasi diberikan dengan dosis paliatif, dan bila respons baik maka
radiasi dapat diberikan secara lengkap. Bila respons radiasi tidak baik
maka dilanjutkan dnegan kemoterapi. Dapat juga diberikan kemoterapi
sebelum radiasi untuk meningkatkan respons radiasi.
Stadium IVB
o
Bila tidak ada simptom tidak perlu diberikan terapi, atau kalau
memungkinkan dapat diberikan kemoterapi.
Pengamatan lanjut :
Pengamatan lanjut dilakukan setiap 3 bulan selama
Pemeriksaan meliputi :
Anamnesis, terutama berkaitan dengan kemungkinan residif;
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ginekologik termasuk tes Pap
Foto toraks setiap 6 bulan dalam tahun pertama dan 1 tahun sekali
sesudahnya
BNO-PIV 6 bulan pertama dan setahun sesudahnya
Bone scanning bila ada kecurigaan penyebaran ketulang
Hematologi dan kimia darah 6 bulan pertama, dan setahun
sesudahnya
Pemeriksaan petanda tumor (tumor marker) bila ada kecurigaan
residif (SCC untuk karsinoma skuamosa, CEA untuk adenokarsinoma).
KANKER SERVIKS RESIDIF
Definisi
disebut residif. Proses residif dapat terjadi lokal yaitu, bila mengenai serviks,
vagina 2/3 atau 1/3 proksimal parametrium, regional bila mengenai distal
vagina/panggul atau organ disekitarnya yaitu rektum atau vesika urinaria.
Metastasis jauh bila timbul jauh di luar panggul.
Manajemen
Prosedur diagnostik
o Laboratorium
o Biopsi
o Kolposkopi
o Radiologik : foto toraks, bone survey/sken, CT Scan atau MRI (optional)
o Sistoskopi , rektoskopi bila ada indikasi
o Prosedur spesial
Pengobatan
Residif post radiasi
o
Regional
Jauh
Paru, bila soliter dapat dilakukan reseksi atau radiasi, bila multipel
diberikan kemoterapi.
: hiperplasi
Temuan
endometrium
atipik,
karsinoma
histopatologik
in
dicurigai
situ.
ganas
pengobatan
kanker terbatas di korpus
panjang kavum uteri 8 cm
panjang kavum uteri > 8 cm
proses kanker di korpus dan serviks, belum keluar
Stadium I
Stadium Ia
Stadium Ib
Stadium II
:
:
:
:
Stadium III
uterus
: proses
Stadium IV
Stadium IVa
Stadium IVb
kanker
keluar
dari
uterus,
tetapi
belum
:
:
:
:
:
:
Stadium IIIb
Stadium IIIc
Stadium IVa
para-aorta
tumor menginvasi kandung kemih dan atau mukosa
Stadium IVb
rektum
metastasis jauh meliputi
kelenjar
getah bening
Kasus
kanker
endometrium
dikelompokkan
pada
derajat
diferensiasi
a). Penentuan stadium kanker korpus uteri kini adalah surgical staging, karena
peranan dilatasi kuretase (D/K) bukan prosedur final, (kecuali
untuk
sekelompok kecil kanker korpus uteri yang diberi terapi primer radiasi).
histologi
Pencitraan
Foto thorak
USG
IVP
Laboratorium
Darah lengkap, fungsi liver, fungsi ginjal, gula darah
Manajemen
Pembedahan
o
Pada kasus
Terapi adjuvan
o
Stadium IIa
GI ,II, III
Stadium IIb
seluruh
Kanker Ovarium adalah tumor ganas berasal jaringan ovarium , dengan tipe
histologi
membentuknya.
Prinsip Dasar
yang
sangat
lanjut
(stadium
IV,dengan
metastasis
ke
paru),
timbul haid tidak teratur. Bila tumor telah menekan kandung kemih atau
rektum, keluhan sering berkemih dan konstipasi akan muncul. Lebih lanjut
timbul distensi perut, rasa tertekan dan rasa nyeri perut. Dapat timbul sesak
napas akibat efusi pleura karena proses metastasis.
Karena pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tersebut tidak khas,
lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium
lanjut.
Tanda terpenting
pelvis. Bila tumor
padat,
Ganas*
Unilateral
Bilateral
Kapsul utuh
Kapsul pecah
Bebas
Permukaan licin
Berbenjol-benjol
Peritoneum licin
Ada asites
organ sekitarnya
viable
-
Tumor kistik
bagian-bagian padat
USG (ultrasonografi)
o
Pemakaian
USG
transvaginal
(transvaginal
color
flow
doppler)
Dapat dibuat suatu indeks morfologi yaitu suatu jumlah nilai - nilai yang
diberikan terhadap masing-masing kategori temuan.
Tabel 4. Indeks Morfologi Tumor Ovarium
Volume (cm3)
Tebal dinding (mm)
0
< 10
Tipis < 3
1
10-50
Tipis > 3 mm
2
50-200
Papiler < 3
3
200-500
Papiler >
4
> 500
Dominan
Septum
mm
Tidak ada
Tebal < 3
mm
Tebal 3 mm
3 mm
Padat > 1
padat
Dominan
1 cm
cm
padat
mm
Volume : lebar x tinggi x tebal x 0,523
Kemugkinan ganas bila indeks 5 (nilai prediksi positif 0,45) atau volume
pasien usia muda, periksa AFP , sebagai penduga tumor ovarium germinal
(Tumor sinus endodermal)
Manajemen
Epitelial
histopatologi
o Persiapan pra-bedah :
Laboratorium darah lengkap, Penanda tumor CA 125.
Foto thoraks; USG; persiapan usus; barium enema bila ada indikasi (15 - 26
% kanker ovarium lanjut ada metastases ke kolon).
Non epitelial
o
maka
ovarium
masih
dikonservasi.
(karena
pada
kajian
Tumor Stroma
Penanganan individual.
TUMOR OVARIUM BORDERLINE
Prinsip Dasar
Pada
perempuan
yang
masih
membutuhkan
fungsi
reproduksi
Prosedure pembedahan
o
Sitologi cairan asites, atau sitologi bilasan peritoneum yang diambil dari
cekungan-cekungan dalam rongga peritoneum
Lakukan operasi :
Radikal : histerektomi totalis, salpingoooforektomi bilateral, limfadenektomi,
biopsi sampel peritoneum dari paracolic gut kiri, kanan, kavum Douglasi,
subdiafragma, prevesikal.
stadium Ia, (organ pelvis lain bebas tumor, tidak ada perlekatan, sitologi
bilasan peritoneum terbukti negatif)
differensiasi baik
Kemoterapi
o
Pilihan kedua
o
: VincristinDactinomycinCyclophosphamide (VAC)
Cisplatin Vinblastin Bleomycin (PVB)
Pilihan kedua
o
Pilihan kedua
: BleomycinVP.16-213Cisplatin (BEP)
Radiasi
o
radiasi
Mengetahui radiobiologik
Konseling pada penderita tentang efek samping radiasi jangka pendek dan
jangka panjang
Manajemen
Selama radiasi masukan nutrisi dan cairan harus normal, bila ada gangguan
masukan nutrisi penderita harus dirawat
Selama terapi radiasi, daerah lapangan radiasi tidak boleh kena air
18. Khemoterapi
Prinsip Dasar
Pemberian obat yang mempunyai efek sitotoksik sehingga dapat mematikan sel.
Ada indikasi
Laboratorium normal
Hb 10 gr %
L
3000
Tr 100.000
Ur 40
Cr 1,5
Test fungsi hati normal
EKG normal (terutama pada pemberian adriamycin dan epirubicin)
o Histo patologik jelas
Syarat bagi yang memberikan kemoterapi
o
Menentukan indikasi
Menentukan jenis obat dan dosis yang dihitung berdasarkan luas permukaan
tubuh
Adjuvan
Nama obat
Dosis mg/m2
Rute
Hari
Frekuensi
Keterangan
(singkatan)
Cis-platinum
20
iv
1-5
Ulang tiap
(P)
Vincristine
iv
3-4 minggu
2
spesific (GI)
S-phase spesific
(V)
Bleomycin
30 (total)
iv
2.9.16
(B)
spesific (G2)
Residif
Bleomycin
30
iv
iv
(B)
Ifosfamide (I)
2000
iv
1-3
spesific (G2)
Cell cycle phase non
Carboplatin
200
iv
spesific
Cell cycle phase non
(C )
Cell
cycle
phase
spesific (GI)
Kanker Endometrium
Nama obat
Dosis
Rute
Hari
Frekuensi
Keterangan
Ulang tiap
3-4 minggu
(singkatan)
mg/m
Cyclophospamide (
600
iv
c)
Adriamycin
40-50
iv
spesific
Cell cycle phase non
( A)
cis-Platinum
50-60
iv
spesific anthracycline
Cell cycle phase non
(P)
spesific (G1)
Etoposide
75
iv
1,2,3
(E)
Adriamycin
40
iv
( A)
cis-Platinum
20
iv
1,2,3
Rute
Hari
(P)
Kanker Ovarium
Nama obat
(singkatan)
Dosis
2
mg/m
Frekuensi
Keterangan
600
iv
Ulang tiap
c)
Adriamycin
50
iv
3-4 minggu
1
spesific
Cell cycle phase non
( A)
cis-Platinum
50
iv
spesific anthracycline
Cell cycle phase non
(P)
spesific (G1)
Adriamycin
25-50
iv
( A)
cis-Platinum
50
iv
Ulang tiap
3-4 minggu
spesific anthracycline
Cell cycle phase non
(P)
spesific (G1)
Paclitaxel
135-175
iv
(T)
Carboplatin
300-400
iv
Ulang tiap
Microtubules
3-4 minggu
stabilizer
Cell cycle phase non
(Cp)
spesific (G1)
Dosis
Rute
Hari
Frekuensi
Keterangan
Ulang tiap
3-4 minggu
(singkatan)
mg/m
cis-Platinum
20
iv
1-5
(P)
Vinblastine
iv
spesific (G1)
S-phase spesific
(V)
Bleomycin
30
iv
2.9.16
(B)
(total)
Bleomycin
30
iv
3.8.15
(B)
Etoposide
120
iv
1.2.3
(E)
cis-Platinum
100
iv
spesific (G2)
Cell
cycle
spesific (G2)
(P)
spesific (G1)
Dosis
Rute
Hari
Frekuensi
(singkatan)
Methrotrexate
mg/m2
20-25
im
1-5
Setiap hari
(MTX)
Methrotrexate
Im
1,3,5,7
0,1
10-12
im
iv
2,4,6,8
1-5
selama 5 hari
(MTX)
Folinic acid
Actinomycin-D
(AcD)
phase
Setiap hari
selama 5 hari
Keterangan
Kemoterapi kombinasi
Methrotrexate
15
im
1-5
(M)
Actinomycin
10-12
iv
1-5
(A)
Chlorambucil
10
oral
1-5
Etoposite
100
iv
Dalam 200 cc
(E)
Methrotrexate
100
iv
saline
Dalam 200 cc
(M)
Actinomycin
200
0,5
iv
saline
Dalam 200 cc
Ulang
setiap
2 minggu
(C)
(A)
saline
Etoposite
150
iv
1 jam
(E)
cis-Platinum
75
iv
12 jam
(P)
Kondisi pasien preoperatif dan postoperatif harus diketahui, agar jangan ada hal hal yang mengejutkan 'durante operatif'. Dan untuk mencegah, mengantisipasi,
mengeliminasi komplikasi yang dapat terjadi.
prosedur operatif,
dan persetujuan
Instruksi persiapan :
Pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan pencitraan (toraks foto, IVP),
konsultasi pada disiplin lain.
Sebelum Perawatan
o
Penjelasan lengkap tentang jadual operasi, prosedur. Pasien siap fisik dan
psikis untuk operasi.
Operasi
"unknown
Pasien siap dengan diet tinggi protein, dan vitamin minimal 10 hari sebelum
perawatan.
Perhatikan saat haid, usahakan waktu haid tidak bersamaan dengan waktu
operasi.
Laboratorium rutin.
Bila ada Hb rendah dapat dikoreksi dahulu
Urinalisa rutin.
Pap smear (pada pasien seksual aktif, data Pap's smear enam bulan
terakhir harus ada)
Biopsi endometrium bila ada indikasi
Fungsi ginjal, perhatikan jumlah urin yang cukup, BD 1.018
Ureum, kreatinin
Elektrolit
Foto toraks
Pemeriksaan khusus :
IVP: pada kasus dengan massa pelvis yang besar, Massa
inflamasi, kanker
Barium enema : pada kasus dengan patologi ovarium
Penilaian koagulasi
Riwayat alergi obat, termasuk obat anestesi. Bila ada beri tanda bendera
alergi pada halaman pertama catatan medik.
Riwayat pemakaian obat lama, terutama estrogen, estrogen kortison, antihipertensi, diuretik, tranquilizer.
progesteron,
Persiapan operasi
o
24 sampai 48 jam
pra
operasi
o
Premedikasi
Untuk tindakan perineal , seperti kista bartolini atau D/K, pasien tidak perlu
dikateter, sebaiknya buang air kecil sendiri.
kemudian
dengan Bethadine.
o
Anggota team Bedah tidak boleh ada yang terserang sakit atau infeksi. Bila
ada yang kurang sehat harus digantikan
Pascaoperasi
Prinsip Dasar
Pengawasan utamanya pada fungsi jantung, paru, ginjal , dilakukan oleh tenaga
terlatih. Bila pasien sudah
umum.
Pengawasan
o
Tanda vital :
15 menit x 4
jam sampai stabil
2 jam x 24 jam
Posisi :
Trendelenburg rendah
Semi-Fowler
Flat
Lainnya
Perubahan posisi :
2 jam x 24 jam
4 jam sampai dapat jalan
Sedasi :
Morphine sulphate
Codeine sulphate
Demerol
lainnya
Mobilisasi dini
Instruksi cairan
Kateter
Keterangan
Penting, utama
Urinalisa/tes Kehamilan
EKG
Albumin,prealbumin, transferin
Cross-match
Pemeriksaan penunjang
Foto thoraks
IVP
Dapat
CT , bila diperlukan
Kanker serviks
Barium enema
IVP
Klinik
Informed consents
HIV concents
Persiapan donor
Pekerja sosial
Perawat Stoma
Konsultasi ICU
Perlu persiapan
Konsultasi Anestesi
Instruksi khusus
Persiapan antibiotik
Pencegahan thromboemboli
Stress steroid
Profilaksis SBE
pada
2. Manajemen Syok
Definisi
Pada tahap dini/awal maka syok akan dikompensasi dengan stimulasi simpatis
yang akan merangsang baroreseptor sehingga menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi arteriola yang akan menyebabkan peningkatan resistensi perifer
dan tacikardia.
Sirkulasi
kejantung
dan
keserebral
dipertahankan
oleh
tubuh
dengan
produksi beberapa hormon antara lain angiotensin, vasopresin dan juga terjadi
kompensasi reabsorbsi di intestin untuk memperbaiki volume darah.
Bila central blood volume (CBV) tidak dapat diperbaiki maka syok akan berlanjut
dengan terjadinya penurunan fungsi myocard akibat penurunan aliran darah
koroner dan karena toksin, penurunan ini akan berlanjut dengan terjadinya
iskhemia jaringan organ vital.
Fase kompensasi.
Pada fase ini terjadi hipotensi, low cardiac out put atau vasodilatasi tetapi
mekanisme kompensasi mampu memperbaiki kegagalan sirkulasi yang
terjadi.
Fase dekompensasi.
Bila fase kompensasi gagal maka akan terjadi penurunan perfusi jaringan dari
organ vital.
Fase ireversibel.
Pada fase ini terjadi vasokonstriksi berat sehingga menyebabkan kerusakan
sel-sel organ vital. Toksin bakteri pada phase ini juga memperburuk keadaan
umum pasien.
Diagnosis
Bila perdarahan berlanjut mencapai lebih dari 20% volume darah akan
menimbulkan bradikardia dan vasodilatasi perifer serta penurunan tekanan
darah sehingga terjadi syncope.
Gejala laboratorium :
o
Penurunan hemoglobin
Syok anaphilaktik adalah syok yang terjadi akibat reaksi alergi. Gejala klinik
yang terjadi berupa hipotensi, bronkospasme, urtikaria, eritema, pruritus, aritmia
jantung. Syok ini terjadi karena reaksi antigen-antibodi.
Syok sepsis adalah syok yang terjadi karena infeksi berat (bakteriemia,
septicemia) yang menimbulkan peningkatan kapasitas vena akibat vasodilatasi
sehingga darah terkumpul diperifer.
Perbaikan pernapasan
Perbaikan asam basa darah dan elektrolit. Gangguan asam basa darah dan
gangguan elektrolit penting sekali untuk dilakukan koreksi.
Tindakan
terapi
perdarahan.
kausatif
yaitu
tindakan
segera
menghentikan
sumber
3. Transufi Darah
Definisi
Terapi darah yang terbaik adalah pemberian komponen darah sesuai dengan
yang dibutuhkan, sehingga akan mengurangi reaksi imunologis yang terjadi.
Manajemen
Whole blood
Whole blood segar adalah whole blood yang diambil kurang dari empat
jam, darah ini mengandung komponen pembekuan yang masih baik,
sehingga sangat baik diberikan pada keadaan perdarahan yang massive.
Unit trombosit
trombosit
adalah
keadaan
thrombositopenia
(karena
Cryoprecipitate
Fibrinogen
Merupakan
fibrinogen
konsentrat,
diberikan
pada
keadaan
hipofibrinogenemia.
maka tranfusi darah dihentikan dan pasien segera diberikan oksigen dan
antipiretik.
o
gagal ginjal,
cairan yang
diberikan.
Keadaan
ini dapat
dicegah
dengan
Terapi cairan dan elektrolit adalah pemberian cairan ataupun komponen elektrolit
yang bertujuan mempertahankan volume cairan yang normal pada keadaan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit secara normal tidak dapat dipenuhi
dan mempertahankan konsentrasi dan komponen elektrolit serta usaha
melakukan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Prinsip Dasar
Air dalam tubuh tersimpan dalam : (a) intraselular , (b) interstitial , (c)
intravaskuler. Extraselular adalah cairan dalam interstitial dan intravaskuler. Pada
cairan extraselular penting sekali peranan natrium.
Komponen elektrolit antara lain Na, K, Cl dan HCO3 dikeluarkan melalui empedu,
usus, cairan gaster, saliva urine dll.
2000 2500 ml
Na
40 - 100 mEq
Cl
40 100 mEq
40 - 80 mEq
Hilangnya cairan extra selular umumnya dapat dihitung, tetapi insensible water
loss merupakan bagian yang dihitung berdasarkan perkiraan, hilangnya cairan ini
sangat dipengaruhi oleh suhu kamar, frekwensi pernapasan serta kemungkinan
adanya perdarahan yang tersembunyi.
Kebutuhan
Suhu Tubuh
500 ml air
101 - 103 F
1000 ml air
103 F
Suhu Kamar
85 95
95 atau lebih
atau lebih
Diagnosis
Gejala klinik
Tekanan darah
Nadi
Edema , asites, efusi pleura
Turgor kulit
Frekwensi Pernapasan
Lebih dari 35
Laboratorium
Hematokrit
Perubahan hematokrit pada keadaan
Gejala Klinik
o
Gejala klinik yang terjadi berupa hipotensi, tacikardia dan oligouria. Bila defisit
ini berlanjut akan terjadi penurunan turgor kulit, central venous pressure
menurun,vena menjadi kolaps kemudian gangguan kesadaran.
Manajemen
o
intravena
yang
berlebihan.
Bila
kelebihan
cairan
plasma
Manajemen
o
Hiponatremia
Hiponatremia adalah keadaan bila kadar natrium kurang dari 130 mEq/liter.
Gejala Klinik
o
Manajemen
o
Hipernatremia
Hipernatremia adalah keadaan bila kadar natrium lebih dari 150 mEq/liter.
Gejala Klinik
o
Manajemen
o
Hipokalemia
Etiologi
o
Hipokalemia adalah keadaan bila kadar kalium serum kurang dari 3.5 mEq/l.
Gejala Klinik
o
Manajemen
o
Bila pasien dapat intake oral, maka terapi dapat diberikan secara oral. Bila
intake oral tidak memungkinkan maka koreksi kalium dilakukan dengan
pemberian intravena.
Hiperkalemia
Manajemen
o
Pemberian glukosa-insulin. Diberikan cairan dextrose 10% sebanyak 500 ml 1000 ml dalam waktu satu jam, dan diberikan insulin 10 - 15 unit.
Secara rinci, EBM merupakan keterpaduan antara, 1. bukti ilmiah yang berasal
dari studi yang dipercaya (best research evidence), dengan 2. keahlian klinik
(clinical expertise), dan 3. nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).
4 Langkah EBM
1. Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit.
2. Penelusuran informasi ilmiah, berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
3. Penelaahan terhadap bukti - bukti yang ada.
Ia. Bukti yang berasal dari meta analisis yang berasal dari randomized controlled
trials (RCTs).
IIa. Bukti yang berasal dari, sekurangnya 1 studi kontrol yang baik, tanpa
rendomisasi.
III. Bukti yang beral dari penelitian non-eksperimental, seperti studi komperatif,
studi korelasi, dan studi kasus.
IV. Bukti yang berasal dari laporan panitia ahli (expert committee), atau pendapat
para ahli.