Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK


(KEK) PADA IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT DOMPU
TAHUN 2015

OLEH :

INTAN PURNAMASYARI
13.1301.405

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM D III KEBIDANAN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah masa dimana seseorang wanita telah
berhenti Menstruasi untuk beberapa waktu hingga proses persalinan
usai. Hal tersebut terjadi selama 9 bulan atau sekitar 40 minggu atau
280

hari.

Pada

saat

masa

kehamilan

terjadilah

perubahan

fisik,psikologis dan perubahan bentuk tubuh secara anatomis,fisiologis


maupun biokimiawi (Ary dan Rusilanti, 2013)
Beberapa permasalahan yang terjadi pada kehamilan yang
berhubungan dengan gizi adalah gangguan metabolik seperti obesitas
15% dari kematian maternal di Inggris terjadi pada wanita yang
memiliki Indeks masa tubuh (IMT) >35 dan 52 % kematian pada wanita
yang memiliki IMT >25, gangguan sistem endokrin seperti Diabetes
yang disertai haus, letih, pandangan kabur polidipsi dan penurunan
berat badan (BB) yang dapat mengakibatkan resiko keguguran, koma
bahkan kematian. Selanjutnya adalah hipertensi dampak yang terjadi
akibat hipertensi adalah Eklamsi yang ditandai dengan kejang satu kali
atau lebih saat preeklamsi telah dilaporkan fatalitas kasusnya 1,8%
sampai dengan 35% ibu mengalami komplikasi mayor, sedangkan
pada hematologi atau Anemia yang dikarenakan karena kekurangan
zat besi yang terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dan kejadian
pada ibu hamil mencapai 51% di seluruh dunia (Elizaabetth and Jason,
2012)

Energi merupakan faktor gizi yang paling penting pada saat


kehamilan yang dapat mempengaruhi berat badan bayi lahir.
Banyaknya Energi yang dibutuhkan pada saat kehamilan sekitar
80.000 Kkal atau membutuhkan 300 Kkal setiap harinya pada masa
kehamilan dan pada trimester I lebih sedikit meningkat dibandingkan
kebutuhan Energi pada trimster II dan III (Arisman, 2010)
Lingkar

lengan

atas

(LILA)

adalah

jenis

pemeriksaan

antropometri yang digunakan untuk mengukur Resiko Kekurangan


Energi Kronis (KEK) pada wanita usia subur (WUS) yang meliputi
remaja,ibu hamil,ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS).
Sedangkan ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK adalah
23,5 cm dan apabila kurang dari 23,5 cm wanita tersebut mengalami
resiko Kekurangan Energi kronis (KEK) (Supriasa, 2012).
Faktor faktor yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil
diantaranya adalah keadaan sosial ekonomi yang mengakibatkan
rendahnya

pendidikan,

jarak

kelahiran

yang

terlalu

dekat

menyebabkan buruknya status gizi pada ibu hamil, banyaknya bayi


yang dilahirkan (paritas), usia kehamilan pertama yang terlalu muda
atau masih remaja dan pekerjaan yang biasanya memiliki status gizi
lebih rendah apabila tidak diimbangi dengan asupan makanan dalam
jumlah yang cukup(Ary dan Rusilanti, 2013).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat
masalah

persalinan

atau

kelahiran

terjadi

di

negara-negara

berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang


merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu
kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di
sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. (WHO, 2011)
Pencapaian Goal 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu memiliki
beberapa indikator yang masih jauh dari target. Berdasarkan survei
SDKI, AKI di Indonesia menurun yaitu dari 390 (SDKI 1994) menjadi
228 (SDKI 2007), tetapi kemudian menunjukkan peningkatan menjadi
359 (SDKI 2012). Perlu usaha ekstra keras untuk mencapai target 102
per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun banyak target yang belum
tercapai, negara-negara di dunia tetap berkomitmen melanjutkan
agenda pembangunan global Milenium Development Goals (MDGs)
dalam bentuk agenda pembangunan berkelanjutan yang disebut
dengan Sustainable Development Goals(SDGs). Tujuan terkait bidang
kesehatan

adalah

goal

3,

yaitu

pastikan

hidup

sehat

dan

mempromosikan kesejahteraan bagi semua pada segala usia. Tujuan


3 ini terdiri dari 13 indikator pencapaian, diantaranya yaitu pada tahun
2030, terjadi penurunan rasio kematian ibu yang kurang dari 70 per
100.000 kelahiran hidup danmengakhiri dan mencegah kematian bayi
dan balita (Ayulia Fardalia, 2015)
Di kota Makassar, angka kematian ibu mengalami fluktuasi
selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 16,27 per 100.000 kelahiran hidup

dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 8,32 per 100.000 kelahiran hidup
dan tahun 2011 sebesar

11,48 per 100.000 kelahiran hidup.

Perdarahan post partum menempati urutan pertama sebagai penyebab


kematian maternal (Profil Kesehatan kota Makassar tahun 2013).
Data dari rekam medis Rumah Dompu tahun 2015 jumlah ibu
hamil sekitar 2344 orang dan ibu yang mengalami Kekurangan Energi
Kronik (KEK) sebanyak 67 orang.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Gambaran Kejadian Kekurangan
Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Dompu tahun
2015
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

uraian

tersebut

diatas,

maka

dirumuskan

masalah penelitian yaitu sebagai berikt:


1. Bagaimanakah gambaran kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) pada ibu hamil di Rumah Sakit Dompu tahun 2015 ?
2. Bagaimanakah gambaran kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) menurut tingkat pendidikan ibu hamil di Rumah Sakit Dompu
tahun 2015
3. Bagaimanakah gambaran kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) menurut paritas ibu hamil di Rumah Sakit Dompu tahun 2015

4. Bagaimanakah gambaran kejadian Kekurangan Energi Kronik


(KEK) menurut jarak kehamilan ibu hamil di Rumah Sakit Dompu
tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian Kekurangan Energi Kronik
(KEK) pada ibu hamil di Rumah Sakit Dompu tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian Kekurangan Energi
Kronik (KEK)menurut tingkat pendidikan ibu hamil di Rumah
Sakit Dompu tahun 2015.
b. Untuk mengetahui gambaran kejadian Kekurangan Energi
Kronik (KEK) menurut paritas ibu hamil di Rumah Sakit Dompu
tahun 2015.
c. Untuk mengetahui gambaran kejadian Kekurangan Energi
Kronik (KEK) menurut jarak kehamilan ibu hamil di Rumah Sakit
Dompu tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:

1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan


memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi
peneliti selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
Hasil

penelitian

ini

dapat

menjadi

bahan

informasi,

motivasi/pendorong bagi masyarakat khususnya ibu nifas sehingga


dapat meningkatkan pengetahuan tentang Kekurangan Energi
Kronik (KEK) pada ibu hamil.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini di harapkan dapat sebagai bahan kajian terhadap
teori yang telah diperoleh mahasiswa selama mengikuti KBM di
Universitas Indonesia Timur Makassar
4. Manfaat bagi Peneliti
Proses penelitian ini merupakan pengalaman ilmiah berharga yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) pada ibu hamil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan
1.

Pengertian Kehamilan

a. Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri


atas

pembuahan,

implantasi,

pertumbuhan

embrio,

pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan bayi. Ketika


spermatozoa bertemu dengan ovum maka dimulailah awal
kehamilan, setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi
yaitu pembuahan ovum oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil
konsepsi tersebut. Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel
telur (ovum) dari indung telur (ovarium), yang ditangkap oleh
umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam saluran telur.
Seorang wanita biasanya mengovulasi (menghasilkan ovum
dari ovarii) hanya menghasilkan 450 ovum selama masa
reproduksinya (Sudarti, 2012)
b. Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari
konsepsi atau peretemuan antara ovum dengan sperma sehat
dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi
(Sulistyawati, 2012)
c. Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,
2010).
2.

Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan utama ANC adalah menurunkan/mencegah


kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan
khususnya :
a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan
ibu dan perkembangan bayi yang normal
b. Mengenali

secara

dini

penyimpangan

dari

normal

dan

memberikan penatalaksanaan yang diperlukan


c. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam
rangka

mempersiapkan

ibu

dan

keluarga

secara

fisik,

emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta


kemungkinan adanya komplikasi (Saryono, 2010)
3.

Periode Kehamilan Menurut Usia

a. Trimester pertama (0 12 minggu)


Gejala pada trimester I umumnya adalah sering mual dan
muntah, payudara membesar, sering buang air kecil, sering
cepat lelah. Emosi tidak stabil, lebih sering cepat marah,
penurunan libido seksual.

b. Trimester kedua (13 -28 minggu)


Pada trimester II, terjadi penambahan berat badan yang sangat
signifikan karena nafsu makan yang meningkat tajam, payudara
yang semakin besar diikuti dengan perut bagian bawah yang

terlihat semakin membesar. Bayi kadang kadang terasa


bergerak, denyut jantung meningkat, kaki, tumit, betis kadang
membengkak. Gatal pada permukaan kulit di bagian perut.
Kadang disertai dengan sakit pinggang dan gangguan pada
pembuangan air besar/sembelit. Emosi menjadi lebih stabil dan
seluruh perhatian tertuju pada sang bayi yang akan lahir.
c. Trimester ketiga (29-40 minggu)
Pada trimester III, bayi mulai menendang nendang, payudara
semakin besar dan kencang, putting susu semakin hitam dan
membesar, kadang kadang terjadi kontraksi ringan dan suhu
tubuh dapat meningkat. Cairan vagina meningkat dan kental.
Emosi mulai tidak stabil, perasaan gembira disertai cemas
menunggu kelahiran sang bayi (Riyadi S, 2012)
4.

Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda-tanda

kehamilan

Suparyanto, 2011 meliputi:


a. Tanda-tanda presumtif (tidak pasti)
1) Amenore (tidak dapat haid)
2) Mual dan muntah
3) Mengidam
4) Pingsan
5) Tidak ada selera makan
6) Payudara membesar, tegang

menurut

Rustam

dalam

7) Sering kencing
8) Konstipasi.
b. Tanda-tanda mungkin
1) Perut membesar.
2) Uterus

membesar

terjadi

perubahan

dalam

bentuk,

konsistensi dari rahim.


3) Tanda Hegar, yaitu pembuluh darah dalam cervix bertambah
terjadinya oedema dari cervix dan kelenjar-kelenjar cervix,
sehingga cervix menjadi lunak.
4) Tanda Chadwick, yaitu pembuluh darah dinding vagina
bertambah hingga warna selaput lendirnya biru.
5) Tanda Piscaseek, yaitu pertumbuhan uterus tidak rata,
uterus lebih cepat tumbuh di daerah inplantasi dan di daerah
insersi plasenta.
6) Tanda Ballottement, yaitu teraba benjolan keras.
c. Tanda pasti (tanda positif)
1) Gerakan janin dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
2) Denyut jantung janin: didengar dengan stetoskop-monoral,
dicatat dan didengar dengan alat Doppler, dicatat dengan
feto-elektro kardiogram, dilihat pada ultrasonografi, terlihat
tulang-tulang janin dalam foto-rontgen (Suparyanto, 2011)
5.

Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil


sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus
berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan
respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa
semua perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil
setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
Pemahaman

tentang

perubahan

fisiologis

selama

kehamilan merupakan salah satu tujuan ilmu kebidanan. Hampir


tidak mungkin dapat mengerti proses penyakit yang terjadi selama
kehamilan dan masa nifas tanpa disertai pemahaman mengenai
perubahan anatomi dan fisiologi ini.
a. Perubahan system reproduksi
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima
dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion)
sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang
luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam
beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml
atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah
menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan

volume totalnya mencapai 5 l bahkan dapat mencapai 20 l


atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g.
3) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi akan menjadi lebih lunak
karena bertambah vaskularisasinya, kondisi ini disebut tanda
Goodell.
4) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus
luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berperan sebagai hasil dalam jumlah yang
minimal.
5) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot perineum dan vulva, sehingga
pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal
dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan
mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi
dari sel-sel otot polos. Dinding vagina mengalami banyak
perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami
peregangan dalam waktu persalinan dengan meningkatnya
ketebalan

mukosa,

mengendornya

jaringan

ikat,

dan

hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan


bertambah panjangnya dinding vagina.
b. Perubahan kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik
pigmen kecoklatan yang tampak di kulit kening dan pipi.
Peningkatan pigmentasi juga terjadi disekeliling putting susu,
sedangkan di perut bagian bawah tengah biasanya tampak
garis gelap. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya selaput di bawah kulit, sehingga
menimbulkan striae gravidarum.
c. Perubahan Payudara
Pada

awal

kehamilan

perempuan

akan

merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua


payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah
kulit akan lebih terlihat. Putting payudara akan lebih besar,
kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan
berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar.
Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.
d. Perubahan Sistem Pencernaan
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks
yang akan bergeser atas dan lateral. Perubahan yang nyata
akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus

digestivus dan penurunan sekresi asan hidriklorid dan peptin di


lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pirosis
yang disebabkan oleh reflek asam lambung ke esophagus
bawah

sebagai

akibat

perubahan

posisi

lambung

dan

menurunnya tonus sfingter esofaghus bagian bawah. Mual


terjadi akibat penurunan asam hidriklorid dan penurunan
motilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas
usus besar.
Gusi akan lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma
sedang saja bisa mengakibatkan perdarahan. Hemoroid juga
merupakan sesuatu hal yang sering terjadi sebagai akibat
konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah
karena pembesaran uterus.
e. Perubahan system respirasi
Kehamilan sangat sedikit mempengaruhi respirasi dibandingkan
dengan Hystem kardiovaskuler. Tetapi perubahan yang terjadi
menyebabkan ketidaknyamanan dan keadaan yang tidak
menyenangkan pada kehamilan dan penyakit sistem respirasi
bisa menjadi lebih parah karena kehamilan. Mukosa pada
sistem respirasi menjadi hiperemik dan edema dengan yang
hipersekresi mengarah pada sesak dan epistaksis. Hasilnya
banyak wanita hamil yang mengeluh pilek kronis.

Nafas yang berlebihan dapat menyebabkan ketidaknyamanan,


dispnea dan pusing. Ketika kebutuhan untuk bernafas menjadi
lebih, ibu hamil mengeluh nafas pendek. Perhatian yang lebih
harus diberikan untuk menghindari dispnea dan tanda atau
gejala penyakit jantung atau paru. Ruang abdomen yang
membesar oleh karena meningkatnya

ruang rahim dan

pembentukan hormone yang menyebabkan paru-paru berfungsi


sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih
cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen
untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil agak
membesar. Lapisan saluran pernafasan menerima lebih banyak
darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami
penyumbatan parsial akibat kongesti ini.
f. Perubahan sistem urinaria
Selama kehamilan, ginjal akan bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50 %
atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24
minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran
darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang
membesar). Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat
ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini
semakin menguat selama kehamilan, karena itu wanita hamil

sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk


berbaring atau tidur.
g. Perubahan sistem metabolism
Janin membutuhkan 30 40 gram kalsium untuk pembentukan
tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena
itu, peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk
menunjang

kebutuhan.

Peningkatan

kebutuhan

kalsium

mencapai 70 % dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk


selalu sarapan karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan
dalam perkembangan janin. Pada HystemHism lemak terjadi
peningkatan kadar kolesterol sampai 350 mg atau lebih per 100
cc.

Hormon

somatotropin

mempunyai

peranan

dalam

pembentukan lemak pada payudara. Pada mineral yang terjadi


adalah sebagai berikut :
1) Kalsium. Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan
untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir
dibutuhkan 30-40 gram.
2) Fosfor dibutuhkan rata-rata 2 gr / hari.
3) Air, wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

h. Perubahan sistem kardiovaskuler


Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung
setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung

(cardiac output) meningkat sampai 20-50 %. Peningkatan ini


mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena
curah jantung yang meningkat, maka denyut jantung yang
meningkat (dalam keadaan normal 70 kali / menit menjadi 80-90
kali / menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak
menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang
membawa darah dari tungkai ke jantung. Selama persalinan,
curah jantung meningkat sebesar 30 %, setelah persalinan
curah jantung menurun sampai 15-25 % di atas batas
kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan
terjadi karena adanya perubahan alam aliran darah ke rahim.
Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak
dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim
menerima seperlima dari seluruh darah ibu (Prawirohardjo S,
2012).

B. Tinjauan Khusus tentang Kekurangan Energi Kronik


1.

Pengertian Kekurangan Energi Kronik

a. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan


malnutrisi.

Dimana

makanan

yang

keadaan

berlangsung

ibu

menderita

menahun

kekurangan

(kronik)

yang

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara


relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
b. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana

remaja

putri/wanita

mempunyai

kecenderungan

menderita KEK ( Arismas, 2010).


c. Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan
dengan salah satu atau beberapa kriteria seperti berat badan
ibu sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, berat
badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg, indeks masa
tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00, Ibu menderita anemia (Hb <
11 gr %) (Weni, 2010).
2.

Etiologi Kekurangan Energi Kronik


Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau

beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi
yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi
yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan
untuk tubuh (Helena, 2013).
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
maupun janin yang dikandungnya yaitu meliputi:
a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :

1)
2)
3)
4)
5)

Terus menerus merasa letih


Kesemutan
Muka tampak pucat
Kesulitan sewaktu melahirkan
Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi, sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada
waktu menyusui.

b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung


antara lain :
1) Keguguran
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah (BBLR)Perkembangan otak janin terlambat,
hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang,
bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
Kematian bayi (Helena, 2013).
3.

Pengukuran Status Gizi


a. Pengukuran LILA
Ada

beberapa

cara

untuk dapat

digunakan untuk

mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau


pertambahan berat badan selama hamil, mengukur LILA,
mengukur kadar Hb. Bentuk adan ukuran masa jaringan adala
masa tubuh. Contoh ukuran masa jaringan adala LILA, berat
badan, dan tebal lemak. Apabila ukuran ini rendah atau kecil,
menunjukan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan
protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan.

Pertambahan otot dan lemak di lengan berlangsung cepat


selama tahun pertama kehidupan (Arisman,2010).
1) Lingkaran Lengan Atas (LILA)
Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh
kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh
banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk
skrining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh
DepKes

untuk

mendeteksi

ibu

hamil

dengan

resiko

melahirkan BBLR bila LILA <23,5 cm. Pengukuran LILA


dimaksudkan

untuk

mengetahui

apakah

seseorang

menderita Kurang Energi Kronis. Ambang batas LILA WUS


dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23.5 cm. Apabila
ukuran kurang dari 23.5 cm atau dibagian merah pita LILA,
artinya

wanita

tersebut

mempunyai

risiko

KEK,

dan

diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah


( Arisman, 2010)
2) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan pengukuran LILA
(a) Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu
dan siku lengan kiri.
(b) Lengan harus dalam posisi bebas.
(c) Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak
tegang atau kencang.
(d) Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak
kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya
tidak rata (Arisman, 2010).
3) Cara Mengukur LILA

(a) Tetapkan posisi bahu dan siku


(b) Letakkan pita antara bahu dan siku
(c) Tentukan titik tengah lengan
(d) Lingkaran pita LILA pada tengah lengan.
(e) Pita jangan telalu ketat.
(f) Pita jangan terlalu longgar.
(g) Cara pembacaan skala yang benar. (Arisman, 2010)
b. Pengukuran Berat Badan
1) Berat badan merupakan ukuran antropometris yang
paling banyak digunakan karena parameter ini mudah
dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf
(Arisman, 2010). Berat badan adalah satu parameter
yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh
sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makan yang dikonsumsi.
2) Pada prinsipnya ada dua macam timbangan yaitu beam
(lever)balance scales dan spring scale. Contoh beam
balance

ialah

dancing,

dan

spring

scale

adalah

timbangan pegas. Karena pegas mudah melar timbangan


jenis spring scsle tidak dianjurkan untuk digunakan
berulang kali, apalagi pada lingkungan yang bersuhu
panas.
3) Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada
rumusnya, tetapi rumusannya bisa dibuat yaitu dengan
dasar penambahan berat ibu hamil tiap minggunya yang
dikemukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400

gram, kemudian berat badan yang ideal untuk seseorang


agar dapat menopang beraktifitas normal yaitu dengan
melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi badan
sebelum

hamil,

serta

umur

kehamilan

sehingga

rumusnya dapat dibuat.


4) Dengan berbekal beberapa rumus ideal tentang berat
badan, saya (penulis) dapat kembangkan menjadi rumus
berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut :
Dimana penjelasannya adalah BBIH adalah Berat Badan
Ideal Ibu Hamil yang akan dicari. BBI = ( TB 110) jika
TB diatas 160 cm (TB 105 ) jika TB dibawah 160 cm.
Berat badan ideal ini merupakan pengembangan dari
(TB-100) oleh Broca untuk orang Eropa dan disesuaikan
oleh Katsura untuk orang Indonesia. UH adalah Umur
kehamilan dalam minggu. Diambil perminggu agar
kontrol faktor resiko penambahan berat badan dapat
dengan dini diketahui. 0.35 adalah Tambahan berat
badan kg per minggunya 350-400 gram diambil nilai
terendah 350 gram atau 0.35 kg . Dasarnya diambil nilai
terendah

adalah

penambahan

berat

badan

lebih

ditekankan pada kualitas (mutu) bukan pada kuantitas


(banyaknya) (Supriasa, 2012).
c. Pengukuran Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting
bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika

umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi


badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena
dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi
badan , factor umur dapat dikesampingkan. Ibu hamil
pertama sangat membutuhkan perhatian khusus.
Pengukuran tinggi badan bermaksud

untuk

menjadikanya sebagai bahan menentukan status gizi. Status


gizi yang ditentukan dengan tinggi badan tergolong untuk
mengukur pertumbuhan linier. Pertumbuhan linier adalah
pertumbuhan tulang rangka, terutama rangka extrimitas
(tungai dan lengan). Untuk tinggi badan peranan tungkai
yang dominan.
Pengukuran tinggu badan orang dewasa, atau yang
sudah bisa berdiri digunakan alat microtoise (baca: mikrotoa)
dengan skala maksimal 2 meter dengan ketelitian 0,1 cm.
Apabila tidak tersedia mikrotoise dapat digunakan pita
fibreglas (pita tukang jahit pakaian) dengan bantuan papan
data dan tegak lurus dengan lantai. Pengukuran dengan pita
fibreglass seperti ini harus menggukan alat bantu siku-siku.
Persyaratan tempat pemasangan alat adalah didinding harus
datar dan rata dan tegak lurus dengan lantai. Dinding yang
memiliki banduk di bagian bawah (bisanya pada lantai
keramik) tidak bisa digunakan. Hal yang harus diperhatikan
saat pemasangan mikrotoise adalah saat sudah terpasang

dan direntang maksimal ke lantai harus terbaca pada skala 0


cm.
Cara Pengukuran Berdiri membelakangi dinding
dimana microtoie terpasang dengan posisi siap santai
(bukan siap militer), tangan disamping badan terkulai lemas,
tumit, betis, pantat, tulang belikat dan kepala menempel di
dinding. Pandangan lurus ke depan. Sebagai pegukur harus
diperiksa ketentuan ini sebelum membaca hasil pengukuran.
Tarik microtiose ke bawah sampai menempel ke kepala.
Bagi terukur yang berjilbab agak sedikit ditekan agar
pengaruh jilbab bisa diminimalisir. Untuk terukur yang
memakai sanggul harus ditanggalkan lebih dahulu atau
digeser ke bagia kiri kepala. Saat pengkuran, sandal, dan
topi harus dilepas. Baca hasil ukur pada posisi tegak lurus
dengan mata (sudut pandang mata dan skala microtoise
harus sudut 90 derajat). Pada gambar di atas, apabila
terukur lebuh tinggi dai Pengukur, maka pengukur harus
menggunakan alat peningi agar posisi baca tegak lurus.
Bacaan pada ketelitian 0,1 cm, artinya apabila tinggi terukur
160 cm, harus ditulis 160,0 cm (koma nol harus ditulis).
Tinggi badan kurang dari 145 cm atau kurang merupakan
salah satu risti pada ibu hamil. Luas panggul ibu dan besar
kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada
dua kemungkinan yang terjadi:

1) Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan


janin/kepala tidak besar.
2) Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar/kepala
besar. Pada kedua kemungkinan itu, bayi tidak dapat
lahir melalui jalan lahir biasa, dan membutuhkan operasi
Sesar.
d. Indeks Masa Tumbuh
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang
dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting,
karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu,
juga dapat mempengarui produktif kerja. Laporan FAO
/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan oleh Body Mass
Index (BMI).
Di Indonesia istila Body Mass Index diterjemahkan
menjadi Indekx Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang
sederhana untu memantau status gizi orang dewasa
khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan
hidup lebih panjang. Berat badan dilihat dari Quatelet atau
body mass Index (IMT).
Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal
sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat
badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight
meningkatkan resiko atau terjadi kesulitan dalam persalinan.

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan rumus matematis


yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa (Arisman,
2009).
Penilaian Indeks Masa Tumbuh diperoleh dengan
memperhitungkan

berat

badan

sebelum

hamil

dalam

kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (Yuni,


2009).
Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka
yang berusia antara 19-70 tahun, berstruktur tulang
belakang normal, bukan atlet atau binaragawan. Klasifikasi
Status Gizi Berdasarkan IMT
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
4.

IMT KKP I < 16


KKP II 16,0 -16,9
KKP III 17,0 - 18,4
Normal 18,5 - < 25
Obesitas I 25 - 29,9
Obesitas II 30 40
Obesitas III >40 (Arisman, 2010)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Energi

Kronik pada Ibu Hamil


a. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan
seseorang adalah tingkat sosial ekonomi (FKM UI 2007 dalam
Suparyanto 2011). Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya.
Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka
kemungkinan besar sekali gzi yang dibutuhan tercukupi

ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu hamil


semakin terpantau (Weni, 2010). Sosial ekonomi merupakan
gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang
ditentukan

dengan

variabel

pendapatan, pendidikan

dan

pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan


termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
b. Pendidikan
Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan
diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik
terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Umar
dalam Suparyanto 2011). Faktor pendidikan mempengaruhi pola
makan

ibu

hamil,

tingkat

pendidikan

yang

lebih

tinggi

diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang


dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya
(FKM UI 2007 dalam Suparyanto 2011).
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan
dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA
dan

perguruan

tinggi

dengan

diukur

dengan

cara

dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing


klasifikasi (Depdikbud, 1997 dalam Suparyanto 2011).

c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu perbuatan atau melakukan sesuatu
yang dilakukan untuk mencari nafkah guna untuk kehidupan
(Kamus Besar Indonesia, 2013). Ibu yang sedang hamil harus
mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan
memberikan dampak kurang baik terhadap kehamilannya (FKM
UI, 2007 dalam Suparyanto 2011). Kemampuan bekerja selama
hamil dapat dipengaruhi oleh peningkatan berat badan dan
perubahan sikap. Resiko-resiko yang berhubungan dengan
pekerjaan selama kehamilan termasuk :
1) Berdiri lebih dari 3 jam sehari.
2) Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak
getaran atau membutuhkan upaya yang besar untuk
mengoperasikannya.
3) Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat,
mendorong dan membersihkan.
4) Jam kerja yang panjang
Kriteria

pekerjaan

dapat

dibedakan

menjadi

buruh/pegawai tidak tetap, swasta, PNS/ABRI, tidak bekerja/ibu


rumah tangga (Suparyanto 2011)
d. Pendapatan
Penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik
dari pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjan atau aktivitas

yang kita lakukan dan dengan dinilai sebuah uang atas harga
yang berlaku pada saat ini. Pendapatan seorang dapat
dikatakan meningkat apabila kebutuhan pokok seorangpun
akan

meningkat.

Suatu

kegiatan

yang

dilakukan

untuk

menafkahi diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak


ada yang mengatur dan dia bebas karena tidak ada etika yang
mengatur.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan
antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan
keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat
penggelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga
dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang
dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya terutama untuk
memenuhi

kebutuhan

zat

gizi

dalam

tubuhnya. Tingkat

pendapatan dapat menentukan pola makan. Pendapatan


merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti
semakin baik makanan yang diperoleh dengan kata lain
semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula prosentase dari
penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan
beberapa jenis bahan makanan lainnya (FKM UI 2007 dalam
Suparyanto 2011).

Berdasarkan survei pendapatan dan pengeluaran


rumah tangga tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik,
pendapatan untuk pedesaan dibedakan menjadi 3 golongan
yaitu :
1) Pendapatan rendah di bawah Rp. 790.000,2) Pendapatan sedang Rp.790.000,- sampai. Rp.1.270.000,3) Pendapatan tinggi di atas Rp. 1.270.000,e. Faktor Jarak Kelahiran
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya
kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila
keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih
dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih
tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan
jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu
dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan
juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan

untuk

memperbaiki

tubuhnya

sendiri

(ibu

memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan


setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali
maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut
yang dikandung. Berbagai penelitian membuktikan bahwa
status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca

persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk


kehamilan berikutnya (FKM UI 2007 dalam Suparyanto 2011).
Selain itu kesehatan fisik dan rahim ibu yang masih
menyusui sehingga dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil.
Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu
seolah-olah menghadapi kehamilan atau persalinan yang
pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila
asupan gizi ibu tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi KEK
pada ibu hamil.
Kriteria jarak kelahiran dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Resiko rendah ( 2 tahun sampai < 10 tahun)
2) Resiko tinggi (< 2 tahun atau 10 tahun)
f. Faktor Paritas
Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang
berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu
hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah
hamil

atau

melahirkan

anak

kali

atau

lebih,

maka

kemungkinan banyak akan ditemui keadaan :


1) Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi.
2) Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim.
Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Partas rendah (< 4x kelahiran).


2) Paritas tinggi ( 4x kelahiran).
C. Tinjauan tentang Variabel Penelitian
1.

Pendidikan
Pendidikan

sebagai

proses

pembentukan

pribadi,

pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan


sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik
(Umar dalam Suparyanto, 2011). Faktor pendidikan mempengaruhi
pola makan ibu hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki
lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya (FKM UI 2007
dalam Suparyanto 2011).
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan ibu
adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan
mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi dengan diukur dengan cara dikelompokkan dan
dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Depdikbud 1997
dalam Suparyanto 2011).

2.

Paritas

Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang


berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu
hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau
melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan
ditemui keadaan seperti anemia, kurang gizi dan kekendoran pada
dinding perut dan dinding rahim.
Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Paritas rendah (< 4x kelahiran)
2. Paritas tinggi ( 4x kelahiran) (Suparyanto, 2011)
3.

Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya

kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila


keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari
2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan
kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan
menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup
untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu
dan janin/bayi berikut yang dikandung (Baliwati, 2006). Berbagai

penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum pulih


sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu
belum siap untuk kehamilan berikutnya (FKM UI, 2007).
Selain itu kesehatan fisik dan rahim ibu yang masih
menyusui sehingga dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Ibu
hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu seolah-olah
menghadapi kehamilan atau persalinan yang pertama lagi. Umur
ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila asupan gizi ibu tidak
terpenuhi maka dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
1. Kekurangan Energi Kronik
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan
dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg


Tinggi badan ibu < 145 cm.
Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00
Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010).

2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan ibu


adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan
mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi dengan diukur dengan cara dikelompokkan dan
dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Depdikbud 1997
dalam Suparyanto 2011).
3. Paritas
Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang
berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu
hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau
melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan
ditemui keadaan seperti anemia, kurang gizi dan kekendoran pada
dinding perut dan dinding rahim. Paritas merupakan keadaan
dimana ibu telah melahirkan bayi dan dapat hidup diluar
kandungan. (Khatimah, Khusnul, 2012).
4. Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya
kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila
keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari
2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan
kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun.

B. Bagan kerangka konsep penelitian


Dari uraian diatas, maka dibuat suatu kerangka yang menjadi
dasar pemikiran dalam penelitian:
Kekurangan Energi Kronik
Tingkat Pendidikan
Paritas
Jarak Kehamilan

C. Defenisi Operasinal Variabel dan Kriteria Objektif


1. Kekurangan Energi Kronik
Yang dimaksud dengan kekurangan energy kronik pada
ibu hamil dalam penelitian ini adalah Kekurangan Energi Kronik
satu keadaan malnutrisi dengan ukuran LILA < 23,5 cm sesuai
diagnose dokter dalam rekam medi Rumah Sakit Dompu tahun
2015.
Kriteria Objektif:
Ya
: Mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) apabila
klien tercatat sesuai dengan diagnosa dokter pada
Tidak

buku rekam medis.


: Tidak mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK)
apabila klien tidak tercatat sesuai dengan diagnosa
dokter pada buku rekam medis.

2. Tingkat Pendidikan
Yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah tingkat
pendidikan terakhir ibu yang tercantum di rekam medis Rumah
Sakit Dompu tahun 2015.
Rendah
: Bila ibu hanya tamatan SLTP atau sederajat

Tinggi
3. Paritas

: Bila ibu tamatan SMA atau perguruan tinggi


Yang dimaksud dengan paritas dalam penelitian ini adalah

jumlah ibu telah melahirkan bayi yang tercantum di rekam medis


Rumah Sakit Dompu tahun 2015.
Kriteria Objektif:
Resiko Tinggi
: Jika ibu dengan paritas 1 dan >3
Resiko Rendah
: jika ibu dengan gravida 2 dan 3
4. Jarak Kehamilan
Yang dimaksud dengan jarak kehamilan dalam penelitian
ini adalah jarak antara anak ibu yang dikandung sekarang dengan
kelahiran sebelumnya yang tercatat dalam buku rekam medis di
Rumah Sakit Dompu tahun 2015.
Kriteria Objektif:
Resiko Tinggi
: 2 tahun sampai > 5 tahun
Resiko Rendah
: > 2 tahun dan 5 tahun
BAB IV
METODE PENELITAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
studi dokumentasi dengan pendekatan deskriptif bermaksud melihat
gambaran kejadian kekurangan energy kronik (KEK) pada ibu hamil di
Rumah Sakit Dompu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Rumah Sakit
Dompu Provinsi Nusa Tenggara Timur.
b. Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu hamil yang datang
memriksakan kehamilannya di Rumah Sakit Dompu bulan Januari Desember 2015 yaitu sebanyak 2344 orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
didiagnosa mengalami kekurangan energy kronik yang ada di
Rumah Sakit Dompu pada bulan Januari - Desember 2015 yaitu
sebanyak 67. orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dimana
sampel diambil berdasarkan tujuan penelitian yaitu semua ibu hamil
yang didiagnosa mengalami kekurangan energy kronik (KEK) yang
tercatat didalam rekam medik di ruangan Ante Natal Care Rumah
Sakit Dompu tahun 2015.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan
mengambil data sekunder pada buku registrasi ibu hamil di Rumah
Sakit Dompu tahun 2015.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang telah terkumpul diolah secara manual menggunakan
kalkulator untuk diambil dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang dilengkapi dengan penjelasan tabel.
F. Analisis Data
Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian
deskriptif maka analisa data dapat dilakukan menggunakan formulasi
untuk distribusi frekuensi atau presentase yang secara matematika
dapat ditulis dengan:
f
P = n 100

Keterangan:
P = Persentase yang dicari
F = Frekuensi (Jumlah pengamatan)
n = Jumlah sampel

Anda mungkin juga menyukai