Nama
NIM
: 1308241183
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu gejala semesta yang berlangsung sepanjang
hanyat manusia, di manapun manusia berada. Diamana ada manusia maka ada
pendidikan(Driyarkoro dalam Ilmu Pendidikan T. Sulistyono, 2013: ). Atau
dengan kata lain pendidikan dapat diartikan sebagai memanusiakan manusia. Hal
tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dalam pasal 1 yang berisi Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensial dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Dari salah uraian diatas menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar
peserta didik dapat mengembangkan potensinya. Suasana dan proses belajar
merupakan salah satu bagian
panduan proses belajar mengajar guru dalam membimbing peserta didik untuk
belajar agar terarah ke suatu tujuan yang jelas yaitu tujuan pendidikan.
Proses pembelajaran adalah proses yang berintikan sebuah interaksi antara
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar dan mengajar
merupakan dua hal yang berbeda, akan tetapi membentuk satu kesatuan yang padu
dan harmonis. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang
mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar yang
dilaksanakan guru sangatlah berpengaruh dalam kegiatan belajar siswa. Oleh
karena itu perencanaan proses belajar mengajar akan lebih bermakna apabila
dapat membuat pelaksanaan pembelajaranya menjadi efektif dan efisien.
Dalam proses belajar mengajar terdapat sebuah proses interaksi yang
terjadi antara sosok
mempengaruhi satu sama lain. Selain interaksi dengan guru, siswa juga
berinteraksi dengan orang lain yang lebih paham tentang ilmu yang dibahas dan
penguasaan media pembelajaran yang digunakan. Proses berinteraksi tersebut
tidak semudah apa yang di lihat dan di angankan tetapi interaksi tersebut juga
terdapat rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan interaksi belajar mengajar
yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan kepada orang yang belum mengetahui
ilmu tersbut sehingga menjadi mengetahui ilmu tersebut.
Matematika sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang
digunakan untuk wahana pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain untuk
wahana pencapai tujuan belajar mengajar matematika juga dapat untuk
membentuk kepribadian siswa, serta mengembangkan keterampilan tertentu.
Karena mempelajari matematika merupakan sarana berpikir ilmiah dan berpikir
logis serta mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Selain itu, penguasaan materi matematika juga sangat membantu
dan menjadikan sebagai salah satu sarana yang penting dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek).
psikomotorik yang menjadi satu kesatuan. Selain itu Seorang guru yang pandai
dan kreatif bahkan sudah belajar sampai Sarjana tingkat 3 berkali-kali tetapi tidak
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, maka kepandaian tersebut yang
di transfer ke peserta didik tidaklah berguna karena tidak dapat tersampaikan
dengan baik. Untuk itu dalam menyampaikan suatu hal baru yang kreatif juga
belum tinggi bahkan hanya sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan yaitu 65. Agar nilai tersebut dapat naik atau meningkat perlu
adanya solusi agar semua siswa dapat menjadi bagian dari proses belajar mengajar
didalam kelas. Hal tersebut sangatlah penting mengingat materi matematika
dalam dunia pendidikan khususnya di indonesia itu penting.
Hasil yang diperoleh oleh siswa tersebut rendah karena disebabkan pada
pokok bahasan penyederhanaan bilangan pecahan. Hal tersebut terjadi karena
disebabkan oleh kurang aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar didalam
kelas. Dimana siswa hanya melakukan kegiatan menulis apa yang diterangkan
oleh guru dan hanya melakukan penghafalan materi secara paksaan tanpa
memahami materi. Selain itu kurangnya kreatifitas guru dalam menerangkan
materi tanpa menggunakan media sebagai alat bantu agar mudah dipahami oleh
siswa juga menjadi penyebab hasil belajar siswa rendah.
Keberhasilan dalam hasil belajar dapat diukur dari keberhasilan siswa
yang mengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan aktif. Selain itu tingkat
keberhasilan tersebut juga dapat dilihat dari kepahaman siswa terhadap materi apa
yang sudah dipelajari dengan menggunakan bantuan media. Diketahui juga
sampai saat ini materi didalam matematika sulit dipahami oleh siswa, baik berupa
konsep-konsep maupun aturan-aturan. Selama ini siswa hanya cenderung
menghafal konsep-konsep matematika, tanpa memahami maksud dan isinya.
Dengan demikian pembelajaran matematika di sekolah merupakan sebuah
masalah dan harus segera diselesaikan.
Jika konsep dasar diterima oleh siswa salah, maka sampai kapanpun
dalam mempelajari materi matematika lanjutan akan mengalami kesulitan bahkan
terjadi kesalahan juga. Dan jika itu terjadi maka sangatlah sulit untuk
memperbaiki kembali materi dasar yang sudah terlanjur diberikan sejak awal dan
jika sudah diterapkan dalam bentuk menyelesaikan soal-soal matematika.
Untuk itu perlu adanya kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar agar
dapat mengaktifkan siswa. Salah satu dari kreatifitas guru dalam menerangkan
materi penyerderhanaan bilangan pecahan tersebut adalah dapat menggunakan
media kertas kolase. Kolase sendiri adalah sebuah bagian dari mata pelajaran seni
rupa yang masuk dalam kategori membentuk atau mengggambar bentuk. Dengan
menggunakan media berupa kertas kolase, diharapkan guru akan lebih mudah
dalam membuat proses pembelajaran meengajar mata pelajaran matematika lebih
menarik dan mudah di pahami bagi siswa sehingga dapat berpengaruh pada
peningkatkan hasil belajar siswa. Karena dengan menggunakan media kertas
kolase siswa akan mengaitkan antara materi pelajaran dengan bentuk kolase suatu
objek yang berupabangun datar yang yang terpecah-pecah atau tidak menyatu,
sehingga mendorong siswa
untuk
diperoleh dengan apa yang dibuat oleh siswa, sehingga siswa akan paham maksud
dari materi yang sudah diberikan oleh guru.