1102009012
Chintia R. Endismoyo
1102008309
1102009139
M.Taufiq Harahap
1102009191
1102009224
Siti Solehah
1102009270
1102009304
DEFINISI
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau
penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir.
Contohnya hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah virus, ebola virus, marburg
virus, lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu.
Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah
penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya diphtheria, cholera,
human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis, variola virus, viral
haemorrhagic fever viruses.
Ebola virus diseases adalah penyakit infeksi akibat virus mematikan yang ditularkan melalui
kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, jarum yang
terinfeksi atau hewan yang terinfeksi.
ETIOLOGI
Genus ebolavirus adalah 1 dari 3 golongan filoviridae, berikut genus marburgvirus dan genus
cuevavirus. Terdapat 5 spesies genus ebolavirus: bundibugyo ebolavirus (BDBV), zaire
ebolavirus (EBOV), reston ebolavirus (RESTV), sudan ebolavirus (SUDV), dan tai forest
ebolavirus (TAFV).
EPIDEMIOLOGI
Tepat 37 tahun lalu, seorang pekerja toko di Nzara, Sudan, tiba-tiba sakit. Lima hari
berselang, ia meninggal dunia. Dengan kematiannya, dunia tanpa sadar menyaksikan dampak
dari virus Ebola pertama, 27 Juni 1976. Virus ini kemudian menjadi wabah di seluruh area
tersebut. Dilaporkan terjadi 284 kasus, setengah di antaranya membuat korban sekarat. Gejala
dari Ebola hemorrhagic fever (EHV) biasanya dimulai empat hingga 15 hari sesudah
seseorang terinfeksi. Rata-rata gejala yang dialami berupa sakit seperti flu, demam tinggi, dan
nyeri.
Semua gejala di atas biasanya diikuti dengan diare, muntah, serta kemunculan ruam di
seluruh tubuh. Lalu dimulailah gejala menyakitkan seperti keluarnya darah dari semua lubang
di tubuh. Dilanjutkan dengan rusaknya organ-organ internal si penderita. Masuk hari ketujuh
hingga kesepuluh, muncul rasa kelelahan, dehidrasi, dan shock. Dokter yang merawat para
korban awal sadar bahwa virus ini terjadi ketika ada kontak yang cukup dekat. Sebagai
contoh, di Rumah Sakit Maridi, Sudan, 33 dari 61 suster yang merawat pasien penderita
Ebola, akhirnya ikut tewas karena virus tersebut.
Studi yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, virus ini memiliki
angka kematian sebesar 90 persen. Umumnya berkembang di desa-desa terpencil di Afrika
Tengah dan Barat. Diyakini, virus bermula dari hewan liar yang menularkannya ke manusia
hingga akhirnya mematikan bagi populasi manusia. Hewan yang dianggap sebagai inang
alaminya adalah kelelawar buah dari famili Pteropodidae. Hingga sekarang, belum ada
vaksin penyembuh bagi mereka yang terpapar.
Ebolavirus adalah salah satu virus dari sekitar 30 virus yang diketahui menyebabkan
sindrom demam berdarah (hemorrhagic fever syndrome). Penyakit ini pertama kali
ditemukan di Sudan pada tahun 1976. Virus jenis Sudan, Zaire, dan Ivory Coast berasal dari
simpanse di Afrika sedangkan Reston dari Asia Tenggara. Reston ebolavirus pertama kali
Di Indonesia kekhawatiran terhadap penyakit ebola ini juga merebak. Hewan reservoir
(tempat virus hidup dan berkembang biak) didapatkan di Indonesia, yaitu kalong dan orang
utan Kalimantan yang pada tahun 2012 lalu ditemukan infeksi virus ebola dalam darahnya
walaupun kekhawatiran penularan pada manusia belum ada. Virus ebola telah tercatat
menimbulkan wabah pada penyakit demam berdarah pada manusia dengan angka kematian
mencapai 89% sejak tahun 1976-2012 di Afrika. Virus jenis Zaire adalah virus ebola paling
berbahaya yang mengakibatkan angka kematian hingga 89%. Sementara virus jenis Sudan
mengakibatkan angka kematian berkisar antara 41-65%.
Demam
Nyeri kepala
Lemas
Diare
Muntah
Nyeri perut
Mata merah
Cegukan
Batuk
Nyeri tenggorokan
Nyeri dada
Sesak nafas
Sulit menelan
DIAGNOSIS
Penyakit lain yang harus disingkirkan sebelum mendiagnosis Ebola hemorrhagic fever antara
lain: malaria, demam tifoid, shigellosis, kolera, leptospirosis, pes, rickettsiosis, demam
kambuh, meningitis, hepatitis dan demam berdarah virus lainnya.
Infeksi virus Ebola dapat didiagnosis definitif di laboratorium melalui beberapa jenis tes:
Sampel dari pasien merupakan risiko Biohazard ekstrim; pengujian harus dilakukan dalam
kondisi penahanan biologis maksimum.
Kasus yang parah memerlukan perawatan suportif intesif. Pasien sering mengalami
dehidrasi dan membutuhkan cairan intravena atau rehidrasi oral dengan larutan yang
mengandung elektrolit.
Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif dan vaksin manusia, meningkatkan
kesadaran terhadap faktor infeksi ebola dan upaya perlindungan individu adalah satu-satunya
cara untuk mengurangi infeksi dan kematian.
Untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian
antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase
chain reaction (PCR), dan mengisolasi virus Ebola yang bisa dilakukan untuk mengetahui
adanya virus Ebola dalam tubuh manusia
Mendeteksi penyebab penyakit cacar air (small pox), Anthrax, dan Virus Ebola, pada saat
ini bisa dilakukan dengan mudah, dan hasil identifikasinya dapat langsung disebarluaskan
melalui jaringan telepon genggam. Teknologi yang dikembangkan Fraunhofer Institute for
Silicon Teknologi, sebuah perusahaan inovasi teknologi mikrobiologi dan mikrokomputer
dari Jerman ini menyebutnya dengan eBiochipstick. Alat ini cukup mengambil DNA atau
bagian tubuh atau benda yang diduga terinfeksi bakteri, lalu dimasukkan sebuah kotak
seukuran tv 10 inc (eBiochip Adaptor). Instrumen yang bekerja dengan bantuan komputer
portabel ini, dengan mudah kemudian mendeteksi kadar virus, racun, bakteri, atau patogen,
yang telah menjangkiti tubuh manusia, atau hewan. Alat ini diberi nama, eBiochip System
Portable Instrument. Alat ini dengan cepat akan mendeteksi jenis spora, dan mendeteksi virus
Ebola lewat perangkat eBiochipstick. Alat untuk mendeteksi dan menganalisis jenis bakteri,
virus, atau racun berbahaya dalam tubuh manusia cukup dengan sebuah chip seukuran disket
HDD yang tebalnya tak lebih dari koin Rp 500,- dan mengurai protein dengan analisis akurat.
Berdasarkan data departemen ketahanan biologi Amerika, stidaknya ada tujuh jenis racun,
bakteri patogenik yang bisa dideteksi alat ini. Selain bakteri antrax dan smal pox (cacar air),
eBiochip ini juga bisa mendeteksi plague, hepatitis C, tularemia, brucellus, Q-fever, dan virus
Ebola (virale hemorhagic fever). Bahkan bakteri penyakit anthrax yang sporanya bisa
bertahan hingga di atas 40 tahun pun masih bisa dideteksi oleh alat ini. Kadar infeksi bakteri
penyakit yang bisa menular ke manusia ini dengan dini bisa dideteksi dan diurai kadar
racunnya.
PENATALAKSANAAN
Pencegahan
Di Afrika , tingginya kasus sering dikaitkan dengan paparan jaringan dari hewan yang
terinfeksi selama menyembelih. Sebagian besar kasus telah dikaitkan dengan paparan
bangkai simpanse , gorila. Karena kisaran reservoar belum diketahui, semua hewan liar yang
sakit dan mati harus dihindari . Hewan-hewan ini tidak boleh disentuh , dimakan atau
diberikan kepada hewan lainnya . Untuk mencegah infeksi dari hewan yang tampak sehat,
kebersihan pribadi yang baik harus digunakan ketika menangani dan menyiapkan daging ,
dan daging harus dimasak dengan matang . Daging di lihat dan di uji jika tersedia , juga
melindungi konsumen .
Pencegahan Ebola HF di Afrika menyajikan banyak tantangan . Karena identitas dan
lokasi alami reservoir virus Ebola tidak diketahui. Terdapat beberapa tindakan pencegahan
primer yang ditetapkan.
Jika kasus-kasus penyakit ini terlihat , saat ini kondisi sosial dan ekonomi sering
mendukung penyebaran secara epidemi dalam fasilitas pelayanan kesehatan . Oleh karena itu
, penyedia layanan kesehatan harus mampu mengenali kasus Ebola HF. Mereka juga harus
memiliki kemampuan untuk melakukan tes diagnostik dan siap untuk mengisolasi virus.
Teknik-teknik ini termasuk mengenakan pakaian pelindung , seperti masker , sarung tangan,
baju , dan kacamata ; penggunaan tindakan pengendalian infeksi , termasuk sterilisasi
peralatan lengkap ; dan isolasi pasien Ebola HF dari kontak dengan orang-orang yang tidak
dilindungi . Tujuan dari semua teknik ini adalah untuk menghindari kontak orang dengan
darah atau cairan dari setiap pasien . Jika seorang pasien dengan Ebola HF mati , itu sama
pentingnya bahwa kontak langsung dengan tubuh pasien meninggal dicegah .
Medikamentosa
Tidak ada pengobatan khusus untuk menangani Ebola Haemorrhagic Fever
dikarenakan sampai saat ini belum di temukan vaksin yang tepat. Untuk menangani penyakit
ini hanya dilakukan tindakan supportif seperti pemberikan cairan elektrolit, pemantauan
tekanan darah dan status pernafasan, bisa diberikan juga terapi apabila terdapat komplikasi
infeksi.
demam
WHO telah menciptakan sebuah gagasan pada tindakan pencegahan standar dalam
perawatan kesehatan . Tindakan pencegahan standar dimaksudkan untuk mengurangi
risiko penularan melalui darah dan patogen lainnya . Jika diterapkan secara universal ,
tindakan pencegahan akan membantu mencegah sebagian besar penularan melalui
paparan darah dan cairan tubuh .Tindakan pencegahan standar yang dianjurkan dalam
perawatan dan pengobatan semua pasien,
menjaga kebersihan
kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh , pencegahan jarum suntik dan cedera
dari benda tajam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Ebola Hemorrhagic Fever
http://www.cdc.gov/ncidod/dvrd/spb/mnpages/dispages/ebola.htm
2. World Health Organization (WHO). Ebola haemorrhagic fever.
http://www.who.int/csr/disease/ebola/en/