Anda di halaman 1dari 21

PORTOFOLIO

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA INKARSERATA

Diajukan kepada :
dr.FaradillaSoraya

Disusun oleh :
dr. Zuldi Erdiansyah

RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


KABUPATEN PEKALONGAN
2016

PORTOFOLIO KASUS MEDIK


Borangportofolio
Nama Peserta

: dr. Zuldi erdiansyah

Nama Wahana

: RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Topik

: Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata

Tanggal Kasus

: 04jan 2016

Pendamping

: dr. Faradila Soraya

Objektif Presentasi

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Deskripsi

Anak

Dewasa

Lansia

Bumil

Seorang pria Tn. R usia 70 tahun datangdenganbenjolan di lipat paha kiri.


Tujuan

menegakan diagnosis ,
mengetahuipenyebabdanmencegahtimbulkembalinyasertamelakukanpenatalaksanaan.
Bahan Bahasan

Tinjauan Pustaka

Cara membahas

Diskusi

DATA PASIEN
Nama

: Tn. S

Usia

: 70tahun

Alamat

: Doro

No. RM

: 201118

Tanggal Masuk

: 04jan 2016

Status

: Menikah

Riset

Presentasi

Kasus

Audit

Email

Pos

Data utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis/Gambaran Klinis
A. Keluhan utama
Benjolan di lipat paha kiri
B. Keluhan tambahan
Tidakbisa BAB dankentut
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat paha kiri.
Pasien mengaku benjolan sudah ada sejak 10 tahun sebelum masuk Rumah Sakit.
Awalnya benjolan dapat keluar masuk sendiri, keluar saat pasien mengedan, batuk atau
mengangkat benda berat dan dapat masuk kembali saat tiduran maupun dimasukkan
dengan tangan. Namun sejak 1 minggu SMRS, benjolan tersebut keluar terus-menerus,
tidak dapat dimasukkan dan dirasakan memberat sejak 1 hari SMRS.
Pasien mengaku batuk sudah 1 minggu, sejak batuk tersebut muncul benjolan
keluar dan tidak dapat keluar masuk sendiri. Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh mual,
muntah sebanyak 3x/hari berisi air campur makanan,dan tidak terdapat darah. Nafsu
makan pasien berkurang. Pasien juga merasakan perut terasa penuh dan tidak dapat BAB
serta buang angin selama 1 hari. Untuk mengurangi rasa sakitnya, pasien membeli obat di
apotek namun keluhan tidak berkurang. Keluhan demam, rasa nyeri, panas dan
kemerahan pada benjolan disangkal oleh pasien.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya diakui
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat alergi disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat alergi disangkal
F. Riwayat Penyakit Sosial

Pasien tinggal berdua bersama istrinya. Pasien seorang petani namun sekarang
sudah tidak bekerja. Memiliki riwayat sering mengangkat barang berat, mencangkul saat
masih bekerja sebagai petani. Berobat di RSUD Dr. Soetrasno denganfasilitas PBI.
Kesan sosial ekonomi: kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaanumum
: tampaksakitsedang
Kesadaran
: Composmentis
VS Tekanandarah
: 140/90 mmHg
Nadi

: 96x/menit

Respirasi
: 24x/menit
Suhu
: 370C
A. Status generalis
1 Kepala
: mesochepal, jejas (-), luka (-) rambuthitam, distribusirambut
merata, rambuttidakmudahdicabut.
2 Mata
: konjungtivaanemis -/-, skleraikterik -/-, pupil bulat
isokor 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+) normal.
3 Hidung
: deviasi septum (-), discharge (-)
4 Telinga
: simetris, discharge (-), berdengung (-), darah (-)
5 Mulut
: bibirtidaksianosis, lidahtidakkotor, hiperemis
6 Leher
: JVP tidakmeningkat, pembesarankelenjarlimfe (-)
7 Thorax
Pulmo
Inspeksi

: Simetris, jejas (-),ketinggalangerak (-)

Palpasi

: Vokal fremitus kanansamadengankiri

Perkusi

: Sonorseluruhlapangparu

Auskultasi : SD vesikuler, Rbk(-), Rbh (-) Wheezing(-)


Cor
Inspeksi

: ictus cordistidaktampak

Palpasi

: ictus cordistidakkuangangkat

Perkusi

: Kiri atas SIC II LPSS, Kiri bawah SIC IV LMCS


Kanan atas SIC II LPSD, Kanan Bawah SIC III LPSD

Auskultasi : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)


8

Abdomen
Inspeksi

: Cembung gravid

Auskultasi : Bisingusus (+) meningkat

Perkusi

: Timpani

Palpasi

: Supel, nyeritekan (-), hepardanlien tidakteraba

Costovertebra
Inspeksi

: Deformitas (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-)

Perkusi

: Nyeri ketok Costovertebra (-)

10 Ekstremitas
Superior

Regio brachium
Look

Feel
Move

Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Edema
Deformitas
Penonjolantulang
Krepitasi
Nyerigerakaktif.
Nyerigerakpasif
Gerak terbatas

Kiri

++

Regio antebrachium
Look

Feel

Move

Kanan

Kanan
Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Edema
Deformitas
Penonjolantulang
Krepitasi
Nyeritekan
Nyerigerakaktif.
Nyerigerakpasif
Gerak terbatas

Kiri
+

Kanan

Kiri

Regio manus
Look
Simetris

Feel

Move

Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Edema
Deformitas
Penonjolantulang
Krepitasi
Nyeritekan
Nyerigerakaktif.
Nyerigerakpasif
Gerak terbatas

Inferior

Regio femur
Look

Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Vulnus Laceratum
Edema
Feel
Deformitas
Penonjolantulang
Krepitasi
Nyeritekan
Move Nyerigerakaktif.
Nyerigerakpasif
Gerak terbatas
Regio Cruris

Kanan
+

Look

Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Vulnus Laceratum
Edema
Tulang
Feel
Deformitas
Penonjolantulang
Krepitasi
Nyeritekan
Move Nyerigerakaktif.
Nyerigerakpasif
Gerak terbatas
Regio pedis

Kiri
+

Kanan
+
-

Kiri
-

Look

Feel

Move

Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Vulnus Laceratum
Edema
Deformitas
Penonjolantulang
Krepitasi
Nyeritekan
Nyerigerakaktif.

Kanan
-

Kiri
-

11 Status Lokalis :
Regio inguinalis sinistra
Inspeksi
: pasien posisi terlentang tanpa mengedan terdapat benjolan di
bawah ligamentum inguinale, berbentuk lonjong dengan ukuran 7 cm x 4
cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat
dimasukkan kedalam cavum abdomen, tidak nyeri
Auskultasi
: bising usus (+)
Transluminasi : negatif
Palpasi

Massa (+) bentuk lonjong, diameter 7cmx4cm, kenyal, mobile, nyeri (-) hiperemis(-) , transluminasi (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin

HASIL

SATUAN RUJUKAN

13.2

g/dl

11.8 15.0

39.4

40.0 52.0

10.2

ribu/ul

6.0-12.0

211

juta/ul

156 408

4.1

ribu/ul

4.40 5.90

21.6
3.4
75.0

%
%
%
%
%

0.5 5.0
0.0 1.0
25.0 50.0
3.0 9.0
50-70%

Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
HITUNG JENIS
Eosinofil
Basofil
Limfosit
Monosit
Netrofil Segmen

GDS
Ureum
Creatinin
CT
BT
HbsAg

102
49
1.10
133.5 L
4.01
Negatif

mg/dl
mg/dl
mmol/L
mmol/L

70 - 150
10 - 50
0.60 - 1.10
135 147
3.5 - 5.0
Negatif

Hasil Pembelajaran :
1 Definisi hernia
2 Mengetahuipenegakan diagnosis hernia
3 Mengetahuipenatalaksaanhernia
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
SOAP
1. Subjektif
Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat paha kiri.
Pasien mengaku benjolan sudah ada sejak 10 tahun sebelum masuk Rumah Sakit.
Awalnya benjolan dapat keluar masuk sendiri, keluar saat pasien mengedan, batuk atau
mengangkat benda berat dan dapat masuk kembali saat tiduran maupun dimasukkan
dengan tangan. Namun sejak 1 minggu SMRS, benjolan tersebut keluar terus-menerus,
tidak dapat dimasukkan dan dirasakan memberat sejak 1 hari SMRS.
Pasien mengaku batuk sudah 1 minggu, sejak batuk tersebut muncul benjolan
keluar dan tidak dapat keluar masuk sendiri. Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh mual,
muntah sebanyak 3x/hari berisi air campur makanan,dan tidak terdapat darah. Nafsu
makan pasien berkurang. Pasien juga merasakan perut terasa penuh dan tidak dapat BAB
serta buang angin selama 1 hari. Untuk mengurangi rasa sakitnya, pasien membeli obat di
apotek namun keluhan tidak berkurang. Keluhan demam, rasa nyeri, panas dan
kemerahan pada benjolan disangkal oleh pasien.

2. Objektif
Keadaanumum
: lemas
Kesadaran
: Composmentis
VS Tekanandarah
: 140/90 mmHg
Nadi

: 100x/menit

Respirasi

: 24x/menit

Suhu

: 370C

1. Status Lokalis :
Regio inguinalis sinistra
Inspeksi
: pasien posisi terlentang tanpa mengedan terdapat benjolan di
bawah ligamentum inguinale, berbentuk lonjong dengan ukuran 7 cm x 4
cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat
dimasukkan kedalam cavum abdomen, tidak nyeri
Auskultasi
: bising usus (+)
Transluminasi : negatif
Palpasi

Massa (+) bentuk lonjong, diameter 7cmx4cm, kenyal, mobile, nyeri (-) hiperemis(-) , transluminasi (-)

3. Assessment (penalaran klinis)


Hernia

merupakan protrusi atau

penonjolan isi suatu rongga ke rongga lain

melalui defek (bagian terlemah dari dinding rongga tersebut). Bagian terlemah dari
rongga dapat berupa fascia maupun muskuloaponeurotik. Hernia terdiri atas 3 bagian
yaitu: cincin, kantong dan isi hernia.
Hernia ingunalis dibagimenjadiduayaitu Hernia IngunalisLateralis (HIL) dan Hernia
IngunalisMedialis. Hernia inguinalislateralismempunyainamalainyaitu hernia indirect
yang

artinyakeluarnyatidaklangsungmenembusdinding

abdomen.

Selain

hernia

indireknamalainadalah herniaoblique yang artinya kanal yang berjalanmiringdari lateral


atas

ke

medial

bawah.

ingunalislateralissendirimempunyaiartipintukeluarnyaterletakdisebelah

Hernia
lateral

vasa

epigastrica inferior. Sedangkan hernia inguinalis medialis atauseringdisebutsebagai hernia


direct merupakan hernia yang menonjollangsungmelaluitrigonumHeselbach.

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (misal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada
pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya
dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali
kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang
menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
bisa menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut. Tekanan
intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan saat miksi atau
defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites, obesitas atau
mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis,
yaitu masuknya testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga
terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus
vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi
perut tidak dapat masuk melalui kanal.Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada
kanan, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal,
kanalis inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak
mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
- Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
- Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
kantong dan isi hernia

Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik (batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi hernia ke

annulus inguinalis internus


Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n.
illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi
Hernia diberi nama menurut tempat dimana terdapat kelemahannya. Hernia dibagi

menjadi beberapa macam, antara lain :


1. Berdasarkan kausanya:
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/dapatan, dimana hernia dapat terjadi karena peningkatan tekanan
intra abdominal.
2. Berdasarkan sifatnya:
a. Hernia reponibilis
Jika isi kantong hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan,
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri dan
gejala obstruksi usus.

Gambar 4. Hernia reponibilis

b. Hernia irreponibilis
Jika isi kantong hernia tidak dapat keluar masuk. Ini biasanya terjadi disebabkan
oleh perlengketan isi kantong hernia pada peritoneum kantong hernia. Hernia jenis
ini biasanya dikenal dengan nama hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda
sumbatan usus.

Gambar 5. Hernia irreponibilis

c. Hernia inkarserata
Merupakan hernia irreponibilis yang disertai tanda-tanda obstruksi usus. Pada
hernia tipe ini, isi kantung hernia terjepit sehingga terjadi gangguan aliran pasase
usus, dimana makanan tidak bisa lewat. Operasi hernia inkarserata merupakan
operasi darurat nomer 2 setelah operasi appendicitis. Selain itu hernia inkarserata
merupakan penyebab nomer satu kasus obstruksi usus di Indonesia.

Gambar 6. Hernia inkarserata

d. Hernia Strangulata
Hernia irreponibilis dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera yang
terperangkap dalam kantung hernia. Pada keadaan sebenarnya, gangguan
vaskularisasi sudah mulai terjadi sejak jepitan dimulai. Gangguan terdiri dari
beberapa tingkatan, dari mulai bendungan sampai dengan nekrosis.

Gambar 7. Hernia strangulata

3. Berdasarkan arah hernia


a. Hernia eksterna
Merupakan hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar, karena menonjolnya
ke arah luar. Misalnya:Hernia inguinalis medialis dan lateralis, hernia femoralis,
hernia umbilikalis, hernia epigastrika, hernia lumbalis,dll
b. Hernia interna
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa
omentum, atau masuk ke dalam recessus di dalam cavum abdomen. Misalnya
:hernia diafragmatika, hernia omentalis, hernia messenterika
4. Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :
a. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hasselbach.
Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis inguinalis dan tidak ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intraabdomen
kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Oleh karena itu hernia
ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher yang lebar, sulit
direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi
inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih sering pada
pria usia tua. Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,
secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.
b. Hernia inguinalis lateralis
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang langsung menonjol di
trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe
medialis biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di
sekitar annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang

sempit. Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi


strangulata. Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga
seringkali turun ke dalam skrotum.Pada anak sering akibat belum menutupnya
prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis.
Penegakan
diagnosis
hernia
dapatdisimpulkandari

anamnesis

danpemeriksaanfisikmeliputi :
1. Anamnesis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau
mengedan, dan menghilang saat berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai; jika
ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru
muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
-

berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.


Hernia inguinalis lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang

berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.


Hernia inguinalis medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk

bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan

tonjolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.


- Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
b. Palpasi
- Konsistensi kenyal
- Dapat/tidak dapat didorong masuk kembali( reponibel/ireponibel).
- Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia
-

dapat diraba berupa annulus inguinalis eksternus yang melebar.


Ada/tidak nyeri tekan
Testis teraba/tidak(dd/ hidrokel)
Periksa keadaan cincin hernia : melalui skrotum, jari telinjuk di
masukkan ke atas kateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus
spermaticus sampai ke annulus inguinalis internus( pada keadaan
normal, jari tidak dapat masuk). Pasien mengejan dan rasakan apakah

ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila masa teraba menyentuh
ujung jari maka hernia inguinalis lateralis. Jika menyentuh sisi jari
maka hernia inguinalis medialis.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). Bila isi hernia berupa
usus, dapat terdengar adanya bising usus pada benjolan tersebut.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu Finger test, Ziemen test dan
Thumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
Pemeriksaan Finger Test:
a. Menggunakanjarike 2 atau jari ke 5.
b. Dimasukkanlewatskrortummelalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
c. Penderitadisuruhbatuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis

Gambar 8. One Finger Test

Pemeriksaan Ziemen Test :


a. Posisiberbaring, bilaada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
b. Hernia kanandiperiksadengan tangan kanan.
c. Penderitadisuruhbatukbila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia InguinalisLateralis
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis
jari ke 4 : Hernia Femoralis

Gambar 9. ThreeFinger Test

Pemeriksaan Thumb Test :


Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 10. ThumbTest

4. Plan
Diagnosis : hernia
Tatalaksana Awal :

Airway : clear

Breathing : clear

Circulation :

Pasang IV line RL 20 tpm

Dissability : clear

Exposure : clear

Pengobatan :

IVFD RL 30 tpm
Injeksi ceftriaxone 1 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 1 ampul/ 12 jam
Injeksi ondancetron 1 ampul extra
Pasang DC, NGT
Puasa
Rencana operasi hernioraphy
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila
usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan
operasi segera.

Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai
sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki sperma yang mengandung
pembuluh darah testis.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dangan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus

internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum


inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m.
transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis keligamentum cooper
pada metode Mc Vay.
Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene,prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.
Teknik operasi hernioraphy sebenarnya di bagi menjadi 4 group berdasarkan
pendekatan nya:
a. Open anterior repair
Grup ini termasuk bassini, Mc vay yaitu dengan membuka aponeurosis m.
obliqus eksternal dan membebaskan spermatic cord. Setelah fasia
transversalis di buka dapat ditemukan kanalis inguinalis kemudian kantung
hernia diligasi dan dasar dari kanal direkonstruksi kembali.pada teknik
prsesentasi recurrence rate sangat tinggi 10-14%
b. Open posterior repair
Yang termasuk ke dalam grup ini adalah iliopubictractrepair dan nyhus
technique. Perbedaan yang mendasar dengan open anterior repair adalah
konstruksi dilakukan dari dalam. Cara ini biasanya dilakukan pada kasus
dengan multiple recurrences.
c. Tension free repair with mesh
d. Lichtenstein and rutkow techniques.
Pada mulanya sama dengan anterior repair. Namun di tambah dengan
menggunakan prosthetic nonabsorbable mesh. Keberhasilan dengan teknik
ini dengan recurrence rate kurang dari 1%.
e. Laparoscopic procedures
Teknik terbaru ini mulai terkenal mulai beberapa tahun yang lalu. Teknik
yang terbaru adalah denagn total extraperitoneal approach.
Pendidikan :
Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan kondisi pasien,
penyebab, tatalaksana, dan komplikasi..
Konsultasi dan Rujukan :
Dijelaskan

secara

rasional

bahwa

pasien

penyakitdalamuntukpengobatanlebihlanjut

harus

dirawat

oleh

dokter

spesialis

Kegiatan
Observasikeadaanumu

Periode
Selamapera

mdantanda vital
Laboratorium

watan di RS dalabatas normal


Selamapera Menegakan diagnosis

Nasihat

watan di RS
Setiap
Pasiendapatmencegahkekambuhandanme
kunjungan

Hasil yang Diharapkan


Keadaanumummembaik,
tanda

vital

nanganigejalaawal

Pekalongan ,april 2016


Mengetahui
dr. FaradillaSoraya

DAFTAR PUSTAKA

Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health. (Available from
http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on May 13th 2011)
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta : Erlangga Medical
Series
Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last Updated December 2008.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May 12th
2011)
Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24 th 2011. (Available from
http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on May 12th 2011)
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal, editor Linda
Chandranata Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515
Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai