Preskes Diare
Preskes Diare
Oleh :
Tita Rifatul Mahmudah
Christiana Yayi Tiar Larasti
G0006163/G30-11
G0007052/G32-11
Pembimbing :
Dr. Muhammad Riza Sp.A, M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
umum
penanganan
diare
akut
ditujukan
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
A. DEFINISI
Diare akut didefinisikan sebagai adanya buang air besar (BAB) pada
bayi atau anak lebih dari 3 kali dalam 24 jam, disertai perubahan konsistensi
tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung
kurang dari 7 hari, berlangsung secara mendadak. Perubahan konsistensi
terjadi karena peningkatan volume air di dalam tinja akibat ketidakseimbangan
antara absorbsi dan sekresi intestinal. Diare paling lama berlangsung kurang
dari 14 hari (Soebagyo, 2008).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 %
daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat
yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia
(Ditjen PPM & PLP, 1999).
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain : faktor
lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi,
perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan
lingkungan dan perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol
dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu
dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan
tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang
utama
adalah
pengetahuan
ibu
tentang
masalah
kesehatan.
Faktor
orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci
tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang
tinja anak. Kesemua faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masingmasing keluarga (Irwanto, dkk, 2002).
Diare yang disebabkan mikroba seperti bakteri, parasit atau virus
disebarkan melalui jalan fekal-oral. Mikroba yang berasal dari tinja (feses)
dapat melalui jalur jari-jari (fingers)- lalat (flies)- air (fluid)- tanah (field) yang
akan menyebabkan kontaminasi pada makanan atau minuman. Jalur ini
dikenal dengan jalur 4 F.
Fingers
Flies
Food
(makanan/
minuman)
Feses
Fluid
Mouth/
mulut
Field
Gambar: Rute fekal-oral (Soebagyo, 2008)
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu
sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh
virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli
halemortagik,
Plesiomonas
shigelloides,
Vibrio
cholerae
non-01,
V.
philipinensis,
Fasiolopsis
buski,
Sarcocystis
suihominis,
D. PATOGENESIS
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang,
menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga
dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya
menjadi matang.
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus
pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera
01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel
usus yang
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat
adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa (Ditjen PPM & PLP, 1999).
Parasit
Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada
epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi
epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan
ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab
diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme
yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan
berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu
sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan
klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang
merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental.
Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,
kanamisin, basitrasin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).
E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam
usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan
sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya
adalah sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari
tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan
sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan
yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan
beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus
sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah.
Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena
kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP, 1999).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa
pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi
(Aswitha, dkk, 2000).
F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering (Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :
Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake
makanan kurang.
Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut:
-
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
-
Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
Demam
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut,
bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal (denyut jantung, kualitas nadi dan
pernapasan normal)
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
10
Dehidrasi berat
Dehidrasi ringan/sedang
lambat
cukup
tanda-tanda
untuk
Tanpa dehidrasi
I. PENATALAKSANAAN
11
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai
usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
- < 1 tahun: 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya.
Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti
di atas setiap kali buang air besar.
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100
cc/kgBB. Cara pemberian :
- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 2 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan
hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol,
amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering,
rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
12
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management. mk.armon@ntlworld.com
Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta, hal : 470 471.
Deddy Satriya Putra, 2008. Diare Akut pada Anak, Upaya Mengurangi Kejadian
Komplikasi Diare Akut. Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad / FK
UNRI : http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akutpada-anak
Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
Hassan, R., Alatas., H. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://kurawa15.blogspot.com/2009/05/hati-hati-jika-diare.html
IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 49-52.
Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta, hal : 73 79.
Randy P Prescilla, MD, FAAP, 2006. Gastroenteritis. www.emedicinehealth.com
Soebagyo B, 2008. Diare Akut pada Anak. UNS Press. Surakarta, hal : 2
Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
15
16
BAB III
PRESENTASI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. BY
Umur
: 10 Bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 16 Mei 2010
: 01 00 93 91
ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara aloanamnesis terhadap ibu
penderita
B. Keluhan Utama : Mencret
C. Riwayat Penyakit Sekarang
1 hari SMRS pasien diare 5x/hari, @1/4 gelas belimbing, warna
kuning, konsistensi cair lebih banyak daripada ampas, lendir (-), darah (-),
berbau (-), seperti cucian beras (-), menyemprot (-), menangis/tampak
kesakitan saat BAB (-), muntah (+) 6-7 x/hari, @1/4 gelas belimbing,
berisi minuman yang habis diminum, darah (-), pasien tampak rewel dan
kehausan ingin minum terus, minum air putih dan ASI saja. Buang air
kecil terakhir 5 jam SMRS, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya,
sebanyak 1/5 gelas belimbing, warna kuning pekat. demam(-), batuk (-),
pilek (-) kejang(-).
Pasien masih mau menetek, kurang lebih 10x/hari, @ selama 5
menit dan susu formula dengan jumlah lebih sedikit daripada biasanya.
17
Pasien tidak ganti susu atau mencoba makanan baru. Penurunan berat
badan (-).
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit diare
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: (-)
Bronkitis
: (-)
Morbili
: (-)
Rhinitis
: (-)
Difteri
: (-)
Varicella
: (-)
Malaria
: (-)
Polio
: (-)
Diare
: (-)
Disentri Basiler
: (-)
Disentri Amoeba
: (-)
Thypus abdominalis
: (-)
Cacingan
: (-)
Gegar otak
: (-)
18
Fraktur
: (-)
: sehat
Ibu
: sehat
Saudara
: sehat
: Bidan
Frekuensi
: Trimester I
: 1x/ 1 bulan
Trimester II
: 2x/ 1 bulan
Trimester III
: 2x/ 1 minggu
: tidak ada
Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan
mendapat imunisasi.
K. Imunisasi
1.
Jenis
BCG
2.
DPT
3.
I
1 bulan -
II
III
IV
2 bulan 4 bulan
6 bulan
Polio
0 bulan 2 bulan
4 bulan
6 bulan
4.
Campak
5.
Hepatiti
9 bulan 19
Lahir
1 bulan
3 bulan
sB
N. Pohon Keluarga
20
An.BY, , 10 Bulan, 8 kg
Penderita merupakan anak tunggal. Ayah dan ibu menikah satu kali.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan umum
B. Tanda vital
BB
: 8 kg
PB
: 77 cm
LK
: 42 cm
Nadi
C. Kulit
Warna sawo matang, kelembaban cukup, ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, UUB cekung (+/+),
LK= 38 cm.
E. Mata
Mata cowong (+/+), konjungtiva pucat (-/-), palpebra odem (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), air mata
(+berkurang/+berkurang)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
21
G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga
Bentuk normal, sekret(-), tragus pain (-), mastoid pain (-).
I. Tenggorok
Uvula ditengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
J. Leher
Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak
membesar, JVP tidak meningkat
K. Lymphonodi
Retroaurikuler
: tidak membesar
Submandibuler
: tidak membesar
L. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas paru-hepar
: SIC V kanan
Cor :
Redup relatif di
: SIC V kanan
Redup absolut
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: SIC II LPSS
Kiri bawah
: SIC IV LMCS
Kanan atas
: SIC II LPSD
22
M. Abdomen
Inspeksi
: timpani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit kembali lambat.
edema
Reflek Patologis :
R. Biseps
: (+2/+2)
R. Triseps
: (+2/+2)
R. Patella
: (+2/+2)
R. Archilles
: (+2/+2)
R. Babinsky
: (-/-)
R. Chaddock
: (-/-)
R. Oppeinheim
: (-/-)
23
BB : 8 kg
Umur : 11 bulan
PB : 77 cm
BB : 8 x 100% = 85,11 %
U
9,4
74,5
BB : 8 x 100% = 80 %
TB
10
TB
12,1 g/dL
37,6 %
4.460.000 /L
AL
11.900 /L
AT
GD
GDS
Na
K
Cl
329.000 /L
AB
91 mg/dl
143 mmol/L
3,5 mmol/L
112 mmol/L
V. RESUME
1 hari SMRS pasien diare 5x/hari, @1/4 gelas belimbing, warna
kuning, konsistensi cair lebih banyak daripada ampas, lendir (-), darah (-),
berbau (-), seperti cucian beras (-), menyemprot (-), menangis/tampak
kesakitan saat BAB (-), muntah (+) 6-7 x/hari, @1/4 gelas belimbing,
berisi minuman yang habis diminum, darah (-),pasien tampak rewel dan
kehausan ingin minum terus, minum air putih dan ASI saja.. Buang air
24
imunisasi
dasar
lengkap
sesuai
umur.
Riwayat
25
26
: baik
Ad sanam
: baik
Ad fungsionam
: baik
27
18.00
22.00
02.00
06.00
10.00
HR
136x/1
132x/1
108x/1
112x/1
120x/1
RR
32x/1
28x/1
24x/1
26x/1
24x/1
17.00
Compos
18.00
Compos
19.00
Compos
20.00
Compos
22.00
Compos
06
Compos
Mata
mentis
+/+
mentis
+/+
mentis
+/+
mentis
-/-
mentis
-/-
mentis
-/-
cekung
Air mata
Mukosa
+/+
+
+/+
+
+/+
+
+/+
+
+/+
+
+/+
+
basah
Turgor
lambat
Agak
Kembali
Kembali
Kembali
Kembali
CRT
ADP
< 2
Teraba
lambat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
cepat
< 2
Teraba
BAK
kuat
-
kuat
-
kuat
+
kuat
+
kuat
+
kuat
+
28
Makan
Minum
Infus
BAK
BAB
IWL
BC
D
16.00
400
300
100
100
-100
4,69
22.00
150
600
800
100
+350
4,69
29
06.00
150
250
300
100
0
4,69
FOLLOW UP 17/5/2010
S: BAB (+) 6x cair lebih banyak daripada ampas, lendir -, darah
BAK (+) 4x banyak warna kuning
muntah (+) 3x isi susu, demam (-), batuk (-), pilek (-)
O: ku sedang, compos mentis
VS: Nadi: 112x/1
RR: 32x/1
t: 36,9
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Thorax
Retraksi (-)
Cor
Pulmo
SDV(+/+), ST (-/-)
Abdomen
Inspeksi: DP//DD
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: Tympani
Palpasi: supel, Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba
turgor cepat kembali
Ekstremitas
Akral dingin -
edema
30
Terapi :
Lanjutkan
Monitoring :
KUVS/4 jam; Status hidrasi/4 jam; Balance cairan/8 jam
FOLLOW UP 18/5/2010
S: BAB 2x ampas lebih banyak daripada cair, lendir -, darah
BAK + banyak warna kuning,
muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-)
O: ku baik, compos mentis
VS: Nadi: 110x/1
RR: 28x/1
t: 36,7
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Thorax
Retraksi (-)
Cor
Pulmo
SDV(+/+), ST (-/-)
Abdomen
Inspeksi: DP//DD
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: Tympani
Palpasi: supel, Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Akral dingin -
edema
31
MAKROSKOPIS
warna
kejernihan
KIMIA URIN
Berat jenis
pH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
MIKROSKOPIS
Eritrosit
Leukosit
EPITEL
Epitel Squamous
Epitel Transisional
Epitel Bulat
SILINDER
Hyline
Granulated
Leukosit
Kristal
kuning
jernih
1.015
7.0
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
0-1
1-2
0
-
Kuning
cair
+
++
+
32
Tinja cair warna kuning, berlendir, tidak ditemukan parasit maupun jamur
patogen.
Ass :
1. Diare Akut dengan dehidrasi ringan-sedang e/c DD virus, bakteri
2. Gizi kurang
Terapi :
Lanjutkan
Monitoring :
KUVS/4 jam; Status hidrasi/4 jam; Balance cairan/8 jam
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan
petunjuk dan Rahmat-Nya laporan kasus Diare ini dapat diselesaikan. Laporan
kasus ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Muwardi Surakarta. Pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Mustarsid, Sp.A(K) sebagai pembimbing kami, staf bagian Ilmu Kesehatan Anak
dan semua pihak yang telah membantu penulisan laporan ini.
33
Saran dan kritikan kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Akhir
kata penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
34