Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Transisi Epidemiologi tepat pada
waktunya. Ucapan terima kasih yang mendalam kepada bapak Dosen karena atas
bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras kami telah berusaha untuk dapat
memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan
harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menyadari bahwa dalam pembuatan
penulisan ilmiah ini, masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
kami butuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarkat pada umumnya dan
bagi kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Pengertian Transisi Epedemiologi.....................................................................5
B. Pengertian Transisi Demografi Epidemiologi........................................................5
C. Faktor Penyebab Transisi Epidemiologi..............................................................6
D. Perubahan Penduduk Akibat Transisi Epidemiologi................................................9
E. Cara Pencegahan Terhadap Transisi Epidemiologi...............................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A. Kesimpulan...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan kita sering mendengar kata Transisi Epidemiologi, atau beban
ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola
kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi
penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular)
justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi
dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya.
Indonesia sebagai negara berkembang dekade saat ini dan kedepan diperkirakan akan
berada pada fase ketiga ini yaitu The age of triple health burden. Tiga beban ganda kesehatan.
Kita akan membahas beban ini satu-persatu.
Beban pertama yang dihadapi Indonesia adalah masih tingginya angka kesakitan penyakit
menular klasik. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua Negara
berkembang apalagi negara tersebut berada pada daerah tropis dan sub-tropis. Angka kesakitan
dan kematian relatif cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat menjadi masalahnya. Sebut saja
Tuberkulosis (TB), Kusta, Diare, DBD, Filarisisi, Malaria, Leptospirosis dan masih banyak lagi
teman-temannya. Seolah Indonesia sudah menjadi rumah yang nyaman buat mereka tinggal.
Sudah berpuluh-puluh tahun pemerintah kita mencoba membuat program memberantas bahkan
mengeliminasi penyakit ini namun penyakit ini belum juga bisa pergi dari Indonesia, Sudah
Trilyunan Rupiah dikeluarkan agar mereka mau meninggalkan Indonesia, Malah trend kasusnya
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Penyakit menular ini merupakan hasil perpaduan
berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Secara garis besar, biasa kita sebut Segitiga
Epidemiologi (Epidemiological Triangle) yaitu lingkungan, Agent penyebab penyakit, dan
pejamu. Ketidakseimbangan ketiga faktor inilah yang bisa menimbulkan penyakit tersebut.
Beban Kedua yang dihadapi Indonesia adalah tingginya angka kesakitan dan kematian
akibat Penyakit Tidak Menular (Non-Communicable Disease). Sebut saja Hipertensi, Diabetes
Mellitus, Penyakit Cardiovaskuler (CVD), Ischemic Heart Disese, PPOK, Kanker dan temantemannya. Masalah utamanya adalah angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di
Indonesia sudah lebih tinggi daripada kematian akibat penyakit menular. pada tahun 1995
kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 41,7 persen dan tahun 2007 meningkat menjadi
59,5 persen, ini yang tercatat di pelayanan kesehatan bagaimana dengan yang tidak tercatat ? Ini
juga menjadi salah satu masalah PTM sekarang ini, pencatatan yang hampir tidak ada sama sekali
di pelayanan kesehatan, sehingga sulit menentukan besaran masalahnya dan menentukan
kebijakan di daerah maupun pusat.
Beban ketiga yang dihadapi Indonesia adalah munculnya penyakit baru (new emerging
Infectious Disease). Sebut saja HIV (1983), SARS (2003), Avian Influenza (2004), H1N1 (2009).
Penyakit ini rata-rata disebabkan oleh virus lama yang berganti baju (baca:bermutasi) itulah yang
menyebabkan tubuh manusia sering tidak mengenalnya dengan cepat. Akibatnya angka kesakitan
dan kematian pada penyakit ini sangat tinggi dan berlangsung sangat cepat.
3
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transisi Epidemiologi.
Transisi Epidemiologi memiliki dua pengertian, menurut Omran (1971):
Statis : Interval waktu yang dimulai dari dominasi penyakit menular dan diakhiri dengan
dominasi penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian.
Dinamis : Proses dinamis pola sehat sakit dari suatu masyarakat berubah sebagai akibat
dari perubahan demografi, sosial ekonomi, teknologi dan politis.
Mekanisme Terjadinya Transisi Epidemiologi :
1. Penurunan fertilitas yang akan mempengaruhi struktur umur.
2. Perubahan faktor risiko yang akan mempengaruhi insiden penyakit.
Berpengaruh pada probabilitas menjadi sakit karena perubahan ini berpengaruh
pada macam-macam tipe risiko biologis, lingkungan, pekerjaan, sosial dan perilaku
yang dikembangkan dengan proses modernisasi.
Hubungan modernisasi dengan risiko kesehatan yaitu terjadi pergeseran dari
dominasi produksi pertanian ke produksi industri yang menyebabkan pergeseran
tempat tinggal dari desa ke kota.
Secara kultural terjadi 2 tranformasi, yaitu perluasan pendidikan dan peningkatan
peran wanita dalam pekerjaan yang dihubungkan dengan modifikasi dinamika keluarga
dan masyarakat. Secara epidemiologi, perubahan ekonomi, sosial, dan kultur yang
dihubungkan dengan modrenisasi mempunyai 2 akibat yang berlawanan, yaitu
sebagian membantu menurunkan insiden penyakit menular dan reproduksi, serta
sebagian lagi menimbulkan peningkatan penyakit tidak menular dan kecelakaan.
3. Perbaikan organisasi dan teknologi pelayanan kesehatan yang berpengaruh pada Crude
Fatality Rate (CFR).
Terjadi perubahan dalam jumlah, distribusi, organisasi dan kualitas pelayanan
kesehatan yang mempengaruhi transisi epidemiologi dengan tehnik diagnosis dan
terapi yang baik maka CFR dapat diturunkan.
4. Intervensi Pengobatan
Terutama pengaruhnya adalah mengurangi kemungkinan matinya penderita dan
pada penderita penyakit kronis hal ini mutlak meningkatkan angka kesakitan karena
memperpanjang rata-rata lama sakit.
B. Pengertian Transisi Demografi Epidemiologi
Transisi demografi merupakan akibat adanya urbanisasi, industrialisasi,
meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan, teknologi kesehatan dan kedokteran di
masyarakat. Hal ini akan berdampak pada terjadinya transisi epidemiologi yaitu
perubahan pola kematian yaitu akibat infeksi, angka fertilitas total, umur harapan hidup
penduduk dan meningkatnya penyakit tidak menular atau penyakit kronis.
Demografi merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos yang
berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau menulis. Oleh
karena itu, demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk ,
5
terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi
ilmiah tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor
faktor ini berubah dari waktu kewaktu. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Archille
Guillard pada tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul elements de statistique
humaine, ou demographie comparree atau elements of human statistics or comparative
demography (dalam Iskandar,1994).
Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
penduduk :
1. Struktur umur
2. Struktur perkawinan
3. Umur kawin pertama
4. Paritas
5. Disrupsi perkawinan
6. Proporsi yang kawin
C. Faktor Penyebab Transisi Epidemiologi.
Transisi epidemiologi ini disebabkan karena terjadinya perubahan sosial ekonomi,
lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah mengadopsi gaya
hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan
kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM.
Transisi kesehatan terjadi karena adanya transisi demografi dan transisi
epidemiologi (henry,1993). Transisi demografi merupakan akibat adanya urbanisasi,
industrialisasi, meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan, teknologi kesehatan dan
kedokteran di masyarakat. Hal ini akan berdampak pada terjadinya transisi epidemiologi
yaitu perubahan pola kematian yaitu akibat infeksi, angka fertilitas total, umur harapan
hidup penduduk dan meningkatnya penyakit tidak menular atau penyakit kronis.
Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola
kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan
prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit
tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya
hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya
pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, hipertensi, dan lain sebagainya.
Transisi epidemiologi dan demografi, juga perkembangan ekonomi
mengakibatkan negara-negara menghadapi peningkatan beban akibat Penyakit Tidak
Menular (PTM). Pada 1999, PTM diperkirakan bertanggung jawab terhadap hampir 60%
kematian di dunia dan 43% dari beban penyakit dunia (WHO, 2000). Diprediksikan pada
tahun 2020 penyakit ini akan mencapai 73% kematian di dunia dan 60 % dari beban
penyakit dunia (WHO, 2002).
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah
dianggap sebagai penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia.
Gangguan jantung dan pembuluh darah seringkali bermula dari hipertensi, atau
tekanan darah tinggi. Selain itu, hipertensi yang merupakan suatu kelainan vaskuler awal,
6
dapat menyebabkan gangguan ginjal, merusak kerja mata, dan menimbulkan kelainan
atau gangguan kerja otak sehingga dapat menghambat pemanfaatan kemampuan
intelegensia secara maksimal.
Hipertensi atau yang disebut the silent killer merupakan salah satu faktor risiko
paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit jantung (kardiovaskular). Penderita
penyakit jantung kini mencapai lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Kurang lebih
10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan
sekitar 50-60% penduduk dewasa adalah mayoritas utama yang status kesehatannya akan
menjadi lebih baik bila tekanan darahnya dapat dikontrol.
Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti
dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan ini meperlihatkan dampak dari ekspansi
penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta dampak dari program
keluarga berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru sebagai akibat
perubahan sosial dan ekonomi:
1. Pola penyakit yang semakin kompleks, Indonesia saat ini berada pada pertengahan
transisi epidemiologi dimana penyakit tidak menular meningkat drastis sementara
penyakit menular masih menjadi penyebab penyakit yang utama. Kemudian saat ini
penyakit kardiovaskuler (jantung) menjadi penyebab dari 30 persen kematian di Jawa
dan Bali. Indonesia juga berada diantara sepuluh negara di dunia dengan penderita
diabetes terbesar. Di saat bersamaan penyakit menular dan bersifat parasit menjadi
penyebab dari sekitar 22 persen kematian. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
juga lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan negara tetangga. Satu dari dua
puluh anak meninggal sebelum mencapai usia lima tahun dan seorang ibu meninggal
akibat proses melahirkan dari setiap 325 kelahiran hidup. Perubahan yang diiringi
semakin kompleksnya pola penyakit merupakan tantangan terbesar bagi sistem
kesehatan di Indonesia.
2. Tingginya ketimpangan regional dan sosial ekonomi dalam sistem kesehatan.
Dibanyak propinsi, angka kematian bayi dan anak terlihat lebih buruk dibandingkan
dengan situasi di beberapa negara Asia termiskin. Kelompok miskin mendapatkan
akses kesehatan yang paling buruk dan umumnya mereka sedikit mendapatkan
imunisasi ataupun mendapatkan bantuan tenaga medis yang terlatih dalam
prosesmelahirkan.
Kematian anak sebelum mencapai usia lima tahun dari keluarga termiskin
mencapai sekitar empat kali lebih tinggi dibandingkan anak dari keluarga terkaya.
Tingginya tingkat terkena penyakit, baik yang disebabkan dari penyakit menular
maupun penyakit tidak menular, telah mengurangi kemampuan orang miskin untuk
menghasilkan pendapatan, dan hal ini berdampak pada lingkaran setan kemiskinan.
3. Menurunnya kondisi dan penggunaan fasiitas kesehatan publik serta kecenderungan
penyedia utama fasilitas kesehatan beralih ke pihak swasta. Angka penduduk yang
diimunisasi mengalami penurunan semenjak pertengahan 1990, dimana hanya
setengah dari anak-anak di Indonesia yang diimunisasi. Indonesia bahkan telah
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara seperti Filiphina dan Bangladesh.
Program kontrol penyakit tuberkulosis (TB) diindikasikan hanya mengurangi kurang
7
virus tersebut meningkat pada kelompok yang berisiko tinggi, yaitu penduduk yang
tidak menerapkan perilaku pencegahan terhadap virus tersebut, seperti menggunakan
kondom pada aktivitas seks komersial atau menggunakan jarum suntik yang bersih
dalam kasus pecandu obat-obatan.
garam tinggi tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor
berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi (Sugiharto, A., 2007).
Dalam menurunkan dan mengontrol tekanan darah, pendekatan dietetic Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH) sangat direkomendasikan. Karena DASH lebih
menekankan pada diet buah dan sayur kaya serat serta rendah garam. Uji klinis di
Amerika Serikat dan Eropa Utara menunjukkan bahwa mengurangi natrium klorida dapat
menurunkan tekanan darah (Sacks FM, et al, 2001).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transisi epidemiologi yang dimaksud adalah perubahan distribusi dan faktor-faktor
penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang baru. keadaan transisi
epidemiologi ini ditandai dengan perubahan pola frekuensi penyakit.
Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan kompleks dalam pola kesehatan
dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi
penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak
menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup,
sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola
risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus,
hipertensi dan lain-lain.
Transisi epidemiologi ini disebabkan karena terjadinya perubahan sosial ekonomi,
lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah mengadopsi gaya
hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan
kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM. WHO
memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60%
seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya
adalah negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2006 dalam Rahajeng E &
Tuminah, S., 2009).
11
DAFTAR PUSTAKA
http://akoepoenya94.blogspot.co.id/2014/06/makalah-transisi-epidemiologi.html
http://www.kompasiana.com/narestok/transisiepidemiologi_550dae2f813311502cb1e5dc
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23503/5/Chapter%20I.pdf
12