Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH

Mengevaluasi penjajahan pemerintah


hindia belanda

Disusun oleh :
1. Andy p
2. Eko saputra
3. Muh akbar ramadhan
4. Fitri andriani N
5. Novita adelia
6. Nurhikma amelia M
7. Winda sari
Kementrian perindustrian RI pusdiklat industri
SMK-SMTI MAKASSAR
2016
Daftar Isi :

Bab I
Pendahuluan
A. latar belakang
B. Rumusan masalah
Bab II
Pembahasan
A.

Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di Indonesia

B.

Sejarah Kedatangan VOC di Indonesia

C.

Kegiatan-kegiatan VOC di Indonesia

D.

Bubarnya VOC di Indonesia

E.

Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia

F.

Sistem Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia

G.

Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pemerintah Hindia-Belanda

H.

Berakhirnya Pemerintahaan Hindia-Belanda

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Daftar pustaka

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya perang


delapan puluh tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648). Pada awalnya, perang
antara Belanda dan Spanyol bersifat agama karena Belanda mayoritas beragama
kristen protestan sedangkan orang Spanyol beragama kristen katolik. Perang tersebut
kemudian menjadi perang ekonomi dan politik. Raja philip II dari Spanyol
memerintahkan kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda pada tahun 1585 selain
karena faktor tesebut juga karena adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari Jan Huygen
Van Lischoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja pada Portugis dan pernah sampai
di Indonesia.
Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang
besar, belanda berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah
dan menjajah. Untuk melancarkan usahanya, belanda menempuh beberapa cara
seperti pembentukan VOC dan pembentukan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Pada awal abad XIX Jawa Setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu pada tahun
1816, Indonesia kembali dikuasai oleh Pemerintahan Hindia-Belanda. Pada masa
kedua penjajahan ini, yang sangat terkenal adalah sistem tanam paksa yang
diterapkan oleh Van den Bosch. Pelaksanaannya pun dimulai pada tahun 1830.
Terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan sistem tanam paksa tersebut.
Namun pada akhirnya, dalam praktek sesungguhnya terdapat banyak penyimpanganpenyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang dilaksanakan oleh
Raffles serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch. Keduanya
membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan sampai dengan paruh pertama abad ke-19, kebijakan selain
bidang perekonomian, dalam bidang pendidikan juga tidak diabaikan oleh pemerintah
Hindia-Belanda, tetapi itu hanya masih berupa rencana dari pada tindakan nyata.
Dalam periode itu pemerintah harus melakukan penghematan anggaran, biaya untuk
menumpas Perang Dipenogoro (1825-1830), dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.
Dalam rangka usahanya menguasai Indonesia,Belanda secara licik menjalankan
politik pecah belah,sehingga kerajaan-kerajaan yang saling bertentangan itu menjadi
lemah.Kesempatan inilah digunakan oleh Belanda untuk menjajah Indonesia.

B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana sejarah kedatangan bangsa asing di nusantara?

2.

Bagaimana sejarah kedatangan VOC?

3.

Apa saja kegiatan VOC di Indonesia?

4.

Mengapa VOC dibubarkan?

5.

Bagaimana sejarah lahirnya pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?

6.

Bagaimana sistem pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?

7.

Apa saja Perlawanan Rakyat terhadap pemerintahan Hindia-Belanda?

8.

Apa penyebab berakhirnya sistem pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?

BAB II

PEMBAHASAN
A.

Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di Indonesia

Bangsa belanda datang ke indonesia pertama kali pada tahun 1596. Rombongan
bangsa belanda yang dipimpinoleh Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer ini
membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas
bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik
awal kedatangan Belanda diNusantara.. Kunjungan pertama tidak berhasil karena
sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam
mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan
Jacobvan Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan
Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga
parapedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten.
Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang
besar, belanda berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah
dan menjajah.
B.

Sejarah Kedatangan VOC di Indonesia

VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) didirikan pada tanggal 20 Maret 1602


adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktifitas perdagangan di
Asia.Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan
dagang Hindia Barat.Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang
mengeluarkan pembagiaan saham.Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah
badan dagang saja,tetapi badan dagang ini istimewa karena di dukung oleh negara
dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa.Misalkan VOC boleh memiliki
tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain.Bisa dikatakan VOC adalah
negara dalam negara.VOC terdiri 6 bagian (kamers),yang terdapat di
Amsterdam,Miiddelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoom dan Rotterdam.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh
pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia
Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di
wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di
Batavia, yang kini bernama Jakarta.

Tujuan utama dari pembentukan VOC adalah sebagai berikut :

1.

Menguasai pelabuhan penting.

2.

Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.

3.

Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia.

4.

Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang Eropa lainnya

Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan


rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman
kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan
terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk
tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala
kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir
seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan
pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC
menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam
beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

C.

Kegiatan-kegiatan VOC di Indonesia

Kegiatan VOC di Indonesia mulai diorganisasi dan dimonopoli perdagangan mulai


diterapkan setelah ditetapkannya gubernur jendral yang pertama yaitu Pieter Both.
Pieter Both menentukan pusat kedudukan VOC di Ambon. Pilihan itu didasari
pertimbanagan bahwa dari ambon kegiatan untuk menerapkan monopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku akan lebih mudah dilakukan. Dalam perkembangannya
Pieter Both memindahkan pusat kedudukan VOC ke Jayakarta dengan alasan lebih
srategis dan akan lebih mudah menyingkirkan portugis yang berkedudukan di
Malaka.
Sejak tanggal 31 Mei 1691,VOC memperoleh hak penuh atas Jayakarta, dan sejak itu
Jayakarta berubah menjadi Batavia. Melalui Batavia VOC memperluas pengaruhnya
ke berbagai wilayah di Indonesia. Perluasan pengaruh itu disertai penerapan
monopoli perdagangan. Dengan kekuatan militer dan keahlian memecah
belah,sejumlah wilayah tunduk pada pengaruh VOC. Untuk menjalankan monopoli
perdagangan VOC membuat peraturan sebagai berikut :
1.
Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen hak jual-beli
hanya dimiliki VOC
2.
Panen rempah-rempah harus di jual kepada VOC dengan harga yang ditentukan
oleh VOC.
3.
Barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan rumah tangga,garam,dan kain
harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan VOC.

Perluasan pengaruh VOC berlangsung setelah VOC berkedudukan di Batavia. Setelah


menguasai Batavia,VOC menenamkan pengaruh politik di kerajaan Banten.
Kemudian,VOC bergerak ke timur dan berhasil memperlemah kerajaan mataram di
Jawa Tengah melalui perjanjian Giyanti dan perjanjian Salatiga. Sedangkan
Makassar,VOC berhasil menenamkan pengaruh politiknya melalui perjanjian
Bongaya.
Di Maluku,VOC menenamkan pengaruh politiknya melalui perjanjian dengan
penguasa setempat. Dengan itu,VOC mengadakan perjanjian untuk saling membantu
menghadang pengaruh Portugis. Dengan Ternate,VOC mengadakan perjanjian dalam
rangka menanamkan pengaruhnya di Selat Barat,Luhu,Kambelo, dan Ludisi yang
termasuk wilayah kekuasaan VOC.

D.

Bubarnya VOC di Indonesia

Hampir 2 abad VOC mengalami kejayaan dan berkuasa mutlak di Indonesia (abad
ke-17 dan ke-18) banyak keuntungan dari monopoli perdagangan rempah-rempah dan
campur tangan secara politis di berbagai wilayah.
Pada akhir abad ke-18 organisasi ini mengalami kebangkrutan,dan tanggal 31
Desember 1799 VOC di bubarkan. Bangkrutnya VOC itu ditandai oleh buruknya
kondisi keuangan serikat dagang tersebut. Dengan kas yang kosong dan utang yang
menumpuk,VOC kemudian tidak dapat lagi menjalankan kegiatannya. Berikut ini
faktor-faktor penyebab bangkrutnya VOC :
1.

Para pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi.

2.
Banyak pegawai VOC yang tidak cakap sehingga pengendalian monopoli
perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3. VOC banyak menanggung utang akibat peperangan yang dilakukan baik dengan
rakyat Indonesia maupun dengan Inggris.
4.
Kemrosotan moral dikalangan para penguasa akibat sistem monopoli
perdagangan.
5. Tidak berjalannya verplichte leveranti (penyerahan wajib) dan preanger stelsel
(aturan pringan) yang di maksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong.
6.

Banyak prajurit VOC yang mati akibat menghadapi perlawanan rakyat.

E.

Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia

Setelah Voc dibubarkan, Kaisar Prancis Napoleon Bonaperte mengangkat saudaranya


untuk dijadikan raja di Belanda. Saudaranya tersebut bernama Louis Bonaperte. Atas
kehendak Louis Bonaperte, diangkatlah Herman Willem Daendels sebagai gubernur
jendral di Indonesia. Tugas-tugas Daendels sebagai gubernr di Indonesia adalah
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, mengatur pemerintahan di
Indonesia dan membereskan keuangan. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya
Daendels mengambil kebijakan menyangkut bidang pertahanan, pemerintahan dan
keuangan.
Tindakan Daendels menjual tanah-tanah negara kepada orang-orang partikelir
(swasta) dianggap telah melanggar undang-undang. Oleh karena itu, pada tahun 181
Daendels ditarik ke Eropa oleh Napoleon. Alasan yang dikemukakan oleh Napoleon
adalah Daendels akan diikut sertakan dalam penyerbuan ke Rusia pada tahun 1812.
Daendels kemudian digantikan oleh jansens. Akan tetapi jansens belum sempat
melaksanakan tugas-tugasnya, Belanda sudah dikalahkan oleh Inggris. Pada tanggal
18 September 1811, Belanda dan Inggris menyepakati suatu Perjanjian yang disebut
Kapitulasi Tuntang.
F.
1.
a.

Sistem Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia


Struktur Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia
Sistem Pemerintahan Desentralisasi

Pemerintahan Hindia-Belanda berupaya menggunakan sistem pemerintahan


desentralisasi untuk mengatur kekuasaan di wilayah jajahannya. Pada dasarnya
pemerintahan desentralisasi hindia-Belanda bertujuan untuk membuka kemungkinan
diadakannya daerah-daerah yang memiliki pemerintahan sendiri namun tetap
memiliki tanggung jawab dan berada di bawah pengawasan pemerintah pusat.
Pada awalnya gubernur jenderal yang merupakan wakil ratu belanda memiliki
kekuasaan yang sanagt luas, sehingga untuk melaksanakan tugasnya dibantu oleh
organisasi-organisasi pemerintah yang diisi oleh pejabat-pejabat baik pusat maupun
daerah. Namun kekuasaan yang tak terbatas menuai protes dari komunitas-komunitas
pengusaha Belanda, karena mereka juga ingin menyuarakan pendapatnya dalam
menentukan kebijakan.
Untuk mengatasi hal itu diusulkan untuk membentuk gewestelijk raden, yaitu suatu
dewan dimana warga eropa dapat berbicara untuk menyuarakan isi hatinya. Inilah
yang mengawali terbentukany decentralisatie wet, kurang lebih pasalnya berisi
tentang pemerintah di daerah-daerah jajahan kerajaan Belanda.

b.

Birokrasi Pada Masa Pemerintah Hindia-Belanda

Sebagai bangsa pendatang yang ingin menguasai wilayah nusantara, baik secara
politik maupun ekonomi, pemerintah kolonial menyadari bahwa keberadaannya tidak
selalu aman. untuk itu pemerintah kolonial menjalin hubungan politik dengan
pemerintah kerajaan yang masih disegani, hal ini bertujuan untuk menanamkan
pengaruh politiknya terhadap elite politik kerajaan.
Terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan pada saat pemerintahan kolonial
berlangsung, yaitu mulai diperkenalkannya sistem administrasi kolonial
(Binnenlandsche Bestuur) yang memperkenalkan sistem administrasi dan birokrasi
modern yang puncaknya pada ratu Belanda dan sistem administrasi tradisional
(inheemche Bestuur) masih dipertahankan oleh pemerintah kolonial.
Dalam struktur pemerintahan di nusantara, Belanda menempatkan Gubernur Jenderal
yang dibantu oleh gubernur dan residen. Gubernur merupakan wakil pemerintah pusat
yang berkedudukan di batavia, setingkat wilayah propinsi. Sedangkan untuk tingkat
kabupaten terdapat asisen residen dan pengawas (Controleur). keberadaan asisten
residen diangkat oleh gubernur jenderal untuk mengawasi bupati dan wedana dalam
menjalankan pemerintahan sehari-hari. Pengawasan dari raa hanya ditunjukkan pada
saat-saat tertentu, seperti pengiriman upeti kepada raja. bupati tidak memiliki
kekuasaan yang otonom lagi, akan tetapi selalu mendapat kontrol dari pengawas yang
ditunjuk pemerintah pusat. perubahan birokrasi pemerintahan tersebut mendorong
Belanda untuk mengadakan perubahan hak pemakaian tanah.
Struktur administrasi pemerintah kolonial belanda di indonesia sebagai berikut.
gubernur jenderal memegang kekuasaan tertinggi sebagai wakil dari Ratu Belanda
yang berkedudukan di propinsi. dikabupaten diperintah oleh gubernur, sub kabupaten
oleh residen, dibawahnya ada asisten residen yang mengawasi para patih dan bupati,
dibawahnya ada pengawas yang bertugas mengawasi wedana dan asisten wedana.
2.

Kebijakan-kebijakan pada Pemerintahan Hindia-Belanda

a.

Kebijakan Pemerintahan pada Masa DAENDELS

Setelah VOC bubar,Herman Wiiliam Daendels menjadi Gubernur Jenderal di


Indonesia,dengan tugas pokoknya,antara lain :
1) Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris
2) Mengatur pemerintahan di Indonesia
Untuk menjalankan tugas-tugasnya Daendels melakukan beberapa tindakan,antara
lain sebagai berikut :
1)

Membentuk pasukan dari orang-orang Indonesia.

2)

Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.

3)

Membangun pangkalan armada di Merak dan Ujung kulon.

4)

Mendirikan benteng-benteng pertahanan.

5)

Membangun Jalan Raya Anyer- Panarukan.

Beberapa cara yang di lakukan Daendels untuk mendapatkan dana agar dapat
menjalankan tugasnya antara lain :
1)
Contingenten : mewajibkan penduduk untuk menyerahkan sebagian hasil
buminya sebagai pajak.
2)
Verplichte Leverentie : mewajibkan penduduk menjual hasil buminya kepada
pemerintahan Belanda dengan harga yang di tentukan.
3)

Menjual tanah negara kepada pihak swasta.

4)
Pringer Stelsel : mewajibkan penduduk priangan untuk menanam kopi yang
hasilnya di serahkan kepada pemerintahan Belanda.
Pemerintahan Daendels di Indonesia menimbulkan penderitaan rakyat karena
Daendels bertindak kejam terhadap rakyat. Daendels mengeksploitasi kekayaan alam
dan tenaga rakyat Indonesia yang menimbulkan kebencian rakyat. Selain itu Daendels
melakukan kesalahan dengan menjual tanah pemerintahan kepada para pengusaha
swasta. Akibatnya pada tahun 1811 Daendels di tarik kembali ke Belanda dan di
gantikan oleh Janssens.
b.

Kebijakan Pemerintahan Pada Masa JASSENS

Gubernur Jendral Janssens ternyata seorang Gubernur Jendral yang lemah,buktinya


ketika Inggris menyerang Janssens terpaksa harus menyerah dan menandatangani
perjanjian Kapitulasi Tuntang 17 Desember 1811.
Isi perjanjian Kapitulasi Tuntang adalah :
1) Seluruh militer Belanda menjadi tawanan Inggris.
2) Utang pemerintahan Belanda tidak di akui Inggris.
3) Indonesia harus diserahkan kepada Inggris.
Kekalahan Janssens disebabkan oleh :
1) Tidak terjalinnya hubungan kerjasama dengan raja-raja di Indonesia.
2) Angkatan perang warisan Daendels kurang kuat.
3) Janssens kurang cakap memimpin pemerintahan

c.

Kebijakan Pemerintahan pada Masa RAFFLES

Dengan penandatangan Kapitulasi Tuntang tanggal 17 Desember 1811,Belanda harus


menyerahkan Indonesia kepada Inggris di bawah pimpinan Stamoford Raffles yang
berkedudukan di Batavia.
Raffles menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain :
1) Membagi pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
2) Melarang perdagangan budak
3) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib semasa Daendels
4) Menghapus peran Bupati sebagai pemungut pajak
5) Memberlakukan sistem sewa tanah (Landrent)
Akan tetapi sistem pajak sewa tanah (Land rent) pada masa Raffles mengalami
kegagalan,sebab :
1)

Sulit menentukan jumlah pajak yang harus di bayar

2)

Tidak ada dukungan dari para Bupati

3) Pajak sewa tanah harus dibayar dengan uang,padahal rakyat belum mengenal
sistem peredaran uang.
Pemerintahan Raffles berakhir tahun 1816 dikarenakan berdasar perjanjian London
yang di tandatangani Inggris dan Belanda tahun 1814, Inggris harus menyerahkan
kembali tanah jajahan yang di rebut dari Belanda termasuk Indonesia. Pada tanggal
19 Agustus 1816 Inggris di wakili John Fendell dan pihak Belanda di wakili oleh
Boyskes,Elout,dan Van Der Cappelen.
Dalam pemerintahannya yang singkat Raffles juga berjasa,yaitu :
1)

Menyusun buku History of Java

2)

Menemukan Bunga Raffesi

3)

Merintis terbentuknya Kebun Raya Bogor.

d.

Sistem Tanam Paksa di Indonesia

Abad ke-19 pemerintahan Belanda mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan


oleh :
1)

Banyaknya hutang luar negeri yang di tanggung pemerintahan Belanda.

2)
Banyaknya biaya yang dikeluarkan pemerintahan Belanda untuk perang
melawan rakyat Indonesia dan pemberontakan rakyat Belgia yang ingin
memerdekaan diri dari Belanda.
Untuk mengatasi Van Den Bosch mengusulkan pelaksanaan sistem tanam paksa /
Cultur Stelsel di Indonesia.
Dalam pelaksanaan tanam paksa telah diatur beberapa pokok ketentuaan ,akan tetapi
dalam pelaksanaan sistem tanam paksa menyimpang dari aturan yang telah
ditetapkan. Penyimpangan itu disebabkan oleh adanya culture proceten yang
diberlakukan pemerintah Belanda. Culture procentan adalah hadiah / persen bagi
setiap pegawai tanam paksa yang dapat menyetorkan hasil tanaman melebihi
ketentuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut mengakibatkan para pegawai tanam
paksa berusaha memaksa dan memeras rakyat.
Pelaksanaan sistem tanam paksa menimbulkan akibat yaitu :
1)
Bagi Indonesia , menimbulkan penderitaan ,kelaparan,kemiskinan bagi rakyat
Indonesia terutama di daerah Demak, Grobogan, dan Cirebon.
2)
Bagi Belanda, sistem tanam paksa menyebabkan pemerintahan Belanda
mengalami surplus keuangan.
Pelaksanaan sistem tanam yang menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia mendapat
kritik keras dari tokoh liberal dan humanis Belanda.
Tokoh-tokoh penentang sistem tanam paksa adalah :
1)
Douwes Dekker dengan nama samaran Empu Tatuli yang melukiskan
penderitaan rakyat Indonesia akibat sistem tanam paksa.
2)
Frans Van der Putte yang menentang sistem tanam paksa dengan menulis buku
berjudul Suiker Contraction. Bersama dengan Baron Van Hoevel berjuang
menghapus sistem tanam paksa melalui parlemen Belanda.
Adanya kritikan-kritikan terhadap pelaksanaan sistem tanam paksa akhirnya
mendorong pemerintahan Belanda menghapus sistem tanam paksa secara resmi tahun
1870.
e.

Kebijakan Pelaksanaan Politik Pintu Terbuka

Sistem tanam paksa secara resmi dihapus tahun 1870 sejak saat itu perekonomian
Hindia-Belanda memasuki zaman liberal. Menurut kaum liberal kehidupan
perekonomian dan pihak swasta bebas melakukan tindakan ekonomi.

Pada tahun 1870 politik pintu terbuka/politik colonial liberal diberlakukan di


Indonesia yang di tandai dengan keluarnya undang-undang Agraria (Agrasche Wet)
tahun 1870.
Tujuan dikeluarkan undang-undang Agraria adalah :
1)
Memberikan kesempatan kepada para pengusaha swasta asing untuk menyewa
tanah dari rakyat Indonesia.
2)
Melindungi hak milik petani pribumi atas tanahnya dari penguasaan orang
asing.
Pokok-pokok aturan dalam Undang-undang Agraria adalah :
1)
Gubernur Jendral tidak boleh menjual tanah pemerintah,tanah tersebut dapat
disewakan paling lama 75 tahun.
2)

Gubernur Jendral tidak boleh mengambil tanah yang dibuka rakyat

3)
Tanah milik pemerintah antara lain hutan yang belum dibuka,tanah yang
berada diluar wilayah milik desa,tanah milik adat.
4)
Tanah milik penduduk antara lain semua sawah,ladang dan sejenisnya yang
dimiliki oleh penduduk desa,boleh disewa pihak swasta jangka panjang waktu 5
sampai 20 tahun.
Dengan adanya politik pintu terbuka tersebut berarti bangsa Indonesia terbuka untuk
penanaman modal asing. Pelaksanaan politik pintu terbuka di Indonesia menimbulkan
akibat atau dampak yang luas antara lain :
1)

Tanah perkebunan semakin tambah luas

2)

Rakyat terutama dipulau Jawa hidup dalam kemiskinan dan penderitaan

3)

Usaha kerajinan rakyat terdesak oleh barang-barang impor

4)

Rakyat pedesaan mulai mengenal arti pentingnya peredaraan uang.

5)

Modal swasta asing mulai ditanam di Indonesia

G.
a.

Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pemerintah Hindia-Belanda


Perang Patimura / Perang Maluku (1817)

Sebab terjadinya perang Maluku adalah


1) Penindasan Belanda terhadap rakyat Maluku

2) Kegelisahan rakyat Maluku terhadap Belanda yang diduga membebani rakyat


dengan berbagi pihak
3) Pendudukan Belanda atas bentang Duurtstede di Saparua
Dalam perjuangan Pattimura yang dikenal dengan Thomas Maltullessy dibantu
Thomas Pattiwael,Anthonie Rheboak,Said Parintah,Latumahina dan Christina Marta
Tiahahu. Akan tetapi perjuangan Pattimura mengalami kegagalan. Tertangkapnya
para pemimpin perjuangan rakyat Maluku perlawanan menjadi melemah dan
akhirnya dapat dikuasai oleh Belanda.
b.

Perang Diponegoro (1825-1830)

Sebab-sebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial


Belanda antara lain :
1)

Belanda turut campur dalam urusan keraton

2) Penderitaan rakyat akibat perlakuan pemerintahaan kolonial Belanda yang


sewenang-wenang
3) Kebencian kalangan istana karena Belanda semakin mempersempit wilayah
kerajaan
4) Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap orang-orang Belanda yang
merendahkan
Adapun penyebab khusus terjadinya perang Diponegoro adalah pemasangan tonggaktonggak untuk membuat jalan yang melalui makan leluhur Pangeran Diponegoro di
Tegalrejo tanpa ijin lebih dahulu.
Dalam perjuangan Pangeran Diponegoro antara lain dibantu Kyai Mojo,Sentot
Prawirodirjo,dan Noto Projo menggunakan siasat gerilya.
Untuk menghadapi perang Diponegoro Belanda menerapkan sistem benteng
stelsel,dengan tujuan adalah :
1)

Mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro

2)

Memecah belah pasukan Diponegoro

3)

Menekan pertahanan Diponegoro agar cepat menyerah

Adanya benteng stelsel menyebabkan kedudukan Pangeran Diponegoro menjadi


terdesak. Tokoh-tokoh pemimpin pasukan Diponegoro satu-persatu ditangkap
Belanda. Bahkan Pangeran Diponegoro juga ditangkap Belanda dalam perundingan
tanggal 18 Maret 1830. Pangeran Diponegoro kemudian diasingkan di Makassar
hingga wafat tanggal 8 Januari 1855.

c.

Perang Paderi (1821-1837)

Penyebab perang Paderi di Minangkabau Sumatera Barat adalah :


1) Pertentangan antara kaum Adat dan kaum Paderi yang berusaha menegakkan
agama Islam dari tidakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam
2) Belanda turut campur dalam pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi dengan
cara membantu kaum Adat.

d.

Perang Bali (1846-1863)

Penyebab terjadinya Perang Bali melawan pemerintah Belanda adalah :


1) Belanda menuntut kerajaan-kerajaan di Bali mengakui kekuasaan pemerintah
kolonial Belanda
2) Belanda menolak Hukum Tawan Karang ,yaitu hak raja-raja Bali merampas
semua kapal asing yang terdampar di wilayah kerajaanya
3)

Kerajaan-kerajaan di Bali menolak tunduk kepada pemerintah Belanda

e.

Perang Banjar (1859-1863)

Penyebab terjadinya perang Banjar melawan kolonial Belanda adalah :


1)

Penangkapan Prabu Anom yang terkenal menentang VOC

2) Belanda campur tangan dalam urusan kerajaan Banjar dengan mengangkat


Pangeran Tamjidillah sebagai raja Banjar menggantikan Sultan Adam.
Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari dan
Pangeran Hidayat yang dibantu Kyai Demang Leman,Haji Buyasin,dan Haji Nasrun.
Akan tetapi perlawanan rakyat Banjar semakin lemah setelah tokoh-tokoh pemimpin
Banjar ditangkap Belanda. Akibatnya Banjar menjadi wilayah kekuasaan Belanda.
f.

Perang Aceh (1873-1904)

Penyebab terjadinya perang Aceh melawan pemerintah kolonial Belanda adalah :


1) Belanda menuntut Aceh mengakui kekuasaan pemerintah Kolonial HindiaBelanda
2)

Belanda turut campur dalam urusan luar negeri Aceh

Ditandatanganinya Traktat Sumatera tahun 1871 yang memberikan kebebasan


Belanda memperluas kekuasaan ke Sumatera termasuk Aceh. Pemimpin perjuangan

melawan Belanda antara lain : Teuku Umar,Teuku Cik Di Tiro,Panglima Polim,Cuk


Nyak Dien,dan Cuk Meutia.
Meskipun perang sudah berlangsung lama Belanda belum sepenuhnya menguasai
Aceh. Oleh karena itu Belanda mengirim Dr.Snouck Hurgronje untuk meneliti
kehidupan sosial budaya Aceh. Dr. Snouck Hurgronje dalam bukunya De Atjeher
menyarankan kepada pemerintah Belanda harus melakukan serangan besar-besaran
dalam menghadapi perang Aceh.
Pada tahun 1899 pasukan Belanda (Pasukan Marsose) yang dipimpin kolonel Van
Heutz menyerang Aceh secara besar-besaran sehingga para pemimpin Aceh satupersatu gugur dan tertangkap. Akhirnya Sultan Muhammad Daud Syah dipaksa
menandatangani perjanjian tersebut Aceh harus tunduk pada pemerintahan Kolonial
Hindia-Belanda.
g.

Gerakan Protes Petani

Perjuangan rakyat Indonesia melawan Kolonial Belanda tidak hanya dilakukan dalam
bentuk perang, tetapi juga dalam bentuk gerakan protes petani. Gerakan protes petani
adalah gerakan yang dilakukan para petani sebagai ungkapan protes kebijakan
pemerintah kolonial.
Faktor-faktor pendorong timbulnya gerakan protes petani antara lain :
1)

Kebencian para petani,adanya pemberlakuan berbagai pajak yang memberatkan

2)

Para pengusaha bertindak sewenang-wenang

3)

Adanya praktek penindasan dan perbudakan

4)

Adanya keyakinan datangnya ratu adil yang akan embebaskan mereka.

Gerakan protes petani,misalnya :


1)

Di Ciamis 1886 dipimpin oleh Mohammad Idris

2)

Di Condet 1912 dipimpin oleh Entong Gendut

3)

Di Surabaya 1916 dipimpin oleh Sadikin.

H.

Berakhirnya Pemerintahaan Hindia-Belanda

Sejarah panjang masa berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda sebenarnya telah


mulai muncul karena diberlakukannya Politik Etis . Dengan dilakukannya Politik Etis
tersebut justru mengancam kedudukan pemerintahan Hindia Belanda karena Politik
Etis dapat menghadirkan lahirnya golongan terpelajar. Golongan terpelajar inilah
yang mempelopori lahirnya Pergerakan Nasional, gerakan-gerakan anti penjajahan

banyak bermunculan pada masa ini. Dimulai dari masa pembentukan (1908-1920)
berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische Partij, masa
radikal/nonkooperasi (1920-1930) berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia
(PKI), Perhimpunan Indonesia (PI) dan Partai Nasional Indonesia (PNI) serta pada
masa moderat/kooperasi (1930-1942) berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo,
dan GAPI. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan.
Pihak Hindia Belanda mulai menjalankan tingkat penindasan baru untuk menanggapi
perkembangan tersebut. Dalam masalah politik, gerakan anti penjajahan melanjutkan
langkah-langkah yang tidak menghasilkan apa-apa. Pemerintahan Hindia Belanda
memasuki tahapan yang paling menindas dan paling konservatif dalam sejarahnya
pada abad XX.
Tanda-tanda runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda semakin menguat ketika
berkobar Perang Dunia II di Eropa yang ditandai dengan penyerbuan Jerman atas
Polandia pada tanggal 1 September 1939, kemudian Jerman yang pada saat itu
dipimpin oleh Hitler menyerbu negeri Belanda pada tanggal 10 Mei 1940 yang
menyebabkan pemerintah Belanda lari ke pengasingan ke London. Pada bulan
September 1940, Pakta Tiga Pihak mengesahkan persekutuan Jepang-Jerman Italia.
Prancis dikalahkan oleh Jerman pada bulan Juni 1940. Pada bulan September,
pemerintah Prancis di Vichy yang bekerja sama dengan pihak Jerman
memperbolehkan Jepang membangun pangkalan-pangkalan militer di Indo-Cina yang
merupakan jajahan Prancis. Pada saat itu pemimpin-pemimpin Jepang mulai terangterangan tentang pembebasan Indonesia. Di Den Haag sebelum jatuhnya negeri
Belanda dan di Batavia sesudah itu, Jepang mendesak agar Belanda memperbolehkan
memasuki Indonesia seperti mereka diperbolehkan di Indocina, tetapi perundinganperundingan itu akhirnya mengalami kegagalan pada bulan Juni 1941 dan pada bulan
Juli balatentara Jepang di Indocina diperkuat. Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki
Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri. Sebenarnya, sampai akhir tahun
1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara
sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika
Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin
menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika
melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk
industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Kini peperangan di Asia sudah diambang pintu. Admiral Isoroku Yamamoto,
Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani
yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh
potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat
tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4
kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274

pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal
perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur dan pada akhirnya pada tanggal 8
Desember 1941 (7 Desember di Hawaii), Jepang menyerang basis perang Amerika
Serikat di Pearl Harbour, mereka juga menyerang Hongkong, Filipina dan Malaysia
yang dilakukan oleh kekuatan kedua yaitu sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka
miliki yang mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan atau Filipina dan
Malaysia tersebut yang kemudian penyerangan itu akan dilanjutkan ke Jawa.
Karena penyerangan itu pulalah negeri Belanda mengikuti jejak sekutu-sekutunya
menyatakan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942 penyerbuan
Jepang ke Indonesia dimulai. Pada tanggal 15 Februari, pangkalan Inggris di
Singapura juga menyerah. Pada akhir bulan Februari tepatnya tanggal 27 Februari
1942 balatentara Jepang berhasil menghancurkan armada gabungan Belanda, Inggris,
Australia dan Amerika dalam pertempuran di laut Jawa. Tanggal 28 Februari 1942,
Tentara ke 16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga
tempat di Jawa Banten, Eretan Wetan dan Kragan dan segera menggempur
pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati, Letnan
Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Imamura memberikan ultimatum
kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara Jepang akan
menghancurkan tentara Belanda.
Kemudian pada 8 Maret 1942, pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan oleh pihak
Jepang. Dengan demikian, bukan saja de facto, melainkan juga de jure, seluruh
wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan administrasi
Jepang. Dann pada saat itulah kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia berakhir.

BAB III
PENUTUP

1.

Kesimpulan

Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596-1811,dan yang kedua
kalinya pada tahun 1814-1904. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk melancarkan
usahanya, Belanda menempuh beberapa cara yaitu membentuk VOC pada tahun 1902
dan membentuk pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Setelah masa penjajahan itu
usai, Belanda meninggalkan kebudayaan dan kebijakan-kebijakan yang sebagian
masih di pakai oleh Indonesia.
Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda abad XIX sudah mengalami
berbagai pergantian Gubernur Jendral tetapi yang paling menyengsarakan rakyat
yaitu pada masa Gubjen, Rafles, Daendels, Van den Bosch, dan van Hogendrop. Yang
menerapkan system tanam paksa, penyerahan wajib hasil pertanian, penyewaan tanah
kepada rakyat, penyewaan desa pada pihak swasta dan pembuatan jalan dari Anyer
sampai Panarukan.
2.

Analisis

Indonesia pernah merasakan dijajah oleh negara lain, seperti Portugis dan Inggris.
Akan tetapi penjajahan itu tidak begitu lama. Baru setelah itu bangsa Indonesia mulai
dijajah kembali oleh bangsa barat yaitu Belanda yang kurang lebih selama 300 tahun
lamanya. Pada awalnya Belanda hanya ingin melakukan perdagangan rempah-rempah
di Indonesia. Akan tetapi melihat kondisi Indonesia yang begitu kaya akan rempahrempah VOC berniat melakukan monopoli perdagangan. VOC merupakan persatuan
dari berbagai perseroan dan disahkan dengan suatu piagam yang memberi hak khusus
untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan. Jadi pada saat pemerintahan
Hindia-Belanda, masyarakat sangat tertindas karena adanya sistem tanam paksa dan
kerja rodi dan pemerintahan yang hanya mengntungka pemerintahan Belanda, tidak
memperhatikan rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar,


Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Wardono, Agus, 2006, Sejarah, Klaten, Viva Pakarindo.

Anda mungkin juga menyukai