Anda di halaman 1dari 25

Pemerintah

Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Pengert
ian

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh


infeksi parasit Plasmodium falsiparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale , dan Plasmodium malariae
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina.

Tujuan
Kebijak
an

Mencegah terjadinya wabah malaria


Langkah-langkah yang dilakukan :
1. Melakukan kerja sama dengan lintas sektor
yang terkait.
2. Penyuluhan tentang informasi penyakit
malaria pada masyarakat.
3. Penyediaan obat profilaksis malaria di
puskesmas.

Prosed
ur

I.

Penegakan Diagnosis Malaria.


1. Anamnesis.
- Adanya Riwayat demam intermitten atau
terus menerus
- Adanya Riwayat dari atau pergi ke
daerah endemik malaria
Adanya Trias Malaria
a. Periode dingin (15-60 menit) dimulai

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

dari menggigil kemudian diikuti


b. Periode panas (2-6 jam) ditandai
dengan
meningkatnya
temperatur
tubuh, muka merah, nadi cepat, lalu
diikuti dengan
c. Periode berkeringat (2-4 jam) ditandai
penderita berkeringat dan temperatur
turun,psien merasa sehat.
Periode tidak panas berlangsung 12 jam
pada P. falciparum, 36 jam pada P.vivax dan
ovale, 60 jam pada P. malariae
- Pada malaria berat
Ditemukannya
P.
falcifarum
dalam
stadium aseksual disertai satu atau lebih
gejala berikut:
a. Malaria serebral : gangguan kesadaran
b. Anemia berat
c. Gagal ginjal akut
d. Edema paru
e. Syok
f. Hipoglikemia
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi,
saluran cerna
h. Kejang berulang lebih dari 2 kali dalam
24 jam setelah

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

i.

Asidemia (pH< 7,25 atau asidosis


(bikarbonat plasma <15 mEq/l)
2. Pemeriksaan fisik.
Didapatkan konjungtiva pucat, sklera ikterik,
splenomegali
3. Pemeriksaan laboratorium
Sediaan darah tebal dan tipis ditemukan
plasmodium, serologi malaria ditemukan
hasil positif.
II.

Penatalaksaan Malaria
Pengobatan malaria tanpa komplikasi :
a. Malaria Falciparum
Lini I : Artesunate+Amodiaguin dosis
tunggal selama 3 hari + primakuin
pada hari
I
Artesunate : 4 mg/kgbb/hari
Amodiaquin : 10 mg/kgbb/hari
Primakuin : 0,75 mg/kgbb/hari
* Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu
hamil dan bayi < 1 tahun dan
penderita
G6PD.
Lini II : Kina Terasiklin/Doksisiklin selama 7
hari + Primakuin pada
hari I

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Kina : 10 mg/kgbb/kali (3 x sehari) selama 7


hari
Doksisiklin dewasa : 4 mg/kgbb/kali (2 x
sehari) selama 7 hari
Doksisiklin (8-14 tahun) : 2 mg/kgbb/kali (2 x
sehari) selama 7 hari
Tetrasiklin : 4-5 mg/kgbb/kali (4 x sehari)
selama 7 hari
Primakuin : 0,75 mg/kgbb/hari
* Doksisiklin/Terasiklin tidak boleh diberikan
pada anak dengan umur
dibawah 8 tahun
dan ibu hamil.
* Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu
hamil dan bayi < 1 tahun dan penderita
G6PD.
b. Malaria vivax atau ovale
- Untuk daerah yang masih sensitif klorokuin
dapat diberikan :
Lini I : Klorokuin dosis tunggal perhari selama
3 hari + primakuin
selama 14 hari
Klorokuin : Hr 1: 10 mg, Hr 2: 10 mg. Hr 3: 5
mg

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgbb/hr selama 14


hari
- Untuk daerah yang resisten klorokuin dapat
diberikan:
Artesunate+ Amodiakuin selama 3 hari (dosis
sama dengan falciparum) + Primakuin
selama 14 hari dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hr.
Lini II : Kina (3xsehari) selama 7
hari+Primakuin 14 hari
Kina : 10 mg/kgbb/kali (3 x sehari) selama 7
hari
Primakuin : 0,25 mg/kgbb/hr selama 14 hari
c. Malaria mix (malaria facciparum+malaria
vivax)
Pengobatan diberikan :
Artesunate + amodiaquin (selama 3 hari) +
Primakuin selama 14 hari
Artesunate : 4 mg/kgbb/hari
Amodiaquin : 10 mg/kgbb/hari
Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgbb/hari selama 14
hari
III.

Pencegahan
1. Pemberian

obat

kemoprofilaktis

perlu

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Unit
terkait

diketahui sensitivitas plasmodium di tempat


tujuan:
- Bila daerah sensitif pada klorokuin
cukup profilaktis dengan pemberian 2
tablet klorokuin
(250 mg klorokuin
diphospat) diberikan tiap minggu 1
minggu sebelum berangkat sampai 4
minggu setelah kembali.
- Bila daerah resisten terhadap klorokuin
dianjurkan diberikan:
Doksisiklin 100 mg/hari atau mefloquin
250 mg/minggu atau klorokuin 2
tablet/minggu ditambah proguanil 200
mg/hari.
- Obat
baru
yang
dipakai
untuk
pencegahan yaitu primakuin dosis 0,5
mg/kgBB/hari
Pencegahan malaria pada ibu hamil diberikan
klorokuin 250 mg tiap minggu mulai dari kehamilan
trimester III sampai satu bulan post partum.
1. Dinas kesehatan.
2. Dinas peternakan.
3. Puskesmas.

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

Pengertian

Kode

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Penyakit infeksiakutsistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus


rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae Dan
Menginfeksi Manusia
Melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet, kucing, serigala,
kelelawar) Rabies hampir selalu berakibat fatal jikapost-exposure
prophylaxis tidak diberikan sebelum onset gejala berat. Virus rabies
bergerak keotak melalui sarafperifer. Masa inkubasI dari penyakit ini
tergantung pada seberapa jauh jarak perjalanan virus untuk mencapai
sistem saraf pusat, biasanya mengambil masa beberapa bulan.
No. ICPC II : A77 Viral disease other/NOS
No. ICD X : A82.9 Rabies, Unspecified

Penyakit

Tujuan

Alat&Bahan

Dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit yang meliputi:


1. Anamnesa (Subjective)
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective)
3. Penegakkan Diagnosa (Assessment)
4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
ALAT
1. Cairan desinfektan
2. Serum Anti Rabies (SAR)
3. Vaksin Anti Rabies (VAR)
BAHAN
-

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

1.

SOP

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Melakukan Anamnesa(Subjective)
Keluhan
a. Stadium prodromal
Gejala awal berupa demam, malaise, mualdan rasa nyeri di
tenggorokan selama beberaa hari.
b. Stadium sensoris
Penderita merasa nyeri, merasa panas disertai kesemutan pada
tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas, dan
reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensoris.
c. Stadium eksitasi
Tonus otot dan aktivitas simpatis menjadi meninggi dan gejala
hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Hal
yang sangat khas pada stadium ini adalah munculnya macammacam fobia seperti hidrofobia. Kontraksiotot faring dan otot
pernapasan dapat ditimbulkan oleh rangsangan sensori
smisalnya dengan meniupkan udara kemuka penderita. Pada
stadium ini dapat terjadi apneu, sianosis, konvulsan, dan
takikardia. Tindak tanduk penderita tidak rasional kadang
maniakal disertai dengan responsif. Gejala eksitasi terus
berlangsung sampai penderita meninggal.
d. Stadium paralisis
Sebagian besar penderita rabies meninggald alam stadium
sebelumnya, namun kadang ditemukan pasien yang tidak
menunjukkan gejala eksitasi melainkan paresis otot yang terjadi
secara progresif karena gangguan pada medulla spinalis.
Pada umumnya rabies pada manusia mempunyai masa
inkubasi 3-8 minggu. Gejala-gejala jarang timbul sebelum 2
minggu dan biasanya timbul sesudah 12 minggu. Mengetahui
port de entry virus tersebut secepatnya pada tubuh pasien

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

merupakan kunci untuk meningkatkan pengobatan pasca gigitan


(post exposure therapy). Pada saat pemeriksaan, luka gigitan
mungkin sudah sembuh bahkan mungkin telah dilupakan. Tetapi
pasien sekarang mengeluh tentang perasaan (sensasi) yang lain
ditempat bekas gigitan tersebut. Perasaan itu dapat berupa rasa
tertusuk
Anamnesis penderita terdapat riwayat tergigit, tercakar atau
kontak dengan anjing, kucing, ataubinatang lainnya yang:
a. Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka).
b. Mati dalam waktu 10 harisejakmenggigit bukan dibunuh).
c. Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari,
dansebagainya).
d. Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan, dan
lain-lain).
Masa inkubasi rabies 3-4 bulan (95%), bervariasi antara 7 hari-7
tahun. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan
besarnya luka gigitan, dan lokasi luka gigitan (jauh dekatnya ke
sistem sara fpusat, derajat patogenitas virus dan persarafan
daerah luka gigitan). Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari, dan
pada ekstremitas 46-78 hari.
Faktor Risiko: 2.Melakukan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
a. Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh
bahkan mungkin telah dilupakan.
b. Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada
luka bekas gigitan yang sudah sembuh (50%), mioedema

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

(menetap selama perjalanan penyakit).


c. Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat:
hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf
otonom, sindroma abnormalitas ADH, paralitik/paralisisflaksid.
d. Pada stadium lanjut dapat berakibat komadan kematian.
e. Tanda patognomonis
Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi
yang persisten, nyeripada faring terkadang seperti rasa tercekik
(inspiratorisspasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan
aerofobia.
PemeriksaanPenunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium kurang bermakna.
3. PenegakanDiagnosa(Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang
menggigit mati dalam 1 minggu.
Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadangdi
temukan parestesia pada daerah gigitan, gatal-gatal, rasa terbakar
(panas), berdenyut
Dan sebagainya.
Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang
persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik
(inspiratorisspasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia.
Diagnosis Banding
a. Tetanus.
b. Ensefalitis.

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

c. lntoksikasiobat-obat.
d. Japanese encephalitis.
e. Herpes simplex.
f. Ensefalitis post-vaksinasi.
Komplikasi
a. Gangguan hipotalamus: diabetes insipidus, disfungsi otonomik
yang menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipo/hipertermia,
aritmia dan henti jantung.
b. Kejang dapat lokal atau generalisata, sering bersamaan dengan
aritmia dandyspneu.
4. PenatalaksanaanKomprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Isolasi pasien penting segera setelah diagnosis ditegakkan untuk
menghindari rangsangan-rangsangan yang bisa menimbulkan
spasme otot ataupun untuk mencegah penularan.
b. Faseawal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun
(detergen) 5-10 menit kemudian dibilas dengan air bersih,
dilakukan debridement dan diberikan desinfektan seperti alkohol
40-70%, tinkturayodii atau larutan ephiran, Jika terkena selaput
lendir seperti mata, hidung atau mulut, maka cucilah kawasan
tersebut dengan air lebih lama; pencegahan dilakukan dengan
pembersihan luka dan vaksinasi.
c. Fase lanjut: tidak ada terapi untuk penderita rabies yang sudah
menunjukkan gejala rabies, penanganan hanya berupa tindakan
suportif dalam penanganan gagal jantung dan gagal nafas.
d. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) Bila serum heterolog
(berasal dari serum kuda) Dosis 40 IU/ kgBB disuntikkan infiltrasi
pada luka sebanyak-banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM.

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Skin test perlu dilakukan terlebih dahulu. Bila serum homolog


(berasal dari serum manusia) dengandosis 20 IU/ kgBB, dengan
cara yang sama.
e. Pemberian serum dapat dikombinasikan dengan Vaksin Anti
Rabies (VAR) pada hari pertama kunjungan.
f. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi
yang dikenal sebagaipost-exposure prophylaxis atau PEPVAR
secara IM pada otot deltoid atau anterolateral paha dengan dosis
0,5 ml pada hari 0, 3,7,14, 28 (regimen Essen ataurekomendasi
WHO), atau pemberian VAR 0,5 ml padahari 0, 7, 21 (regimen
Zagreb/rekomendasiDepkes RI).
g. Pada orang yang sudah mendapat vaksin rabies dalam waktu 5
tahun terakhir, bila digigit binatang tersangka rabies, vaksin
cukup diberikan 2 dosis pada hari 0 dan 3, namun bila gigitan
berat vaksin diberikan lengkap.
h. Pada luka gigitan yang parah, gigitan di daerah leher keatas,
pada jari tangan dan genitalia diberikan SAR 20 IU/kgBB dosis
tunggal. Cara pemberian SAR adalah setengah dosis infiltrasi
pada sekitar luka dan setengah dosis IM pada tempat yang
berlainan dengan suntikan SAR, diberikan pada hari yang sama
dengan dosis pertama SAR.
Konseling danEdukasi
a. Keluarga ikut membantu dalam hal penderita rabies yang sudah
menunjukan gejala rabies untuk segera dibawa untuk
penanganan segera ke fasilitas kesehatan. Pada pasien yang
digigit hewan tersangka rabies, keluarga harus menyarankan
pasien untuk vaksinasi.

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

b. Laporkan kasus Rabies ke dinas kesehatan setempat.


Kriteria Rujukan
a. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies.
b. Dirujuk kefasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis neurolog.

Dinas Peternakan

1. Tujuan
2. Ruang
Lingkup
3. Ketrampila
n Petugas

Sebagai acuan dalam penatalaksanaan


Kusta dan mencegah terjadinya kecacatan.
Semua suspek dan penderita kusta yang datang di unit pelayanan
umum di Puskesmas.
3.1.1

Dokter Umum

3.1.2

Perawat Terampil

3.1.3

Dokter SP.KK

4. Uraian
Umum

5. Melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari Cardinal Sign.


1. Periksa pandang.
5.1.1
Memeriksa penderita di tempat yang aman, untuk menjaga
privasi, ruangan cukup sinar matahari tidak langsung.

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

5.1.2
5.1.3

5.1.3.7.1
5.1.3.7.2
5.1.3.7.3
5.1.3.7.4
5.1.3.7.5

2.

Menyiapkan sarung bagi penderita.


Menyiapkan :
5.1.3.1
alat tulis
5.1.3.2
kartu penderita kusta
5.1.3.3
kartu pencegah kecacatan / POP
5.1.3.4
kartu monitoring
5.1.3.5
buku register kusta
5.1.3.6
alat bantu pencegahan kecacatan.
5.1.3.7
Kapas yang diruncingkan
Petugas mencuci tangan dan memakai handscoon.
Meminta kepada penderita agar melepas pakaian yang
menutupi badannya.
Penderita disuruh berdiri menghadap pada petugas dengan
sinar matahari tidak langsung mengenai arah depan penderita.
Melihat / memandang penderita secara sistematis dari ujung
rambut sampai ujung kaki, kelainan dicatat.
Melihat / memandang penderita dari arah belakang dengan
cara penderita disuruh berbalik. Semua kelainan dicatat pada
kartu penderita kusta.
Periksa rasa raba / mati rasa.
Penderita disuruh duduk mengahadap petugas.
Petugas memegang kapas yang telah di runcingkan.
Memeriksa adanya mati rasa pada semua bercak dengan cara

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

menyentuh bercak dengan ujung kapas yang runcing.


Sedapat mungkin penderita tidak melihat setiap sentuhan kapas
untuk menghindari tipuan penderita.
Meminta penderita merespon setiap sentuhan terasa atau tidak.
Membandingkan dengan kulit yang normal.
Menegakkan diagnosa sementara.
Menggambar setiap bercak yang ada secara berurutan dari atas
ke bawah pada kartu penderita kusta.
3. Periksa adanya kerusakan dan penebalan syaraf. Penderita
duduk menghadap petugas.
a) N.Optikus penderita di minta untuk memejamkan mata
sekuatnya ,petugas melihat dari samping dan mengukur lebar
kelopak mata yang tidak tertutup.
b) N.Auricularis Maknus
Penderita dianjurkan memandang sendi bahu kiri untuk
melihat adanya penebalan syaraf Auricularis Maknus pada
leher kanan, pandang dan raba adanya penebalan syaraf
akan kelihatan dan teraba.
Untuk memeriksa nervus Auricularis Maknus kiri penderita
dianjurkan memandang sendi bahu kanan, petugas
melakukan hal yang sama dengan memeriksa nervus

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman

SOP

UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

kanan.
c) N. Ulnaris
1.
Test Penebalan Syaraf

Kanan
Petugas memegang tangan kanan penderita dengan tangan
kanan petugas. Tangan kiri meraba adanya penebalan
syaraf di siku kanan penderita, merasakan adanya
penebalan syaraf dan mencari adanya nyeri tekan dengan
jari telunjuk dan jari tengah petugas.
Kiri
Petugas memegang tangan kiri penderita dengan tangan kiri
petugas.
Tangan kanan petugas mencari adanya penebalan dan nyeri
tekan pada siku kiri dengan jari telunjuk & jari tengah.
Kelainan dicatat / gambar pada kartu penderita kusta.
2. Test sensoris
Kanan : Tangan kiri petugas memegang punggung telapak tangan
kanan
penderita
dan
mengajarkan
penderita
test
sensorisnya,kemudian melakukan test sensibilitas terhadap titik
telapak tangan area jari kelingking dan jari manis dengan
menggunakan balpoin.
Kiri : tangankanan petugas memegang punggung telapak tangan
kiri penderita dan mengajarkan penderita test sensoris,kemudian

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

melakukan test sensibilitas terhadap titik telapak tangan area jari


kelingking dan jari manis dengan menggunakan balp[oin.
3. test Motorik
Kanan : tangan kanan petugas memegang semua jari tangan kiri
penderita kecuali kelingking, petugas meminta merenggangkan jari
kelingking,petugas menekan jari kelingking bagian luar dengan jari
telunjuk petugas ,jika hasil test ditemukan kelemahan lakukan uji
perbandingan menjepit kertas dengan jari kelingking dan jari manis
dengan saling tarik antara petugas dan penderita.
N. Medianus
1. Sensoris
Kanan : Tangan kiri petugas memegang punggung telapak tangan
kanan
penderita
dan
mengajarkan
penderita
test
sensorisnya,kemudian melakukan test sensibilitas terhadap titik
telapak tangan area jari tengah,telunjuk,dan ibu jari.
Kiri : tangankanan petugas memegang punggung telapak tangan
kiri penderita dan mengajarkan penderita test sensoris,kemudian
melakukan test sensibilitas terhadap titik telapak tangan area jari
tengah, telunjuk, dan ibu jari. .
2. Motorik : tangan kanan petugas memegang pergelangan tangan
penderita yang sudah menggenggam kemudian mengangkat
genggamannya ke atas dan menahannya ,dengan tangan kiri

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

petugas menarik genggaman tangan penderita.


4. N. Peroneus
Test penebalan syaraf
Tangan kanan petugas meraba saraf Peroneus kiri penderita,
tangan kiri petugas meraba syaraf Peroneus kanan penderita.
Petugas mencari adanya penebalan syaraf dan nyeri tekan
kelainan di catat / gambar pada kartu kusta.
Test motorik : dalam posisi duduk tumit kiri dan tumit kanan
berjarak satu kepalan, penderita mengangkat telapak kaki dengan
posisi tumit tetap dilantai, kemudian petugas menekan kaki
tersebut kebawah dan penderita menahannya.

5. N. Tibialis Posterior
Penebalan syaraf:

Telunjuk tangan kanan meraba dan mencari adanya


nyeri tekan pada belakang mata kaki sebelah dalam kaki
kanan penderita.

Pada saat bersamaan tangan kiri mencari adanya


penebalan dan nyeri tekan pada kaki kiri.

Kelainan di catat / gambar pada kartu penderita kusta.


Sensoris : penderita disuruh duduk gaya bos tangan kiri petugas
menahan punggung kanan kaki penderita dan jari-jarinya dengan

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

menggunakan balpoin melakukan tes sensoris 10 titik


6. Mengisi form POD (pencegahan kecacatan) : setiap hasil
pemeriksaan hasilnya dicatat dalam form POD setiap penderita
mengambil obat baik itu MDT maupun obat reaksi kusta.
Petugas memeriksa adakah kecacatan dan seberapa tingkat
kecacatan pada :
6.1.1.1
Mata
6.1.1.2
Tangan
6.1.1.3
Kaki
Petugas juga menanyakan adakah pada penderita berapa
lama kelainan mulai timbul.
Mata :
Petugas melihat adakah Lagoftalmus.
Tangan
Petugas meraba syaraf ulnalis kanan dan kiri.
6.1.1.5
Mengetahui adanya mati rasa pada telapak
tangan kanan dan kiri dengan menggunakan ujung
bolpoin.
6.1.1.6
Mencari kelainan pada pergelangan tangan
kanan dan kiri.

Kaki
6.1.1.7
Petugas mencari kelainan dengan meraba

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

syaraf peroneus terletak di belakang lutut penderita


adakah nyeri tekan.
6.1.1.8
Memeriksa kelainan syaraf Tibialis posterior
kanan & kiri adakah nyeri tekan.
6.1.1.9
Memeriksa
pergelangan
kaki
adakah
kelumpuhan.
6.1.1.10
Memeriksa adanya rasa raba pada telapak kaki
kanan kiri menggunakan ujung bolpoin.

7. Menetukan tingkat kecacatan


0 = tidak ada kecacatan
1= cacat tidak tampak
2= cacat nampak
8. Mengklasifikasikan tipe Kusta PB atau MB
Tipe PB
PB
Bercak 1 5

Tipe MB
MB
Bercak > 5

Penebalan dan Kelainan

Penebalan dan kelainan

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

fungsi syaraf 1

fungsi 2 atau lebih

Laboratorium BTA (-)

Laboratorium BTA (+)

9. Menentukan obat
PB diobati dengan MDT 6 bulan-9 bulan.
MB diobati dengan MDT 12 bulan-18 bulan.
Memberikan obat dosis bulanan kepada penderita agar
langsung diminum di depan petugas.
Dosis harian dibawa pulang.
10. Penyuluhan
Penderita agar berkunjung kembali setiap obat habis.
Melaporkan pada petugas kalau ada tanda-tanda reaksi .
Agar penderita menghindari stres fisik maupun mental, cukup
gizi, perilaku hidup bersih dan sehat.
Bila ada kecacatan petugas memperagakan cara perawatan
diri di rumah.

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman

SOP

UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

11. Indikator kinerja


Dapat menemukan penderita sedini mungkin
Cakupan CDR
Keberhasilan pengobatan
Penanganan reaksi sesuai protap
Pencegahan kecacatan
12. Catatan Mutu
12.1 Status pasien Unit Pelayanan Umum
12.2

Buku register harian unit pelayanan umum

12.3

Lembaran resep

12.4

Form resep umum luar

12.5

Form rujukan pasien umum

12.6

Form rujukan pasien

(ASKES, JAMKESDA,JAMKESMAS)
12.7

Buku Register rujukan pasien

12.8

Buku kohort PB dan MB

12.9

Kartu penderita

12.10

Kartu POD

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

12.11

Kartu pengobatan reaksi

Pemerintah
Kabupaten
Lampung
Selatan
UPT.
PUSKESMAS
KARANG
ANYAR

SOP

PENATALAKSANAAN
PENYAKIT KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
UPT Puskesmas
Karang Anyar
SUDIBYO
Nip. 19620518 198502 1 002

Anda mungkin juga menyukai