Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan

nasional

kesehatan

merupakan

rangkaian

upaya

pembangunan yang berkesinambungan dan menyeluruh meliputi masyarakat,


bangsa dan negara guna melaksanakan tugas tugas pembangunan dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana termaksud dalam pembukaan
Undang Undang Dasar 1945. Pembangunan di bidang kesehatan senantiasa
memperoleh perhatian yang serius sebagai aspek penting dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia selain sebagai cermin dari kualitas hidup suatu
masyarakat (PMK RI 2013).
Kebijakan Nasional bidang kesehatan dirumuskan dalam rencana
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 dengan mewujudkan
masyarakat sehat dan proaktif dalam memandang kesehatan yang bermutu.
Pelayanan kesehatan meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Di mana semua
ini ditangani secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Ortotik
prostetik merupakan salah satu bagian dari team work dalam bidang rehabilitasi
medis. Seorang ahli ortosis dan prostesis harus mampu bekerja sama dengan
dokter bedah ortopedi, dokter rehabilitasi medis, perawat ortopedi, fisioterapis,
okupasi terapis, ahli psikologi, psikiater dan pekerja sosial (Depkes RI, 1999).

Amputasi adalah Pemotongan suatu anggota gerak atau tindakan yang


dilakukan untuk menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian
tubuh yang lain (Sabine Versiyanti, 2008). Penyebab dari amputasi yaitu (1)
trauma, (2) vascular disease, (3) infeksi, (4) tumor, (5) congenital. Amputasi
karena trauma adalah pemotongan anggota gerak tubuh dikarenakan truma, yang
biasanya sering disebabkan oleh karena kecelakaan, baik kecelakaan kerja
maupun kecelakaan lalu lintas.
Menurut WHO (2013), setiap tahun 1,24 juta jiwa meninggal dikarenakan
kecelakaan lalu lintas, 23% merupakan pengendara sepeda motor, 22% pejalan
kaki, 5% pengendara sepeda, 31% pengendara mobil, dan 19% sisanya yaitu
pengguna jalan yang tidak ditentukan.
Kejadian amputasi yang terjadi di Jawa Tengah khususnya di Wilayah
Karesidenan Surakarta cukup banyak, data ini didapatkan dari Rumah Sakit
Orthopedi (RSO) Prof. Dr. Soeharso Surakarta, yang merupakan rumah sakit
rujukan orthopedi yang ada di Indonesia. Pada akhir tahun 2006 menunjukkan
data terjadinya kasus amputasi anggota gerak bawah kaki adalah sebesar 25% per
tahunnya, yang terbagi untuk amputasi kaki diatas lutut atau prothese jenis above
knee amputation (AKA) sebesar 18% dan amputasi dibawah lutut atau prothese
jenis below knee amputation (BAK) sebesar 7%. Sedangkan kejadian amputasi
pada anggota gerak atas (tangan) sebesar 15%, yang terbagi amputasi dibawah
siku tangan atau prothese jenis below elbow amputation (BEA) sebesar 10% dan
amputasi diatas siku tangan atau prothese jenis above elbow amputation (AEA)
sebesar 5% ( Aryanto, 2009 )

Menurut Crenshaw, dalam Vitriana (2002), amputasi pada alat gerak


bawah mencapai 85% - 90 % dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut
(transtibial amputation) merupakan jenis amputasi yang paling sering dilakukan.
Amputasi transtibial paling banyak disebabkan karena kecelakaan lalu
lintas .Angka kejadian amputasi transtibial di Indonesia saat ini tidak diketahui,
tapi menurut Vitriana (2002) terjadi 43.000 kasus per tahun dari jumlah penduduk
280.562.489 jiwa atau sekitar 0,02%. Sedangkan menurut

Raiche (2009)

disebutkan bahwa terjadi kasus amputasi sekitar 158.000 per tahun dari jumlah
penduduk 307.212.123 atau sekitar 0,05%. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa terjadi peningkatan kasus amputasi transtibial, baik secara jumlah maupun
secara presentase dari jumlah penduduk.
Amputasi berakibat terhadap funcional limitation , hilang kepercayaan
diri, dan gangguan mental. Depresi dianggap sebagai gangguan medis, seperti
gangguan fisik lainnya yang mempengaruhi pikiran manusia, perasaan, prilaku
dan kesehatan bahkan fisik misalnya penurunan berat badan, kehilangan nafsu
makan, kurang tidur. Gejala depresi adalah hasil kontak yang terlalu lama dengan
kondisi kehidupan yang penuh stres. Amputasi tungkai bawah menyebabkan cacat
fisik yang serius bahwa penyesuaian dengan kondisi amputasi impulsif untuk
tekanan psikologis. Depresi pada individu karena amputasi tungkai bawah
mencapai 45 % dari antara seluruh penderita amputasi yang telah diteliti
(Mozumdar, Roy, 2010).

Dari data yang telah dijabarkan diatas, maka diperlukan peran penting dari
Ortotis Prostetis yang mempunyai tugas untuk membuat alat bantu gerak untuk
menunjang mobilitas pasien sehari-hari.
B. Tujuan Penulisan

Dari uraian diatas, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu :
(1) Untuk mengetahui kondisi epidemiologi tentang amputasi transtibial tungkai
kanan karena trauma, (2) untuk mengetahui dampak / akibat yang ditimbulkan
amputasi transtibial , (3) untuk mengetahui bagaimana penanganan pasien
amputasi transtibial tungkai kanan karena trauma menggunakan transtibial
prosthesis patella tendon bearing supracondylar,(4) Untuk menyampaikan
informasi ilmiah tentang amputasi transtibial tungkai kanan karena trauma. (5)
untuk mengetahui alat bantu yang sesuai pada pasien amputasi transtibial karena
trauma.

C. Manfaat penulisan

Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah ini antara lain : (1) Penulis dapat
mengetahui kondisi epidemiologi tentang amputasi transtibial tungkai kanan
karena trauma,(2) Penulis dapat untuk mengetahui dampak / akibat yang
ditimbulkan amputasi transtibial, (3) Penulis dapat mengetahui

mengetahui

bagaimana penanganan pasien amputasi transtibial tungkai kanan karena trauma


menggunakan transtibial prosthesis patella tendon bearing supracondylar, (4)

Penulis dapat mengetahui informasi ilmiah tentang amputasi transtibial tungkai


kanan karena trauma.(5) Penulis dapat mengetahui alat bantu yang sesuai pada
pasien amputasi transtibial karena trauma.

Anda mungkin juga menyukai