Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Shift Work Disertai Long Working Hours

Terhadap Pekerja

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas


Mata Ajar Faal Kerja dan Ergonomi
Program Pendidikan Dokter Spesialis Okupasi

Oleh :
dr. Iwan Rivai Alam Siahaan
1406666340

Dosen Pengajar :
Ambar Wahyuningsih Roestam, S.KM, MOH

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena anugerahNya sehingga makalah
Pengaruh Shift work dengan Longworking hours terhadap Pekerja dapat selesai dengan baik.
Walau ada hambatan dalam membuat makalah ini tetapi semua dapat diselesaikan dengan
baik.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengajar dan pembimbing Ibu Ambar
W.Roestam, S.KM, MOH yang telah memberi ilmu pada mata ajar Faal Kerja dan Ergonomi
Kedokteran Okupasi ini. Tak lupa terima kasih saya ucapkan kepada keluarga, teman
seangkatan atas dukungan yang telah diberikan.
Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi materi, susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengaruh Shift work
dengan Longworking hours terhadap Pekerja ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jakarta, November 2015

dr. Iwan Rivai AS

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Permasalahan

1.3 Tujuan 5
1.3.1 Tujuan Umum

1.3.2 Tujuan Khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Shift work/Kerja Gilir 6


2.2 Long working hours/Jam Kerja yang Lama

2.3 Hasil Penelitian Pengaruh Shift Work dengan Long Working Hours 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA 14

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai respon dari ekonomi, teknologi dan tekanan sosial pengaturan kerja 24
jam di lingkungan kerja merupakan hal yang umum. Hal ini menyebabkan diadopsinya
banyak jenis dari jadwal waktu kerja bergilir walaupun saat ini sudah banyak dicatat
dan diketahui efek samping kesehatan dari kerja bergilir tersebut1.
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan menyatakan bahwa tidur yang
adekuat merupakan kebutuhan biologis untuk hidup, hampir sama seperti kebutuhan
untuk makan dan minum dimana hal ini merupakan hal yang kritikal untuk kesehatan
dan bekerja dengan aman. Lama tidur 7-8 jam semalam dihubungkan dengan
rendahnya risiko obesitas, diabetes, hipertensi, infark miokard dan kecelakaan tentang
cerebral vaskuler sama baik dengan rendahnya risiko kecelakaan dan kesalahan dalam
bekerja.2
Menurut CDC di 2011, warga Amerika semakin bertambah untuk
mendapatkan tidur yang adekuat. Pada periode 1985-1990 dan 2004-2007, persentase
tenaga kesehatan lama tidur kurang dari 6 jam setiap harinya. Dari semua jenis industri,
tenaga kesehatan merupakan urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja yang waktu
tidurnya pendek.3
Sedangkan di Eropa, satu dari lima pekerja memiliki waktu bergilir termasuk
bekerja malam hari dan satu dari dua puluh pekerja mendapatkan kerja lembur. Sejak
tahun 1990, perubahan mendasar diambil ILO (Internatioanl Labour Organisation)
tentang waktu kerja dimana pembatasan lama kerja dikarenakan panjang atau tidak
normalnya merupakan hazard/bahaya bagi kesehatan.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang materi
Shift work dalam mata kuliah Ergonomi yang dibimbing oleh Bu Ambar, penulis
membuat makalah Pengaruh shift work disertai dengan long working hours terhadap
pekerja sebagai tugas mata kuliah ini.

1.2. Permasalahan

Apakah ada efek kesehatan yang terjadi terhadap pekerja dengan jadwal shift work dan
long working hours kepada pekerja
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahui adanya efek kesehatan terhadap pekerja dengan jadwal shift work dan long
working hours
1.3.2. Tujuan Khusus
a.
Diketahui tentang shift work
b.
Diketahui tentang long working hours.
c.
Diketahui efek kesehatan terhadap pekerja dengan jadwal shift work dan long
working hours

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Shift work/ Kerja bergilir

Waktu Kerja pertama kali di bahas di International Labor Organization (ILO)


pada tahun 1919 pada konvensi nomor 1 yang merupakan jam kerja pada industri,
sedangkan jam kerja untuk pekerja di kantoran dan perdagangan pada tahun 1930
pada konvensi nomor 30. Setelah beberapa kali membahas tentang jam kerja,
akhirnya konvensi nomor 1 dimana jam kerja untuk industri selama 48 jam seminggu
atau kurang dilakukan tetapi belum diratifikasi oleh 119 negara sedangkan konvensi
noomomr 30 belum di ratifikasi oleh 138 negara4.
Pada tahun 1990, International Labor Organization (ILO) mengartikan shift
work/kerja bergilir adalah Shift work menurut bekerja dalam shift adalah suatu
metode pengaturan kerja dimana seorang pekerja melanjutkan pekerjaan rekan
kerjanya secara bergiliran sehingga durasi kerja dapat berlangsung lebih lama
daripada durasi kerja yang dapat dilakukan oleh satu orang pekerja setiap hari dan
pada jam malam.
Pada umumnya shift work dan kerja malam ada di sektor, seperti:
Layanan umum (seperti ambulan, pemadam kebakaran, rumah sakit, polisi,

penjara, transportasi)
Layanan waktu luang dan hiburan ( seperti hotel, konser, kafe, bar, tempat

musik)
Supermarket, SPBU
Proses produksi suatu perusahaan, seperti tambang, minyak dan gas, kimia

Ada beberapa karakteristik dalam penyusunan jadwal kerja antara lain:


a. Waktu shift
Untuk perubahaan yang beroprasi 24 jam, biasanya membagi waktu shift
menjadi 2 atau 3 shift, sedangkan pengaturan jadwal mulai dan akhir
tergantung dari lamanya shift.
b. Jadwal kerja shift permanen dan rotasi
Untuk pekerja mengalami kerja malam permanen tidak seluruhnya yang dapat
beradaptasi, tetapi memang dalam beradaptasi ini pekerja yang menjalani kerja
malam permanen mempunyai cara atau metode untuk melawan kelelahan pada
malam hari.
c. Rasio arah rotasi
Rotasi maju adalah perubahan menurut arah jarum jam yaitu mulai dari

shift pagi ke siang lalu ke malam.


Rotasi mundur adalah perubahan berlawanan arah jam yaitu mulai dari

shift pagi ke malam lalu ke siang.


d. Rasio istirahat kerja
6

Orang yang bekerja selama 8 jam mempunyai 16 jam untuk istirahat dan
melakukan aktifitas lainnya, sedangkan yang bekerja selama 12 jam hanya
mempunyai waktu yang sedikit untuk istirahat sehingga mereka mengalami
ketidak puasan dengan waktu istirahat dan tidurnya
Di negara-negara Eropa saat ini, sistem shift yang paling banyak di pakai
adalah pergeseran waktu kerja pagi dan siang. Dari seluruh pekerja yang
menggunakan sistem shift kerja, didapatkan 18,8% bekerja shift malam dimana
terdapat 24% pekerja laki-laki dan 12% pekerja perempuan. Sedangkan 7%, secara
menetap pekerja memiliki shift bekerja di malam hari5.
2.2 Long Working hours/ Jam kerja yang lama
Long working hours didefinisikan sebagai jam kerja yang melebihi standar
lama kerja. Dimana lama kerja standar ini berbeda setiap negara, seperti di Perancis
memiliki standar lama kerja yaitu 35 jam seminggu, Denmark 37 jam seminggu dan
Amerika 40 jam seminggu sedangkan di Jepang maksimum 40 jam seminggu. ILO
Konvensi nomor 1 dan 30 menyatkan bahwa lama kerja yaitu 40 jam seminggu tetapi
banyak negara yang tidak meratifikasinya. Sehingga disimpulkan long working hours
merupakan lama jama kerja lebih dari 40 jam seminggu atau 8 jam sehari. Sebaliknya,
jam pendek dapat didefinisikan sebagai kurang dari 35 jam per minggu tergantung
pada tingkat yurisdiksi nasional. Untuk tujuan komparabilitas, ambang 35 jam
digunakan untuk jam singkat untuk semua negara yang dianalisis oleh ILO8.
Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Tenaga
Kerja pada pasal 77, waktu kerja diatur sebagai berikut:
a. Tujuh jam dalam 1 hari dan empat puluh jam dalam 1 minggu untuk enam hari
kerja dalam satu minggu.
b. Delapan (8) jam dalam 1 hari dan empat puluh jam 1 minggu untuk lima hari
kerja dalam satu minggu.
c. Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu
Setiap pekerja yang mendapatkan atau mengambil long working hours, maka
waku yang tersedia untuk beristirahat akan semakin berkurang. Sedangkan pada pekerja
yang selama 12 jam bekerja, hanya akan memiliki sisa waktu 12 jam untuk melakukan
kegiatan lain dan juga untuk beristirahat. Pada situasi seperti ini, waktu kerja tambahan
7

hanya akan mengakibatkan timbulnya kelelahan dan berkurangnya waktu istirahat.


Rasa lelah dapat timbul setelah beberapa hari bekerja, maupun setelah hanya sehari
bekerja. Hal ini terjadi khususnya pada saat seseorang memiliki waktu tidur kurang di
antara hari kerja daripada waktu libur.
Di Jepang, lama kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan karena
dibandingkan dengan dekade sebelumnya terjadi peningkatan kasus Karoshi (kematian
mendadak yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan cerebrovaskuler akibat
kelebihan bekerja) dan kasus Karojisatsu (kasus bunuh diri akibat kelebihan bekerja)
yang mungkin disebabkan oleh lama kerja6.
Berdasarkan data statistik dari Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) yang membahas lama kerja. Tahun 1980-2007, Korea
merupakan negara yang memiliki waktu kerja terlama. Sedangkan di 2008, Korea
menjadi di urutan kedua setelah Mexico.
2.2 Shift work serta Long working hours Efek Kesehatan terhadap Pekerja
Beberapa masalah ditemukan terhadap pekerja dengan bekerja shit work dan long
working hours7:
a. Irama Sirkadian (Gangguan ritme dalam tubuh)
Secara alami, manusia beraktifitas dan bekerja selama pagi menjelang sore
merupakan kondisi yang terbaik dan dibutuhkan istrahat/tidur pada malam hari
merupakan kondisi yang kurang baik. Manusia melakukannya karena adanya
ritme dalam tubuh yang berlokasi di otak untuk mengatur aktifitas biologi melalui
kimia dan hormone. Sebagai contoh denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
akan meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari yang akan
menyebabkan mengantuk. Ini merupakan alasan kenapa kalau seseorang kurang
tidur akan merasakan lemas dan sedikit berkurang kemampuan dalam melakukan
aktifitas yang terbaik.
b. Gangguan Tidur
Beberapa penelitian yang dilakukan dalam melihat performa manusia dan
keselamatan bahwa tidur/istrahat merupakan kebutuhan biologi yang sangat
diperlukan. Kurang atau terganggunya tidur/istrahat, tidak tidur dalam waktu lama
akan meningkatkan risiko kesalahan dan kejadian kecelakaan.
c. Kelelahan
Merupakan penurunan mental dan atau performa fisik yang merupakan hasil dari
kurangnya kualitas istrahat/tidur atau gangguan irama sirkadian. Tingkat kelelahan
juga berhubungan dengan beban kerja. Misalanya pekerjaan yang memerlukan
8

perhatian terus menerus (seperti memperhatikan kerja mesin yang terus menerus
dan monoton) akan meningkatkan risiko kelelahan. Tidak seimbangnya antara
bekerja dengan kebutuhan waktu istrahat seperti jadwal shift work yang tidak baik
dan long working hours akan menghasilkan kelelahan yang kronis. Konsekuensi
d.

adanya kelelahan akan menurunkan kewaspadaan, persepsi yang lambat dan jelek.
Kesalahan, produktifitas dan kecelakaan
Risiko kesalahan dan kecelakaan dapat terjadi pada:
- Bekerja pada jadwal shift malam
- Long working hours (bekerja lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu)
- Bekerja tanpa ada waktu jeda/break
- Pada shift yang berturut-turut khususnya shift malam
Ini terjadi pada kejadian kecelakaan Bhopal 1984, Pesawat luar angkasa
Chalanger 1986, Chernobyl 1986, Exxon Valdez 1989.

e. Stress
Paling banyak ditemukan pada pekerjaan konstruksi, tambang dan tranportasi.
Stress dihubungkan dengan shift work dan long working hours mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
- Jadwal shift kerja yang jelek
- Kebutuhan Fisik dan mental
- Kemampuan menyeimbangkan dalam merawat anak, keluarga dan tanggung
jawab lainnya
- Efek Fisiologis dan Psikologis dari terganggunya irama sirkadian
f. Gangguan kesehatan
Masalah gangguan kesehatan dihubungkan dengan jadwal shift work dalam
jangka waktu yang lama berupa:
- Gangguan Gastrointestinal seperti konstipasi, peptic ulcer, gastritis kronik,
-

dispepsia,
Gangguan Kardiovaskuler seperti hipertensi, coronary heart disease, angina

pectoris, miokard infark


Efek Reproduksi seperti gangguan menstruasi, peningkatan aborsi spontan,
prematuritas

2.3 Hasil Penelitian Pengaruh Shift work dan Long working hours
Beberapa hasil penelitian yang didapatkan tentang pengaruh shift work
disertai Long working hours terhadap pekerja:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Laura K.Barger, dkk
Penelitian dilakukan pada 2737 residen tahun pertama dengan memperpanjang lama
kerja pada saat kerja bergilir (extended duration shift worked) di Amerika Serikat
melalui survei. Hasilnya didapatkan terjadinya peningkatan risiko terjadinya

kesalahan medis/medical error, kejadian yang tidak diinginkan/adverse event dan


tidak fokus/ attentional failure9.
2. Penelitian yang dilakukan Hognes Vikane Buchvold, dkk.
Penelitian dilakukan pada 2059 perawat di Norwegia dari Desember 2008 Amret
2009, didapatkan terjadinya penigkatan Body Mass Index dihubungkan dengan
kerja shift malam pada perawat10.
3. Penelitian dilakukan Devin L.Brown, dkk
Penelitian dilakukan dengan cohort study pada 80.108 perawat yang bekerja
rotating night shift. Hasilnya didapatkan ada hubungan positif antara perawat yang
bekerja rotating night shift dengan meningkatnya risiko iskemi stroke sebesar 4%
setiap 5 tahun11.
4. Penelitian oleh N Nakanishi, dkk
Penelitian dilakukan dengan cohort study pada 941 pekerja, usia 35-54 tahun.
kantoran di salah satu perusahaan kontraktor terbesar di Osaka, Jepang selama
tahun 1994-1999, dengan hasil bahwa tidak ada indikasi kerja waktu lama (working
long hours) dengan risiko terjadinya perkembangan hipertensi di tempat kerja12.
5. Penelitian oleh Norito Kawakami, dkk
Penelitian dilakukan pada 2194 pekerja laki-laki di perusahaan listrik Jepang
terjadinya Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus dengan menggunakan kriteria
WHO untuk program skrening. Hasilnya didapatkan bahwa Pekerja yang bekerja
lebih dari 50 jam sebulan karena diperpanjang lama kerja (over time) memiliki
risiko 3,7 kali lebih tinggi terjadinya Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus13.
6. Penelitian oleh Martianna Virtanen, dkk
Penelitian dilakukan dengan cohort study terhadap 2960 karyawan (2248 laki-laki
dan 712 wanita) dengan usia 44 - 66 tahun. Hasilnya didapatkan bahwa long
working hours merupakan faktor risiko berkembangnya gejala depresi dan
kecemasan berlebihan pada karyawan wanita14.
7. Penelitian oleh A.E Dembe
Penelitian dilakukan pada 10.793 pekerja dengan survey yang berpartisipasi pada
National Longitudinal Survey of Youth pada masyarakat Amerika. Hasilnya
didapatkan terjadinya peningkatan risiko kecelakaan sebanyak 61% lebih tinggi
terhadap pekerja yang overtime dibandingkan dengan pekerja tanpa overtime15.
8. Penelitian oleh Mika Kivimaki, dkk
Penlitian merupakan meta analysis diambil dari 25 penelitian berupa 5 penelitian
yang dipublikasikan melalui Pubmed dan Embase setelah melalui systematic review
dan 20 penelitian yang tidak dipublikasi tentang long working hours dengan
Coronary Heart Disease. Sedangkan untuk long working hours dengan stroke
diambil dari 17 penelitian, dimana 1 penelitian yang dipublikasikan melalui
10

Pubmed dan Embase setelah melalui systematic review dan 16 penelitian yang tidak
dipublikasikan. Hasil penelitian tersebut adalah:
- Individu yang bekerja 55 jam atau lebih memiliki risiko 1-3 kali terjadinya
-

stroke dibandingkan dengan individu yang bekerja standar (40 jam seminggu)
Long working hours dihubungkan dengan risiko terjadinya coronary heart
disease, tetapi hubungan ini

lebih lemah dibandingkan dengan risiko

terjadinya stroke16.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan buku panduan Health and Safety Guidance, shift
work serta long working hours menyebabkan meningkatnya risiko gangguan kesehatan
dan risiko kecelakaan (accident dan incident) terhadap pekerja di lingkungan kerja.
Gangguan kesehatan berupa peningkatan risiko stroke, body mass index, Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus, Coronary Heart Disease, Depresi dan kecemasan
berlebihan dan peningkatan kejadian kecelakaan kerja, kesalahan tindakan medis,
kejadian yang tidak diinginkan dan tidak fokus. Untuk hubungan dengan masalah
hipertensi, penelitian yang dimasukkan di makalah ini tidak melihat ada hubungan
wkatu kerja lama dengan perkembangan hipertensi.

3.2

Saran
Untuk mendapatkan Shift work serta Long working hours terhadap pekerja,
diperlukan penelitian lebih lanjut berupa penelitian meta analisis, karena pada beberapa
penelitian hasilnya tidak sesuai dengan penelitian lainnya.
Untuk mengurangi gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja yang terjadi
diperlukan:
1. Melakukan waktu kerja sesuai Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Tenaga Kerja, pasal 77 dan pasal 78berupa:
11

Tujuh jam dalam 1 hari dan empat puluh jam dalam 1 minggu untuk

enam hari kerja dalam satu minggu.


Delapan (8) jam dalam 1 hari dan empat puluh jam 1 minggu untuk

lima hari kerja dalam satu minggu.


Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, tidak

berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu


Ada persetujuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam

1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu


2. Membuat jadwal kerja yang baik terhadap pekerja shift
3. Memberikan jeda yang cukup terhadap pekerja yang diperpanjang lama
kerjanya (overtime)
4. Memberikan perhatian khusus tentang Kesehatan dan Keselamatan
terhadap pekerja yang memiliki shift, tugas malam dan bekerja lebih dari 8
jam sehari atau lebih dari 40 jam seminggu
5. Memberikan cuti sesuai dengan aturan yang berlaku
6. Memberikan hak upah lembur kepada pekerja apabila diberikan
penambahan waktu kerja.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Lawrence Smith, Simon Folkard, Phil Tucker, Ian Macdonald, Work shift duration: a
2.
3.
4.
5.
6.

review comparing 8 hour and 12 hour shift systems, 1998


Claire C.Caruso, Negative Impaact of Shiftwork and Long Work Hours, NIOSH, 2013
J M Harrington, Health Effects of Shift Work and Extended Hours of Work, 2001
International Labour Conference, Hours of work, 2005
Giovani Costa, Shift work and occupational medicine an overview, 2003
Bannai A, Tamakoshi A, The Association between long working hours and health: A

systematic review of epidemiological evidence, 2014


7. Managing Shiftwork, Health and Safety Guidance, Health and Safety Executive, 2006
8. Sangheon Lee, Deirdre McCann, Jon C Messenger, Working Time Around The World,
International Labour Organisation, 2007
9. Laura K.Berger, Najib T. Ayas, Brian E. Cade, Impact of Extended Duration Shift on
Medical Errors, Adverse Events and Attentional Failure, 2006
10. Hogne Vikanes Buchvold, Stale Pallesen, Nicolas M.F, Associations between night work
and BMI, Alcohol, Smoking, Caffeine and Exercise A Cross Sectional Study, 2015
11. Devin L.Brown, Diane Feskanich, Brisa N. Sanchez, Rotating Night Shift Work and The
Risk Ischemic Stroke, 2009
12. N Nakanishi, H.Yoshida, K.Nagano, Long Working hours and Risk for Hypertension in
Japanese Male White Collar Workers, 2001
13. Norito Kawakami, Shunichi Araki, Naoyoshi Takatsuka, Overtime, Psychosocial working
condition and occurence Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus in Japanese Men,
1999
14. Martianna Virtanen, Jane E.Ferrie, Archana Singh-Manoux, Long working hours and
symptoms of anxiety and depression, 2011
15. A.E Dembe, JB Erikson, RG Delbos, The impact of Overtime and Long Working Hours
on Occupational Injuries and Illnesses: New Evidence from the United States, 2005
16. Mika Kivimaki, Markus Jokela, Solja T Nyberg, Long working hours and risk of
Coronary Heart Disease and Stroke: A systematic review and Meta Analysis of published
and unpublished data for 603.838 individuals, 2015

13

Anda mungkin juga menyukai