Anda di halaman 1dari 12

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI PURWOPRAJAN II

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling


Dosen Pengampu : Dra. Chadijah H A, M.Pd

Oleh :
Fadiah Azmi Rahmasari
K2313022/ A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
Diagnostik Kesulitan Belajar Pada Siswa Kelas V
SD Negeri Purwoprajan II

Pada setiap pembelajaran diperlukan evaluasi untuk mengetahui pembelajaran


tersebut sudah baik atau belum. Mengevaluasi hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan tes.
Hasil dari tes siswa dapat didiagnosis bagaimana kedudukan siswa tersebut dalam kelas,
memiliki kesulitan belajar atau tidak. Diagnosis tersebut untuk menemukan penyebab
berdasarkan gejala yang nampak, mencari faktor penyebab, dan menetapkan alternatif
bantuan untuk mengetahui kesulitan belajar tersebut secara spesifik yang dialami oleh siswa.
Mendiagnosis kesulitan belajar diperlukan prosedur yang tepat. Menurut Ross dan Stanley
dalam Aben Syamsudin M 2002:309 tahapan-tahapan yang harus dilakukan yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan.


Melokalisasi jenis dan letak kesulitan yang dialami.
Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar.
Memperkirakan alternatif bantuan dan cara mengatasi.
Menetapkan pemberian bantuan.
Melakukan tindak lanjut.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar perlu diidentifikasi terlebih dahulu untuk
menentukan indikator masalah. Pada penelitian ini untuk menentukan indikator masalah
menggunakan nilai sumatif atau sub sumatif. Perolehan nilai masing-masing siswa
dibandingkan dengan PAN dan PAP. Hasil diagnosis dapat diketahui faktor penyebab siswa
kesulitan belajar baik dari segi internal maupun eksternal. Segi internal berasal dari siswa
sendiri seperti minat, bakat, tingkat kecerdasan, gangguan panca indera, maupun gangguan
emosional. Dari segi eksternal seperti sarana dan prasarana, beban belajar yang berat, dan
situasi belajar mengajar kurang interaktif. Mengetahui faktor penyebab secara spesifik dapat
memberikan alternatif bantuan secara tepat pula. Pemberian alternatif bantuan diberlakukan
prioritas siswa mana yang harus dibantu terlebih dahulu, bukan berarti siswa lain yang
mengalami kesulitan belajar tidak diberi bantuan.
Peneliti mencoba mendiagnosis kesulitan belajar pada siswa kelas 5 SD Negeri
Purwoprajan II melalui nilai MID Semester Genap Tahun 2015/2016. Siswa kelas 5 terdiri
dari 31 siswa dan terdapat tujuh mata pelajaran yang diujikan. Data tersebut diperoleh ratarata kelas yaitu 72 dan disajikan dalam dalam grafik 1. Dari grafik yang ditunjukkan terdapat
beberapa siswa di bawah nilai rata-rata kelas.

Grafik Nilai Mid Semester II Siswa Kelas 5 SD


12
10
8

Nilai Re sponde n

6
4
2
0
0

10

12

Re sponde n

Grafik 1. Nilai rata-rata MID Semester Genap

Diagnosis kesulitan belajar diperlukan tahap-tahapan yang tepat untuk mendiagnosis


secara tepat yaitu:
a. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan
Grafik 1 menujukkan terdapat 13 siswa di bawah nilai rata-rata kelas yaitu 72.
Siswa tersebut adalah:
1
2

dengan nilai 64
dengan nilai 66

4
7

dengan nilai 58
dengan nilai 65
3

9
10
16
19
20

dengan nilai 63
dengan nilai 52
dengan nilai 69
dengan nilai 61
dengan nilai 67

24
28
29
31

dengan nilai 68
dengan nilai 71
dengan nilai 63
dengan nilai 53

Langkah selanjutnya yaitu menentukan prioritas bantuan menggunakan


ranking dengan langkah sebagai berikut:
Pertama, diselisihkan angka nilai prestasi setiap siswa kasus dengan angka nilai
rata-rata kelas sehingga diperoleh angka selisih (deviasi)nya yaitu:
1
2
4
7
9
10
16

dengan deviasi 8
dengan deviasi 6
dengan deviasi 14
dengan deviasi 7
dengan deviasi 9
dengan deviasi 20
dengan deviasi 3

19
20
24
28
29
31

dengan deviasi 11
dengan deviasi 5
dengan deviasi 4
dengan deviasi 1
dengan deviasi 9
dengan deviasi 19

Kedua, disusun daftar kasus mulai dengan siswa yang angka selisihnya paling
besar yaitu:
10
31
4
19
29
9
1

dengan deviasi 20
dengan deviasi 19
dengan deviasi 14
dengan deviasi 11
dengan deviasi 9
dengan deviasi 9
dengan deviasi 8

7
2
20
24
16
28

dengan deviasi
dengan deviasi
dengan deviasi
dengan deviasi
dengan deviasi
dengan deviasi

7
6
5
4
3
1

Dari rangking tersebut siswa yang mendapat prioritas adalah siswa nomor 10,
31, dan 4.
b. Melokalisasi jenis dan letak kesulitan yang dialami
Siswa nomor 10, 31, dan 4 diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Kemudian dilakukan lokalisasi yaitu untuk menspesifikasikan masalah di mata
pelajaran mana siswa mengalami kesulitan belajar.
SISWA
10
31
4
MATA PELAJARAN RATARATA
NILA
NILA
SELISI
NILA
SELISIH
SELISIH
KELAS
I
I
H
I
75
62
-13
47
-28
68
-7
PEND. AGAMA
85
67
-18
75
-10
64
-21
PKN
71
62
-9
60
-11
60
-11
BHS INDONESIA
60
20
-40
25
-35
30
-30
MATEMATIKA
83
55
-28
70
-13
77
-6
IPA
70
50
-20
43
-27
60
-10
IPS
62
50
-12
50
-12
50
-12
BAHASA JAWA
Tabel 1. Perbandingan nilai siswa kasus dengan rata-rata kelas setiap mata pelajaran

Menggunakan metode PAN yaitu membandingkan nilai siswa dengan nilai rata-rata
kelas setiap mata pelajaran. Siswa nomor 10, 31, dan 4 memiliki kesulitan pada semua
mata pelajaran karena semua nilai yang diperoleh berada di bawah nilai rata-rata di bidang
studi. Dari tabel 1 ketiga siswa kasus tersebut memiliki kesulitan belajar pada mata
pelajaran matematika.
SISWA
MATA PELAJARAN KKM
10
31
4
NILAI NILAI NILAI
1 PEND. AGAMA
70
62
47
68
2 PKN
70
67
75
64
3 BHS INDONESIA
70
62
60
60
4 MATEMATIKA
70
20
25
30
5 IPA
70
55
70
77
6 IPS
70
50
43
60
7 BAHASA JAWA
70
50
50
50
Tabel 2. Perbandingan nilai siswa kasus dengan KKM setiap mata pelajaran
NO
.

Menggunakan metode PAP yaitu membandingkan nilai siswa dengan KKM setiap
mata pelajaran. Kriteria minimum ketuntasan pada setiap mata pelajaran sama yaitu
bernilai 70. Hasil tuntas dan tidak tuntas dari metode PAN dan PAP dapat ditabulasikan
seperti pada tabel 3.

NO
.
1
2
3
4
5
6
7

SISWA
31
4
PAP
PAN
PAP
PAN
PAP
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TIDAK
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
Tabel 3. Kesimpulan PAN dan PAP setiap siswa kasus

10
PAN
TIDAK
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
TIDAK
TUNTAS

Siswa nomor 10 tidak tuntas semua mata pelajaran baik dari nilai PAN maupun
PAP. Siswa nomor 31 semua mata pelajaran tidak tuntas dari nilai PAN dan mata pelajaran
PKN dan IPA tuntas dari nilai PAP sedangkan 5 mata pelajaran lain tidak tuntas. Siswa
nomor 4 semua mata pelajaran tidak tuntas dari nilai PAN dan mata pelajaran IPA tuntas
dari nilai PAP sedangkan 6 mata pelajaran lain tidak tuntas. Dari data yang diperoleh
semua siswa kasus tersebut tidak tuntas dari nilai PAN dan mata pelajaran IPA dan PKN 1
siswa kasus tuntas dari nilai PAP serta 1 siswa kasus tuntas mata pelajaran IPA.
Cara melokalisasi dapat juga dengan cara mendeteksi ruang lingkup bahan
pelajaran yang mana siswa mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan memeriksa hasil pekerjaan tes siswa. Apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan atas soal mengenai suatu pokok bahasan tertentu menunjukkan bahwa siswa
tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tertentu. Hasil lokalisasi
ini perlu tindak lanjut berupa menganalisis dan menentukan faktor penyebab kesulitan
belajar sehingga siswa kasus tersebut dapat ditangani secara tepat.
c. Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar
Menentukan faktor penyebab dapat melakukan wawancara kepada siswa, guru,
wali kelas, atau orangtuanya. Faktor penyebab terbagi menjadi dua macam yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa sendiri misalnya, minat,
tingkat kecerdasan, dan gangguan fisik. Faktor eksternal berasal dari luar siswa misalnya
saran prasaran, situasi rumah kurang mendukung, beban belajar terlalu berat.

Memperoleh keterangan tersebut dapat diperkuat dengan wawancara dan observasi


serta tes yang ditangani oleh ahli. Keterbatasan ruang dan waktu peneliti mencoba
menganalisis dari hasil belajar siswa berupa nilai MID Semester Genap. Hasil lokalisasi
diketahui bahwa semua siswa kasus tersebut tidak tuntas dari nilai PAN dan mata pelajaran
IPA dan PKN 1 siswa kasus tuntas dari nilai PAP serta 1 siswa kasus tuntas mata pelajaran
IPA. Hal tersebut perlu diteliti lebih lanjut apa penyebab ketiga siswa kasus tidak tuntas
nilai PAN-nya sedangkan siswa kasus dominan tidak tuntas PAP-nya disemua mata
pelajaran.
Menurut dugaan peneliti dari hasil analisis nilai tersebut dapat menentukan faktor
penyebab siswa mengalami kesulitan belajar yaitu:
1. Faktor internal
a. Cacat mata
Panca indera merupakan aset berharga yang diberikan oleh sang kuasa
namun apabila mengalami kerusakan membuat manusia mengalami gangguan
psikologisnya. Salah satunya cacat mata, apabila cara membaca atau melihat tidak
benar maka akan mudah sekali terjadi kerusakan mata misalnya membaca buku
terlalu dekat, menonton televisi terlalu dekat, membaca tidak dengan penerangan
yang cukup. Penyebab lain asupan vitamin untuk mata yang kurang. Penderita akan
mengalami penurunan kemampuan membaca pada jarak jauh. Hal tersebut dapat
menyerang siapapun pada usia berapapun termasuk siswa sekolah dasar.
Cacat mata sangat mengganggu saat pembelajaran dikelas, misalnya guru
menyampaikan materi dengan menuliskannya di papan tulis. Hal tersebut
menyebabkan siswa tidak dapat menyerap materi secara optimal karena terlalu sulit
untuk membacanya dan membuatnya ketinggalan dari teman-temannya.
b. Tingkat kecerdasan
Semua orang pada dasarnya merupakan orang cerdas namun memiliki
tingkat kecerdasan yang berbeda-beda tergantung cepat atau lambat menyerap suatu
materi. Di dalam satu kelas tingkat kecerdasan siswa pasti berbeda-beda. Ada yang
cepat menangkap materi dengan satu kali penyampaian. Ada yang paham dengan
diulang secara terus menerus. Siswa yang mengalami kesulitan belajar memiliki
tingkat penyerapan yang kurang sehingga perlu diulang terus menerus dan
diberikan latihan-latihan.
Siswa memiliki kemampuan menganalisis soal yang kurang akibat kurang
latihan soal. Siswa kurang memahami apa sebenarnya yang dimaksud soal tersebut
karena kurang terbiasa menemui soal-soal serupa.

c. Minat siswa
Setiap siswa mempunyai minat yang berbeda. Terdapat siswa yang suka
dengan hitungan ada pula yang suka dengan hafalan. Siswa kasus tersebut diduga
kurang memiliki minat di bidang matematika. Hasil yang didapat dari lokalisasi
ketiga siswa kasus memiliki rentang nilai yang jauh dari nilai rata-rata kelas. Hal
ini bisa diduga siswa tidak memahami aturan operasi bilangan untuk bilangan bulat
maupun pecahan.
d. Manajemen waktu
Siswa sekolah dasar perlu diajarkan untuk memanajemen (membagi) waktu
kapan untuk bermain, belajar, dan tidur. Siswa kasus tersebut diduga tidak dapat
membagi waktu untuk belajar waktu mereka dominan untuk bermain atau sekedar
menonton televisi. Ada faktor lain hingga siswa mengabaikan waktu untuk belajar
dirumah misalnya siswa membantu orang tuanya untuk berdagang, selain itu
kegiatan diluar sekolah misalnya taekwondo yang menguras tenaga dan siswa
cenderung malas belajar.
2. Faktor eksternal
a. Penentuan KKM yang kurang tepat
Penentuan KKM seharusnya tidak semua mapel sama yaitu nilai 70.
Penentuan KKM seharusnya disesuaikan dengan kondisi siswa serta tingkat
kesulitan materi di kelas V. KKM yang tidak sesuai salah satu dugaan yang
memunculkan beban kepada siswa.
b. Buku yang tidak disediakan dari sekolah
Buku yang digunakan di sekolah tersebut tidak disediakan dari sekolah.
Siswa disuruh membeli sendiri buku pelajarannya. Hal ini juga menjadi faktor
penyebab apabila orangtua siswa mengalami kesulitan ekonomi sehingga siswa
tidak memiliki buku sendiri. Selain itu fasilitas seperti koleksi buku perpustakan
yang kurang memadai dan kurang menunjang materi.
c. Cara mengajar guru yang kurang menarik
Faktor eksternal yang paling mendasari siswa kasus memiliki kesulitan
belajar yaitu suasana kelas yang kurang menyenangkan sehingga siswa cenderung
tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar bahkan mengantuk. cara
mengajar yang salah seperti ketika siswa sedang maju guru menyampaikan konsep.
Hal ini membuat siswa yang maju ketinggalan materi yang disampaikan oleh guru
karena siswa SD sulit untuk melakukan multitasking yaitu menulis dan
mendengarkan. Selain itu penekanan dan pengulangan konsep tidak diterapkan

oleh guru sehingga siswa tidak tahu apa yang dia pelajari saat itu. Hal inilah yang
memunculkan siswa kesulitan belajar.
d. Situasi belajar dirumah yang kurang mendukung
Situasi sangat berpengaruh pada daya konsentrasi siswa. Siswa memiliki
cara belajar sendiri-sendiri ada yang suka belajar ditempat sepi dan ada yang dapat
belajar pula disituasi ramai. Ketiga siswa kasus tersebut diduga kondisi rumah yang
kurang mendukung, seperti orang tuanya suka bertengkar dihadapan mereka,
rumahnya selalu ramai karena orangtuanya buka warung hingga tengah malam,
mungkin pula tetangga yang mengganggu kenyamanan untuk belajar.
d. Memperkirakan alternatif bantuan dan cara mengatasi
Siswa kasus tersebut dapat diperkirakan alternatif bantuan yang tepat dan cara
mengatasinya. Perkiraan alternatif bantuan untuk siswa kasus yaitu:
1.

Siswa yang mengalami cacat mata seperti rabun jauh dapat ditolong dengan
diperlukan seorang dokter mata dan pemberian kaca mata. Apabila cacat mata
yang sulit ditangani diperlukan seorang psikolog untuk menumbuhkan rasa
percaya diri siswa. Rentang waktu yang dibutuhkan kurang lebih 3 hari untuk
pemeriksaan dan pembuatan kacamata. Sedangkan siswa yang membutuhkan
penanganan psikolog memerlukan waktu yang relatif lama dan dibutuhkan

2.

beberapa tahapan.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam bidang minat dan tingkat
kecerdasan diperlukan adanya motivasi dari guru kelas maupun bidang studi,
seperti manfaat apa yang didapat ketika belajar matematika. Motivasi ini bersifat
kontinu disetiap pembelajaran matematika. Kedua hal ini saling berhubungan
satu sama lain dimana motivasi belajar yang tinggi dapat meningktakan
kemampuan siswa dalam menyerap materi. Jika motivasi belajar tinggi siswa

cenderung suka belajar dan berlatih.


3.
Siswa yang mengalami kesulitan memanajemen waktu dapat ditolong pula
dengan perlu adanya kerjasama antara guru, siswa, dan orang tua. Siswa harus
sadar betul bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan. Jika tidak belajar siswa
harus mampu menanggung kebodohan atas ketidaktahuannya. Peran guru yaitu
memberikan masukan kepada orang tua siswa untuk mengingatkan siswa belajar
dan menciptakan suasana yang kondusif ketika belajar. Perlu digaris bawahi
adanya kesadaran akan pentingnya belajar menumbuhkan kedisiplinan terhadap

waktu belajar. Serta menciptakan kondisi yang kondusif untuk siswa belajar di
4.

rumah.
Penentuan KKM perlu diskusikan dengan kepala sekolah dan sebaiknya
guru mengevaluasi hasil belajar yang diperoleh supaya tepat menentukan nilai
KKM. Waktu yang diperlukan tidak terlalu lama karena pekerjaan dimudahkan
dengan komputer. Prasarana seperti buku sebaiknya pihak sekolah meminjami
buku mata pelajaran bagi siswa yang kurang mampu yang disebabkan faktor

ekonomi keluarga.
5.
Penyebab masalahnya guru
maupun

supervisor

yang

mata pelajaran, kepala sekolah, guru lain,

dapat

memberikan

penilaian

terhadap

guru

bersangkutan ketika pembelajaran. Melalui metode ini guru mata pelajaran dapat
mengevaluasi pembelajaran yang selama ini dilakukan sudah baik atau belum.
Perlu kerjasama dan kejujuran antara guru satu dengan yang lain supaya tercipta
pembelajaran yang ideal di dalam kelas. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat
tergantung waktu pelaksanaan yang menyesuaikan kepala sekolah, guru, maupun
supervisor.
Penetapan cara mengatasinya yaitu dengan kerjasama berbagai pihak guru, sekolah,
maupun orang tua siswa. Kesulitan belajar diharapkan tidak terulang kembali yaitu
dengan pemantauan dari keadaan awal sebelum diberikan bantuan dansetelah
diberikan bantuan.
e. Menetapkan pemberian bantuan
Penetapan ini dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan terhadap keadaan yang
diderita anak. Artinya mengusahakan agar sebab-sebab kesulitan menjadi hilang sama
sekali atau kalau tidak mungkin mengurangi kelemahan-kelemahan dalam belajar. Juga
sebaliknya, mengusahakan agar anak menjadi kebal dan adaptasi terhadap keadaan yang
mengganngunya hingga keadaan yang mengganggu tersebut tidak terasa menyulitkan.
Teknik-teknik yang dapat dilakukan adalah:
1. Melalui program remidiasi (non psikologis)
2. Melalui bimbingan konseling (psikologis)
3. Program reveral
f. Melakukan tindak lanjut
Apabila pelayanan yang telah diberikan oleh penyuluh pendidikan berhasil, agar
hasil yang dicapai tidak mundur atau rusak kembali maka diusahakan pelayanan lebih
lanjut. Tehadap pelayanan bantuan yang belum berhasil apababila berada dalam

kemampuan penyuluh maka dapat diadakan usaha-usaha umpan balik. Usaha-usaha umpan
balik ini dapat berupa:
1. Pengumpulan data kembali untuk mendapatkan yang lebih lengkap atau
mengecek data tentang latar belakang masalah.
2. Perumusan-perumusan kemungkinan masalah

kembali

sebab

mungkin

perumusan masalah yang lalu kurang tepat.


3. Pemilihan pelayanan bantuan bimbingan dan konseling yang lain.
4. Mengulang bantuan bimbingan dan konseling kepada siswa tersebut.
Pengulangan kegiatan tersebut kerjasama antar guru, orang tua, wali kelas
serta staf lain sangat dibutuhkan. Terhadap pelayanan yang diluar kemampuan
konselor/guru pembimbing maka tugas konselor adalah melakukan fungsi
penghantaran yang dapat dilakukan pada kasus-kasus tersebut adalah:
1. Penghantaran kepada ahli tes diagnostik untuk pelajaran dasar dan pelajaranpelajaran lainnya.
2. Penghantaran kepada ahli pengajaran remedial dalam pengajaran dasar dan
pelajaran lainnya.
3. Bersama dengan orang tua memberikan penghantaran kepada dokter.
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar siswa yaitu
terdapat 13 siswa kasus dan diprioritaskan 3 siswa yang jauh dari nilai rata-rata kelas 72.
Ketiga siswa kasus tersebut diduga memiliki faktor kesulitan belajar dari internal dan
ekternal. Kesulitan belajar dari internal, yaitu (1) cacat mata, (2) tingkat kecerdasan, (3)
minat siswa, (4) manajemen waktu sedangkan faktor eksternal, yaitu (1) kriteria minimum
ketuntasan, (2) guru, (3) buku, dan (4) situasi belajar. Alternatif bantuan diperlukan
kerjasama antara guru, psikolog, dokter, kepala sekolah, dan orang tua untuk tercipta
bantuan yang efektif. Kemudian dibutuhkan pemantauan sejauh mana bantuan tersebut
berhasil dalam membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitan belajarnya.

Lampiran
NILAI ULANGAN TENGAH SEMESTER II (GENAP)
KELAS V SDN PURWOPRAJAN II

NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

NAMA
Bagus Aldi Ramanjaya
Gilbert Lintang
Albertus Raditya WP
Alda Septiana Haryani
Angga Yuda P
Anggara Desectio C
Anung Panca Prakoso
Aulia Nur Adinda
Brian Alesandro
David Wibowo Purnomo
Diego Milano Dewa P
Edward Lion Chandra
Ellyza Natalia
Emanuella Nathalie W
Fathoni Nur Habibi
Febriana Sukma Dewi
Firdaus Mahendratama
Florencia Lovy
Floren Rifdah Indayati
Gabriella Evani Jehova
Ilham Jaya Kusuma
Madinah Noer Mutia
Resilia Diva Prameswari
Rhesnandya Wendy A P
Salim Abdullah
Zahra Maharani
Callista Rheina
Martha Jasmine S
Naila Putri Agista
Febriana Eka Elsagi
Isnan Klaylana AP
RATA-RATA KELAS
KKM

TAHUN PELAJARAN 2015/2016


MATA PELAJARAN
P.AG PKN BI MAT IPA IPS
67
80 60
45
70
70
45
77 65
52
84
77
82
97 74
70
80
75
68
64 60
30
77
60
72
87 70
70
90
60
92
95 85
87
90
97
72
80 75
55
65
55
80
95 70
77
90
58
82
75 65
47
70
50
62
67 62
20
55
50
82
93 75
67
85
70
78
95 70
60
85
87
88
95 80
80
93
92
78
87 75
60
65
80
94
95 92
95 100
95
77
80 62
35
84
80
87
90 75
73
90
65
82
90 60
82
82
82
47
85 70
35
75
65
70
84 82
30
82
63
74
90 65
77
97
64
77
90 76
70
90
72
81
94 85
87
99
82
70
80 80
60
70
55
85
92 60
80
90
63
64
90 75
70
94
65
81
95 75
60
90
80
76
75 70
60
92
77
67
62 60
40
87
62
91
88 75
70
85
72
47
75 60
25
70
43
75
85 71
60
83
70
70
70 70
70
70
70

JML
BJ
55
60
50
50
60
75
55
60
55
50
65
65
75
65
90
65
75
60
50
60
65
60
70
60
65
65
65
50
60
65
50
62
70

447
460
528
409
509
621
457
530
444
366
537
540
603
510
661
483
555
538
427
471
532
535
598
475
535
523
546
500
438
546
370
506

RT2
64
66
75
58
73
89
65
76
63
52
77
77
86
73
94
69
79
77
61
67
76
76
85
68
76
75
78
71
63
78
53
72

Anda mungkin juga menyukai