Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
yang diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersamaan dengan
batang tubuh UUD 1945.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
acuan, kerangka-acuan berpikir, pola acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai
yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah atau tujuan
bagi yang menyandangnya.
Kehidupan NKRI ini tergantung kepada seberapa besar penghargaan warga Negara
terhadap Pancasila, baik dari segi pengkajian dan pengamalan Pancasila itu sendiri dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai tertib hukum tertinggi keberadaan Pancasila tidak dapat diganggu gugat,
karena merubah dan mengamandemen Pancasila sama halnya dengan membubarkan
NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Memang fakta sejarah
membuktikan berkali-kali konstitusi Negara ini diubah-ubah, dimulai dengan keluarnya
peraturan pemerintah yang mengganti sistem presidensil dengan system parlementer,
hingga ditetapkannya konstitusi RIS yang RI merupakan salah satu Negara bagian saja
dari Negara Federal tersebut, sebagai akibat ditandatanganinya perjanjian KMB. Seiring
bergulirnya waktu konstitusi RIS pun akhirnya diubah. Dengan diadakannya pemilu 1955,
yang salah satu tujuannya adalah memilih anggota konstituante. Dewan Konstituante
diberi mandat untuk menyusun konstitusi baru bagi Negara, namun rencana pembentukan
dasar Negara baru itupun gagal, seiring dengan keluarnya dekrit presiden 5 Juli 1959, yang
menyatakan kembali ke UUD 1945.Suatu pembuktian bahwa rakyat Indonesia
membutuhkan Pancasila untuk merekat persatuan diantara mereka.
Sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, pancasila mengalami berbagai
macam interpretasi dan manipulasi politik. Karena hal tersebut pancasila tidak lagi
diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia
melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada
saat itu. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
1

acuan, kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau lebih jelasnya sebagai sistem
nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah ataun
tujuan bagi yang menyandangnya antara lain adalah bidang politik, bidang ekonomi,
bidang sosial budaya, bidang hukum, dan bidang kehidupan antar umat beragama di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pancasila dan paradigma?
2. Mengapa pancasila sebagai paradigma pengembangan pendidikan?
3. Apa hubungan pancasila dengan pendidikan?

C.

Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian pancasila dan paradigma.
2. Mengetahui pancasila sebagai paradigma pengembangan pendidikan.
3. Mengetahui hubungan pancasila dengan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Pancasila dan Paradigma


1. Pengertian Pancasila
Pancasila, yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama dasar
NegaraRepublik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit
pada abad XIV,yaitu terdapat dalam buku Nagara kertagama karangan Prapanca
dan buku Sutasoma karangan Tantular. Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila
disamping mempunyai arti berbatu sendi yang kelima (dari bahasa Sansekerta, juga
mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama).Pancasila secara
etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Panca dan
Syila, Panca artinya lima dan Syila artinya alas ataudasar. Jadi Pancasila artinya lima
dasar (aturan) yang harus ditaati dan dilaksanakan. Didalam agama Budha juga
terdapat istilah Pancasila yang ditulis dalam bahasa Pali yaitu Pancha Sila yang
artinya lima larangan atau lima pantangan sebagai berikut

Tidak boleh melakukan kekerasan.

Tidak boleh mencuri.

Tidak boleh berjiwa dengki.

Tidak boleh berbohong.

Tidak boleh mabuk minuman keras atau obat-obatan terlarang.


Pengertian Pancasila secara terminologis, istilah Pancasila dipergunakan oleh

Ir.Soekarno yang dicetuskan dalam pidatonya didepan sidang BPUPKI(Dokuritsu


Ziumbi

Tyoosakai)

pada

tanggal

Juni

1945.

Pancasila

adalah

dasar Negara Indonesia yang merupakan identitas Negara Indonesia dan tidak dimiliki
oleh negara lain.Pengertian Pancasila secara Historis, proses perumusan Pancasila
diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat,
mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah
tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk.Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu
Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding
tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan
dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama Pancasila yang artinya
3

lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.Pada tanggal 17 Agustus1945
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal
18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan
UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip
sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.Sejak saat itulah perkataan
Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah Pancasila, namun yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah
Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka
pembentukan calon rumusan dasar negara, yangsecara spontan diterima oleh peserta
sidang secara bulat.
2.

Pengertian Paradigma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) yang dilaksud dengan paradigma
adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata tersebut (Ling), model dalam teori ilmu pengetahuan, kerangka
berpikir.
Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kerangka pikir untuk melihat
suatu permasalahan. Pengertian paradigma berkembang dari definisi paradigma
pengetahuan yang dikembangkan oleh Thomas Kuhndalam rangka menjelaskan cara
kerja dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu alam. Paradigma
pengetahuan merupakan perspektif intelektual yang dalam kondisi normal
memberikan pedoman kerja terhadap ilmuwan yang membentuk masyarakat ilmiah
dalam disiplin tertentu.
Robert Winslow menambahkan pengertian paradigma ilmiah sebagai gambaran
intelektual yang daripadanya dapat ditentukan suatu subjek kajian. Perspektif
intelektual inilah yang kemudian akan membentuk ilmu pengetahuan normal (normal
science) yang mendasari pembentukan kerangka teoritis terhadap kajian-kajian ilmiah.
George Ritzer memberikan pengertian paradigma sebagai gambaran fundamental
mengenai subjek ilmu pengetahuan. Paradigma memberikan batasan mengenai apa
yang harus dikaji, pertanyaan yang harus diajukan, bagaimana harus dijawab dan
aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang diperoleh.

Paradigma ialah unit konsensus yang amat luas dalam ilmu pengetahuan dan
dipakai untuk melakukan pemilahan masyarakat ilmu pengetahuan (sub-masyarakat)
yang satu dengan masyarakat pengetahuan yang lain. Paradigma membantu para
ilmuwan dan teoritisi intelektual untuk memandu, mengintegrasikan dan menafsirkan
karya mereka agar terhindar dari penciptaan informasi yang acak dan tidak beraturan.
Menurut Kuhn, tidak ada sejarah kehidupan yang dapat diinterpretasikan tanpa
sekurang-kurangnya beberapa bentuk teori dan keyakinan metodologik implicit yang
berkaitan satu sama lain yang memungkinkan untuk melakukan seleksi, evaluasi dan
bersikap kritis. Meskipun terlihat terlalu bernuansa akademis, sebenarnya paradigma
tidak menjadi bahan kaji atau dominasi para kaum intelektual untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan, paradigma juga mungkin diterapkan pada ranah-ranah kehidupan
sosial yang lain. Sebenarnya Kuhn mendapatkan gagasannya mengenai paradigma
tersebut dari dunia sejarah dan sastra yang kemudian diterapkannya ke dalam domain
ilmu-ilmu alam yang pada waktu itu dianggap sebagai satu-satunya ilmu pengetahuan
yang bersifat ilmiah. Sedangkan cabang ilmu pengetahuan yang sekarang telah
dianggap sebagai ilmu, dulunya hanya dianggap sebagai seni saja misalnya sejarah,
sastra, dan politik.
B.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Pendidikan


Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik serta
negara yang mendasarkan segala sesuatunya atas dasar hukum atau dengan kata lain
Indonesia merupakan negara hukum. Sebagai bangsa yang besar, tentunya harus
memiliki idiologi yang kuat untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bangsa,
misalnya pembangunan bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial-budaya, hukum,
agama dan sebagainya. Pancasila merupakan idiologi bangsa Indonesia yang
dijadikan sumber rujukan pembangunan bangsa dalam berbagai aspek bidang
pembangunan yang telah disebutan diatas. Pancasila tidak lahir secara instan tanpa
adanya pemikiran yang pelik, akan tetapi merupakan hasil pemikiran secara
kefilsafatan yaitu suatu pemikiran yang mendalam dari para pendiri bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu Pancasila merupakan suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar
dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat dan negara Indonesia yang
bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila merupakan falsafah negara yang
memuat nilai-nila non-operasinal, sehingga tanggung jawab setiap generasi untuk
merealisasikan nilai-nilai dasar ini dalam berbagai bidang kehidupan. Lalu,
dimanakah letak Pancasila sebagai paradigma pembangunan bangsa dalam bidang
5

pendidikan? Menurut Notonagoro dalam buku Pendidikan Pancasila (Rukiyati, dkk)


menyebutkan

bahwasannya

pendidikan

merupakan

usaha

sadar

untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis


harmonis dinamis, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Melihat definisi tersebut tentunya pendidikan memegang peranan sentral dalam
rangka pembangunan manusia yang utuh dalam arti manusia yang bermartabat. Oleh
sebab itu pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar pancasila. Sehingga
semestinya masalah-masalah dalam

pendidikan nasional

harus

diselesaikan

berdasarkan ajaran Pancasila yang menjadi dasar tunggal bagi penyelesaian masalah
pendidikan nasional. Untuk itu Pancasila harus dijadikan paradigma atau acuan untuk
pengembangan

pendidikan,

dimana

untuk

kedepannya

pendidikan

nasional

dikembangkan dengan mengacu pada nilai-nilai luhur pancasila. Hal ini tidak
menutup kemungkinan kita mengambil sistem pendidikan dari luar, namun tetap
harus disesuaikan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.
C. Hubungan Pancasila Dengan Bidang Pendidikan
Dilihat dari sejarahnya, pendidikan memegang peranan penting dari sebuah
keberhasilan suatu Negara. Hal ini dapat kita amati dari contoh kejadian pada masa
lalu dalam kaitannya pencapaian kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Bahwa
sebelumnya pendidikan hanya untuk kaum bangsawan dan terpandang saja, namun
semakin individu mulai berfikir tentang pentingnya pendidikan, pendidikan mulai
berangsur-angsur masuk ke pelosok daerah dari kaum berpunya hingga kaum yang
tidak berpunya.
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan kehidupan bersosialisasi dengan
sesama individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan yang
berhasil akan mencetak pribadi yang berhasil pula dalam kehidupannya. Dalam
bermasyarakat akan sangat kelihatan antara individu yang berpendidikan dengan
individu

yang

pendidikannya

kurang

atau

bahkan

sama

sekali

tidak

berpendidikan. Mahalnya pendidikan bermutu ditinjau dari sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia.
Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia,
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan
kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan manusia serta
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keahlian dan
6

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta kepribadian yang mantap dan
mandiri. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan dan mempertebal rasa cinta
tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, wawasan keunggulan, kesetiakawanan
sosial, dan kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan
serta berorientasi masa depan. Pendidikan nasional perlu ditata, dikembangkan, dan
dimantapkan secara terpadu dan serasi, baik antar berbagai jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan maupun antara sektor pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya
serta antar daerah, dengan menggunakan manajemen pendidikan yang makin
mutakhir, efektif, dan efesien serta mengutamakan pemerataan dan peningkatan
kualitas pendidikan dasar, perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan kejujuran,
pendidikan profesional serta meningkatkan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun.
Masyarakat sebagai mitra pemerintah harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, dan tuntutan kebutuhan serta perkembangan pembangunan.
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan di semua jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan peran serta
masyarakat, termasuk pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat terus
dikembangkan secara merata di seluruh tanah air dengan memberikan perhatian
khusus kepada pesera didik terutama menyangkut pembiayaan pendidikan, khususnya
berasal dari keluarga yang kurang mampu, penyandang cacat, dan yang bertempat
tinggal di daerah terpencil sehingga makin meningkat kualitas serta jangkauannya.
Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan
pelayanan lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa
mengabaikan potensi peserta didik lainnya.
Pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, pendidikan laur sekolah, dan pendidikan kejuruan terus ditingkatkan
pemerataan, kualitas dan pengembangannya untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional serta
kemampuan kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berjiwa penuh pengabdian dan
memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara.
Kehidupan kampus dikembangkan sebagai lingkungan ilmiah yang dinamis sesuai
7

dengan disiplin ilmu dan profesinya, berwawasan budaya bangsa, bermoral Pancasila,
dan berkepribadian Indonesia. Perguruan tinggi terus diusahakan lebih mampu
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengkajian di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta memberikan pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat
bagi kemanusiaan dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan sejalan dengan iklim
yang makin demokratis yang mendukung kebebasan akademik, kebebasan mimbar
akademik, dan otonomi perguruan tinggi.
Kurikulum dan isi pendidikan yang bernafaskan nilai-nilai agama terus
disempurnakan dan dibina sesuai dengan tuntutan pembangunan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan kepentingan serta kekhasan daerah sehingga dapat
mengembangkan dan meningkatkan proses belajar mengajar yang berlangsung secara
timbal balik, objektif dan terbuka untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kreativitas dan inovasi serta membiasakan diri mengatasi permasalahan secara arif dan
bertanggung jawab.
Pendidikan, pengadaan, dan pembinaan guru serta tenaga kependidikan lainnya
terus dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada semua jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan di seluruh tanah air.Kualitas pendidikannya ditingkatkan dan
diselenggarakan secara terpadu dalam jumlah yang memadai dan berkesinambungan
agar makin profesional.Pengembangan karir dan kesejahteraan tenaga kependidikan,
terutama guru, ditingkatkan serta penempatannya disebar merata keseluruh tanah air
sesuai dengan fungsi dan kebutuhan pendidikan nasional.Tenaga kependidikan
terutama guru yang berprestasi dan yang bertugas di daerah terpencil perlu diberikan
penghargaan.
Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan, media pengajaran,
teknologi pendidikan serta penulisan, penerjemahan dan penggandaan buku pelajaran,
buku bacaan, buku ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus ditingkatkan,
dikembangkan, dan disebarluaskan secara merata dan bertanggung jawab dengan
harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bersamaan dengan itu,
dikembangkan iklim yang dapat mendorong penulis dan penerjemahan buku dengan
memberikan penghargaan dan perlindungan hak cipta.
Selain itu Pancasila juga menjadi paradigma dalam kemajuan teknologi karena
teknologi merupakan relasi dari pendidikan. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
8

(IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas
dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan
alam yang diciptakan Tuhan. Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan
kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat manusia, maka IPTEK pada
hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai nilai. Pancasila telah memberikan
dasar nilai nilai dalam pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan moral ketuhanan
dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai paradigma mempunyai
kaitan yang erat dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena
Pancasila mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai bidang seperti dalam
bidang hukum, ekonomi, sosial budaya, dan juga pembangunan
Pancasila

sebagai

paradigma

bermasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara ini

dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai acuan setiap warganegara utamanya para


penyelenggara negara dan pemerintahan dalam menentukan kebijakan, melaksanakan
kegiatan dan mengadakan evaluasi hasilnya serta dalam menghadapi berbagai dinamika
perubahan.
Secara umum Pancasila merupakan dasar cita-cita reformasi di bidang hukum, politik,
ekonomi dan bidang pendidikan tidak mungkin dilakukan dengan pemikiran secara teori
namun haruslah mendasar dan memiliki landasan yang mana bersumber pada nilai-nilai
Pancasila.
Berdasarkan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan individu, masyarakat dalam
pergaulannya berbangsa dan bernegara harus melaksanakan hak dan kewajibansesuai
tugas dan fungsinya. Maka diperlukan aturan yang menjadi acuan dalam bertingkah laku
yaitu Pancasila.

B.

Saran
1. Kepada pembaca diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
peranan dan makna Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan manusia dan Pancasila
sebagai paradigma reformasi.
2. Kepada rakyat Indonesia diharapkan bisa menerapkan nilai-nilai pancasila dalam
melakukan gerakan Reformasi di bidang hukum, politik,budaya dan Ekonomi serta
Pendidikan. Selain itu dapat memaknai pancasila sebagai paradigma kehidupan
manusia.

10

DAFTAR PUSTAKA

Badrika, I Wayan.2006. Sejarah, Jakarta : Erlangga


Gudangmateri.

2010. Pancasila

sebagai

Paradigma

Masyarakat. Diunduh

dari http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html pada


tanggal 22 Desember 2012.
Nisa, Choirun. 2012. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa,
Dan

Bernegara.Malang.

Diunduh

dari http://menuez-

muaniz.blogspot.com/2012/04/pancasila-sebagai-paradigma-kehidupan.htm pada tanggal 22


Desember 2012.
Rahmadani, Riska. 2012. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat,
Berbangsa

Dan

Bernegara.

Riau.

Diunduh

darihttp://isaythisisaythat.blogspot.com/2012/03/pancasila-sebagai-paradigmakehidupan.html pada tanggal 23 Desember 2012.


Setijo, Pandji. Pendidikan Pancasila. Grasindo (hal: 80)
Suwono,

Adji.

2010. Paradigma

dalam

Ilmu

Pendidikan (Online),

Diunduh

dari http://www.gudangmateri.com/2010/07/paradigma-dalam-ilmu-pendidikan.html pada


tanggal 23 Desember 2012.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
http://sultankhedhan.blogspot.com/2012/01/pancasila-sebagai-ideologi-dan.html

11

Anda mungkin juga menyukai