Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Analisis Sefalometri
Ada banyakanalisissefalometridapatmembantumenentukanhubungan
antarafasialdengan skeletal, seperti Downs, Steiner, Koski, Ricketts dan sebagainya.
Analisis yang digunakanharusdapatmenilaihubungan anterior-posterior antara
maksila dan mandibuladengan basis kranial, dan juga hubunganvertikalantara
mandibuladengan basis kranialsehingga diagnosis yang dihasilkanakurat. Menurut
Jefferson, analisissefalometri yang ideal harusmudah di-tracing, mudahuntuk
mendiagnosis, efisien, universal (dapatdigunakanpadaindividusiapapuntanpa
melihatras, jeniskelamin, umur, dan sebagainya), akurat, dan sesuaidenganproporsi
biologis.
2.2.1

Analisis Steiner
Steiner (cit, Singh 2007) mengembangkan analisis ini untuk memperoleh
informasi klinis dari pengukuran sefalometri lateral. Steiner membagi analisisnya atas 3

bagian yaitu skeletal, dental dan jaringan lunak.


1. Analisis skeletal mencakuphubunganrahangatas dan rahangbawah
2. terhadaptulangtengkorak.
3. Analisis dental mencakuphubunganinsisivusrahangatas dan rahang
4. bawah.
5. Analisis jaringan lunak mencakup keseimbangan dan estetika profil wajah
6. bagian bawah.
a. Sudut SNA
Sudut ini terbentuk dari pertemuan garis Sella - Nasion dan garis Nasion titik A. Besarsudut SNA menyatakan hubungan antero posterior maksila terhadap
basis kranium. Nilai normal rata-rata SNA adalah 82 2. Apabila nilai SNA lebih
besar, maka maksila diindikasikan mengalami prognasi. Apabila nilai SNA lebih
kecil, maka maksila diindikasikan mengalami retrognasi
b. Sudut SNB
Sudut ini terbentuk dari pertemuan garis Sella - Nasion dan garis Nasion titik B. Besarsudut SNB menyatakan hubungan antero - posterior mandibula terhadap
c. basis kranium
Nilai normal rata-rata SNB adalah 80 2. Apabila nilai SNB lebih
besar, maka mandibula diindikasikan mengalami prognasi. Apabila nilai SNB lebih
kecil, maka mandibula diindikasikan mengalami retrognasi. Sudut ANB Sudut ini terbentuk
dari pertemuan garis Nasion - titik A dan garis Nasion - titik B. Besar sudut ANB menyatakan
hubungan maksila dan mandibula. Nilai normal rata-rata ANB adalah 2 2. Apabila nilai

ANB lebih besar, maka diindikasikan kecenderungan hubungan klas II skeletal. Apabila nilai
ANB lebih kecil, maka diindikasikan kecenderungan hubungan klas III skeletal.
d. Sudut MP-SN
Sudut ini terbentuk dari pertemuan garis Sella - Nasion dan dataran mandibula
(Gonion - Gnathion). Nilai normal rata-rata sudut MP-SN adalah 32 5. Besar sudut
MP- SN menyatakan indikasi polapertumbuhan wajah seseorang. Nilai sudut MP- SN yang
lebih kecil mengindikasikan pola pertumbuhan wajah kearah horizontal sedangkan nilai sudut
MP-SN yang lebih besar mengindikasikan pola pertumbuhan wajah kearah vertikal. Inklinasi
bidang mandibula sangat menentukan dimensi
Vertical wajah (tinggi, sedang atau pendek). Tipe vertical wajah menurut Steiner
Dibagi menjadi 3 yaitu tipe pendek dengan besar sudut MP-SN <27, tipe normal
dengan MP-SN 27-37 dan tipe panjang dengan MP-SN >37.
e. Sudut Dataran Oklusal
Sudut ini terbentuk dari pertemuan garis Sella-Nasion dan dataran oklusal
Nilai normal rata-rata sudut ini adalah 14,5. Besarsudut ini menyatakan hubungan
dataran oklusal terhadap kranium dan wajah serta mengindikasikan pola pertumbuhan
wajah seseorang.
2.2.2

Analisis Jaringan Lunak Wajah


Jaringan lunak hidung, bibir, dan dagu merupakan faktor penting dalam menentukan

estetika wajah, dan relasi antara hidung, bibir, dan dagu tersebut sangat berpengaruh terhadap
profil wajah.11,13,16 Menurut Spradley dkk., profil yang seimbang adalah bila bibir atas,
bibir bawah dan dagu terletak pada satu garis vertikal yang melalui subnasal.20
Analisis jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan metode
pengukuran langsung pada jaringan lunak, fotometri, dan radiografi sefalometri. Analisis
profil wajah dengan metode radiografi sefalometri pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan bantuan titik, garis, dan bidang referensi intrakranial yang sangat bervariasi,
seperti garis Sela Tursika-Nasion (S-N) dan bidang Frankfort Horizontal.16,21
Dari sefalogram lateral dapat dilakukan analisis jaringan lunak. Titik-titik yang digunakan
dalam analisis jaringan lunak (Gambar 4) : 4,16,22,26
a. Glabella (G) : titik paling anterior dari dahi pada dataran midsagital.
b. Nasion kulit (N) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung. c. Pronasale
(Pr) : titik paling anterior dari hidung.
d. Subnasale (Sn) : titik dimana septum nasal berbatasan dengan bibir atas. e. Labrale
superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas.

f. Superior labial sulcus (SLS) : titik tercekung diantara Sn dan Ls.


g. Stomion superius (Stms) : titik paling bawah dari vermillion bibir atas.
h. Stomion inferius (Stmi) : titik paling atas dari vermillion bibir bawah.
i. Labrale inferius (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah.
j. Inferior labial sulcus (ILS) : titik paling cekung di antara Li dan Pog.
k. Pogonion kulit (Pog) : titik paling anterior jaringan lunak dagu.
l. Menton kulit (Me) : titik paling inferior dari jaringan lunak dagu.

Gambar 4. Titik-titik dalam analisis jaringan lunak menurut Jacobson


Dengan menggunakan titik-titik diatas, berbagai analisis terhadap jaringan keras dan jaringan
lunak wajah dapat dilakukan.22 Menurut Bergman yang tergolong dalam analisis jaringan
lunak secara lateral antara lain 1/3 tengah-bawah wajah, perbandingan tinggi bibir atas dan
bibir bawah, penilaian terhadap hidung, sudut nasomental, sudut nasolabial, prognasi maksila
dan mandibula, tebal bibir atas dan bibir bawah, celah antara bibir atas dan bibir bawah, tebal
dagu, kontur dagu-leher, sudut konveksitas wajah, garis Estetis (Garis-E), garis-S, garis-H,
dan sudut-Z Merrifield.2,16
Penelitian Sijabat mengenai hubungan konveksitas skeletal yang dikelompokkan berdasarkan
Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle dengan konveksitas jaringan lunak wajah pada
pasien usia remaja suku Batak yang dirawat di klinik ortodonti FKG USU, menyatakan
bahwa ada hubungan antara konveksitas skeletal dengan konveksitas jaringan lunak wajah
pada pasien suku Batak usia remaja yang dirawat di klinik ortodonti FKG USU.28

Penelitian Rostina mengenai analisis Holdaway menyatakan bahwa jarak Li ke garis H untuk
mahasiswa FKG USU suku Deutro-Melayu memiliki rerata 1,78 mm di depan garis H,
sedangkan pada bangsa Kaukasoid rerata idealnya adalah 0 mm yaitu titik Li tepat
menyinggung garis H. Hasil uji statistik dengan p < 0,01 padajarak 0 mm menunjukkan
perbedaan yang sangat bermakna antara mahasiswa FKG USU suku Deutro-Melayu dengan
ras Kaukasoid, tetapi pada jarak +2 mm tidak terdapat perbedaan bermakna.
2.2.3

Analisis Menurut Holdaway


Analisis ini menggunakan garis referensi yang disebut garis Harmoni (H). Garis ini

ditarik dari titik Pogonion kulit (Pog) ke labrale superior (Ls). Holdaway melakukan 11
analisis profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari jarak puncak
hidung, jarak bibir bawah ke garis H, tebal bibir atas, strain bibir atas, kedalaman sulkus
labialis superior, kedalaman sulkus labialis inferior, kurvatura bibir atas, besar sudut fasial,
tebal dagu, besar sudut H dan kecembungan skeletal (Gambar 5).

Gambar 5. Analisis jaringan lunak wajah menurut Holdaway (H line)16


Sudut-H adalah sebuah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis-H dengan garis N-Pog.
Sudut-H juga digunakan dalam penentuan konveksitas jaringan lunak adalah cembung, lurus
atau cekung. Besar sudut-H yang harmonis dan seimbang berkisar 7o - 15o. Apabila sudut-H
lebih besar dari 15o maka konveksitas bentuk profil menunjukkan cembung sedangkan bila
sudut-H lebih kecil dari 7o menunjukkan konveksitas bentuk profil cekung karena letak Pog
lebih ke posterior atau letak titik Ls lebih ke anterior.

Anda mungkin juga menyukai