Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerjadraft
Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerjadraft
KESEHATAN
DAN
KESELAMA
TAN KERJA
TAHUN
2015
Menimbang
: a. bahwa rumah sakit adalah suatu tempat atau sarana dimana orang
mendapatkan pelayanan kesehatan sekaligus tempat bekerja dimana
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif
guna mencapai pelayanan keaehatan yang berkualitas;
ii
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama
Kedua
3
33
SAMBUTAN DIREKTUR
Sebagaimana disadari bersama, karyawan merupakan aset utama dalam kegiatan suatu
Rumah Sakit. Berbagai macam tenaga di rumah sakit tesebut baik tenaga medis, perawat,
tenaga non medis dan administrasi, berada dibarisan terdepan dalam pelayanan kepada
pasien, baik langsung maupun tidak langsung.Para karyawan tersebut dalam kegiatan seharihari berpontensi mendapat paparan atau resiko kerja, baik yang bersifat fisik, kimia maupun
biologi yang dapat mencederai atau memapari mereka saat sedang bekerja ataupun bila
nantinya sudah sudah berhnti atau purna karya/pensiun. Hal ini menjadi kewajiban pimpinan
rumah sakit untuk secara moral memperhatikan dan melindungi semua akibat resiko tersebut
yang di implementasikan dalam bentuk Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3).
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini dimaksudkan untuk memberikan
pedoman dan acuan berbagai kegiatan dalam melindungi serta meningkatkan keselamatan
dan kesehatan para karyawan di RS .. .Hal ini bertujuan bagi terwujudnya kesejahteraan
karyawan rumah sakit, sehingga mereka dapat terjamin keselamatan dan kesehatan, tidak saja
ketika mereka bekerja di rumah sakit, tetapi juga sesudah mereka menyelesaikan tugas
pengabdiannya.
Kepada Tim K3, saya harapkan agar secara konseptual dan berkesinambungan
mengupayakan berbagai kegiatan dalam memelihara keselamatan dan kesehatan para
karyawan di RS ...
Direktur
RS ..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja RS .. ini dapat selesai disusun.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada DirekturRS .. yang telah
memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan pedoman ini, para pejabat
struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RS yang telah memberikan masukan
dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di RS .. yang telah dan akan
berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses
monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang
terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit.Akhirnya saran dan koreksi demi
perbaikan buku pedoman ini sangat kami harapkan.
,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................
ii
iv
DAFTAR ISI
..................................................................................................................
vi
PENDAHULUAN .........................................................................................
BAB I
BAB II
BAB III
D. Pengertian ................................................................................................
10
A. Moto ......................................................................................................... 10
B. Visi ...........................................................................................................
10
C. Misi ..........................................................................................................
10
D. Tujuan ......................................................................................................
10
15
BAB V
C. Program Promotif.....................................................................................
16
17
19
19
20
A. Pengertian ................................................................................................
20
24
E. Tempat-Tempat Beresiko.........................................................................
24
27
27
29
30
C. Pengertian ................................................................................................
30
D. Peserta ...................................................................................................... 30
BAB VIII
E. Jenis Pendidikan.......................................................................................
31
32
32
BAB X
B. Pengertian ................................................................................................
33
C. Kegiatan ...................................................................................................
33
PENUTUP......................................................................................................
34
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana disadari bersama, karyawan merupakan aset utama dalam kegiatan
suatu rumah sakit. Berbagai macam tenaga di rumah sakit tesebut baik tenaga medis,
perawat, tenaga non medis dan administrasi, berada dibarisan terdepan dalam pelayanan
kepada pasien, baik langsung maupun tidak langsung.
Para karyawan tersebut dalam kegiatan sehari-hari berpontensi mendapat paparan
atau resiko kerja, baik yang bersifat fisik, kimia maupun biologi yang dapat mencederai
atau memapari mereka saat sedang bekerja ataupun bila nantinya sudah sudah berhenti
atau purna karya/pensiun. Hal ini menjadi kewajiban pimpinan rumah sakit untuk secara
moral memperhatikan dan melindungi semua akibat resiko tersebut yang di
implementasikan dalam bentuk Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3).
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja digunakan sebagai salah satu proses
komitmen menajemen strategi guna memperlancar usaha berproduksi dan meningkatkan
kerjasama saling pengertian dan partisipsif efektif antara pihak manajemen dengan
tenaga kerja/petugas untuk bersama-sama melaksananakan tugas dan kewajiban di
bidang K3 rumah sakit.
Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya
promotif, prefentif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan
sehingga setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat atau orang lain disekelilingnya dan tercapai produktivitas
kerja yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan produktifitas pekerja rumah sakit.
B. Maksud Dan Tujuan
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini disusun dengan maksud untuk
memberikan kejelasan pelaksanaan dan kegiatan yang berkaitan dengan bidang K3 di
RS ... Adapun tujuannya adalah sebagai pedoman dan penanganan bagi seluruh
karyawan/petugas yang memenuhi syarat-syarat K3.
C. Dasar Hukum
Dasar pertimbangan disusunnya Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
RS .. mengacu pada peraturan perundang-undangan, sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 8 ayat (1):
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang akan diberikan padanya. Ayat (2): pengurus
perusahaan wajib untuk memeriksakan kesehatan tenaga kerja sejak akan masuk
kerja, selama bekerja dan akan dipindahkan ke tempat atau pekerjaan lain.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentng Kesehatan. Sesuai dengan pasal 164
ayat (1): upaya Kesehatan kerja ditujukan untuk melinungi pelerja agar hidup sehat
dan terbebas dri gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan olh
pekerja. Ayat (3): Upaya Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja.
Pasal 165 ayat (1): Pengelolaan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui uapaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja. Ayat (2): Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat
kerja yang sehat dan mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. Ayat (3) :
Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai padaperisahaan/Instansi, hasil
pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Ayat (4): Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perturan perundang-undangan. Pasal 166 ayat (1) : majikan atau pengusaha wajib
menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan
dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan
pekerja. Ayat (2) : Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan
kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan masingmasing.
3. Undang-Undang No.25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan pasal 108 ayat (1):
setiap pekerja mempunyai hak memperoleh atas kesehatan dan keselamatan kerja,
moral dan kesusilaan serta perilaku yang sesuai dengan harkat dan martabat manusai
dan nilai-nilai agama. Ayat (2) : Untuk melindungi kesehatan pekerja guna
mewujudkan
kesehatan kerja
4. Keputusan Presiden RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja pasal 2 : Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul
karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat
masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja yang merupakan pedoman untuk melaksanakan K3
di kegiatan perusahaan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432/MENKES/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
D. Pengertian
1. Tempat kerja adalah tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk
melaksanakan tugas.
2. Karyawan adalah Tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
3. Kesehata dan keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan antara kesehatan dan keselamatan.
4. Upaya kesehatan adalah Upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap kerja karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri maupunmasyarakat disekelilingnya.
5. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan, karena
peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat.
7. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang
mengandung paparan / kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.
BAB II
PEMBENTUKAN ORGANISASI
A. Organisasi
Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS ..disebut sebagi Tim P2K3.
Dalam pengorganisasiannya melibatkan seluruh unsur yang ada di rumah sakit sesuai
dengan
tanggung
jawab
masing-masing.
Namun
demikian untuk
menjamin
B. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama RS .. Nomor.
bentuk organisasi
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
KoordinatorBidang
Kesehatan Kerja
KoordinatorBidang
Keselamatan Kerja
KoordinatorBidang
Penyehatan
Lingkungan
KoordinatorBidang
Kebakaran
&Kewaspadaan Bencana
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
dan
mengarahkan
karyawan
Rumah
Sakit
agar
selalu
BAB III
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Moto
B. Visi
C. Misi
1,
D. Tujuan
Menciptakan Lingkungan Yang sehat dan Aman
E. Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Penyediaan air bersih dan air minum
Pemantauan air bersih dan air minum dilakukan dengan cara :
a. Memeriksan dan menjamin ketersediaan air bersih dan air minum yang
dilakukan setiap hari pada penampungan air bersih dan Tandon air minum.
b. Mengirimkan sampel air minum dan air bersih ke laboratorium BTKL dengan
frekuensi pengiriman sebanyak 4 kali setahun dengan parameter bekteriologi
dan
kimia
dan
merujuk pada
keputusan
Dirjen
P2MPLP Nomor
HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata cara
penyehatan lingkungan rumah sakit dengan hasil yang segera dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
2. Pengelolaan limbah
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional Rumah
Sakit sehingga memenuhi persyaratan penetapan dan baku mutu air sungai/badan
air serta baku mutu limbah cair. Pemantauan pengelolaan air limbah dilakukan
dengan cara :
a. Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan parameter
fisik dan bau.
b. Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3
c. Mengirimkan sampel air limbah dari IPAL ke BTKL sebanyak 4 kali setahun.
3. Pengelolaan sampah
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan cara dimasukkan
ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Untuk kategori medis, pengelolaan
sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning. Pemantauan
pengelolaan sampah dilakukan dengan cara :
a. Pembuangan sampah non medis kita buang setiap hari pagi dan sore ke TPA
medis setiap hari sedangkan untuk sampah Medis setiap hari dari Ruangan kita
lakukan penimbangan dan kita kumpulkan di TPS .
b. Setiap satu minggu sekali sampah medis diambil oleh Rekanan ( pihak kedua)
Oleh PT...
c. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis dengan
sampah non medis.
4. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga, tikus, kucing,
cacing, rayap atau hewan yang menjadi perantara menularkan penyakit tertentu.
Pemantauan pengendalian serangga dan binatang pengganggu dilakukan dengan
cara:
a. Melakukan pemantauan terhadap kebersihan baik dalam gedung maupun luar
gedung setiap hari dengan alat bantu checklist.
b. Pemantauan tingkat kepadatan tikus dengan parameter tingkat kepadatan tikus
mendekati angka 0 setiap 3 bulan sekali.
5. Sanitasi makanan
Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang mungkin
dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai rumah sakit. Kegiatan
dilakukan di dapur dan
dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban setiap hari
dengan parameter yang telah ditentukan.
12. Kebisingan ruang
Adalah upaya pengaturan tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan, di semua bagian dalam gedung
rumah sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran tingkat kebisingan
setiap satu tahun sekali dengan parameter kebisingan ruangan adalah :
a. Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45 dBA.
b. Poliklinik/poli gigi maksimum 80 dBA.
c. Laboratorium maksimum 68 dBA.
d. Ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA
13. Instalasi listrik
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga pembangkit untuk
melakukan kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan instalasi listrik dilakukan
dengan cara :
a. Memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari dengan
parameter sesuai dengan daya yang tersedia dari pihak PLN.
b. Pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dilakukan oleh
petugas kantor Departemen Tenaga Kerja setiap 1 tahun sekal
14. Fasilitas toilet
Tempat yang disediakan oleh Rumah Sakit sebagai tempat pembuangan dan atau
keperluan lain yang diperuntukkan bagi pasien, pengunjung dan karyawan.
Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara :
a. Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi sebanyak 2-3
kali dalam 24 jam.
b. Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam fasilitas toilet
yang dilakukan setiap hari.
c. Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet setiap 1
bulan sekali.
15. Ketenagaan
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di Rumah Sakit
aman terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh selama
melaksanakan tugas dirumah sakit sehingga karyawan merasa aman bekerja dan
tetap terjaga kesehatannya. Pemantauan terhadap Kesehatan karyawan dilakukan
dengan cara :
a. Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di Rumah Sakit,
yang meliputi pemeriksaan fisik, rontgen, laboratorium rutin serta evaluasi
psikologi.
BAB IV
KEAMANAN PASIEN, PENGUNJUNG DAN PETUGAS
A. Pengertian
1. Pegangan sepanjang tangga atau dinding/railing wall adalah sarana bagian dari
gedung rawat inap yang berguna untuk pengaman pasien berjalan
2. Toilet yang memenuhi standart K3 adalah fasilitas kamar mandi yang didalamnya
terdapat pegangan/safety handle .
3. Pintu dapat dibuka dari luar adalah daun pintu yang dapat membuka dan dibuka oleh
orang dari luar
4. Tempat tidur standart K3 adalah sarana tempat tidur yang mempunyai fasilias
pengaman berupa terali berjari-jari lebih kecil dari kepala anak.
5. Sumber listrik yang memenuhi syarat K3 adalah fasilitas box sumber listrik yang
memepunyai pengaman penutup.
6. Oksigen yang memenuhi standart K3 adalah pendistribusian dan persediaan yang
cukup untuk kebutuhan pasien
7. Alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction) adalah alat untuk
pertolongan pasien yang memebutuhkan pengeluaran lender
8. Tenaga listrik cadangan adalah sumber listrik cadangan yang berfungsi untuk
cadangan jika sumber listrik PLN terdapat ganggua/mati.
B. Persyaratan Teknis
1. Pegangan sepanjang tangga
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan sarana/prasarana
pengaman berupa pegangan sepanjang tangga yang terdapat pada sisi tangga.
2. Pengaman Tangan
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan sarana/prasarana
pengaman berupa pegangan tangan yang diletakkan pada dinding luar/dalam ruang
dan dinding kamar mandi rawat inap
3. Bel pemanggil
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan sarana/prasarana
pengaman berupa bel pemanggil petugas yang diletakkan pada dinding sebelah
tempat tidur (terjangkau oleh pasien) .
4. Dimensi pintu toilet
Pintu kamar mandi yang disyaratkan oleh K3 adalah pintu yang dapat dibuka/ditutup
dari luar untuk pengamanan pasien yang jika sewaktu-waktu pasien yang berada di
dalam kamar mandi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat ditolong dari luar .
dengan
anggaran
yang
dibutuhkan
maupun
anggaran
yang
maupun penyakit akibat kerja yang cukup tinggi. Protap-protap yang sudah atau perlu
disebarluaskan dan dievaluasi kesesuaiannya dengan keadaan terakhir yang ada
dilapangan, baik dari segi metode pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan, dan
tingkat resiko yang dihadapi oleh para ptugas maupun para pengguna rumah sakit.
4. Menyusun buku panduan/manual K3 yang berlaku di rumah sakit
Buku panduan atau manual diperlukan dalam melaksanakan K3 di rumah sakit. Buku
panduan ini merupakan pegangan bagi Tim K3 rumah sakit untuk menjalankan
tugasnya. Buku ini berisi petunjuk umum berbagai upaya K3 yang harus diketahui
dan dipatuhi oleh segenap pekerja yang berada disemua lini dan jenis pekarjaan
D. Program Preventif
1. Pemeriksaan Prakarya, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus.
Untuk mengetahui dan menjaga status kesehatan petugas Rumah Sakit maka perlu
diadakan pemeriksaan prakarya, pemeriksaan berkala, dan pemeeriksaan khusus bagi
petugas sesuai dengan jenis pekerjaan dan tempat kerjanya.
a. Pemeriksaan pra karya (pre-job)
1) Dilakukan pada waktu petugas rumah sakit akan memulai bekerja (diterima)
menjadi pegawai rumah sakit
2) Biaya dibebankan kepada calon pegawai
3) Hasil pemeriksaan kesehatannya disimpan di Tik K3 (dalam hal ini poli
Pegawai) dalam berkas tersendiri sebagai data awal kesehatan pegawai
b. Pemeriksaan Berkala
1) Dilakukan setiap tahun atau setiap dua tahun untuk seluruh pegawai rumah
sakit
2) Yang diperiksa meliputi kesehatan umum, rontgent dan darah tepi
c. Pemeriksaan khusus
Dilakukan pada petugas rumah sakit yang beresiko terhadap paparan penyakit
akibat kerja yaitu :
1) Audiometric
Dilakukan pada petugas ditempat kerja yang kebisingannya melebihi 85 dB,
yaitu di genset, ruang mesin IPAL, laundry, atau pada kejadian terjadinya
ledakan/alat yang meledak
2) Screening untuk hepatitis
Dilakukan pada petugas yang beresiko tinggi tertular hepatitis B, misalnya
analis laboratorium, perawat di bangsal, IBS, IGD, dll. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah screening HbsAg,SGOT dan SGPT bagi petugas. Bila ada
indikasi untuk dilakukan vaksinasi, maka segera dilakukan vaksinasi
hepatitis.
pada
Permenkes
1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang
Persyaratan
h. Pemabakaran limbah padat medis dilakukan setiap 1 minggu sekali oleh pihak
kedua
i. Pengendalian serangga dan tikus
j. Sterilisasi dan desinfeksi ruang
k. Penyuluhan kesehatan lingkungan
4. Pemantauan pemeliharaan alat dan sarana rumah sakit
Semua peralatan medis, non medis dan prasarana yang ada dan digunakan di rumah
sakit harus memenuhi persyaratan.
5. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
a. Mencegah terjadinya kecelakaan
b. Laporan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
6. Penyediaan alat-alat untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dan bencana di
rumah sakit
Untuk mencegah dan menaggulangi kebakaran dan bencana yang mungkin timbul di
rumah sakit maka dibentuk Tim Penanggulangan Kebakaran dan Bencana.
E. Program Kuratif
1. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus petugas rumah
sakit : memberikan terapi atau konsultasi ke dokter spesialis sesuai dengan hasil
pemeriksaan, memberikan imunisasi bagi petugas yang hasil screeningnyanegatif.
2. Menindak lanjuti hasil pantauan lingkungan kerja. Tempat kerja yang tidak sesuai
standar atau ergonomic dievaluasi dan direkomendasikan untuk ditindaklanjuti.
3. Mencermati kunjungan di poliklinik/poli pegawai. Kunjungan tersebut diharapkan
dapat memberikan gambaran kasar kondisi kesehatan pegawai.
F. Program Rehabilitative
1. Penempatan kembali karyawan. Pegawai yang mengalami gangguan/penyakit akibat
kerja apabila tidak dapat kembali ke tempat kerja semula diupayakan untuk dapat
tetap bekerja di tempat kerja lain. Penempatan kerja sesuai dengan kemampuan
pegawai.
2. Pemberian santunan bagi pekerja sesuai dengan peraturan Rumah Sakit dan BPJS
Kesehatan
BAB V
KESEHATAN DAN KESELAMATAN PEGAWAI
A. Pengertian
1. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktifitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 pasal 23)
2. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja atau kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja dan kecelakaan kerja
yang terjadi dalam perjalanan menuju tempat kerja atau kembali dari tempat kerja
atau diluar tempat kerja yang masih berhubungan dengan pekerjaan
3. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
(Permenakertrans Nomor:01/Men/1981.Pasal 1 ayat a)
4. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Kepres Nomor:22 tahun 1003 tentang penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja)
5. Tempat beresiko adalah tempat kerja di lingkungan RS .. yang karena jenis maupun
proses kegiatan di tempat tersebut dapat menyebabkan lingkungan kerjanya
menimbulkan resiko terjadi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan atau
gangguan kesehatan lainnya bagi pekerja yang ada di dalam tempat kerja tersebut.
6. Tempat beresiko dibedakan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jenis
resiko yang dapat menyababkan kecelakaan maupun penyakit.
7. Alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya
yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan dalam UU Nomor
1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
8. Alat Pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan
beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cidera akibat kerja atau
menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja
B. Kecelakaan Kerja
1. Penggolongan kecelakaan kerja
a. Kecelakaan di tempat kerja
Kecelakaan di tempat kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja di tempat
kerja selama dalam jam kerja, baik yang disebabkan oleh proses kerja, alat-alat
kerja maupun lingkungan
b. Kecelakaan dalam perjalanan
Kecelakaan dalam perjalanan adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja selama
dalam perjalanan dari rumah tinggak perkerja menuju ke tempat kerja atau dari
tempat kerja pulang menuju tempat tinggal pekerja dengan
dilalui oleh pekerja dan masih dalam tenggang waktu yang wajar atau kecelakaan
yang terjadi saat pekerja dalam perjalanan pergi dan pulang menuju ke suatu
tempat yang masih berhubungan dengan pekerjaanya
2. Biaya pengobatan
Biaya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pengobatannya ditanggung oleh
RS .. dengan memperhatikan jaminan atau asuransi yang diberikan kepada pekerja
yang bersangkutan.
Jenis dan status kepegawaian bagi pekerja yang bekerja di RS .. mengacu pada
ketentuan yang berlaku di RS ... Bagi pekerja dari pihak ketiga (out sourching) yang
melaksanakan pekerjaan di RS .. adalah menjadi tanggung jawab pihak ketiga dan
tidak masuk dalam ketentuan ini.
Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan dan merupakan kecelakaan lalu lintas
yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang, biaya perawatan/pengobatannya
diklaimkan kepada PT Jasa Raharja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal
ini RS .. hanya membantu sesuai ketentuan yang berlaku untuk itu.
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja biaya pengobatan di klaimkan kepada
PT. BPJS Kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Penerimaan gaji selama pengobatan
Bila selama pengobatan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tidak dapat masuk
kerja, maka gaji uang kesejahteraan diterimakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Ganti rugi cacat
Bila setelah pengobatan akibat kecelakaan kerja ini ternyata timbul cacat permanen,
maka pekerja tersebut berhak mendapat santunan cacat sesuai dengan ketentuan
peraturan di PT. BPJS
5. Santunan Kematian
Santunan kematian akibat kecelakaan kerja dibayarkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di PT. BPJS dan RS ..
6. Pelaporan kecelakaan kerja
Sistem pelaporan kecelakaan kerja diatur dalam pedoman pelaporan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
d. Kulit
: Kanker kulit
Dermatitis
: Katarak
Penurunan pendengaran
g. Abdomen
: Kolik abdomen
Pembesaran hepar, asites, dll
h. Urogenita
: Gangguan kencing
Penyakit-penyakit ginjal
i. Sistem musculoskeletal
Infertilitas
: Nyeri punggung, LBP, gangguan sendi
j. Neuropsikiatrik
k. Hematologi
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan untuk karyawan RS .. dapat dikategorikan menjadi 3 jenis
pemeriksaan kesehatan yang digunakan sebagai dasar memantau tingkat kesehatan
karyawan, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja
Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan lama yang akan dimutasikan. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk melakukan seleksi karyawan sesuai dengan tuntutan
pekerjaan, menempatkan karyawan sesuai dengan faktor resiko, kapasitas kerja dan
keterbatasan pekerjaan, serta untuk membuat data dasar kesehatan karyawan.
Pemeriksaan kesehatan pekarya meliputi:
a. Pemeriksaan klinis dan penunjang secara umum
b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan resiko penyakit yang dapat ditimbulkan
oleh lingkungan kerja maupun proses kerja di tempat kerja tertentu
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan untuk karyawan yang
dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali, dalam hal ini karyawan yang berada
di tempat kerja beresiko sesuai dengan jenis dan tingkat resiko yang dihadapi. Tujuan
pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mendeteksi secara dini gangguangangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat resiko yang ditimbulkan akibat
pekerjaannya maupun lingkungan kerjanya.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
karyawan yang mengalami Kecelakaan Kerja (KK), penyakit akibat kerja (PAK) atau
yang hasil pemeriksaan berkala menunjukkan perubahan kearah resiko terkena
penyakit akibat kerja. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala khusus adalah untuk
menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dari kemungkinan terjadi
penyakit akibat kerja dan rekomendasi pelaporan untuk karyawan yang mengalami
kecelakaan kerja selama bekerja dan menganalisa perjalanan penyakit akibat kerja
untuk menempatkan kembali karyawan yang sembuh dari sakit.
E. Tempat-Tempat Beresiko
Upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat berupa pengendalian lingkungan kerja, prosedur kerja yang baik, penggunaan alat
pelindung diri maupun pemeriksaan kesehatan berkala dengan mempertimbangkan
prioritas pada tempat-tempat yang resikonya lebih tinggi
Pengendalian lingkungan kerja untuk tempat-tempat beresiko mengikuti ketentuan yang
ditetapkan oleh rumah sakit mengacu pada permenkes No.1204/Menkes/Per/XI/2004
tentang persyaratan Lingkungan Kerja Rumah Sakit dan keputusan Dirjen PPM&PLP
No.HK.00.06.6.44 tahun 1993 Tata cara dan petunjuk teknis penyehatan lingkungan
rumah sakit
Prosedur kerja di tempat beresiko memperhatikan keselamatan dan kesehatan para
petugas yang bekerja, sesuai dengan jenis kegiatan maupun resiko masing-masing.
Tempat beresiko dan tanda warna pada denah
No
Jenis Resiko
Tanda
1.
Merah
2.
Tekanan tinggi
Orange
3.
Kuning
4.
Di tempat beresiko tersebut diberi rambu-rambu sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh rumah sakit.
F. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di RS .. adalah wajib dipergunakan oleh semua
petugas/pekerja yang akan mengerjakan pekerjaan beresiko, baik resiko terhadap
penularan penyakit, keterpaparan obat beracun ataupun resiko cedera.
APD digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan beresiko sebagai
pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cedera akibat kerja atau menekan seminimal
mungkin akibat kecelakaan kerja. Semua jenis APD diinvestaris dan
dirawat oleh
masing-masing instalasi/unit.
Penggunaan APD dipergunakan di semua instalasi yang mempunyai resiko terhadap
kecelakaan akibat kerja, antara lain : Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Radiologi,
OK, Rawat Inap, Sanitasi, Linen/Laundry, CSSD, Pemeliharaan, Laboratorium, IGD.
1. Pelindung mata
Adalah perlengkapan pelindung organ mata yang digunakan oleh petugas pada saat
bekerja yang bertujuan untuk melindungi mata dari resiko akibat kerja. Jenis Goggles
(kacamata menutup rapat seperti untuk menyelam).
2. Pelindung kepala dan wajah
Adalah perlengkapan pelindung kepala dan wajah ketika melakukan pekerjaan.
Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi diri dari terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja pada petugas rumah sakit di dalam mengerjakan pekerjaan
yang beresiko. Jenisnya kaca pelindung wajah (faceshield), topi pelindung kepala
(industri safety helmet), topi penutup rambut.
3. Pelindung telinga
Merupakan alat untuk melibdungi telinga ketika melakukan pekerjaan di tempat yang
mempunyai intensitas kebisingan yang mengganggu kenyamanan kerja, bahkan dapat
merusak organ pendengaran. Tujuan digunakannya alat ini untuk menjaga
keselamatan kerja, melindungi cedera terutama pada organ pendengaran. Jenisnya, ear
mufflers (pelindung telinga dengan daun telinga tertutup rapat)
4. Pelindung tangan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah tangan,
baik hanya meliputi telapak tangan ,maupun sampai bagian lengan ketika melakukan
pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melundungi kedua tangan dari
cedera maupun dari terkenanya bahan kimia, cairan tubuh dan panas, yang dapat
menimbulkan penyakitakibat kerja. Jenisnya, sarung tangan pelindung bahan kimia,
sarung tangan pelindung tergores, sarung tahan biasa, sarung tangan pelindung panas.
5. Pelindung badan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi badan bagian depan,
pakaian dan tubuh seluruhnya. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi
badan bagian depan, pakaian, tubuh seluruhnya dari ceceran, tumpahan dan percikan
dari bahan cair, gas, hembusan uap, radiasi atau partikel-partikel yang dapat merusak
kesehatan. Jenisnya pakaian kerja, pakaian pelindung biasa, pakaian radiasi/apron.
6. Pelindung kaki
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah kaki,
baik hanya sampai pergelangan kaki maupun sampai bagian bawah lutut. Tujuan
digunakannya alat ini adalah untuk melindungi kedua kaki dari cedera atau terkena
bahan kimia. Jenisnya, sepatu pelindung biasa dan boots.
BAB VI
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
Upaya penyehatan lingkungan RS .. di implementasikan dalam berbagai kegiatan
untuk mencapai kondisi rumah sakit yang bersih, sehat, nyaman dan terlindunginya
lingkungan komunitas rumah sakit dari pencemaran fisika, kimia, mikrobiologi dan
radioaktif. Adapun pedoman upaya penyehatan lingkungan RS .. meliputi:
A. Penyehatan Ruang dan Bangunan
1. Meliputi semua ruang/unit kerja yang berada di dalam batas/pagar rumah sakit
(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan,
kegiatan rumah sakit.
2. Pemeliharaan ruang dan bangunan:
a. Kegiatan pembersihan ruang perawatan dilakukan pagi, siang dan sore. Ruang
perkantoran/poliklinik dibersihkan pagi dan sore
b. Pembersihan
lantai
di
ruang
perawatan
pasien
dilakukan
setelah
tempat tidur dan lain-lain, harus diangkat/digeser, agar pembersihan lantai lebih
sempurna
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali setahun.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan antiseptik ( Spill kit )
2. Pencahayaan
a. Pencahayaan alam maupun buatan diusahakan agar tidak menimbulkan silau dan
intensitsnya sesuai dengan peruntukannya
b. Penempatan bola lampu sedemikian
3. Pengkondisisan udara
a. Pengkondisian ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dari menggunakan AC
b. Untuk pengkondisian udara yang menggunakan exhause fan, letaknya pada
ketinggian minimal 2 meter dari atas lantai atau minimal 40 cm dari langit-langit
c. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang, dilakukan fogging sesuai
dengan jadwal rutin dan kebutuhan
d. Untuk memantau kualitas udara, minimal dua kali setahun dilakukan pengambilan
sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman)
4. Kebisingan
Sumber bising yang berasal dari mesin-mesin, dilakukan pemeliharaan secara rutin
atau sesuai dengan kebutuhan.
B. Penyehatan Makanan dan Minuman
1. Bahan makanan dan makanan jadi
a. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari Unit Gizi secara periodik
diperiksa, diambil sampelnya dan diperiksa di laboratorium, untuk mengetahui
ada tidaknya kuman yang membahayakan kesehatan.
b. Apabila menggunakan bahan makanan tambang (bahan pewarna, pemanis buatan
dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku
2. Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terpelihara dan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya.
b. Bahan makanan dan makanan jadi disimpan dalam tempat yang terpisah
3. Penyajian makanan
a. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan menggunakan
kereta dorong khusus)
b. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien
4. Tempat pengolahan makanan
a. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan
antiseptik
b. Asap dikeluarkan melalui cerobong asap
5. Penjamah makanan
a. Penjamah makanan harus sehat dan diperiksa kesehatannya secara berkala.
b. Penjamah makanan tidak boleh menderita atau menjadi sumber penularan
penyakit (carier) berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
c. Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung (celemek,
penutup rambut, alas kaki yang tidak licin)
d. Selama melakukan kontak dengan makanan jadi, harus terlindungi dari kontak
langsung dengan tubuh (menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan,
sendok, garpu dan sejenisnya)
e. Penjamah makanan selama bekerja: tidak merokok, makan dan mengunyah, tidak
memakai perhiasan, tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk
keperluannya, selalu mencuci tangan sebelum dan setelah bekerja dan setelah
keluar dari kamar mandi/kamar kecil, selalu memakai pakaian kerja yang bersih
dan perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai diluar dapur.
6. Peralatan
a. Peralatan agar segera dicuci setelah digunakan, selanjutnya dikeringkan dan tidak
boleh dilap dengan kain.
b. Peralatan yang sudah bersih disimpan dalam keadaan kering dan tidak lembab,
tertutup/terlindungi dari pencemaran dan binatang pengganggu
C. Perlindungan Bahaya Radiasi
1. Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan radiasi mencakup
perancangan instalasi yang memenuhi persyaratan proteksi radiasi, penyediaan
perlindungan radiasi (kontainer lapis timbale)
2. Pelindung radiasi harus mampu menurunkan laju dosis peparan.
3. Untuk memantau dosis radiasi yang diterima pekerja, disediakan sarana film badge,
dosimeter saku dan TLDw
D. Perlindungan Infeksi Nosokomial Petugas Laborat
1. Tindakan pemeriksaan petugas laborat 1 th sekali.
2. Penggunaan APD bagi petugas laborat.
BAB VII
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
A. Pendahuluan
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan /unsur-unsur K3 maka
dipandang
perlu
untuk melaksanakan
pendidikan
dan
latihan
K3.Tujuan
E. Jenis Pendidikan
1. Pelatihan formal: , pelatihan K3 (inhouse atau exhouse training)
2. Non Formal: seminar, pelatihan oleh instalasi terkait
BAB VIII
PENGUMPULAN DAN PELAPORAN DATA
A. Catatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. Rumah sakit mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
mengarsip, memelihara dan menyimpan catatan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Undang-undang, peraturan dan pedoman teknis relevan dipelihara pada tempat yang
mudah didapat
3. Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga kerahasiaan catatan
4. Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara
5. Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan dipelihara.
B. Data dan Laporan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. Data keselamatan dan kesehatan kerja yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa
2. Laporan rutin kenerja keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan disebarluaskan
dalam rumah sakit.
BAB IX
SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dan
sebuah kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal. Evaluasi
bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberikan
penilaian apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan atau
hasil kegiatan belum
tindak lanjut
BAB X
PENUTUP
Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit penting, artinya untuk
meningkatkan lingkungan kerja rumah sakit agar aman, sehat dan nyaman baik bagi
karyawan, pasien pengunjung ataupum masyarakat di sekitar rumah sakit. Pengelolaan K3RS
dapat berjalan dengan baik, apabila direktur rumah sakit mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap jalannya pelaksanaan K3RS. Selain itu perlu juga pemahaman, kesadaran dan
perhatian yang penuh dari segala pihak yang terlibat di rumah sakit, sehingga apa yang
diharapkan terhadap penerapan K3RS dapat tercapai.
Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ini disusun untuk dapat digunakan
sebagai pedoman dan pegangan oleh seluruh karyawan di RS .. untuk pelaksanaan programprogram K3 di masing-masing unit kerja.