DIARE
Oleh :
ABCD
1001039
Dosen Pengampu :
SM, M.Fam,Apt
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakoterapi adalah suatu cabang farmakologi yang berhubungan dengan
penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Melihat keadaan
di sekitar kita, khususnya negara kita ini tentulah banyak sekali penyakit yang
kita temukan salah satunya yaitu penyakit diare, mual, dan muntah.
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di indonesia. Diare pada
umumnya terjadi akibat dari sanitasi lingkungan yang buruk. Diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB)
lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja.
Diare itu sendiri biasanya muncul karena faktor lingkungan kita tinggal,
misalnya tinggal di daerah yang kumuh. Sedangkan diare itu sendiri bisa
disebabkan karena peradangan usus yang penyebabnya yaitu dari virus,
protozoa, parasit, bakteri, ataupun karena non infeksi (malabsorpsi).
Sedangkan mual biasanya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
muntah atau gejala yang dirasakan ditenggorokan atau daerah sekitar yang
menandakan seorang merasa akan muntah. Sebaliknya, muntah didefinisikan
sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui mulut yang sering sekali
membutuhkan dorongan yang sangat kuat. Keadaan mual dan muntah bisa saja
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dalam kondisi tertentu misalnya karena
adanya bau yang menyengat ataupun dalam perjalanan, kerena gangguan
psikologis misalnya kecemasan ataupun ketakutan yang berlebihan, karena
pernah diinduksi atau diberikan obat-obat tertentu misalnya obat kemoteraoi
kanker, opioid, sehingga dapat menyebabkan mual dan muntah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diare
Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal.
Frekuensi adan kosistensi BAB bervariasi dalam dan atara individu sebagai contih,
beberapa individu defekasi tiga kali sehari , sedangkan yang lainnya hanya dua atau
tiga kali seminggu (Sukandar, 2008)
Diare merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada dewasa.
Diperkirakan pada seorang dewasa setiap tahunnya mengalmi diare akut atau
gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, dperkirakan
8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat dirumah
sakit setiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare
atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi , kebanyakan berhubungan dengan
kejadian diare anak-anak atau usia lanjut usia, dimana kesehatan pada usia pasien
tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang berat. Frekuensi kejadian diare pada
negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan
negara maju (Sudoyo, 2009).
Pada umumnya diare dibedakan menjadi 2 yaitu diare akut dan kronik diare
dianggap akut jika berlangsung selama 7 sampai 14 hari sedangkan kronik bias
berlangsung selama 2 samapi 3 minggu (Isselbacher, 1999). Diare akut , Ada
banyak kemungkinan penyebab diare akut, tetapi infeksi adalah penyebab paling
umum. Diare infeksi terjadi karena kontaminasi makanan dan air melalui rute fecaloral. Virus adalah penyebab dalam sebagian besar kasus. Kemungkinan tersangka
virus termasuk Rotavirus, Norwalk, dan adenovirus. Pasien biasanya menunjukkan
demam mendadak kelas rendah, muntah, dan tinja berair (Burns, 2008).
Diare akut dapat pula disebabkan oleh obat-obat atau toksin yang termakan
penggunaaan kemoterapi pemberaian kembali nutrisi enternal setelah puasa yang
lama atau terjadi Facal Impaction (overflow diarrhea) atau situasi tertentu, seperti lari
marathon. Disamping itu diare akut dapat menunjukan timbulnya penyakit yang
kronik (Isselbacher, 1999). Ini terjadi tiba-tiba tetapi biasanya reda dalam waktu 2
sampai 3 hari (Burns, 2008). Pasien diare infekius yang akut secara khas ditemukan
dengan gejala nausea, vomitus, nyeri abdomen, panas dan diare yang biasa encer
mal absorptive atatu berdarah menurut penyebabnya. Pasien-pasien yang termakan
toksin atau individu dengan infeksi toksigenik secara khas akan mengalami mual
dan muntah sebagai gejala yang menonjol tanpa menderita panas yang tinggi. Nyeri
abdomen yang terjadi bersifat ringan, difusi serta kram dan mengakibatkan diare
cair. Parasite yang tidak menginasi mukosa intestinal seperti Giarda lamblia dan
Cryptosporidium
secara
patogenesis
sebagai
diare
inflamasi,
diare
osmotic
sekresi
intestinal
yang
berlebihan
dan
berkurangnya
absorbsi
menimbulkan diare cair dan banyak. Pada umumnya disebabkan oleh tumor
endoskrin, malabsorbsi garam empedu laksatif katartik. Diare karena gangguan
motilitas usus hal ini disebabkan oleh transit usus yang cepat atau justru karena
terjadinya statis yang menimbulkan perkembangan berebihan bakteri interlumen
usus. Penyebab klasik adalah irritable bowel syndrome. Diare inflamatorik
disebabkan oleh factor inlamasi seperti Inflammatory Bowel Disease. Malabsorbsi
pada umumnya disebabkan oleh penyakit usus halus, reseksi sebagian usus,
obstruksi limfatik, defisiensi enzim pancreas dan pertumbuhan bakteri yang
berlebihan. Infeksi kronik seperti adanya infeksi G. lamblia (Sudayo, 2009).
Terdapat 4 mekanisme patofisiologi yang mengganggu keseimbangan air dan
elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare yaitu (Sukandar, 2008):
1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi
natrium atau peningkatan sekresi klorida
2. Perubahan motilitas usus
3. Peningkatan osmolaritas luminal
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Manifestasi klinik klinis diare dapat dijabarkan sebagai berikut (Sukandar, 2008):
1. Diare dikelompokkan menjadi akut dan kronis. Umumnya episode diare akut
hilang dalam waktu 72 jam dari omset. Diare kronis melibatkan serangan
yang lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2. Penderita diare akut umumnya mengeluhkan onset yang tidak terduga dari
buang air yang encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan nyeri perut.
Karateristik penyakit usus halus adalah terjadinya intermitten periumbilical
atau nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
Pada diare kronis ditemukan adanya penyakit sebelum penurunan berat
badan dan nafsu makan
3. Diare dapat disebabkan oleh beberapa senyawa termasuk antibiotik dan obat
lain, sealin itu penyalahgunaan pencahar untuk menurunkan berat badan juga
dapat menyebabkan diare.
4. Pada diare, pemeriksaan fisik abdomen dapat mendeteksi hiperperistaltik
dengan borborgymi (bunyi pada lambung), pemeriksaan rektal dapat
mendeteksi massa atau kemungkinan fecal impaction, penyebab utama diare
pada usia lanjut.
5. Pemeriksaan tugor kulit dan tingkat keberadaan saliva oral berguna dalam
memperkirakan status cairan tubuh cairan tubuh, jika terdapat hipotensi,
takikardia,
denyut
lemah,
diduga
terjadi
dehidrasi.
Adanya
demam
hanya menyediakan nutrisi, tetapi juga membantu menggantikan volume cairan yang
hilang. Namun, makannan mungkin tidak cukup menggantikan volume cairan yang
hilng akibat diare. Pasien dengan diare kronis mungkin dapat memakan makannan
yang padat (misalnya, beras, pisang dan gandum)(Bruns, 2009).
Cairan
dan
Elektrolit.
Penggantian
cairan
bukan
pengobatan
untuk
penggunaan
sediaan
parenteral
seperti
Ringer
Laktat
untuk
Terapi Farmakologi
Tujuan dari terapi obat adalah untuk mengendalikan gejala, memungkinkan
pasien untuk melanjutkan rutinitas seperti biasa sebanyak mungkin sambil
menghindari komplikasi (Bruns, 2009).
Menurut Buku Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach langkah terapi
farmakologi yang dapat diberikan pada diare kronik dan akut yaitu (Dipiro, 2008) :
DOSIS
Dewasa
1200
mg-1500mg
TIPE DIARE
setelah
BAB.
Maksimal 9000 mg
Kalsium
polycarbophyl
Loperamide
Atropin
spesifik
Terapi antibiotik empiris adalah pendekatan yang tepat untuk diare wisatawan.
Pemberantasan mikroba kausal tergantung pada agen etiologi dan sensitivitas
antibiotik. Sebagian besar kasus diare wisatawan dan masyarakat lainnya
diperoleh hasil infeksi dari enterotoksigenik (ETEC) atau enteropathogenic
(EPEC) Escherichia coli. Kultur tinja rutin tidak mengidentifikasi strain ini, pilihan
antibiotik empiris utama meliputi fluoroquinolones seperti ciprofloxacin atau
levofloksasin. Azitromisin mungkin pilihan yang layak bila resistensi fluorokuinolon
ditemui (Burns, 2009).
Meskipun sebagian besar kasus diare infeksi menyelesaikan dengan terapi,
penggunaan antibiotik secara rutin dapat menyebabkan resistensi antimikroba.
Pengobatan empiris harus dipertimbangkan untuk diare akut menular lainnya
termasuk yang disebabkan oleh non-rumah sakit diperoleh organisme invasif
seperti toksin Shiga yang menghasilkan Escherichia coli (STEC) O157,
Campylobacter, Salmonella, Shigella dan organisme memproduksi sedang
bukanlah probiotik, tablet laktase juga dapat digunakan untuk mencegah diare
pada pasien rentan (Burns, 2009).
Interaksi obat yang terjadi untuk beberapa obat Diare (Baxter, 2008) :
Loperamide + Co-trimoxazole
Kotrimoksazol meningkatkan kadar plasma loperamide.
Loperamide + Colestyramine
Sebuah laporan terisolasi, didukung oleh uji in vitro, menunjukkan bahwa efek
loperamide.
tipranavir,
samping
opioid
terlihat
ketika
loperamide
diberikan
dengan
B. Mual-Muntah
Mual biasanya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk muntah atau
gejala yang dirasakan ditenggorokan atau daerah sekitar yang menandakan seorang
merasa akan muntah. Sebaliknya, muntah didefinisikan sebagai ejeksi atau
pengeluaran isi lambung melalui mulut yang sering sekali membutuhkan dorongan
yang sangat kuat (Sukandar, 2008).
Riset terakhir menempatkan prevalensi mual dan muntah pasca operatif pada
angka 20% sampai 30%. Prevalensi mual dan muntah yang tinggi dijumpai pada
prosedur
bedah
tertentu
yang
melibatkan
manipulasi
atau
distensi
gigi (16%), dilatasi dan kuratase serviks dan uterus (12%) dan atroskopi lutut (22%)
(Sudoyo, 2009).
Mual dan muntah dapat disebabkan oleh banyak rangsangan seperti
bepergian misalnya mabuk perjalanan, kehamilan, terpi obat, stress, infeksi lambung
karena virus, terlalu banyak makan, keracunan makanan. Kejadian mual dan muntah
itu sendiri tergantung pada tiap individu yang harus membutuhkan terapi yang
minimal (Walsh, 1997).
Muntah dipicu oleh adanya impuls afferent yang menuju pusat muntah, yang
terletak di medulla otak. Impuls tersebut diterima dari pusat sensori seperti
chemoreceptor trigger zone (CTZ), korteks serebral, serta visceral afferent dari
faring dan saluran cerna. Impuls afferent yang sudah terintegrasi dengan pusat
muntah, akan menghasilkan impuls efferent menuju pusat salivasi, pusat
pernafasan, daerah saluran cerna, faring, dan otot otot perut yang semuanya
bersinergi memicu proses muntah. Sehingga dari sini dapat dilihat bahwa ketika
muntah terjadi nafas tidak beraturan, terengah engah, berkeringat, perut
berkontraksi, ataupun keluar saliva/air liur. CTZ merupakan daerah kemosensori
utama pada proses emesis/muntah dan sering dipicu oleh senyawa senyawa kimia.
Obat obat sitotoksik pun memicu emesis melalui mekanisme berinteraksi dengan
CTZ. Beberapa neurotransmiter dan reseptor terdapat di pusat muntah, CTZ, dan
saluran cerna, meliputi kolinergik, histaminik, dopaminergik, opiat, serotonergik,
neurokinin, serta benzodiazepin. Di sini juga terlihat bahwa adanya stimulasi pada
satu ataupun beberapa reseptor ini akan memicu muntah. Itulah sebabnya,
mekanisme kerja obat antiemetik akan berkutat dalam menghambat ataupun
mengantagonis reseptor emetogenik tersebut (Walsh, 1997)..
Penyebab muntah dibagi menjadi 3 fase yaitu (Walsh, 1997) :
Mual dan muntah dapat diklasifikasikan secara sedehana (simpel) dan kompleks.
Kriteria sederhana berlaku pada keadaan mual/muntah yang dijabarkan dalam
kriteria berikut: (1) muncul kadang-kadang dan dapat sembuh sendiri atau
dengan penggunaan minimal metode atau obat antiemetik. (2) Pada pasien yang
mengalami gangguan kesehatan ringan seperti ketidakseimbangan cairan
elektrolit, nyeri, atau yang tidak patuh terhadap terapi. (3) Yang bukan
yang
menyebabkan
pasien
mengalami
kemunduran
akibat
ketidakseimbangan cairan elektrolit, nyeri, atau yang tidak patuh terhadap terapi,
-
mengalami mual dan muntah dua kali lipat disbanding orang dewasa.
Faktor resiko lainnya yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya gejala
setelah operasi meliputi pasien dengan kelebihan berat badan bertambahnya
umur, riwayat muntah karena gerakan (motion sickness) atau sesudah
menghilangkan mual dan muntah dan seharusnya tanpa timbulnya efek samping
atau efek yang tidak dikehendaki secara klinis (Sukandar, 2008):
Terapi Non Farmakologi (Sukandar, 2008):
-
Terapi Farmakologi
Menurut
Buku
PHARMACOTHERAPY
PRINCIPLES
&
PRACTICE
terapi
Menurut buku ISO FARMAKOTERAPI terapi farmakologi yang dapat diberikan yaitu
(Sukandar, 2008):
-
Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikan untuk
mengobati mual dan muntah. Untuk pasien dapat mematuhi pemberian dosis
oral, obat yang sesuai dan efektif dapat dipilih tetapi karena beberapa pasien
tidak dapat menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai. Pada pasien tersebut
atau resep berguna pada terapi ini pada dosis lazim efektif yang rendah.
Penanganan mual-muntah kompleks membutuhkan terapi obat yang bekerja
kuat, mungkin lebih dari satu obat emetik.
ANTASID
-
ANTIHISTAMIN, ANTIKOLINERGIK
-
heartburn.
Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk terapi simtomatis simpel.
Reaksi yang tidak diinginkan termasuk mengantuk, bingung pandangan kabur,
mulut kering retensi urin, pada orang tua mungkin takikardia.
FENOTIAZIN
-
Obat ini berguna untuk pasien dengan mual ringan atau yang mendapat
kemoterapi ringan.
Pemberian rektal lebih disarankan bila parenteral tidak praktis dan oral tidak
dapat diterima.
Pada beberapa pasien dosis rendah tidak efektif, sedangkan dosis tinggi
KORTIKOSTEROID
-
METOKLOPRAMID
penglepasan asetilkolin.
Karena egek samping (efek ekstrapiramidal) pemberian IV difenhidramin 25-50
mg harus diberikan pencegahan atau antisipasi efek tersebut.
pencegahan mual-muntah.
Pasien yang menerima terapi regimen tingkat 2, dapat menggunakan
deksametason 8-20 mg, IV atau oral sebagai pencegah mual-muntah.
Proklorperazin 10 mg, IV atau oral juga dapat digunakan pada orang dewasa
sebagai pilihan.
Pasien anak atau dewasa yang menerima terapi tingkat 3-5, harus menggunakan
sebelum kemoterapi.
Pada dewasa dan anak di atas 2 tahun , granisetron dapat diberikan secara infus
IV 10 mg/kgBB selama 5 menit, 30 menit sebelum diberikan kemoterapi, hanya
pada pemberian kemoterapi. Pada dewasa dapat diberikan granisetron 1-2 mg
per oral.
Dolasetron dapat diberikan dalam dosis tunggal 1,8 mg/kg pada orang dewasa,
atau dalam dosis tetap 100 mg IV dalam 30 detik, atau infus diencerkan 15
menit. Untuk anak umur 2-16 tahun dolasetron dapat diberikan dengan dosis
sama.
Aprepitan reseptor antagonis senyawa P/NK1, dikombinasi dengan SSRI dan
kortikosteroid per oral (125 mg hari I, dan 80 mg hari ke 2 dan ke 3)
menunjukkan efektifitas akut pada pengendalian mual-muntah akibat regimen
BENZODIAZEPIN
-
Benzodiazepin
terutama
lorazepam
terapi
alternative
terbaik
untuk
Pasien yang menerima radiasi hemebodi atau radiasi dosis tinggi tunggal pada
daerah perut atas, harus menerima tetapi profilaksis granisetron 2 mg atau
ondansetron 8 mg.
Efektifitas dan efikasi regimen SSRI untuk antiemetic anak telah ditegakkan tapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diare
Diare adalah keadaan dimana intensitas buang air besar lebih
banyak 2-3 kali dalam sehari. Secara umum diare dibagi menjadi 2,
yaitu diare akut dan deiare kronik.
Untuk terapi non-farmakologi dari diare yaitu modifikasi makanan
dan mengkonsumsi cairan elektrolit untuk menghindari dehidrasi pada
penderita.
Dan
untuk
terapi
farmakologi
dapat
diberikan
obat
terapi
non-farmakologi
dari
mual-muntah
sebaiknya
penderita menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan mualmuntah misalnya mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak. Dan
untuk terapi farmakologi penderita diberikan obat golongan antasida dan
golongan H2 reseptor antagonis, antihistamin, antikolinergik, fenotiazin,
butiropenon, benzodiazepine, kortikosteroid, metoklopramid, cannabis
dan antagonis serotonin, antagonis neurokinin-1.
B. Saran
Sebaiknya teman-teman dan para membaca lebih mengetahui tentang
penyakit diare, mual, dan muntah serta terapi-terapi yang dapat diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, K. 2008. Stockleys Drug Interactions. London and etc: Pharmaceutical
Press
Burns-Chisolm, M.A, dkk. 2008. Pharmacotherapy Principles & Practice. New
York and etc: Mc Graw Hill Medical.
LAMPIRAN
TERMINOLOGI
Uremia adalah kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif. Gejala-gejalanya termasuk mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, lemah, dan kebingungan mental.
Hepatitis akut adalah tahap awal infeksi virus hepatitis. Dalam HCV, hepatitis
akut mengacu pada enam bulan pertama infeksi
Gangguan
psikiatrik
adalah
suatu
ketidakberesan
kesehatan
dengan
Obat antiemetik adalah obat untuk mencegah atau mengurangi mual dan
muntah.
Relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi
kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara
sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan
tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan
sampai kepada gerakan kaki.
Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas seorang
anak dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas
sedikit demi sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut
atau cemas lagi.
STUDI KASUS
A. Diare
: KW
Umur
: 31 tahun
JK
: Perempuan
Pekerjaan
Objektif
Tanda-tanda : BAB encer selama 2 hari
Gejala
Hipotesis
: Diare Akut
Jawab
1. Untuk mengetahui apakah mendapatkan serangan mikroorganisme, maka
dilakukan pengujian terhadap feses dari penderita meliputi keberadaan
darah dalam feses, pemeriksaan ova dan parasit dalam feses, dan
mengembangbiakkan (kultur feses).
2. Gejala yang menunjukkan dehidrasi yaitu mengalami mulut kering.
3. Dalam menentukan terapi farmakologi pilihan utama golongan obat yang
dipilih yaitu golongan adsorben, namun dilihat dari kasus yang dialami
penderita kita bisa merekomendasikan golongan obat antisekretorik,
ASESSMEN
Subjektif
Nama
:-
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan
: Pelayar
JK
: Perempuan
Objektif
Tanda-tanda : Mual dan muntah
Hipotesis
dan
OAINS
megkonsumsi
obat
kontasepsi
Jawab
1. Terapi non-farmakologi yang diberikan yaitu untuk sementara menghindari
makanan yang mempunyai bau yang tajam yang dapat memicu terjadinya
mual
ataupun
muntah.
Untuk
terapi
farmakologi
kita
dapat
Tugas Farmakoterapi
MAKALAH
DIARE, MUAL DAN MUNTAH
KELOMPOK I
1. ZULKIFLI SAPUTRA
150 2010 005
2. FIRMANSYAH
150 2010 008
3. RAFSYANNARULLAH SAERE 150 2010 012
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013