Definisi Apendisitis
1.2
Etiologi Apendisitis
Adanya benda asing seperti biji bijian, Seperti biji Lombok, biji jeruk dll
2.
Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
streptococcus
3.
Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30
5.
6.
7.
8.
1.3
Patofisiologi
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga
menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu
pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang
berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan
timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.
Pada anak anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang
relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh
yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan
pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.Bila appendisitis infiltrat ini
menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka
terjadi appendisitis kronis.
1.4
Klasifikasi Apendisitis
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi,
yaitu sudah bertumpuk nanah.
2.
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
1.5
Mual, muntah
2.
Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual
dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke
perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
3.
perut.
4.
Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri
dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)
1.6
Penatalaksanaan Apendisitis
dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu
juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami
setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam,
gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini
penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan
dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
1.7
Komplikasi Apendisitis
1.
2.
Peritonitis generalisata
3.
Ny. L
Umur
: 43 Tahun
Jenis Kelamin
Suku/Bangsa
Agama
Tgl. MRS
P
: 14-1-2013
Diagnosis medis
: Appendisistis
Pendidikan
I.
: 159000
Pekerjaan
Alamat
No. Reg
Keluhan utama :
Nyeri pada perut bagian bawah kanan
1.1.
Pasien merasa badannya panas dan perut sebelah kanannya nyeri kemudian
pasien berobat ke perawat desa tempat pasien tinggal. Dari perawat desa
pasien diberi obat pencahar melalui rute rectal, karena kondisi pasien masih
tetap sama pasien dianjurkan oleh perawat desa untuk USG di Persada hasil
USG adalah pasien (+) menderita Appendisitis. Setelah pasien selesai USG
pasien dirujuk ke RSUD jombang.
Pada tanggal 14-1-13 pasien MRS di IGD RSUD Jombang, di IGD pasien
diberi tindakan infus dan obat analgetik, setelah 2 jam pasien pindah ke ruang
Mawar, diruang mawar pasien diberi obat ranitidin, ceftriaxone dan cairan
infus.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendisitis
Qualitas
Sebelumnya pada keluarga pasien tidak ada penyakit menular dan tidak ada
penyakit keturunan.
1.4.
S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)
RR : 30x/menit (regular)
1.6.
A.
Leher
Inspeksi : trakheostomi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, adanya massa tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada, posisi trachea di tengah.
Faring :
Inspeksi : kemerahan tidak ada, oedem / tanda-tanda infeksi tidak ada
Area dada:
Inspeksi: pola nafas teratur, penggunaan otot Bantu pernafasan tidak
ada,pergerakan dada simetris, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi :
ekspirasi normal), trauma dada tidak ada, pembengkakan tidak ada.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, bengkak tidak ada.
Auskultasi : Suara nafas tambahan tidak ada
B.
Anamnesa: nyeri dada tidak ada, sesak saat mencium bau menyengat
Wajah
Inspeksi : sembab(-), pucat(-), sianosis(-), pembuluh darah mata pecah(-),
konjungtiva anemis.
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis tidak ada
Palpasi : Arteri carotis communis(-)
Dada
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
jantung.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis(-), clubbing finger(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises(-), sianosis(-), clubbing finger(-), oedem(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat, oedemq(-)
C.
Persyarafan
persyarafan):
1.
Pada pasien tidak terdapat oedema kelopak mata,tidak terdapat sklera mata
jauh,bola mata menonjol dan celah mata sempit,tetapi pasien konjungtiva
matanya anemis.
4.
Nervus IV toklearis
Pasien diperiksa pupilnya normal dan refleks pupilnya normal pada saat diberi
sinaran oleh cahaya.
5.
Nervus V abdusen :
7.
Pada pasien pergerakan lidahnya dapat bergerak penuh dan tidak ada
gangguan pada pergerakan lidah pasien,dapat menelan secara normal.
9.
Nervus IX aksesorius :
Pada pasien pergerakan kepala dan bahu normal. Kepala dapat menggeleng,
menoleh kanan dan kiri. Dan bahu dapat bergerak penuh.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya,dapat berkomunikasi dengan baik.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu : E4,M6,V5
-
Motorik (M) :
D.
Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan
dapat BAK dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara
1500-1600cc
Kandung kemih:
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
Ginjal :
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
E.
Anamnesa : Nafsu makan pasien bagus, pasien makan dengan pola pagisiang-malam tetapi tidak selalu habis, tidak ada keluhan mual muntah, nyeri
tenggorokan, maupun gangguan menelan. Pada hari dilakukan pengkajian
pasien belum BAB. Pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah kanan.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendik
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (1) karies
(-), terdapat plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar parotis (-)
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
Faring - Esofagus :
Inspeksi : warna palatum merah muda
Palpasi : pembesaran kelenjar(-)
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal, tidak tampak vena
porta hepatika
Auskultasi
Perkusi
Palpasi:
Kuadran I:
hepatomegali(-), nyeri tekan(-)Hepar
Kuadran II:
nyeri tekan abdomen(-)Gaster
splenomegali(-)Lien
Kuadran III:
Terdapat massa
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
F.
Fraktur : pasien tidak mengalami fraktur dan tidak pernah ada riwayat fraktur
Luka : tidak ditemukan luka pada tubuh pasien
G.
Leher
Inspeksi
warna(-).
Palpasi
Genetalia :
Inspeksi
: benjolan(-),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting(-)
H.
Sistem Reproduksi
Anamnesa :
1.
a.
kehamilan adalah sakit pinggang. jarak kehamilan anak ke-1 dan ke-2
7tahun.
b.
melalui SC.
Payudara
Inspeksi
kehitaman),
bentuk papilla
mamae(normal),massa(-),luka(-),payudara(simetris).
Palpasi
Axilla :
Inspeksi
Palpasi
: benjolan(-).
: teraba benjolan(-).
Abdomen:
Inspeksi
Palpasi
Genetalia :
Inspeksi : Rambut
pubis(merata),kebersihan(+),odema(-),varices(-),benjolan(-), pengeluaran (-),
tanda-tanda infeksi(-).
Palpasi
I.
Persepsi sensori :
Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunangkunang(-), penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing
dalam mata(-), penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, lesi Papelbra ( normal ), Bulu mata
1.
CitraTubuh :
Ideal Diri :
HargaDiri :
Pasien merasa senang karena apa yang dia harapkan sesuai dengan apa
yang terjadi dengan keadaannya.
4.
Peran Diri :
Identitas Diri
Pasien menyadari akan keadaan dirinya saat ini jika pasien sedang sakit
K.
1.
sering mungkin.
2.
Pasien bila merasakan keluhan sakit pada dirinya tidak pernah beli obat
ke toko atau pun ke dukun,pasien beli obat ke apotik atau langsung ke mantri.
3.
L.
Pasien selalu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang di anut yaitu
agama islam bila tidak menstruasi dan sejak sakit pasien lebih mendekatkan
diri pada allah SWT .
M.
HUBUNGAN PERAN
Aktivitas klien di rumah yaitu menjahit dan pasien jarang tidur siang,hanya
tidur malam selama kurang lebih 6jam.
P.
POLA PSIKOSOSIAL
ANALISA DATA
Nama Pasien
No RM
: 159000
Dx. Medis
NO
1
: Appendisitis
TANGGAL
14-01-13
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
14-01-13
Nyeri akut
No Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
14-01-2013
14-01-2013
(00132)
(00198)
Nyeri akut
DAFTAR PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal
No Diagnosa
(00132)
(00198)
Nyeri akut
1.
Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1
: kenyamanan fisik
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Nyeri akut
DEFINITION:
Pengalaman sensori dan emosional yan tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan
DEFINING CHARACTERISTICS
Gangguan tidur
RELATED FACTORS:
Agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
ASSESSMENT
Client
Diagnostic
Statement:
Nyeri akut
Related to:
Berhubungan dengan Agens cedera biologis
Tidak mencukupi
Sedikit mencukupi
Agak mencukupi
Sangat mencukupi
3
AKTIFITAS
Manajemen Nyeri-1400
Def : Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang
diterima oleh pasien
nyeri
2.
kodusif
Domain 4
Kelas 1
: Aktivitas/ Istirahat
: Tidur/ Istirahat
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
DEFINITION:
eksternal
DEFINING CHARACTERISTICS
RELATED FACTORS:
ASSESSMENT
Client
Diagnostic
Statement:
NOC : Rest
Domain 1
Kelas A
: kesehatan fungsional
: pemeliharaan energi
INDIKATOR
Cukup
1
Tidak mencukupi
Sangat mencukupi
3
Sedikit mencukupi
Agak mencukupi
AKTIFITAS
aktivitas
afektif
PENGERTIAN
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang
palingsering(Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis
adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis
mukosa menyebabkan inflamasi(Wilson&Goldman,1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan
iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston,1995) .
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
ETIOLOGI
Tumor apendiks.
Cacing ascaris.
MANIFESTASI KLINIS
Anoreksia
Mual dan Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).
Nyeri lepas.
Konstipasi.
Diare.
Disuria.
Iritabilitas.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah
munculnya gejala pertama.
PENATALAKSANAAN APPENDICITIS
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
Sebelum operasi
Rehidrasi
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
Apendiktomi.
Observasi TTV.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 230 menit.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran
ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan
harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada
pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai
dengan :
Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi
lagi.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di
tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak,
lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit
perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa
peritonitis umum.
PROSES KEPERAWATAN KLIEN APPENDICITIS
PENGKAJIAN
WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
Kebiasaan eliminasi.
Pemeriksaan Fisik
Sirkulasi : Takikardia.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya muncul pada klien
dengan appendicitis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengurangi nyeri
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang
tidak terburu-buru.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.
1.
Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
1.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
1.
Mengurangi kecemasan
Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur dan tujuan dilakukan tindakan
pembedahan
1.
Menghindari infeksi
1.
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan perkembangan
kondisi klien
EVALUASI
1.
1.
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal.
1.
1.
Nutrisi terpenuhi
Kecemasan berkurang
1.
1.
Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:
Mosby Yearbook,Inc.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Appendiksitis merupakan peradangan dari apendiks vermiformis
dan juga penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. Apendisitis
disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks yang dapat
menyebabkan hyperplasia, limfoid, fekalit, benda asing striktur karena
vibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. (Mansjoer,
2000 : 307) Penyumbatan tersebut dapat menyebabkan pembengkakan,
infeksi dan ulserasi, bila keadaan ini dibiarkan terus maka akan terjadi
nekrosis, gangren dan perforasi (Price,S.A. 2005 : 448)
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Apendisitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan apendisitis.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan prioritas masalah
pada pasien dengan apendisitis.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien
apendisitis.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien apendisitis.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan serta mendokumentasikan
dengan benar.
D. MANFAAT PENULISAN
1.
Bagi Perawat
Memberikan masukan tentang bagaimana perawatan pasien
apendisitis dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi :
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi.
2.
Bagi Institusi
asuhan
Bagi Penulis
E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan proposal ini metode yang dipakai adalah metode
deskriptif melalui studi pustaka dan studi kasus.
Studi pustaka diambil dari bukubuku perpustakaan dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan masalah apendisitis, sedangkan
studi kasus diambil dari Ruang Bedah RSUD Atambua. Teknik penulisan
dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, laboratorium
catatan medik dan catatan perawat.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
: Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan teoritis menguraikan tentang konsep dasar keperawatan.
BAB III
: Tinjauan kasus menguraikan tentang pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV
: Pembahasan
BAB V
: Menguraikan tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1.
Pengertian
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran kanan bawah dari rongga abdomen, penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat.
(Smeltzer, Suzanne. C. 2001 : 1097)
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki antara 10-30 tahun.
(Mansjoer, Arif. 200: 307)
Apendisitis adalah peradangan apendiks yang relatif sering
dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah
obstruksi apendiks oleh tinja atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahnya.
(Corwin, E. J, 2000 : 529)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan bila
infeksi bertambah parah, usus buntu ini bisa pecah. Usus buntu
merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak diperut kanan bawah. Strukturnya seperti
bagian usus lainnya.
(http : // downloads. Ziddu. Com / appendicitis)
Jadi dapat disimpulan bahwa apendisitis adalah peradangan dari
apendiks vermiformis yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas dan
2.
Etiologi
Klasifikasi
Patofisiologi
5. PATWAY
Terputusnya kontinuitas
jaringan
1.
2.
7.
1.
2.
6. Manifertasi Klinis
Tanda dan gejala apendisitis bervariasi tergantung stadiumnya :
Apendisitis akut (mendadak)
Gejala yang ditimbulkan, demam tinggi, mualmuntah, nyeri perut kanan
bawah, saat berjalan terasa sakit, namun tidak semua orang akan
menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga bersifat meriang atau mual
muntah saja.
Apendisitis Kronik
Gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maaq dimana terjadi nyeri
samara (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang
hilang timbul. Kadang disertai dengan rasa mual, bahkan muntah,
kemudian nyeri tersebut akan pindah ke perut kanan bawah dengan
tanda tanda yang khas pada apendiks akut nyeri pada titik penyakit Mc
Burney.
(http://www.infopenyakit.com/2008/09/ appendicitis )
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi akan tanpak adanya pembengkakan rongga perut dan
dinding perut tempak mengencang (distensi) pada palpasi di daerah
perut kanan bawah, bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri.
Pemeriksaan Laboratorium
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara
umbilicus dan tulang ileum kanan ) Meningkat karena berjalan, bersin,
batuk atau napas dalam ( nyeri berhenti tiba tiba diduga perforasi atau
infark pada apendiks )
Tanda :
Berbaring ke samping atau terlentang dengan lutuk ditekuk,
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan / posisi duduk tegak.
f. Keamanan
Tanda :
Demam
g. Pernapasan
Tanda :
Takipnea, pernapasan dangkal
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitis dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
( Nursalam, 2001 : 35 )
Diagnosa keperawatan pada pasien apendisitis adalah :
Pre Operasi
3. Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah masalah yang di identifikasi
pada diagnosa keperawatan. ( Nursalam, 2001 : 61 )
Perencanaan pada pasien apendisitis sebagai berikut :
Pre operasi
R/.
a.
b.
c.
d.
e.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fase akhir dari proses keperawatan terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan.
Hal hal yang dievaluasi adalah : keakuratan, kelengkapan dan kualitas
data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta
ketepatan intervensi keperawatan.
( Gaffar, 1999 : 65 )
BAB III
TINJAUAN KASAUS
A.
PENGKAJIAN
Tanggal/jam MRS
: 13 Januari 2013
Ruang
: Bangsal Bedah
No. Register
:-
DX.Medis
: APP
Tanggal Pengkajian
: 14 Januari 2013
I.
IDENTITAS KLIEN
Nama
: An. Y. M
Orang Tua
Umur
: 12 tahun
Nama
: Tn. K. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Tani
Agama
: Katolik
Alamat
Suku/Bangsa
: Dawan
Bahasa
: Indonesia
Penanggung jawab
Pendidikan
: SMP
Nama
Pekerjaan
:-
Alamat
Status Perkawinan
: Belum mrnikah
No. TLP
Alamat
II.
: Oekolo
: Oekolo
: Tn. K. N
: Oekolo
:-
KELUHAN UTAMA
III.
P
: Faktor penyakit
Q
: Pasien mengatakan nyeri tertikam
R
: Nyeri yang dirasakan pasien letaknya di bagian abdomen
kuadran kanan bawah.
S
: Skala nyeri 4-6 nyeri yang dirasakan pasien sedang
T
: Nyeri yang dirasakan pasien timbul setiap saat
ini.
V.
seperti ini.
VI.
FUNGSI
KESEHATAN
VII.
POLA
Sebelum MRS
: keluarga pasien mengatakan, pasien tidur
normal, pasien tidur 6-7 jam/hari.
Saat MRS
: keluarga pasien mengatakan, pola istirahat pasien
terganggu karena sering terbangun akibat nyeri yang sering timbul pada
bagian perut kanan bawah.
5. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori
PEMERIKSAAN FISIK
BB sebelum sakit : 35 kg
TB:150 cm
d. BB saat ini : 38 kg
e.
BB Ideal
f.
: 110/50 mmHg,
MAP : 70 mmHg
PP
: 60 mmHg
: 28x/ menit
Rambut
Inspeksi: Warna hitam, distribusi merata, kebersihan (+), tidak ada kutu,
tidak ada ketombe.
Palpasi
: Tidak ada kerontokan rambut, tidak ada nyeri tekan.
b. Muka
Palpasi
c.
Mata
e.
Inspeksi
Palpasi
Mulut
Inspeksi
f.
: Jumlah , tidak ada karies, tidak ada perdarahan pada gusi, kebersihan (+)
Telinga
Inspekai
: Kebersihan (+), tidak ada sekresi, tidak ada edema tanda radang.
Palpasi
: Posisi trachea normal, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
Palpasi
h. Paru-paru
Inspeksi
: Bentuk dada simetris, tidak ada ekspansi dinding dada, tidak menggunakan otot
bantu pernapasan
Palpasi
Auskultasi : Suara napas normal vesicular, tidak ada suara napas tambahan.
i.
Abdomen
Inspeksi
: warna sawoh matang, tidak ada striae, tidak ada spidernevi, tidak ada jaringan parut,
Pemeriksaan laboratorium
WBC : 1.6 L 103/ mm3
RBC
: 4.17 106/mm3
(3.5-10.0)
(3.80-5.80)
MCV : 74 L Um3
MCH : 27.8 P9
(80-97)
(26.5-44.5)
HGB : 11.6 9/ dl
(11.0-16.5)
MCHC
HCT
: 30.8 L%
(35,0-50.0)
RDW : 14.1 %
PLT
: 147
(150-390)
MPV : 7.7
PCT
: .114 %
(.100-.500)
PDW : 15.6 %
L 10/mm3
(10.0-15.0)
(6.5-11.0)
(10.0-18.0)
WBC Flags : L1 G2
% DIFF :
: 0.4 L 103/mm3 (1.2-3.2)
%LYM
: 25.9 %
(17.0-48.6)
# LYM
%MON
: 4.4
(4.0-10.0)
%GRA
: 69.7 %
(43.0-76.0)
: 11
11
(1 3 menit)
: C1
10
(5 8 menit)
IX.
TERAPI (6 BENAR)
2. parentheral
Bactraz 3 x 1 gr/ IV
Keterolac 3 x 1 amp/ IV : 30 mg
: 1 gram
ANALISA DATA
HARI/TGL
DATA
ETIOLOGI
Senin, 14-01-2013 DS: Pasien mengatakan Peradangan
nyeri
perut
kuadran apendiks
kanan bawah.
MASALAH
Gangguan ras
nyeri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2. Ansietas b.d tindakan pembedahan.
Ansietas
C. PERENCANAAN
Hari/tgl
Diagnosa
keperawatan
Intervensi
Rasio
2.Men
tegang
yang
denga
terlent
menin
kemam
4.Anjurkan teknik
relaksasi dengan
cara latihan nafas
dalam.
4.Men
ketega
dapat
nyeri.
5.Berikan
analgesik
indikasi.
tindakan
sesuai 5.Men
nyeri
kerjas
interve
1.Awasi
respon 1.Dap
fisiologis misalnya: deraja
Takipnea,
dialam
palpitasi, pusing,
sakit kepala.
Tujuan:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam klien
akan
mengatakan
kecemasannya
berkurang.
Kriteria Hasil:
2. Catat petunjuk
- Wajah pasien tampak perilaku
seperti: 2.Indik
tenang dan rileks
gelisah,
mudah takut
terganggu,
pasien
perilaku melawan
3.Dorong
pernyataan takut 3.Mem
dan ansietas.
terape
4.Berikan
IMPLEMENTASI
Hari/tgl
Diagnose keperawatan
Tindakan keperawatan
Evalua
S: Pas
menga
meras
abdom
kanan
yang
sepert
skala
nyeri s
O: K/U
tampa
terpas
20 tpm
TTV:
TD : 1
N : 70
S :360
RR :2
S: pas
menga
kecem
rencan
pembe
1.Jam 08.40
Mengawasi respon fisiologis
2.Jam 10.00
Mencatat petunjuk perilaku
3.Jam 11.45
D.
Hari/tgl
Selasa,
2013
dirasa
O: pas
gelisa
A: Ma
belum
P: Inte
1,2,3,4
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa keperawatan
SOAPIE
15-01- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn S: Pasien mengatakan masih
apendiks.
pada bagian abdomen kuadran
dengan skala nyeri (4 - 6) nyeri se
O: K/U lemah, pasien tamp
fowler.
E: S: Pasien mengatakan masih
TTV:
TD: 110/50 mmHg
N: 100x/ menit
S: 360C/aksila
RR: 22x/ menit
A: Masalah ansietas belum terata
P: Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
I:
1.Jam 08.40
Mengawasi respon fisiologis
2.Jam 10.00
Mencatat petunjuk perilaku
3.Jam 11.45
Mengajarkan teknik relaksasi
4.Jam 12.00
Memberikan
lingkungan
te
beristirahat
E: S: Pasien mengatakan, kecem
S:360C/aksila
N:100x/menit
RR:22x/menit
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas secara rinci mengenai kesenjangan antara teori askep dengan
kasus nyata yang dialami oleh klien An. Y. N saat di rawat oleh penulis melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pendokumentasian.
Pengkajian yang dilakukan penulis terhadap pasien An. Y. N dimulai dengan pengumpulan
data meliputi identitas lengkap pasien dimana data yang diperoleh yakni nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat.
Kemudian penulis mulai mengkaji keluhan utama pasien dimana pasien mengeluh nyeri
perut kanan bawah, panas, mual muntah sehingga menjadi alasannya masuk rumah sakit, serta
dikaji paien merasa sakit pada bagian abdomen kuadran kanan bawah, pusin, mual muntah.
keluarga Pasien mampu menceritakan kronologis yang terjadi atau yang dirasakan pasien
sehingga menyebabkan keadaannya saat ini, keluarga pasien pun dapat menjawab dengan baik
yang ditanyakan oleh penulis baik secara Verbal maupun nonverbal mengenai riwayat
kesehatan, pola fungsi kesehatan, dan juga pasien menerima untuk diperiksa oleh penulis.
Sebagaimana yang dikatakan dalam buku konsep dasar keperawatan karangan A.Aziz
Alimul bahwa Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
megumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang
harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahun tentang kebutuhan dan sistem
biopsikososial dan spritual bagi manusia yang memandang manusia dari aspek biologis,
psikologi, sosial, dan tinjauan dari aspek spiritual, juga pengetahuan akan kebutuhan akan
perkembangan manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasar), pengetahuan tentang konsep
sehat/sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan tentang
sistem keluarga, dan kultur budaya serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien.
Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat dapat meliputi kemampuan melakukan
observasi secara sistematis
nonverbal melalui tahap pengumpulan data yang merupakan upaya untuk mendaptkan data yang
dapat digunakan sebagai intervensi tentang pasien. Penulis juga melakukan pengelompokan data
yang telah diperoleh untuk dianalisa dan dicocokan antara keluhan dan hasil pemeruiksaan untuk
sterusnya diidentifikasi masalah keperawatan yang dapat muncul sebagaiman yang ditulis oleh
Aziz Almusi dalam buku KDKnya bahwa validasi data merupakan upaya untuk memberikan
Justifikasi pada data yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyektif
dan obyektif yang didapatkan. Dan indentifikasi masalah merupakan tahap akhir dari tahap
pengkajian setelah dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang akan
mengalami ganguan yang ada dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan.
Diagnosa keperawatan teoritis yang muncul pada pasien dengan apendiksitis adalah :
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi dan
peradangan apendiks.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah,
anoreksia dan diare.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan pada BAB sebelumnya maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian.
Pada kasus nyata yang diberikan pada An. Y. N berumur 12 tahun dengan diagnosa
medik Apendiksitis di ruang bedah. Asuhan keperawatan yang diberikan menggunakn
pendekatan proses keperawatan. Pada tahap pengkajian masalah yang muncul adalah pasien
mengeluh nyeri pada perut kanan bawah, panas, mual muntah.
2. Diagnosa Keperawatan.
diagnosa keperawtan pada pasien dengan Apendiksitis ditentukan berdasarkan keluhan atau
respon pasien, seihngga diagnosa yang muncul adalah :
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2) Ansietas b.d tindakan pembedahan.
3. Rencana tindakan
Merupakan bagian Inti dari proses keperawatan karena sebagai keputusan awal yang memberi
arah bagi tujuan yang ingin dicapai dengan memiliki l;angkah-langkah menentukan prioritas
diagniosa keperawatan, merumuskan tujuan. menentukan kriteria hasil, menentukan rencana
tindakan dan rasional serta mendokumentasikannya. Kemudian dibuat rtencana tindakan dalam
bentuk tabel (diagnosa keperawatan, tujuan, Intervensi, Rasional, Implementasi, dan Evaluasi).
4. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, penulis mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk
Intervansi keperawatan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang di tetapkan. Kegiatan
yang akan dilakukan penulis pada An. Y. N Dalam tahap ini adalah komunikas yang efektif.
menciptakan
hubungan
Saling
percaya
dan
Saling
bantu,
melakukan
teknik
Mulai dari pengkajian sampai dengan evalalusi telah didokumentasikan pada catatan
perkembangan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.
B. SARAN
Proses keperawatan merupakan metode yang sistemik yang digunakan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien untuk di harapkan pada pihak-pihak yang
berkompoten dalam bidang keperawatan lainnya yakni :
1. Bagi Rumah Sakit
sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi kepala bidang pelayanan keperawatan yang akan
disampaikan kepada seluruh perawat di Badah bagaimana pentingnya asuhan keperawatan pada
pasien dengan Apendiksitis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dari pihak Institusi diharapkan untuk meningkatkan kamampuan mahasiswa dalam memberikan
asuhan keperawatan melalui penerapan teori dan penelitian di lapangan terlebih khusus di rumah
sakit.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara nyata pada pasien dengan Apendiksitis.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth J. ( 2000 ). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E. ( 1999 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
seperti Entamoeba
histolytica,
Trichuris
trichiura, danEnterobius
APENDISITIS
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
C. KLASIFIKASI
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks.
Apendisitis akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya
akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
a. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
b. Fekalit
c. Benda asing
d. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang
diproduksi
tidak
dapat
keluar
dari
apendiks,
hal
ini
semakin
prabedah,tetapi
ditemukan
secara
kebetulan
pada
APENDISITIS
appendiks.
Posisi
appendiks
adalahretrocaecal (di
belakang
sekum)
65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di
depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%, seperti terlihat
pada gambar dibawah ini.
Anatomi appendiks
Posisi Appendiks
2. FISIOLOGI
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar
yang
dihasilkan
oleh Gut
Associated
Lymphoid
Tissue (GALT)
yang
terdapat
proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen
intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun
tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran
cerna dan seluruh tubuh.
E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
Pathway
Pathway APENDISITIS
F. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan
Rovsings sign
Psoas sign atau Obraztsovas
sign
Obturator sign
Dunphys sign
Ten Horn sign
Kocher (Kosher)s sign
Sitkovskiy (Rosenstein)s sign
Aure-Rozanovas sign
Blumberg sign
triangle kanan
(akan
positif
ShchetkinBloombergs sign)
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan
tiba-tiba
APENDISITIS
G. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi
pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa,
menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan
penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan
orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada
orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43
Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan
belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada
orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis
gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70%
kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari
38,50C,
tampak
toksik,
nyeri
tekan
seluruh
perut,
dan
leukositosis
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Terdiri
dari
pemeriksaan
darah
lengkap
dan C-reactive
protein (CRP).
Pada
dari
pemeriksaan
ultrasonografi
(USG)
dan Computed
Tomography
ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94%
dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
yaitu 90-100% dan 96-97%.
3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi saluran
kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu, dan pankreas.
5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
6. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium
enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma
colon.
7. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis, tetapi
mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi usus halus
atau batu ureter kanan.
APENDISITIS
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan
yang
dapat
dilakukan
pada
penderita
Apendisitis
meliputi
adalah
operasi
membuang
appendiks
(appendektomi).
Penundaan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan
muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien
sekarang.
Kebiasaan eliminasi.
Pemeriksaan Fisik
Sirkulasi : Takikardia.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising
usus.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
APENDISITIS
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh
inflamasi)
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peritaltik.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
informasi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
dilakukan
asuhan
1. Kaji tingkat nyeri, lo
agen injuri biologi (distensi jaringan keperawatan, diharapkan nyeri klien nyeri.
intestinal oleh inflamasi)
nyeri,
mampu
mengurangi
nyeri,
mencari nyeri
bantuan)
3. Ajarkan
tehnik
diafragmatik lamba
HR(60-100x/menit),
(16-24x/menit),
suhu
4. Berikan
(36,5-
dengan anggota ke
37,50C)
Klien
aktivitas
tampak
rileks
5. Observasi tanda-ta
mampu
tidur/istirahat
6. Kolaborasi dengan
pemberian analgeti
2.
Perubahan
pola
(konstipasi) berhubungan
eliminasi Setelah
dilakukan
asuhan
1. Pastikan kebiasaa
penurunan peritaltik.
Feses lunak
2. Auskultasi bising us
4. Berikan makanan ti
Kekurangan
volume
cairan Setelah
dilakukan
asuhan
1. Monitor tanda-tanda
keperawatan
diharapkan
keseimbangan
cairan
dapat
Haluaran
urin
adekuat:
BB/jam
Tanda-tanda
vital
dalam
normal
batas
4. Auskultasi bising u
(16-24x/menit),
37,50C)
suhu
(36,5- bibir.
6. Pertahankan pengh
7. Kolaborasi
pembe
elektrolit
4.
dilakukan
asuhan
1. Evaluasi tingkat a
Melaporkan
ansietas
Tampak rileks
menurun
prosedur sebelum d
3. Jadwalkan istirahat
menghentikan tidur
4. Anjurkan
keluarga
disamping klien
POST OPERASI
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan agen Setelah
injuri fisik (luka insisi post operasi keperawatan,
NOC
dilakukan
diharapkan
asuhan
1. Kaji skala nyeri lok
appenditomi).
Tanda-tanda
vital
dalam
normal
2. Monitor tanda-tanda
3. Pertahankan istirah
batas
powler.
(16-24x/menit),
suhu
(36,5-
37,50C)
invasif
(insisi
post keperawatan
pembedahan).
dilakukan
diharapkan
asuhan
1. Kaji adanya tanda
infeksi area insisi
Menunjukkan
kemampuan
2. Monitor tanda-tanda
demam,
meng
3. Lakukan teknik i
enterik, termasuk c
4. Pertahankan teknik
perawatan
luka
bersihkan dengan b
5. Awasi / batasi p
kebutuhan.
6. Kolaborasi tim me
antibiotik
3.
Defisit
self
care
berhubungan Setelah
dilakukan
asuhan
1. Mandikan pasien se
dengan nyeri.
dapt
dipertahankan
kriteria hasil:
ADLs
klien
dapat
bersih.
mandiri
atau
3. Berikan Hynege Ed
dengan bantuan
keluarganya
te
kebersihan diri.
4. Berikan
pujian
kebersihannya.
5. Bimbing keluarga
menyeka pasien
4.
Kurang
pengetahuan
tentang Setelah
dilakukan
pengetahuan
asuhan
1. Kaji
ulang
pe
diharapkan pascaoperasi
bertambah
dengan
kriteria hasil:
menyatakan
pemahaman
berpartisipasi
pengobatan
dalam
proses
2. Anjuran mengguna
3. Diskusikan perawa
mengamati balutan
dan
kembali
mengangkat jahitan
4. Identifikasi
evaluasi
nyeri
gejala
medic,
edema/erite
drainase, demam
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
Fatma. (2010). Askep Appendicitis. Diakses http://fatmazdnrs.blogspot.com/2010/08/askepappendicitis.html pada tanggal 09 Mei 2012.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Nuzulul. (2009). Askep Appendicitis. Diakseshttp://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail35840-Kep%20Pencernaan Askep%20Apendisitis.html tanggal 09 Mei 2012.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC
2. Diagnosa
Resiko
tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
prosedur
invasive
appendiktomi.
3. Intervensi
a. Diagnosa 1 :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan
tepat. R/ Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan
penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.
b. Diagnosa 2 :
Tujuan :
Toleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Berikan
aktivitas
sesuai
dengan
keadaan
klien.
R/
Meningkatkan
Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif. R/ Memperbaiki
mekanika tubuh.
Bantu
klien
dalam
melakukan
aktivitas
yang
memberatkan.
R/
Kriteria Hasil :
Intervensi :
d. Diagnosa Keperawatan 4 :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh. R/ Indikator hidrasi
volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi
Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa. R/ Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti.