Anda di halaman 1dari 96

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PEMKAB JOMBANG


2013
1.1

Definisi Apendisitis

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam


kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.
Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis
dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis,
2007).
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi
terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan,
tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007).

1.2

Etiologi Apendisitis

Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia


Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan. Namun elastisitas
dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan
intra lumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.

Penyebab lain yang muncul :


1.

Adanya benda asing seperti biji bijian, Seperti biji Lombok, biji jeruk dll

2.

Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan

streptococcus
3.

Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30

tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan


limpoid pada masa tersebut.
4.

Tergantung pada bentuk appendiks

5.

Appendik yang terlalu panjang

6.

Messo appendiks yang pendek

7.

Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

8.

Kelainan katup di pangkal appendiks

1.3

Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau


tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda
asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya
apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab
terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik. Adanya benda asing seperti :
cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab
lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid ).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium
viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal
X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga
menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu
pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang
berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan
timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.
Pada anak anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang
relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh
yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan
pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.Bila appendisitis infiltrat ini
menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka
terjadi appendisitis kronis.

1.4

Klasifikasi Apendisitis

Klasifikasi Apendisitis ada 2 :


1.

Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,

yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi,
yaitu sudah bertumpuk nanah.
2.

Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,

setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

1.5

Manifestasi Klinis Apendisitis

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari :


1.

Mual, muntah

2.

Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara

mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual
dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke
perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
3.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian

perut.
4.

Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di

daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri
dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

1.6

Penatalaksanaan Apendisitis

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.


Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik
dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan
untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan
resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan
insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode
terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi

dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu
juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami
setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam,
gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini
penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan
dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.

1.7

Komplikasi Apendisitis

1.

Perforasi dengan pembentukan abses

2.

Peritonitis generalisata

3.

Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang

PANDUAN PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA
IDENTITAS KLIEN
Nama

Ny. L

Umur

: 43 Tahun

Jenis Kelamin

Suku/Bangsa

Agama

Tgl. MRS
P

: 14-1-2013

Diagnosis medis

: Appendisistis

Tgl Pengkajian: 15-1-13 (11.00)

Pendidikan

I.

: 159000

Pekerjaan
Alamat

No. Reg

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

Keluhan utama :
Nyeri pada perut bagian bawah kanan
1.1.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasa badannya panas dan perut sebelah kanannya nyeri kemudian
pasien berobat ke perawat desa tempat pasien tinggal. Dari perawat desa
pasien diberi obat pencahar melalui rute rectal, karena kondisi pasien masih
tetap sama pasien dianjurkan oleh perawat desa untuk USG di Persada hasil
USG adalah pasien (+) menderita Appendisitis. Setelah pasien selesai USG
pasien dirujuk ke RSUD jombang.
Pada tanggal 14-1-13 pasien MRS di IGD RSUD Jombang, di IGD pasien

diberi tindakan infus dan obat analgetik, setelah 2 jam pasien pindah ke ruang
Mawar, diruang mawar pasien diberi obat ranitidin, ceftriaxone dan cairan
infus.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendisitis
Qualitas

: nyeri seperti tertusuk-tusuk

Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney


Skala : 5
Time : hilang timbul
Upaya yang telah dilakukan : Pasien berobat pada perawat desa
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Pemeriksaan USG
1.2.

Riwayat Kesehatan Terdahulu

Penyakit berat yang pernah diderita

: pasien memiliki sesak

Obat-obat yang biasa dikonsumsi

: pasien biasanya mengonsumsi obat

asma saat penyakitnya kambuh


Kebiasaan berobat

: pasien berobat pada tenaga kesehatan

Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan : pasien


alergi pada bau-bauan yang menyengat.
1.3.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Sebelumnya pada keluarga pasien tidak ada penyakit menular dan tidak ada
penyakit keturunan.
1.4.

Riwayat Kesehatan Lingkungan

Letak rumah pasien berada didekat sungai, jika sewaktu-waktu terdapat


sampah yang memenuhi sungai dan menimbulkan bau tidak sedap pasien
akan mengalami serangan asma.
PEMERIKSAAN FISIK
1.5.

Tanda-tanda Vital, TB dan BB :

S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)

RR : 30x/menit (regular)
1.6.
A.

PEMERIKSAAN PER SISTEM


Sistem Pernapasan

Anamnesa : Pasien biasanya batuk tidak produktif


Hidung:
Inspeksi: Nafas cuping hidung tidak ada, Secret / ingus tidak ada, oedem
pada mukosa tidak ada, kebersihan bersih, deformitas tidak ada, pemberian
O2 tidak ada.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, fraktur tulang nasal tidak ada.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir tidak sianosis, Alat bantu nafas ETT tidak ada.
Sinus paranasalis
Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis normal
Palpasi : nyeri tekan tidak ada

Leher
Inspeksi : trakheostomi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, adanya massa tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada, posisi trachea di tengah.
Faring :
Inspeksi : kemerahan tidak ada, oedem / tanda-tanda infeksi tidak ada
Area dada:
Inspeksi: pola nafas teratur, penggunaan otot Bantu pernafasan tidak
ada,pergerakan dada simetris, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi :
ekspirasi normal), trauma dada tidak ada, pembengkakan tidak ada.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, bengkak tidak ada.
Auskultasi : Suara nafas tambahan tidak ada

B.

Cardiovaskuler Dan Limfe

Anamnesa: nyeri dada tidak ada, sesak saat mencium bau menyengat
Wajah
Inspeksi : sembab(-), pucat(-), sianosis(-), pembuluh darah mata pecah(-),
konjungtiva anemis.
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis tidak ada
Palpasi : Arteri carotis communis(-)
Dada
Inspeksi

: bentuk dada simetris, odema tidak ada.

Perkusi

: batas jantung normal

Auskultasi

: bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) tidak ada kelainan bunyi

jantung.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis(-), clubbing finger(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises(-), sianosis(-), clubbing finger(-), oedem(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat, oedemq(-)
C.

Persyarafan

Anamnesis : Pada pasien tidak mengalami nyeri kepala berputar-putar,nyeri


kepala sebelah,hilang keseimbangan, mual dan muntah, perubahan
berbicara, dan tremor.

Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan

persyarafan):
1.

Uji nervus I olfaktorius ( pembau)

Pasien dapat membedakan bau-bau yang menyengat dan tidak menyengat


(seperti minyak kayu putih,parfum dan kopi).
2.

Uji nervus II opticus ( penglihatan)

Pada pasien pandangan sudah agak kabur dikarenakan faktor usia.


Jarak pandangan antara 20-30cm.
3.

Uji nervus III oculomotorius

Pada pasien tidak terdapat oedema kelopak mata,tidak terdapat sklera mata
jauh,bola mata menonjol dan celah mata sempit,tetapi pasien konjungtiva
matanya anemis.
4.

Nervus IV toklearis

Pasien diperiksa pupilnya normal dan refleks pupilnya normal pada saat diberi
sinaran oleh cahaya.
5.

Nervus V abdusen :

Pada pasien saat dilakukan pemeriksaan gerak bola mata, pergerakannya


adalah normal antar mata kanan dan kiri.
6.

Uji nervus VI facialis dengan cara : kedua alis mata simetris

7.

Nervus VII auditorius/AKUSTIKUS :

Pada pasien pendengaran normal tidak ada gangguan pada pendengaran.


8.

Nervus VIII vagus:

Pada pasien pergerakan lidahnya dapat bergerak penuh dan tidak ada
gangguan pada pergerakan lidah pasien,dapat menelan secara normal.
9.

Nervus IX aksesorius :

Pada pasien pergerakan kepala dan bahu normal. Kepala dapat menggeleng,
menoleh kanan dan kiri. Dan bahu dapat bergerak penuh.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya,dapat berkomunikasi dengan baik.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu : E4,M6,V5
-

Eye/membuka mata (E) :

4 = dapat membuka mata spontan


-

Motorik (M) :

6 = dapat bergerak sesuai perintah


- Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu

D.

Perkemihan-Eliminasi Uri

Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan
dapat BAK dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara
1500-1600cc
Kandung kemih:
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
Ginjal :
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
E.

Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi

Anamnesa : Nafsu makan pasien bagus, pasien makan dengan pola pagisiang-malam tetapi tidak selalu habis, tidak ada keluhan mual muntah, nyeri
tenggorokan, maupun gangguan menelan. Pada hari dilakukan pengkajian
pasien belum BAB. Pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah kanan.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendik
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (1) karies

(-), terdapat plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar parotis (-)
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
Faring - Esofagus :
Inspeksi : warna palatum merah muda
Palpasi : pembesaran kelenjar(-)
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal, tidak tampak vena
porta hepatika
Auskultasi
Perkusi

: bising usus normal


: hipertympai

Palpasi:
Kuadran I:
hepatomegali(-), nyeri tekan(-)Hepar
Kuadran II:
nyeri tekan abdomen(-)Gaster
splenomegali(-)Lien
Kuadran III:
Terdapat massa
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
F.

Sistem Muskuloskeletal & Integumen

Anamnese : tidak ada nyeri dan tidak terjadi kelemahan ekstremitas


Warna kulit
Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-), kulit tidak bersisik
Kekuatan otot

Fraktur : pasien tidak mengalami fraktur dan tidak pernah ada riwayat fraktur
Luka : tidak ditemukan luka pada tubuh pasien
G.

Sistem Endokrin dan Eksokrin

Anamnesa: tidak merasakan kram, pandangan kabur sesuai penambahan


usia, perubahan berat badan dan tinggi badan normal, kesulitan menelan(-),
berkeringat(-), tremor(-), hot flushes (panas pada wajah tidak ada)
Riwayat KB : pasien tidak pernah melakukan KB karena setiap selesai
melahirkan pasien langsung melakukan kiret.
Kepala :
Inspeksi

: distribusi rambut(menyebar), tebal, kerontokan(-)

Leher
Inspeksi

: bentuk(normal), pembesaran kelenjar thyroid(-), perubahan

warna(-).
Palpasi

: pembesaran kelenjar(thyroid, parathyroid tidak ada), nyeri

tekan(-),suhu badan hangat


Payudara
Inspeksi

: pembesaran mamae (-)

Genetalia :
Inspeksi

: Rambut pubis (ketebalan merata, kerontokan tidak ada), bersih,

pengeluaran (darah, cairan, lender tidak ada).


Palpasi

: benjolan(-),

Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting(-)
H.

Sistem Reproduksi

Anamnesa :
1.

cyclus haid (normal), lama haid(7hari),darah banyak & sifat(cair), flour

albus (normal tidak bau dan warna normal),disminore(-), terjadi nyeri

punggung saat menstruasi


2.

Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana

a.

Pernah hamil,4x hamil,keguguran pada hamil ke dua,penyulit dalam

kehamilan adalah sakit pinggang. jarak kehamilan anak ke-1 dan ke-2
7tahun.
b.

Selama 3x persalinan:persalinan 1&2 normal dan kiret,persalinan terakhir

melalui SC.
Payudara
Inspeksi

: bentuk(normal),kebersihan(+), warna areola(coklat

kehitaman),

bentuk papilla

mamae(normal),massa(-),luka(-),payudara(simetris).
Palpasi

:benjolan(-), pengeluaran(-), nyeri tekan(-).

Axilla :
Inspeksi
Palpasi

: benjolan(-).
: teraba benjolan(-).

Abdomen:
Inspeksi
Palpasi

: pembesaran abdomen(-), luka post SC(-).


: pembesaran (-),massa(-).

Genetalia :
Inspeksi : Rambut
pubis(merata),kebersihan(+),odema(-),varices(-),benjolan(-), pengeluaran (-),
tanda-tanda infeksi(-).
Palpasi
I.

: benjolan(-), massa(-), dan nyeri tekan(-).

Persepsi sensori :

Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunangkunang(-), penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing
dalam mata(-), penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, lesi Papelbra ( normal ), Bulu mata

(menyebar), produksi air mata(normal).


Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran(normal),reflek cahaya pada pupil(normal).
Lensa : Normal jernih dan transparan.
Sclera : warna ( putih normal)
Palpasi:
Teraba lunak, nyeri dan pembengkakan kelopak mata(-), palpasi kantong
lakrimal(normal).
Penciuman (Hidung) :
Palpasi : Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina (tidak
nyeri),Pembengkakan(-), Deformitas(-).
Perkusi : regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila
palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).
J.

POLA KONSEP DIRI

1.

CitraTubuh :

Pasien menyadari keadaannya sekarang tidak seperti dulu lagi.


2.

Ideal Diri :

Sikap pasien sesuai dengan stadart prilaku,tidak ada penyimpangan perilaku.


3.

HargaDiri :

Pasien merasa senang karena apa yang dia harapkan sesuai dengan apa
yang terjadi dengan keadaannya.
4.

Peran Diri :

Pasien berprilaku seperti biasanya di lingkungannya sesuai dengan keadaan


dia sekarang.
5.

Identitas Diri

Pasien menyadari akan keadaan dirinya saat ini jika pasien sedang sakit
K.

POLA PERSEPSI TATA LAKSANA HIDUP SEHAT

1.

Pasien mempunyai kebiasaan pola makan sehat dan mencuci tangan se

sering mungkin.

2.

Pasien bila merasakan keluhan sakit pada dirinya tidak pernah beli obat

ke toko atau pun ke dukun,pasien beli obat ke apotik atau langsung ke mantri.
3.

Pasien belum mandi selama 2 hari di rumah sakit tetapi

L.

POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL

Pasien selalu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang di anut yaitu
agama islam bila tidak menstruasi dan sejak sakit pasien lebih mendekatkan
diri pada allah SWT .
M.

POLA MEKANISME KOPING

Pasien selalu berdoa dan berusaha mencari jalan keluarnya terhadap


masalah yang di hadapinya.
N.

HUBUNGAN PERAN

Pasien sejak melakukan perawatan di rumah sakit,peran di masyarakat di


gantikan oleh keluarganya.
O.

POLA ISTIRAHAT TIDUR

Aktivitas klien di rumah yaitu menjahit dan pasien jarang tidur siang,hanya
tidur malam selama kurang lebih 6jam.
P.

POLA PSIKOSOSIAL

Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan kemarahan, kesedihan, kesakitan,


gelisah, melamun, takut, bingung maupun diam, pasien lebih aktif bicara
untuk melupakan rasa nyerinya.
Interaksi klien dengan orang lain baik,pasien paling dekat dengan
suami,dukungan keluarga sangat baik, kelompok dan masyarakat
mengunjungi saat pasien sakit.
Hubungan dan respon baik dengan perawat maupun dokter.

ANALISA DATA
Nama Pasien
No RM

: 159000

Dx. Medis
NO
1

: Ny. Luluk Sumarliyah

: Appendisitis

TANGGAL
14-01-13

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

DS : pasien mengatakan bagian perut kanannya nyeri

DO : pasien menyeringai saat bagian perut kanannya ditekan


TTV:
S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)
RR : 30x/menit (regular)

Adanya peradangan benda asing karna firbasi

pada appendik sehingga menyebabkan appendisitis


2

14-01-13

Nyeri akut

DS : Pasien mengatakan kesulitan tidur karna tidak terbiasa

dengan kondisi yang sekarang.


DO : lingkungan tempat pasien tidur banyak pasien lain dan keluarga
sehingga kenyamanan saat tidur berkurang
dalam satu ruangan perawatan
Lingkungan tidak kondusif untuk istirahat

Banyak pasien dan keluarga

Gangguan pola tidur

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Tanggal

No Diagnosa

Diagnosa Keperawatan

14-01-2013
14-01-2013
(00132)
(00198)

Nyeri akut

Gangguan pola tidur

DAFTAR PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal

No Diagnosa

Prioritas Diagnosa Keperawatan

(00132)
(00198)

Nyeri akut

Gangguan pola tidur

1.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1

: kenyamanan fisik

NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)

Nyeri akut

DEFINITION:
Pengalaman sensori dan emosional yan tidak menyenangkan yang muncul

akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan
DEFINING CHARACTERISTICS

Perubahan frekuensi pernapasan

Indikasi nyeri dapat diamati

Gangguan tidur

Melaporkan nyeri secara verbal

Perubahan tekanan darah

RELATED FACTORS:
Agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
ASSESSMENT

Subjective data entry:

Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah kanan

Objective data entry


pasien menyeringai saat bagian perut kanannya ditekan
TTV:
S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)
RR : 30x/menit (regular)
DIAGNOSIS

Client

Diagnostic
Statement:

Ns. Diagnosis (Specify):

Nyeri akut
Related to:
Berhubungan dengan Agens cedera biologis

NOC : Control nyeri-1605


Def : tindakan pribadi untuk mengontrol rasa nyeri
INDIKATOR
Cukup
1

Tidak mencukupi

Sedikit mencukupi

Agak mencukupi

Sangat mencukupi
3

mengakui timbulnya nyeri


menjelaskan faktor-faktor penyebab
menggunakan buku harian untuk memantau gejala dari waktu ke waktu
menggunakan langkah-langkah pencegahan
digunakan tindakan bantuan non analgesic
menggunakan analgesik seperti yang direkomendasikan
mengakui gejala terkait sakit
laporan pengendalian nyeri
NIC :
INTERVENSI

AKTIFITAS

Manajemen Nyeri-1400
Def : Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang
diterima oleh pasien

melakukan penilaian yang komprehensif rasa sakit

untuk memasukkan lokasi, karakteristik, onset / durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus

menjamin perawatan pasien perhatiam analgesik

mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa sakit

mengeksplorasi dengan faktor pasien yang meningkatkan / memperburuk

nyeri

mengevaluasi, dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas kontrol nyeri

ukuran masa lalu yang telah digunakan

membantu patien dan keluarga untuk mencari dan memberikan dukungan

menentukan frekuensi yang diperlukan untuk membuat penilaian

kenyamanan patien dan mengimplementasikan rencana pemantauan.

2.

Gangguang pola tidur berhubungan dengan kondisi lingkungan tidak

kodusif

Domain 4

Kelas 1

: Aktivitas/ Istirahat
: Tidur/ Istirahat

NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)

Gangguan Pola Tidur

DEFINITION:

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor

eksternal
DEFINING CHARACTERISTICS

Perubahan pola tidur normal

Keluhan verbal merasa kurang istirahat

Kurang puas tidur

Melaporkan sering terjaga

RELATED FACTORS:
ASSESSMENT

Berhubungan dengan suara bising disekitarnya

Subjective data entry

Pasien mengeluh kesulitan tidur karena lingkungan sekitar yang kurang


kondusif
Objective data entry
Lingkungan tempat pasien tidur banyak pasien dan keluarga sehingga
kenyamanan saat tidur berkurang
DIAGNOSIS

Client

Diagnostic
Statement:

Ns. Diagnosis (Specify):

Gangguan Pola Tidur


Related to:
Berhubungan dengan suara bising disekitarnya

NOC : Rest
Domain 1
Kelas A

: kesehatan fungsional
: pemeliharaan energi

INDIKATOR
Cukup
1

Tidak mencukupi

Sangat mencukupi
3

Jumlah istirahat (000301)


Pola istirahat (000302)

Sedikit mencukupi

Agak mencukupi

Kualitas istirahat (000303)


Istirahat fisik (000304)
Istirahat mental (000305)
Istirahat emosional (000308)
Energi yang dipulihkan setelah istirahat (000309)
Penampilan beristirahat (000310)
NIC :
INTERVENSI

AKTIFITAS

Sleep Enhancement (tidur tambahan)


Def : fasilitasi rutin tidur / siklus bangun

menentukan tidur pasien / pola

aktivitas

perkiraan pasien rutin tidur / bangun siklus dalam perencanaan perawatan

memantau / catatan pasien pola tidur dan jumlah jam tidur

anjurkan pasien untuk memonitor pola tidur

menyesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, kasur, dan tempat

tidur) untuk mempromosikan tidur

melakukan / menerapkan ukuran kenyamanan pijat, posisi dan sentuhan

afektif

PENGERTIAN
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang
palingsering(Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis
adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis
mukosa menyebabkan inflamasi(Wilson&Goldman,1989).

Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan
iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston,1995) .
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

ETIOLOGI

Fekolit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.

Tumor apendiks.

Cacing ascaris.

Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.

Hiperplasia jaringan limfe.

MANIFESTASI KLINIS

Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah

Anoreksia

Mual dan Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).

Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.

Nyeri lepas.

Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.

Konstipasi.

Diare.

Disuria.

Iritabilitas.

Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah
munculnya gejala pertama.

PENATALAKSANAAN APPENDICITIS
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
Sebelum operasi

Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

Rehidrasi

Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.

Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk


membuka pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.

Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.


Operasi

Apendiktomi.

Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen


dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau


abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi
dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
Pasca operasi

Observasi TTV.

Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah.

Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.

Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan


sampai fungsi usus kembali normal.

Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 230 menit.

Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :

Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi

Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitis

Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran

ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan
harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada
pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai
dengan :

Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi

lagi.

Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya


teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.

Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di
tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak,
lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit
perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa
peritonitis umum.
PROSES KEPERAWATAN KLIEN APPENDICITIS
PENGKAJIAN
WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :

Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke


perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.Sifatkeluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual
dan muntah, panas.

Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan


klien sekarang.

Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

Kebiasaan eliminasi.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Sirkulasi : Takikardia.

Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

Aktivitas/istirahat : Malaise.

Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.

Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang


meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan/posisi duduk tegak.

Demam lebih dari 38oC.

Data psikologis klien nampak gelisah.

Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.

Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.


Pemeriksaan Penunjang

Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin


terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau
ileum).

Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.

Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.

Pada enema barium apendiks tidak terisi.

Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya muncul pada klien
dengan appendicitis adalah :
1.

Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan/insisi bedah ; Trauma


jaringan ; Dstensi jaringan usus oleh inflamasi

2.

Aktual / Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah ; Kehilangan


volume cairan secara aktif ; Kegagalan mekanisme pengaturan ; Pembatasan pasca operasi
(puasa)

3.

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


Ingesti ; Digesti ; Absorbsi

4.

Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan ; Kemungkinan dilakukannya


operasi

5.

Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya pertahanan tubuh ; Prosedur


invasive (insisi bedah)

6.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi ; Keterbatasan


kognitif

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


1.

Mengurangi nyeri

Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.

Observasi ketidaknyamanan non verbal

Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang
tidak terburu-buru.

Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap


ketidaknyamanan.

Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.

Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

1.

Mempertahankan keseimbangan cairan

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

Monitor vital sign dan status hidrasi.

Monitor status nutrisi

Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.

Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.

Atur kemungkinan transfusi darah.

1.

Memenuhi kebutuhan nutrisi

Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

1.

Mengurangi kecemasan

Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur dan tujuan dilakukan tindakan
pembedahan

Brbincang dengan klien mengenai apa yang akan dikerjakan

Menggunakan pendekatan yang tenang untuk meyakinkan klien

Memotivasi keluarga untuk selalu menemani klien

1.

Menghindari infeksi

Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic

Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi

Memberikan antibiotic sesuai indikasi

1.

Memberikan pendidikan kesehatan

Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya

Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan perkembangan
kondisi klien

EVALUASI
1.

1.

Melaporkan berkurangnya nyeri

Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat

Cairan tubuh seimbang

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal.

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa


lembab.

1.

1.

Tidak ada rasa haus yang berlebihan

Nutrisi terpenuhi

Mempertahankan berat badan.

Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.

Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.

Turgor kulit baik.

Kecemasan berkurang

Klien tampak tenang

Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang


akan dilakukan

1.

1.

Menunjukan tidak ada tanda infeksi

Luka sembuh tanpa tanda infeksi

Cairan yang keluar dari luka tidak purulen

Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:
Mosby Yearbook,Inc.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Appendiksitis merupakan peradangan dari apendiks vermiformis
dan juga penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. Apendisitis
disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks yang dapat
menyebabkan hyperplasia, limfoid, fekalit, benda asing striktur karena
vibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. (Mansjoer,
2000 : 307) Penyumbatan tersebut dapat menyebabkan pembengkakan,
infeksi dan ulserasi, bila keadaan ini dibiarkan terus maka akan terjadi
nekrosis, gangren dan perforasi (Price,S.A. 2005 : 448)

Apendisitis adalah peradangan apandiks yang relatif yang sering


dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah
obstruksi apandiks oleh tinja atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darah (corwin, Elisabeth. 2000 : 529). penyebab apendisitis
paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dari rongga
abdomen. Menifestasi yang sering muncul adalah nyeri abdomen pada
kuadran kanan bawah biasanya disertai demam ringan, mual, muntah
dan nyeri tekan lokal pada titik MC Burney. Bila apendisitis tidak diatasi
dapat berlanjut menjadi abses, perforasi, selanjutnya peritonitis dan
kematian. (Smeltzer, Suzanne. C. 2001 : 1098)
Dalam penelitian ditemukan bahwa ulserasi mukosa merupakan
langkah awal dari terjadinya apendisitis daripada sumbatan pada lumen.
Penelitian terakhir menunujukkan bahwa ulserasi mukosa berjumlah
sekitar 60 hingga 70 % kasus, penyebabnya tidak diketahui sampai
sekarang diperkirakan disebabkan oleh virus (Price, S. A 2005 : 448). Di
Amerika kasus apendisitis didapatkan 4 : 10.000 pada anak umur
dibawah 14 tahun lebih dari 80.000 kasus dalam setahun. Sedangkan di
Indonesia pada tahun 1991-2000 ada penurunan jumlah kasus dari 100
kasus menjadi 52 kasus setiap 100 ribu penduduk Penelitian
epidemologi menunjukkan peran kebiasaan mengkonsumsi makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi dapat menimbulkan penyakit
apendisitis. Konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan
intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman atau bakteri seperti escherichia coli,
yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan
usus buntu atau apendiks. (http://medlinux.com/2008/12/appendicitis).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit
Umum Daerah Atambua, selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2007
jumlah pasien apendisitis yang dirawat sebanyak 123 orang dengan
prosentase 3,35 %, tahun 2008 jumlah pasien apendisitis yang dirawat

sebanyak 174 orang dengan prosentase 2,37 %. Sedangkan pada tahun


2009 (JanuariJuni) jumlah pasien apendisitis yang dirawat sebanyak
115 orang dengan prosentase 3,58 %.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya
apendisitis adalah dengan banyak mengkonsumsi makanan yang
berserat sehingga dapat mengurangi konstipasi dan menghindari
makanan yang berbiji (http: //www.infopenyakit.com / 2008 / 09 /
penyakit - appendicitis). Penanganan apendisitis yang paling tepat
adalah dengan tindakan operasi yaitu apendektomi. Pembedahan
dilakukan
apabila
diagnosa
apendisitis
telah
ditegakkan.
Penatalaksanaan yang diberikan sebelum operasi meliputi observasi 812 jam, pemberian antibiotik dan cairan IV, pemberian analgesik setelah
diagnosa ditegakkan, pasien di minta untuk tibah baring dan di
puasakan. Sedangkan pasca operasi meliputi observasi TTV, pasien di
baringkan dalam posisi fowler, bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan
maka pasien dikatakan baik, satu hari pasca operasi pasien dianjurkan
untuk duduk tegak di tempat tidur. (Manjoer, Arif. 2000:308)
Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis tertarik untuk
memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Apendisitis dengan
Pendekatan Proses Keperawatan di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Atambua.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana cara


memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis
dengan pendekatan proses keperawatan.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Apendisitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan apendisitis.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan prioritas masalah
pada pasien dengan apendisitis.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien
apendisitis.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien apendisitis.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan serta mendokumentasikan
dengan benar.
D. MANFAAT PENULISAN
1.
Bagi Perawat
Memberikan masukan tentang bagaimana perawatan pasien
apendisitis dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi :
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi.

2.

Bagi Institusi

a. Memberikan gambaran kemampuan Mahasiswa dalam menerapkan


teori dan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan apendisitis.
b. Memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan apendisitis.
3.

Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi dalam melaksanakan


keperawatan pada pasien dengan apendisitis.
4.

asuhan

Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan asuhan


keperawatan pada pasien dengan apendisitis.

E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan proposal ini metode yang dipakai adalah metode
deskriptif melalui studi pustaka dan studi kasus.
Studi pustaka diambil dari bukubuku perpustakaan dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan masalah apendisitis, sedangkan
studi kasus diambil dari Ruang Bedah RSUD Atambua. Teknik penulisan
dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, laboratorium
catatan medik dan catatan perawat.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
: Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan teoritis menguraikan tentang konsep dasar keperawatan.
BAB III
: Tinjauan kasus menguraikan tentang pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV
: Pembahasan
BAB V
: Menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1.
Pengertian
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran kanan bawah dari rongga abdomen, penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat.
(Smeltzer, Suzanne. C. 2001 : 1097)
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki antara 10-30 tahun.
(Mansjoer, Arif. 200: 307)
Apendisitis adalah peradangan apendiks yang relatif sering
dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah
obstruksi apendiks oleh tinja atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahnya.
(Corwin, E. J, 2000 : 529)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan bila
infeksi bertambah parah, usus buntu ini bisa pecah. Usus buntu
merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak diperut kanan bawah. Strukturnya seperti
bagian usus lainnya.
(http : // downloads. Ziddu. Com / appendicitis)
Jadi dapat disimpulan bahwa apendisitis adalah peradangan dari
apendiks vermiformis yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas dan

merupakan penyebab akut yang paling sering terjadi pada kuadran


kanan bawah rongga abdomen.

2.

Etiologi

Penyebab apendisitis umumnya disebabkan oleh : infeksi bakteri,


faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan sampai sekarang belum
dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan
(obstruksi) pada pasien saluran (lumen) apendiks oleh timbunan tinja /
feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
striktur.
(http: // www.infopenyakit.com / 2008 / 09 / penyakit appendicitis)
Diantara beberapa faktor diatas, yang sering ditemukan adalah
faktor penyumbatan oleh tinja / feces dan hyperplasia jaringan limfoid.
3.

Klasifikasi

Klasifikasi Apendisitis terbagi atas 2 yaitu :


a.
Apendisitis akut, dibagi atas : Apendisitis akut fokalis atau
segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local. apendisitis
purulenta difusi yaitu sudah bertumpuk nanah.
b.
Apendisitis kronis dibagi atas : Apendisitis kronis fokalis atau
parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis
obliteritiva yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
(http : // downloads. Ziddu. Com / appendicitis)
4.

Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen


apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak,
namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang meningkatkan
edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
kuadran kanan bawah rongga abdomen. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus
yang berdekatan akan bergerak ke atas apendiks hingga timbul suatu
massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks
tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
(Mansjoer, Arif. 2000 : 307)

5. PATWAY

Ulserasi pada dinding epitel apentiks

Terputusnya kontinuitas
jaringan

1.

2.

7.
1.

2.

6. Manifertasi Klinis
Tanda dan gejala apendisitis bervariasi tergantung stadiumnya :
Apendisitis akut (mendadak)
Gejala yang ditimbulkan, demam tinggi, mualmuntah, nyeri perut kanan
bawah, saat berjalan terasa sakit, namun tidak semua orang akan
menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga bersifat meriang atau mual
muntah saja.
Apendisitis Kronik
Gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maaq dimana terjadi nyeri
samara (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang
hilang timbul. Kadang disertai dengan rasa mual, bahkan muntah,
kemudian nyeri tersebut akan pindah ke perut kanan bawah dengan
tanda tanda yang khas pada apendiks akut nyeri pada titik penyakit Mc
Burney.
(http://www.infopenyakit.com/2008/09/ appendicitis )
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi akan tanpak adanya pembengkakan rongga perut dan
dinding perut tempak mengencang (distensi) pada palpasi di daerah
perut kanan bawah, bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri.
Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan kenaikan sel darah


putih (leukosit) hingga sekitar 10.00018.000 / mm3
3. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit, namun
pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosa
apendisitis. USG cukup membantu dalam menegakkan diagnosa (7197
%) terutama pada wanita hamil dan anakanak.
Tingkat keakuratan yang paling tinggi dengan pemeriksaan CT. Scan
(9398 %)
(http://www. Infopenyakit. Com/2008/09/ penyakit - appendicitis)
8. Penatalaksanaan
1. Sebelum Operasi
Observasi
Dalam 812 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis
sering kali belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dilakukan, pasien diminta untuk melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun
bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta
pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik.
Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan
dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah
timbulnya keluhan. (Mansjoer, Arif. 2000 : 308)
Antibiotik
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.
Analgesik
dapat
diberikan
setelah
diagnosa
ditegakkan.
(Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1099)
c. Operasi Apendektomi
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan
segara mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat

dilakukan dibawah anestesi umum atau spiral dengan insisi abdomen


bawah atau dengan laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang
sangat efektif. (Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1099)
9. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10
% - 32 %. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi
secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup
demam dengan suhu 37,7 OC atau lebih tinggi, penampilan toksis, dan
nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
(Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1099)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. ( Nursalam, 2001 : 17 )
Pre Operasi
Pengkajian pre operasi pasien dengan apendisitis adalah :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia
c. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal Diare ( kadang kadang )
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan / nyeri lepas, kekakuan.Penurunan atau
tak ada bising usus
d. Makanan / cairan
Gejala :
Anoreksia, nual / muntah

e. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara
umbilicus dan tulang ileum kanan ) Meningkat karena berjalan, bersin,
batuk atau napas dalam ( nyeri berhenti tiba tiba diduga perforasi atau
infark pada apendiks )
Tanda :
Berbaring ke samping atau terlentang dengan lutuk ditekuk,
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan / posisi duduk tegak.
f. Keamanan
Tanda :
Demam
g. Pernapasan
Tanda :
Takipnea, pernapasan dangkal
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitis dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
( Nursalam, 2001 : 35 )
Diagnosa keperawatan pada pasien apendisitis adalah :
Pre Operasi
3. Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah masalah yang di identifikasi
pada diagnosa keperawatan. ( Nursalam, 2001 : 61 )
Perencanaan pada pasien apendisitis sebagai berikut :
Pre operasi

Diagnosa 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi dan


peradangan apendiks.
diharapkan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : pernapasan normal, sirkulasi
normal.
Intervensi dan Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik nyeri ( skala 0 10 )
R/. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indicator
secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
2. Anjurkan Pernapasan Dalam
R/. Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga
otot otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R/. Mengurangi nyeri dan menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi terlentang.
4. Berikan Aktivitas Hiburan
R/. Meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5. Beri Analgesik Sesuai Indikasi
R/. Dapat menghilangkan rasa nyeri.
Diagnosa 2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
muntah, anoreksia dan diare.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan
Kriteria : klien tidak diare, nafsu makan baik klien tidak mual dan
muntah.
Intervensi dan rasional
1. Monitor tanda tanda vital
R/. Merupakan indikator secara dini tentang hypovolemia.
2. Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine

R/.

Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan


kepekaan / endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan
membutuhkan peningkatan cairan.
3. Lihat membrane mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
R/. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
4. Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering
R/. Untuk meminimalkan hilangnya cairan
5. Kolaborasi pertahankan pengisapan gaster atau usus
R/. Selang NG biasanya dimasukkan pada pra operasi dan dipertahankan
pada fase segera pasca operasi untuk dekompresi usus, meningkatkan
istirahat usus, mencegah muntah.

Diagnosa 3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


g diharapkan :
Menyatakan siap menerima tindakan operasi, tidak gelisah lagi,
cemas berkurang.
Intervensi dan Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan pasien
R/. Sebagai data dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien.
2. Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan operasi.
R/. Pengetahuan yang ada dapat membantu mengurangi kecemasan dan
mengembangkan kerjasama terapeutik.
3. Berikan kesempatan kepada pasien dan orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan dan harapannya.
R/. Pasien yang merasa nyaman akan mudah memahami tindakan yang
akan dilakukan.
4. Implementasi

a.
b.
c.
d.
e.

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh


perawat dan klien. Hal hal yang diperhatikan dalam melakukan
implementasi adalah :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi.
Penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal.
Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisian.
Keamanan fisik dan psikologi dilindungi.
Dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
( Gaffar, 1999 : 65 )

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fase akhir dari proses keperawatan terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan.
Hal hal yang dievaluasi adalah : keakuratan, kelengkapan dan kualitas
data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta
ketepatan intervensi keperawatan.
( Gaffar, 1999 : 65 )
BAB III
TINJAUAN KASAUS
A.

PENGKAJIAN
Tanggal/jam MRS

: 13 Januari 2013

Ruang

: Bangsal Bedah

No. Register

:-

DX.Medis

: APP

Tanggal Pengkajian

: 14 Januari 2013

I.

IDENTITAS KLIEN

Nama

: An. Y. M

Orang Tua

Umur

: 12 tahun

Nama

: Tn. K. N

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Tani

Agama

: Katolik

Alamat

Suku/Bangsa

: Dawan

Bahasa

: Indonesia

Penanggung jawab

Pendidikan

: SMP

Nama

Pekerjaan

:-

Alamat

Status Perkawinan

: Belum mrnikah

No. TLP

Alamat
II.

: Oekolo

: Oekolo

: Tn. K. N
: Oekolo
:-

Hub. Dengan Pasien : Orang Tua

KELUHAN UTAMA

Utama Saat MRS


: Keluarga mengatakan, pasien mengeluh panas,
mual-muntah, nyeri perut kanan bawah.
Keluhan

Utama Saat Pengkajian: Keluarga mengatakan, pasien masi merasa sakit


di bagian perut kanan bawah, pasien juga sering sesak nafas, pusing, mualmuntah.
Keluhan

III.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

P
: Faktor penyakit
Q
: Pasien mengatakan nyeri tertikam
R
: Nyeri yang dirasakan pasien letaknya di bagian abdomen
kuadran kanan bawah.
S
: Skala nyeri 4-6 nyeri yang dirasakan pasien sedang
T
: Nyeri yang dirasakan pasien timbul setiap saat

Upaya Yang Telah Dilakukan : Keluarga mengatakan,pasien pernah


dirawat di puskesmas wini dan pasien juga sempat menginap 1 malam 1

hari di puskesmas wini, melihat keadaan pasien yang tidak kunjung


sembuh kemudian keluarga merujuk pasien ke RSUD Atambua untuk
mendapatkan penanganan yang lebih intensif.
Terapi Yang Telah Diberikan :
Di puskesmas wini:
1. Infus RL
2. Obat PCT
3. Ranitidine
Di UGD RSUD Atambua:
1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj. Ranitidine 1 amp/ IV
3. Inj. Tomit 1 amp/ IV
4. Extra PCT 1 tab
5. Inj. Ceftriaxone 1 gr/ IV
IV.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Keluarga mengatakan, pasien belum pernah masuk rumah sakit dan mengalami penyakit

ini.
V.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Keluarga mengatakan, di dalam angota keluarga belum ada yang mengalami penyakit

seperti ini.
VI.

KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT.


Keluarga mengatakan, keadaan lingkungan cukup bersih, rumah selalu dibersihkan, dan

rumah ada jendela.

FUNGSI
KESEHATAN
VII.

POLA

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan


Keluarga pasien mengatakan, bagi mereka kesehatan sangatlah penting jadi apabila ada salah
seorang anggota keluarga mereka yang sakit maka pertama yang dilakukan keluarga adalah
membawa keluarga ke puskesmas terdekat lalu apabila tidak ada perubahan barulah keluarga
membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit atau ke dokter.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik

Sebelum MRS : keluarga pasien mengatakan, sebelum MRS pasien


makan 3x dalam sehari dengan porsi yang cukup dan selalu dihabiskan.
Saat MRS
: keluarga pasien mengatakan, pasien makan 3x sehari,
tetapi porsi yang disediakan tidak dihabiskan, pasien hanya makan 3-5
sendok saja.
3. Pola Eliminasi

Sebelum MRS : keluarga pasien mengatakan, BAB dan BAK pasien


normal, pasien BAB 1 hari 2-3 kali, lembek dan berbau khas, BAK 1 hari
6-7 kali, warna kuning jenih dan baunya khas (amoniak)
Saat MRS
: keluarga pasien mengatakan, BAB dan BAK pasien tidk
lancar.
4. Pola Istirahat dan tidur.

Sebelum MRS
: keluarga pasien mengatakan, pasien tidur
normal, pasien tidur 6-7 jam/hari.
Saat MRS
: keluarga pasien mengatakan, pola istirahat pasien
terganggu karena sering terbangun akibat nyeri yang sering timbul pada
bagian perut kanan bawah.
5. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori

Pasien mengatakan adanya gangguan sensori nyeri dan kemampuan


berfikir.
6. Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan, apabila nyerinya timbul maka pasien cukup mering ke kanan untuk
meredakan nyeri tersebut.
7. Pola nilai dan kepercayaan

Keluarga pasien mengatakan, percaya bahwa penyakit yang sekaranag


di derita pasien akan segera sembuh dengan pertolongan tuhan yang
Maha Esa serta bantuan dari perawat dan dokter.
VIII.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status kesehatan umum pasien


a.

Keadaan penampilan umum: keadaan umum lemah, terpasang cairan RL 20 tpm.

b. Kesadaran:kualitas: composmentis, GCS:15 E:4, V:5 M:6


c.

BB sebelum sakit : 35 kg

TB:150 cm

d. BB saat ini : 38 kg
e.

BB Ideal

:TB - 100 x 10%


=150 - 100 x 10% = 5
=150 5 = 45 kg

f.

Perkembangan BB: BB menurun 3 kg.

g. Status gizi: Gizi kurang.


h. Tanda-tanda Vital:
TD

: 110/50 mmHg,

MAP : 70 mmHg

PP

: 60 mmHg

Nadi : 112x/ mnit


RR

: 28x/ menit

Suhu : 36o c/ aksila


2. Kepala
a.

Rambut

Inspeksi: Warna hitam, distribusi merata, kebersihan (+), tidak ada kutu,
tidak ada ketombe.
Palpasi
: Tidak ada kerontokan rambut, tidak ada nyeri tekan.
b. Muka

Inspeksi : Ekspresi wajah meringis, warna kulit sawoh matang,


kebersihan (+), tidak ada jerawat, dan tidak ada luka.

Palpasi
c.

: tidak ada nyeri tekan dan massa.

Mata

Inspeksi : kelopak simetris, konjungtiva merah muda, pupil isokor,


sklera putih, lapang pandang normal, bola mata normal, ketajaman
penglihatan normal.
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan.
d. Hidung

e.

Inspeksi

: Kebersihan (+), tidak ada serumen, tidak ada massa/ luka.

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan.

Mulut
Inspeksi

f.

: Jumlah , tidak ada karies, tidak ada perdarahan pada gusi, kebersihan (+)

Telinga

Inspekai

: Kebersihan (+), tidak ada sekresi, tidak ada edema tanda radang.

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan.


g. Leher
Inspeksi

: Posisi trachea normal, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.
Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan.

h. Paru-paru
Inspeksi

: Bentuk dada simetris, tidak ada ekspansi dinding dada, tidak menggunakan otot

bantu pernapasan
Palpasi

: tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : Suara napas normal vesicular, tidak ada suara napas tambahan.
i.

Abdomen
Inspeksi

: warna sawoh matang, tidak ada striae, tidak ada spidernevi, tidak ada jaringan parut,

tidak ada lesi dan kemerahan.


Palpasi

: ada nyeri tekan.

Pemeriksaan laboratorium
WBC : 1.6 L 103/ mm3
RBC

: 4.17 106/mm3

(3.5-10.0)
(3.80-5.80)

MCV : 74 L Um3
MCH : 27.8 P9

(80-97)
(26.5-44.5)

HGB : 11.6 9/ dl

(11.0-16.5)

MCHC

HCT

: 30.8 L%

(35,0-50.0)

RDW : 14.1 %

PLT

: 147

(150-390)

MPV : 7.7

PCT

: .114 %

(.100-.500)

PDW : 15.6 %

L 10/mm3

: 37.6 H9/dl (31.5-35.0)


Hm3

(10.0-15.0)
(6.5-11.0)
(10.0-18.0)

WBC Flags : L1 G2
% DIFF :
: 0.4 L 103/mm3 (1.2-3.2)

%LYM

: 25.9 %

(17.0-48.6)

# LYM

%MON

: 4.4

(4.0-10.0)

#MON : 0.0 L 103/mm3 (0.3-0.8)

%GRA

: 69.7 %

(43.0-76.0)

DDR : (-)/ Neg


Faal Hemostasis
Bleeding Time Test

: 11

11

(1 3 menit)

Clotting Time Test

: C1

10

(5 8 menit)

IX.

TERAPI (6 BENAR)

2. parentheral

IVFD RL 500cc 20 tpm

Bactraz 3 x 1 gr/ IV

Keterolac 3 x 1 amp/ IV : 30 mg

Ceftriaxone 3 x 1 gr/ IV : 1 gram

: 1 gram

#GRA : 1.2 L 103/mm3 (1.2-6.8)

ANALISA DATA
HARI/TGL
DATA
ETIOLOGI
Senin, 14-01-2013 DS: Pasien mengatakan Peradangan
nyeri
perut
kuadran apendiks
kanan bawah.

MASALAH
Gangguan ras
nyeri.

DO: K/U lemah, wajah


meringis dengan skala
nyeri (4-6) nyeri sedang.
Senin, 14-01-2013 DS : Pasien mengatakan Tindakan
cemas dengan rencana pembedahan
pembedahan yang akan
dilakukan.
DO : Pasien tampak
gelisah.
TTV:
TD : 110/50 mmHg
N :112x/ menit
S : 360C/ aksila
RR : 22x/ menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2. Ansietas b.d tindakan pembedahan.

Ansietas

C. PERENCANAAN

Hari/tgl

Diagnosa
keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Senin, 14- Gangguan rasa nyaman nyeri Tujuan:


01-2013
Setelah
di
berikan
b.d peradanagn apendiks.
tindakan keperawatan 3
x 24 jam pasien akan
melaporkan nyeri dapat
terkontrol
atau
berkurang.
Kriteria hasil:
- pasien akan tampak
rileks

Intervensi

Rasio

1.Kaji nyeri, skala, 1.Berg


karakteristik
penga
beratnya
keefek
kemaj
penye
2.Pertahankan
istirahat
dengan
posisi
semiFowler.

2.Men
tegang
yang
denga
terlent

3.berikan aktivitas 3.Men


hiburan.
relaks

menin
kemam

4.Anjurkan teknik
relaksasi dengan
cara latihan nafas
dalam.

4.Men
ketega
dapat
nyeri.

5.Berikan
analgesik
indikasi.

Senin, 14- Ansietas


b.d
01-2013
pembedahan.

tindakan

sesuai 5.Men
nyeri
kerjas
interve
1.Awasi
respon 1.Dap
fisiologis misalnya: deraja
Takipnea,
dialam
palpitasi, pusing,
sakit kepala.

Tujuan:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam klien
akan
mengatakan
kecemasannya
berkurang.
Kriteria Hasil:
2. Catat petunjuk
- Wajah pasien tampak perilaku
seperti: 2.Indik
tenang dan rileks
gelisah,
mudah takut
terganggu,
pasien
perilaku melawan

3.Dorong
pernyataan takut 3.Mem
dan ansietas.
terape
4.Berikan

lingkungn tenang 4.Mem


untuk bersitirahat. pasien
luar,
relaks
menin
ketera
5.Berikan
informasi akurat, 5.Meli
nyata tentang apa dalam
yang
akan asuha
dilakukan
menur
yang
tentan
tahuan
6.Tunjukan teknik
relaksasi.
6.Bela
dapat
menur
dan an

IMPLEMENTASI
Hari/tgl

Diagnose keperawatan

Tindakan keperawatan

Evalua

Senin, 14-01-2013 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d 1.Jam 08.00


peradanagn apendiks.
Mengkaji skala nyeri dan
mencatat lokasi nyeri, skala
nyeri sedang (4 - 6).
Lokasi: abdomen kuadran
kanan bawah
2. Jam 09.00
Mengajarkan teknik relaksasi
dan nafas dalam
3. Jam 11.00
Pertahankan istirahat engan
posisi semi fowler.

S: Pas
menga
meras
abdom
kanan
yang
sepert
skala
nyeri s
O: K/U
tampa
terpas
20 tpm
TTV:
TD : 1
N : 70
S :360
RR :2

Senin, 14-01-2013 Ansietas b.d tindakan pembedahan.

S: pas
menga
kecem
rencan
pembe

1.Jam 08.40
Mengawasi respon fisiologis
2.Jam 10.00
Mencatat petunjuk perilaku
3.Jam 11.45

Mengajarkan teknik relaksasi


4.Jam 12.00
Memberikan
lingkungan
tenang untuk beristirahat.

D.
Hari/tgl
Selasa,
2013

dirasa
O: pas
gelisa
A: Ma
belum
P: Inte
1,2,3,4

CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa keperawatan

SOAPIE

15-01- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn S: Pasien mengatakan masih
apendiks.
pada bagian abdomen kuadran
dengan skala nyeri (4 - 6) nyeri se
O: K/U lemah, pasien tamp

terpasang airan RL 20 tpm


A: Maslah nyeri belum teratasi.
P: Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
I: - 1.Jam 08.30

Mengkaji skala nyeri dan mencat


skala nyeri sedang (4 - 6).
Lokasi: abdomen kuadran kanan
- 2. Jam 09.45
Mengajarkan teknik relaksasi dan
- 3. Jam 11.00
Memberikan aktifitas hiburan
- 4. Jam 14.00
Mempertahankan istirahat denga

fowler.
E: S: Pasien mengatakan masih

pada abdomen kuadran kanan b


skala nyeri (4-6) nyeri sedang.
O: K/U lemah, pasien tampa
Selasa,
2013

15-01- Ansietas b.d tindakan pembedahan.

S: pasien mengatakan kecema

rencana pembedahan masih diras


O: Pasien tampak gelisa

TTV:
TD: 110/50 mmHg
N: 100x/ menit
S: 360C/aksila
RR: 22x/ menit
A: Masalah ansietas belum terata
P: Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan

I:

1.Jam 08.40
Mengawasi respon fisiologis
2.Jam 10.00
Mencatat petunjuk perilaku
3.Jam 11.45
Mengajarkan teknik relaksasi
4.Jam 12.00
Memberikan
lingkungan
te
beristirahat
E: S: Pasien mengatakan, kecem

tindakan pembedahan masih dira


O: K/U lemah, pasien tampak
TTV :
TD:110/50 mmHg

S:360C/aksila
N:100x/menit
RR:22x/menit

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas secara rinci mengenai kesenjangan antara teori askep dengan
kasus nyata yang dialami oleh klien An. Y. N saat di rawat oleh penulis melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pendokumentasian.
Pengkajian yang dilakukan penulis terhadap pasien An. Y. N dimulai dengan pengumpulan
data meliputi identitas lengkap pasien dimana data yang diperoleh yakni nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat.
Kemudian penulis mulai mengkaji keluhan utama pasien dimana pasien mengeluh nyeri
perut kanan bawah, panas, mual muntah sehingga menjadi alasannya masuk rumah sakit, serta
dikaji paien merasa sakit pada bagian abdomen kuadran kanan bawah, pusin, mual muntah.
keluarga Pasien mampu menceritakan kronologis yang terjadi atau yang dirasakan pasien
sehingga menyebabkan keadaannya saat ini, keluarga pasien pun dapat menjawab dengan baik
yang ditanyakan oleh penulis baik secara Verbal maupun nonverbal mengenai riwayat
kesehatan, pola fungsi kesehatan, dan juga pasien menerima untuk diperiksa oleh penulis.
Sebagaimana yang dikatakan dalam buku konsep dasar keperawatan karangan A.Aziz
Alimul bahwa Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
megumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang
harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahun tentang kebutuhan dan sistem
biopsikososial dan spritual bagi manusia yang memandang manusia dari aspek biologis,
psikologi, sosial, dan tinjauan dari aspek spiritual, juga pengetahuan akan kebutuhan akan
perkembangan manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasar), pengetahuan tentang konsep
sehat/sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan tentang
sistem keluarga, dan kultur budaya serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien.
Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat dapat meliputi kemampuan melakukan
observasi secara sistematis

pada ksien, kemampuan berkumunikasi verbal maupun

nonverbal melalui tahap pengumpulan data yang merupakan upaya untuk mendaptkan data yang
dapat digunakan sebagai intervensi tentang pasien. Penulis juga melakukan pengelompokan data
yang telah diperoleh untuk dianalisa dan dicocokan antara keluhan dan hasil pemeruiksaan untuk
sterusnya diidentifikasi masalah keperawatan yang dapat muncul sebagaiman yang ditulis oleh

Aziz Almusi dalam buku KDKnya bahwa validasi data merupakan upaya untuk memberikan
Justifikasi pada data yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyektif
dan obyektif yang didapatkan. Dan indentifikasi masalah merupakan tahap akhir dari tahap
pengkajian setelah dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang akan
mengalami ganguan yang ada dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan.
Diagnosa keperawatan teoritis yang muncul pada pasien dengan apendiksitis adalah :

1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi dan
peradangan apendiks.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah,
anoreksia dan diare.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2.

Namun yang muncul pada pasien An. Y. N adalah :


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2. Ansietas b.d tindakan pembedahan.
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akiabat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung
gugat perawat. Formulasi diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan
digunakan dalam proses pemecahan masalah karena melalui klentifikasi masalah dapat
digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan, disamping
itu dengan menentukan etiologi masalah, maka akan dapat di jumpai faktor yangh dapt mnejadi
Kendala/penyebab.
Perencanaan pada An. Y. N di sesuaikan dengan diagnosa yang telah ditegakkan oleh penulis
berdasarkan data yang telah diperoleh langsung dari pasien. Dalam perencanaan itu penulis
menggunakan tiga poin penting yang mendasari penulis dalam merumuskan perencanaan yakni
intervensi yang menitikberatkan pada observasi pendidikan dan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya untuk mencapai tujuan bersama yakni kesembuhan pasien dengan tetap berpegang pada
privasi keadaan dan kemampuannya dalam berpartisipasi dalam perencanaan penulis. Tahap ini
merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervansi keperawatan yang dibutuhkan untuk

mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah ksien. Perencanaan ini merupakan


langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan
bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan
tentang kekuatan dan kelemahan ksien, nilai dan kepercayaan ksien, batasan praktek
keperawatan, mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat strategi,
keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemapuan
dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan lain.
Pelaksanaan intervensi keperawatan pada An. Y. N disesuaikan dengan perencanaan
sebelumnya dan disesuaikan dengan batas kemampuan pasien dalam menyelesaikan rencana
keperawatan yang penulis jadwalkan dan kemauan An. Y. N sendiri. Komunikasi dalam
pelaksanaan intervensi keperawatan tidak terlalu mengalami hambatan sebab penulis mampu
berkomunikasi dalam bahasa sehari-hari pasien. dilakukan dengan tetap memperhatikan respon
dan kemampuan pasien menjalani kegiatan itu sejalan dengan dikemukan oleh Aziz Alimul
dalam bukunya yakni Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan. dalam tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya-bahaya fisik, dan perlindungan kepada kasien, teknik komunikasi kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat
perkembangan pasien.
dalam mengavaluasi An. Y. N penulis menggunakan tujuan dan obyketif yang ada pada
masing-masing diagnosa yangh ditegakkan. Evaluasi akhir dari keadaan An. Y. Nadalah: masih
nyeri pada perut kanan bawah dan kecemasan terhadap tindakan pembedahan masi dirasakan.
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sebagaimana
Oleh Aziz Alimul dikatakan bahwa tahap evaluasi merupakan langkah terakhir dalam peroses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan rencana keperawatan itu
tercapai atau tidak.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dan pembahasan pada BAB sebelumnya maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian.
Pada kasus nyata yang diberikan pada An. Y. N berumur 12 tahun dengan diagnosa
medik Apendiksitis di ruang bedah. Asuhan keperawatan yang diberikan menggunakn
pendekatan proses keperawatan. Pada tahap pengkajian masalah yang muncul adalah pasien
mengeluh nyeri pada perut kanan bawah, panas, mual muntah.
2. Diagnosa Keperawatan.
diagnosa keperawtan pada pasien dengan Apendiksitis ditentukan berdasarkan keluhan atau
respon pasien, seihngga diagnosa yang muncul adalah :
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2) Ansietas b.d tindakan pembedahan.
3. Rencana tindakan
Merupakan bagian Inti dari proses keperawatan karena sebagai keputusan awal yang memberi
arah bagi tujuan yang ingin dicapai dengan memiliki l;angkah-langkah menentukan prioritas
diagniosa keperawatan, merumuskan tujuan. menentukan kriteria hasil, menentukan rencana
tindakan dan rasional serta mendokumentasikannya. Kemudian dibuat rtencana tindakan dalam
bentuk tabel (diagnosa keperawatan, tujuan, Intervensi, Rasional, Implementasi, dan Evaluasi).
4. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, penulis mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk
Intervansi keperawatan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang di tetapkan. Kegiatan
yang akan dilakukan penulis pada An. Y. N Dalam tahap ini adalah komunikas yang efektif.
menciptakan

hubungan

Saling

percaya

dan

Saling

bantu,

melakukan

teknik

psikomotor,mengobservasi secara sisteris memberikan pendidikan kesehatan dan evaluasi.


5. Evaluasi
dalam tahap ini penulis menilai kembali seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan ,
serta tindakan keperawatan yang telah dilakukan. berdasarkan kasus pada An. Y. N di temukan
bahwa diagnosa keperawatan yang diambil belum teratasi.
6. Dokumentasi

Mulai dari pengkajian sampai dengan evalalusi telah didokumentasikan pada catatan
perkembangan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.
B. SARAN
Proses keperawatan merupakan metode yang sistemik yang digunakan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien untuk di harapkan pada pihak-pihak yang
berkompoten dalam bidang keperawatan lainnya yakni :
1. Bagi Rumah Sakit
sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi kepala bidang pelayanan keperawatan yang akan
disampaikan kepada seluruh perawat di Badah bagaimana pentingnya asuhan keperawatan pada
pasien dengan Apendiksitis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dari pihak Institusi diharapkan untuk meningkatkan kamampuan mahasiswa dalam memberikan
asuhan keperawatan melalui penerapan teori dan penelitian di lapangan terlebih khusus di rumah
sakit.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara nyata pada pasien dengan Apendiksitis.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth J. ( 2000 ). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E. ( 1999 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.

http:// downloads. ziddu. com / appendicitis.


http:// www.infopenyakit.com /2008 / 09 / penyakit appendicitis.
Mansjoer,arif ( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran,Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius.
Nursalam.( 2001 ). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan
Praktik,Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson, ( 2005 ). Patofisiologi : Konsep klinik proses proses
penyakit.Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne. C, ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8.Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS


Browse Home Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap LAPORAN
PENDAHULUAN APENDISITIS

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS


A. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik lakilaki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10
sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit

seperti Entamoeba

vermikularis (Ovedolf, 2006).

histolytica,

Trichuris

trichiura, danEnterobius

Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang terpuntir,


appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi
(Chang, 2010)
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2009).

APENDISITIS

B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek

c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks


d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)

C. KLASIFIKASI

1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks.
Apendisitis akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya
akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
a. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
b. Fekalit
c. Benda asing
d. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang
diproduksi

tidak

dapat

keluar

dari

apendiks,

hal

ini

semakin

meningkatkan tekanan intra luminer sehingga menyebabkan tekanan


intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding
apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan
pus / nanah pada dinding apendiks.
Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke
apendiks.
2. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema
menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan
menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema
pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke

dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa


menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan
mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat
eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal
seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan
nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi
pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
3. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi
semua syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu,
radang kronik apendiks secara makroskopikdan mikroskopik, dan
keluhan menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi
kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.
4. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan
nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi
dan hasil patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila
serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun,
apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis
dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50
persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi
yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena
sering penderita datang dalam serangan akut.
5. Mukokel Apendiks

Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi


musin akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya
berupa jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa
infeksi. Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu
kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di
perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka
kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut.
Pengobatannya adalah apendiktomi.
6. Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke
limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi
harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.
7. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang
didiagnosis

prabedah,tetapi

ditemukan

secara

kebetulan

pada

pemeriksaan patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis


prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa rangsangan
kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme bronkus,
dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid
perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala
tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa
memberikan residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai
radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan
pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal
atau hemikolektomi kanan

APENDISITIS

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. ANATOMI
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm
dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan
embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada
saatantenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi
appendiks yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah
ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens Apendisitis pada usia tersebut.
Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal.
Pada appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan
berguna untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala klinik Apendisitis ditentukan oleh
letak

appendiks.

Posisi

appendiks

adalahretrocaecal (di

belakang

sekum)

65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di
depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%, seperti terlihat
pada gambar dibawah ini.

Appendiks pada saluran pencernaan

Anatomi appendiks

Posisi Appendiks

2. FISIOLOGI
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar
yang

dihasilkan

oleh Gut

Associated

Lymphoid

Tissue (GALT)

yang

terdapat

disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A).


Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol

proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen
intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun
tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran
cerna dan seluruh tubuh.

E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih

kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
Pathway

Pathway APENDISITIS

F. MANIFESTASI KLINIK

1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan
Rovsings sign
Psoas sign atau Obraztsovas
sign
Obturator sign
Dunphys sign
Ten Horn sign
Kocher (Kosher)s sign
Sitkovskiy (Rosenstein)s sign
Aure-Rozanovas sign

Tanda dan gejala


Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan
pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada
sisi kanan.
Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif
jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif
jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah
dengan batuk
Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut
pada korda spermatic kanan
Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium
atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke
kuadran kanan bawah.
Nyeri yang semakin bertambah pada perut
kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan
pada sisi kiri
Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit

Blumberg sign

triangle kanan
(akan
positif
ShchetkinBloombergs sign)
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan
tiba-tiba

APENDISITIS

G. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan

penanganan Apendisitis. Faktor

keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi
pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa,
menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan
penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan
orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada
orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43
Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan
belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada
orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis
gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum

2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70%
kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari

38,50C,

tampak

toksik,

nyeri

tekan

seluruh

perut,

dan

leukositosis

terutamapolymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun


mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai
rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Terdiri

dari

pemeriksaan

darah

lengkap

dan C-reactive

protein (CRP).

Pada

pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3


(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan
meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses
elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan
90%.
2. Radiologi
Terdiri

dari

pemeriksaan

ultrasonografi

(USG)

dan Computed

Tomography

Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada


tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan

ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94%
dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
yaitu 90-100% dan 96-97%.
3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi saluran
kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu, dan pankreas.
5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
6. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium
enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma
colon.
7. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis, tetapi
mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi usus halus
atau batu ureter kanan.

APENDISITIS

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan

yang

dapat

dilakukan

pada

penderita

Apendisitis

meliputi

penanggulangan konservatif dan operasi.


1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai
akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna
untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan

adalah

operasi

membuang

appendiks

(appendektomi).

Penundaan

appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.


Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan
abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan
pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intraabdomen.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:

Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam

waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan
muntah, panas.

Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien
sekarang.

Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

Kebiasaan eliminasi.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Sirkulasi : Takikardia.

Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

Aktivitas/istirahat : Malaise.

Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising
usus.

Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat


berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk,
atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak.

Demam lebih dari 38oC.

Data psikologis klien nampak gelisah.

Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.

Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

APENDISITIS

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh
inflamasi)
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peritaltik.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
informasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC

Nyeri akut berhubungan dengan Setelah

dilakukan

asuhan
1. Kaji tingkat nyeri, lo

agen injuri biologi (distensi jaringan keperawatan, diharapkan nyeri klien nyeri.
intestinal oleh inflamasi)

berkurang dengan kriteria hasil:

Klien mampu mengontrol nyeri (tahu


penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi


2. Jelaskan pada pas
untuk

mengurangi

nyeri,

mencari nyeri

bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang


dengan menggunakan manajemen
nyeri

3. Ajarkan

Tanda vital dalam rentang normal

tehnik

diafragmatik lamba

TD (systole 110-130mmHg, diastole


70-90mmHg),
RR

HR(60-100x/menit),

(16-24x/menit),

suhu

4. Berikan
(36,5-

dengan anggota ke

37,50C)

Klien

aktivitas

tampak

rileks

5. Observasi tanda-ta
mampu

tidur/istirahat

6. Kolaborasi dengan

pemberian analgeti
2.

Perubahan

pola

(konstipasi) berhubungan

eliminasi Setelah

dilakukan

asuhan
1. Pastikan kebiasaa

dengan keperawatan, diharapkan konstipasi gaya hidup sebelum

penurunan peritaltik.

klien teratasi dengan kriteria hasil:

BAB 1-2 kali/hari

Feses lunak

2. Auskultasi bising us

Bising usus 5-30 kali/menit

3. Tinjau ulang pola d


masukan cairan.

4. Berikan makanan ti

5. Berikan obat sesu


pelunak feses
3.

Kekurangan

volume

cairan Setelah

berhubungan dengan mual muntah.

dilakukan

asuhan
1. Monitor tanda-tanda

keperawatan

diharapkan

keseimbangan

cairan

dapat

dipertahankan dengan kriteria hasil: 2. Kaji membrane mu

kelembaban membrane mukosa

turgor kulit baik

Haluaran

urin

dan pengisian kapil


3. Awasi masukan

adekuat:

cc/kg warna urine/konsen

BB/jam

Tanda-tanda

vital

dalam

normal

batas
4. Auskultasi bising u

flatus, gerakan usu

TD (systole 110-130mmHg, diastole


5. Berikan perawatan
70-90mmHg),
RR

HR(60-100x/menit), perhatian khusus

(16-24x/menit),

37,50C)

suhu

(36,5- bibir.

6. Pertahankan pengh

7. Kolaborasi

pembe

elektrolit

4.

Cemas berhubungan dengan akan Setelah


dilaksanakan operasi.

dilakukan

asuhan
1. Evaluasi tingkat a

keperawatan, diharapkan kecemasab dan non verbal pas


klien berkurang dengan kriteria hasil:

Melaporkan

ansietas

sampai tingkat teratasi

Tampak rileks

menurun

2. Jelaskan dan persi

prosedur sebelum d

3. Jadwalkan istirahat

menghentikan tidur

4. Anjurkan

keluarga

disamping klien

POST OPERASI
NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan agen Setelah
injuri fisik (luka insisi post operasi keperawatan,

NOC
dilakukan
diharapkan

asuhan
1. Kaji skala nyeri lok

nyeri laporkan perubahan

appenditomi).

berkurang dengan kriteria hasil:

Melaporkan nyeri berkurang

Klien tampak rileks

Dapat tidur dengan tepat

Tanda-tanda

vital

dalam

normal

2. Monitor tanda-tanda

3. Pertahankan istirah
batas
powler.

TD (systole 110-130mmHg, diastole


4. Dorong ambulasi di
70-90mmHg),
HR(60-100x/menit),
RR

(16-24x/menit),

suhu

(36,5-

37,50C)

5. Berikan aktivitas hib

6. Kolborasi tim dokt


analgetika.
2.

Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah


tindakan

invasif

(insisi

post keperawatan

pembedahan).

dilakukan
diharapkan

asuhan
1. Kaji adanya tanda
infeksi area insisi

dapat diatasi dengan kriteria hasil:

Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

Menunjukkan

kemampuan

2. Monitor tanda-tanda
demam,

meng

untuk perubahan mental

mencegah timbulnya infeksi

3. Lakukan teknik i

Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul)

enterik, termasuk c

4. Pertahankan teknik
perawatan

luka

bersihkan dengan b

5. Awasi / batasi p
kebutuhan.

6. Kolaborasi tim me
antibiotik

3.

Defisit

self

care

berhubungan Setelah

dilakukan

asuhan
1. Mandikan pasien se

dengan nyeri.

keperawatan diharapkan kebersihan mampu melaksana


klien

dapt

dipertahankan

dengan rambut dan potong

kriteria hasil:

2. Ganti pakaian yan

klien bebas dari bau badan

klien tampak bersih

ADLs

klien

dapat

bersih.

mandiri

atau
3. Berikan Hynege Ed

dengan bantuan

keluarganya

te

kebersihan diri.
4. Berikan

pujian

kebersihannya.

5. Bimbing keluarga
menyeka pasien

6. Bersihkan dan atu


tidur klien.

4.

Kurang

pengetahuan

tentang Setelah

dilakukan

kondisi prognosis dan kebutuhan keperawatan


pengobatan b.d kurang informasi.

pengetahuan

asuhan
1. Kaji

ulang

pe

diharapkan pascaoperasi
bertambah

dengan

kriteria hasil:

menyatakan

pemahaman

penyakit, pengobatan dan

berpartisipasi
pengobatan

dalam

proses
2. Anjuran mengguna

feses ringan bila


program enema

3. Diskusikan perawa

mengamati balutan
dan

kembali

mengangkat jahitan

4. Identifikasi
evaluasi
nyeri

gejala
medic,

edema/erite

drainase, demam

DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
Fatma. (2010). Askep Appendicitis. Diakses http://fatmazdnrs.blogspot.com/2010/08/askepappendicitis.html pada tanggal 09 Mei 2012.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Nuzulul. (2009). Askep Appendicitis. Diakseshttp://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail35840-Kep%20Pencernaan Askep%20Apendisitis.html tanggal 09 Mei 2012.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC

Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui


adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca


pembedahan.

2. Diagnosa

Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan


bawah post operasi appenditomi.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder


terhadap nyeri.

Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

prosedur

invasive

appendiktomi.

Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan


pemasukan cairan secara oral.

3. Intervensi
a. Diagnosa 1 :
Tujuan :

Nyeri berkurang / hilang dengan

Kriteria Hasil :

Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.

Intervensi :

Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan
tepat. R/ Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan
penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.

Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler. R/ Menghilangkan


tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.

Dorong ambulasi dini. R / Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.

Berikan aktivitas hiburan. R/ Meningkatkan relaksasi.

Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. R/ Menghilangkan


nyeri.

b. Diagnosa 2 :
Tujuan :

Toleransi aktivitas

Kriteria Hasil :

Klien dapat bergerak tanpa pembatasan, Tidak berhati-hati dalam


bergerak.

Intervensi :

Catat respon emosi terhadap mobilitas. R/ Immobilisasi yang dipaksakan


akan memperbesar kegelisahan.

Berikan

aktivitas

sesuai

dengan

keadaan

klien.

R/

Meningkatkan

kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.

Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif. R/ Memperbaiki
mekanika tubuh.

Bantu

klien

dalam

melakukan

aktivitas

yang

memberatkan.

R/

Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.


c. Diagnosa Keperawatan 3 :
Tujuan :

Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

Intervensi :

Ukur tanda-tanda vital. R/ Untuk mendeteksi secara dini gejala awal


terjadinya infeksi

Observasi tanda-tanda infeksi. R/ Deteksi dini terhadap infeksi akan


mudah

Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptic.


R/ Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.

Observasi luka insisi. R/ Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan


perkembangan luka.

d. Diagnosa Keperawatan 4 :
Tujuan :

Kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria Hasil :

Agar kebutuhan cairan teratasi

Intervensi :

Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh. R/ Indikator hidrasi
volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi

Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa. R/ Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti.

Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena. R/


Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan
meningkatkan fungsi ginjal

Anda mungkin juga menyukai