Anda di halaman 1dari 6

1

RESUME TEHNIK INSTRUMENTASI


Diagnosa

: Sindrom Nefrotik

Tindakan

: Pasang CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis )

1. PENGERTIAN :
CAPD ( Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis ) atau Dialysis
Peritoneal Mandiri Berkesinambungan adalah suatu proses dialysis di
dalam rongga perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis,dan
peritoneum sebagai membran semi permeabel yang berfungsi sebagai
tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan dan solute yang berisi
racun yang akan dibuang. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu
sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke
dalam cairan tersebut. Kemudian cairan dikeluarkan,dibuang dan diganti
dengan cairan yang baru. Biasanya digunakan selang karet silikon yang
lembut atau selang poliuretan yang berpori-pori,sehingga cairan mengalir
secara perlahan dan tidak terjadi kerusakan.
Tujuan CAPD ini adalah untuk mengeluarkan zat-zat toksik serta
limbah metabolik,mengembalikan keseimbangan cairan yang normal
dengan mengeluarkan cairan yang berlebihan dan memulihkan
keseimbangan elektrolit. ( sosyamonaseprianti.blogspot.nl/2011/06/asuhan
keperawatanpada pasien dengan .html )
Komplikasi peritonealdialisa :
Perdarahan di tempat pemasangan selang atau perdarahan di dalam

perut
Perforasi organ dalam pada saat memasukkan selang
Kebocoran cairan di sekitar selang atau ke dalam dinding perut
Penyumbatan aliran cairan oleh bekuan darah
Infeksi, baik pada peritoneum maupun di kulit tempat selang

terpasang
Hipoalbuminemia
Sklerosis peritonealis ( pembentukan jaringan parut di peritoneum )
yang menyebabkan penyumbatan parsial usus halus

Kontraindikasi peritonealdialisa antara lain hilangnya fungsi


membran peritoneum, operasi berulang pada abdomen, kolostomi.
Sindrom nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang menandai
adanya kerusakan pada pembuluh darah kapiler yang berada di glomerulus
pada ginjal. Glomerulus pada ginjal berfungsi sebagai penyaring sampah
atau limbah di dalam tubuh dan sebagai penyaring kandungan air yang
berlebih di dalam darah dan mengirimkannya ke kandung kemih untuk
kemudian diproduksi sebagai urine.
Pada tubuh yang sehat,glomerulus berfungsi dengan baik dan
menjaga protein agar tetap berada di dalam aliran darah serta tidak bocor
ke kandung kemih dan terbawa dalam urine. Ginjal yang sehat
memproduksi urine dengan kandungan protein yang tidak lebih dari satu
gram setiap harinya. Sementara itu pada penderita sindrom
nefrotik,glomerulus mengalami kerusakan yang menyebabkan bocornya
sekitar lebih dari 3 gram protein ke dalam urine dalam 1 hari. Kebocoran
ini menyebabkan darah kekurangan protein di dalamnya. Protein dalam
darah digunakan untuk membantu pengaturan cairan di seluruh tubuh
karena protein berfungsi sebagai spons yang menyerap cairan ke dalam
aliran darah di seluruh tubuh. Oleh karena itu jika darah kekuramgan
protein,cairan di dalam tubuh akan berkumpul di jaringan tubuh (tidak
terserap ke aliran darah) dan menyebakan pembengkakan. Pada anak-anak
sindrom nefrotik biasanya merupakan gejala penyakit yang menimbulkan
gangguan pada sistem imun. Gangguan ini lebih sering terjadi pada tubuh
anak laki-laki daripada anak perempuan. ( www.anneahira.com/sindrom
nefrotik.htm )
2. TUJUAN INSTRUMENTASI
1. Untuk mengatur alat secara sistematis dimeja instrument/mayo
2. Memperlancal handling instrument
3. Mempertahankan kesterilan alat alat instrument selama operasi
berlangsung
3. PERSIAPAN:

3.1.

Ruangan
1. Menata ruangan dan mengatur penempatan kursi,mesin couter,
mesin suction, meja instrument, troley, waskom, meja mayo.
2. Memastikan mesin suction, dan mesin yang lain dalam keadaan
baik.
3. Menyiapkan bahan habis pakai.
4. Memberi alas perlak dan linen pada meja operasi.

3.2.
1.
2.
3.
4.

Pasien
Persetujuan tindakan operasi
Pasien diposisikan terlentang/supinasi.
Pasien dilakukan general anastesia.
Menanggalkan semua perhiasan yang digunakan pasien (bila ada)

3.3.

Alat
3.3.1. Alat non steril
1. Meja operasi
2. Lampu operasi
3. Mesin suction
4. Troli waskom
5. Standart infus
6. Mesin couter
7. Meja mayo
8. Meja instrument
9. Tempat sampah
10. Gunting verban

: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 2 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah

3.3.2. Alat steril


a. Instrument dasar / meja mayo
1. Duk klem
: 5 buah
2. Desinfeksi klem
: 1 buah
3. Metzenboum
: 1 buah
4. Gunting kasar
: 1 buah
5. Gunting benang lurus
: 1 buah
6. Pinset sirurgis
: 2 buah
7. Pinset anatomis
: 2 buah
8. Handvat no 3
: 1 buah
9. Klem musquito
: 2 buah
10. Hak U
: 2 buah
11. Koker bengkok
: 4 buah
12. Nald foder kecil
: 1 buah
13. Gunting lurus (benang) : 1 buah
14. Pean manis panjang
: 2 buah
15. Spanner
: 1 buah

b. Peralatan dimeja instrument


1. Kasa
: 10 buah
2. Depres
: 5 buah
3. Cucing desinfektan
: 1 buah
4. Bengkok
: 3 buah
5. Mangkok
: 1 buah
6. Doek besar
: 2 buah
7. Doek sedang
: 5 buah
8. Doek kecil
: 2 buah
9. Sarung meja mayo
: 1 buah
10. Slang suction
: 1 buah
11. Gaun operasi
: 5 buah
12. Handuk kecil
: 5 buah
13. Handscoon steril
: secukupnya
14. Couter
: 1 buah
15. Selang CAPD ( tenkoff ) : 1 buah
3.2.3

Bahan Habis Pakai


1. Hand scoen steril
2. Mess no 15
3. Alkohol 70%
4. Cairan NaCL 0,9%
5. Underped steril
6. Spuit 10cc
7. Sufratule
8. Benang vycril 3-0
9. Prolene 4-0
10. Betadine
11. Jelly
12. Handscoen on
13. Kasa dan depres
14. Hipafix

: secukupnya
: 1 buah
: secukupnya
: 500 cc
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 50 cc
: secukupnya
: 4 pasang
: sesuai kebutuhan
: sesuai kebutuhan.

4. TEHNIK INSTRUMENT
1. Sign in
2. Perawat instrumen, operator dan asisten melakukan surgikal
scrab,gowning dan gloving. Perawat instrument membantu operator
memakaikan gaun steril dan handscoen steril.
3. Berikan desinfeksi klem kepada asisten dengan depres, betadine dan
alkohol 70% dalam cucing untuk melakukan antisepsis area operasi.

4. Lakukan drapping, beri duk besar untuk draping bagian bawah, atas
kemudian beri dua duk kecil untuk draping bagian samping, fixasi
dengan duk klem,beri duk besar untuk melapisi draping bagian bawah
5. Dekatkan meja mayo dan meja instrument, lalu siapkan couter dan
suction ikat dengan kasa lalu fixasi dengan duk klem kemudian cek
dan pastikan alat berfungsi dengan baik.
6. Time out
7. Berikan pinset sirurgis dan betadine untuk marker daerah incisi.
8. Incisi dimulai, berikan handle mess dengan mess 15 dan pinset cirurgis
pada operator, untuk asisten berikan kasa,musquito klem,suction dan
couter untuk merawat perdarahan. Rawat perdarahan dengan couter
dan suction. Beri musquito untuk memotong otot.
9. Sampai peritonium beri doble pinset anatomis, kemudian buka
peritonium menggunakan metsenboum. Berikan kokker bengkok 2
untuk memegang peritoneum.
10. Berikan tenkoff untuk di ukur, setelah itu pasangkan spanner yang di
olesi jelly. Apabila sudah masuk cavum douglas, lepaskan spanner.
11. Berikan nald vouder dengan benang prolen 4-0 untuk fixasi tenkoff
dengan jahitan tabagzaad naad. Berikan spuit 10 cc dengan cairan NS
0,9% spooling untuk mengecek kelancaran aliran.
12. Berikan pean manis pada operator untuk membuat alur fixasi tenkoff
dari peritoneum keluar kulit dengan bentuk melengkung dari jam 12 ke
jam 3, berikan mess 15 pada asisten untuk insisi kulit. Berikan pean
manis 1 lagi untuk ditarik ke dalam peritoneum, setelah itu masukkan
tenkoff ke pean manis tadi untuk di keluarkan ke kulit sesuai alur,
pastikan tenkoff tidak nekuk dan aliran lancar.
13. Tim operasi melakukan sign out
14. Selanjutnya dijahit lapis demi lapis untuk peritonium sampai dengan
fat dijahit menggunakan vycril 3-0 dan berikan pinset cirurgis pada
operator, berikan asisten musquito klem kasa dan gunting benang pada
asisten untuk membantu operator,lalu kulit dijahit menggunakan
prolene 4-0.
15. Berikan kasa basah pada asisten untuk membersihkan luka,lalu
keringkan menggunakan kasa kering.

16. Kemudian tutup luka dengan sufratule,kasa kering dan hipafix


secukupnya.
17. Operasi selesai pasien dibersihkan dan dirapikan.
18. Cuci alat instrument yang telah dipakai,set alat,inventarisasi bahan
habis pakai dan bersihkan ruangan.
19. Operasi selesai.

Malang,18 September 2014


Pembimbing OK 2,
( Bp. Karyono )

DAFTAR PUSTAKA
1. http://b11nk.wordpress.com/2009/04/21/hemodialisa-3/
2. http://wwwdagu188.blogspot.com/2099/12/askep-dialisis.html
3. http://www.infokeperawatan.com/asuhan-keperawatan/askep-pada-pasiendengan-gangguan-sistem-perkemihan.html
4. http://www.spesialis.info/?tekhnik-dalam-dialisa,607

Anda mungkin juga menyukai