Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN

April 2016

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUBERKULOSIS PARU

OLEH:

Abdurrahman

C11112002

Adi Imam Setiawan

C11112108

Anugerah

C11112115

Saul Sagita T Selang

C11112127

Shandy Shanaya

C11112133

Pembimbing Residen
dr. Emilya Jufianti

Dosen Pembimbing
dr.Luthfy Attamimi, Sp. Rad.
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Abdurrahman
C11112002
Adi Imam Setiawan
C11112108
Anugerah
C11112115
Saul Sagita T Selang
C11112127
Shandy Shanaya
` C11112133
Judul Laporan Kasus: Tuberkulosis Paru
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, April 2016
Pembimbing

Konsulen
dr.Luthfy Attamimi, Sp. Rad.

dr.Emilya
Penguji Lisan
dr. Dario A Nelwan, Sp.Rad
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Prof.Dr.dr.Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K)

BAB 1
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Tgl lahir
No. RekamMedik
Jenis kelamin
RuangPerawatan
Alamat
Tanggal MRS
B.

: Ny. H
: 31/12/1964
: 753542
: Perempuan
: Palem
: Wajo, Dusun Massie
: 12/04/2016

Anamnesis
2

Keluhan utama
Allo Anamnesis

: Batuk lebih 3 hari dan Afasia motorik


: Pasien dirujuk dari rumah sakit Grestelina Makassar.Menurut

keluarga pasien batuk kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, berlendir tapi sulit untuk
dikeluarkan, tidak ada riwayat batuk berdarah, sesak nafas tidak ada, pasien tidak pernah
mengeluh nyeri dada, keringat malam ada, berat badan turun kurang lebih 20 kg dalam 9 bulan
terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu : Disangkal

C. Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum
Tanda Vital
- Tekanandarah
- Nadi
-

Suhu
Pernafasan

: Somnolen
: 130/90 mmHg
: 80x/menit
: 36,5oC
: 22 x/menit

Status lokalis
1. Kepala
Rambut

:Berwarna hitam,tidak rontok

Mata

:Konjungtiva anemis (-) , Ikterus (-), Gangguan penglihatan(-),

Telinga

:Nyeri (-), Sekret (-), Tinnitus (-), Gangguan pendengaran (-).

Hidung

:Nyeri (-), Epistaksis (-), Rhinorrhea (-)

Mulut

:Mukosa lembab Gusiberdarah (-), Lidah kotor (-), Gangguan


mengecap (-), Sianosis (-)

Tenggorokan

:Nyeri tenggorokan (-), Tonsilitis (-), Abses peritonsil (-),


Laryngitis (-), Perubahan suara(-)
3

2. Leher

Inspeksi

: Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak massa tumor

Palpasi

:Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.

3. Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

:
:
:
:

Simetris kiri sama dengan kanan


Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada.
sonor
Vesikuler

4. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Ictus cordis tidak tampak


: Ictus cordis tidak teraba
: Batas kanan dan batas kiri jantung sulit dinilai.
: Bunyi jantung I dan II, murni, reguler, tidak ada bising.

5. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

:Tampak cembung, ikut gerak nafas


: Peristaltik kesan normal
: Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri, ascites (-), Hepar dan

Perkusi

lien tidak teraba.


: Redup

6. Ekstremitas Inferior Dekstra et Sinistra


Inspeksi
Palpasi

: Edema (-)
: Tidak ada nyeri tekan

D. Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN
KIMIA DARAH

HASIL

NILAI RUJUKAN

SATUAN

101

140

mg/dl

Glukosa
GDS

Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
Fungsi Hati

13

10-50

mg/dl

0,41

L(<1,3) P(<1,1)

mg/dl

28

<38

U/L

20

<41

U/L

SGOT
SGPT

E. Radiologi

Gambar 1. Thorax AP

Gambar 2. Thorax AP

Foto thorax AP
Hasil Pemeriksaan

:
5

Bercak berawan pada kedua paru lapangan atas terutama kiri desertai garis fibrosis yang

meretraksi kedua hilus dan diagfragma kiri


Tampak gambaran Ground glass pada hemithorax dekstra yang menutupi sinus, diagfragma,

dan batas kanan jantung.


Cor sulit dievaluasi, Aorta normal
Sinus kiri baik, diagfragma kiri tenting.
Tulang-tulang intak

Kesan :
-

TB Paru lama aktif lesi luas


Efusi pleura dekstra

F. Diagnosis
TB Paru lama aktif lesi luas dan Efusi pleura dekstra
G. Terapi
-

IVFD RL 20 tpm
Pasang kateter
Dexamethason 10 mg LD -> 5 mg / 6 jam / iv
Ranitidin 50 mg / 12 jam / IV
Citocholine 500 mg / 12 jam / IV
Sohobron 1 amp / 24 jam / IV
Diinstruksikan dilakukan pemeriksaan sputum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Penularan dan
penyebaran penyakit ini melalui udara yang mengandung (kuman) basil tuberkulosis.
Pada waktu penderita batuk, bersin dan atau meludah, butir-butir air ludah beterbangan di
udara yang mengandung basil TBC dan terhisap oleh orang yang lain dan masuk ke
dalam paru yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.[1]

B. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2013, diperkirakan ada 9 juta kasus insiden TB (kisaran 8.600.0009.400.000) secara global, setara dengan 126 kasus per 100.000 penduduk. Jumlah kasus
menurun perlahan, rata rata 1,5% per tahun 2000-2013 dan 0,6% antara tahun 2012 dan
2013. Sebagian besar perkiraan jumlah kasus pada tahun 2013 terjadi di Asia (56%) dan
Daerah Afrika (29%); sebagian kecil kasus terjadi di Mediterania Timur (8%), wilayah
Eropa (4%) dan Wilayah Amerika (3%). Keenam negara yang memiliki jumlah terbesar
kasus insiden pada tahun 2013 adalah India (2 juta -2.3 juta), Cina (0.9 juta-1.1 juta),
Nigeria (340.000-880.000), Pakistan (370.000 -650.000), Indonesia (410.000-520.000)
dan Afrika Selatan (410.000-520.000).[2]
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di
dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan
estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.[2]

C. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
1. Berdasarkan hasil Pemeriksaan Dahak (BTA) [3]
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
-

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif

Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.

Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.

b. Tuberkulosis paru BTA (-) adalah


-

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif.

2. Berdasarkan Tipe Pasien [3]


a.

Kasus Baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari sebulan.

b.

Kasus Sembuh (Relaps) adalah pasien tuberculosis yang sebelumnya pernah


mendapat pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif.

c.

Kasus Defaulted atau drop out adalah pasien yang menjalani pengobatan lebih
atau sama dengan 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatan selesai.

d.

Kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjasi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
akhir pengobatan.
8

e.

Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan
yang baik.

f.

Kasus bekas TB adalah hasil pemeriksaan BTA negative (biakan juga negative
bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif,
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi
meragukan dan telah mendapatkan pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto torax
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.

3. Berdasarkan organ tubuh yang terkena:[3]


a.

Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang


jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.

b.

Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain


selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.

4. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit [3]


a.

TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far
advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.

b.

TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

i. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa


unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
ii. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih
dan alat kelamin.

D. PATOGENESIS
Droplet infeksius yang terhirup akan tertinggal di seluruh jalan napas. Sebagian besar
basil terjebak di bagian atas dari saluran udara di mana sel-sel goblet penghasil mukus
berada. Mukus yang diproduksi menangkap zat asing, dan silia pada permukaan sel-sel
terus menggerakkan lendir dan partikel yang terperangkap menuju ke atas saluran napas
untuk dikeluarkan. Sistem ini memberikan tubuh dengan pertahanan fisik awal yang
mencegah infeksi pada kebanyakan orang yang terkena TBC. [4]
Bakteri pada droplet yang melewati sistem mukosiliar dan mencapai alveoli dengan
cepat dikelilingi dan ditelan oleh makrofag alveolar. Fagositosis yang terjadi memulai
rentetan kejadian yang mengakibatkan baik pengendalian sukses infeksi, diikuti dengan
TB laten, atau perkembangan ke TB aktif, disebut TBC progresif primer. Hasilnya pada
dasarnya ditentukan oleh kualitas pertahanan host dan keseimbangan yang terjadi antara
pertahanan host dan mikobakteri yang menyerang.[4]
Setelah tertelan oleh makrofag, mikobakteri yang terus bertambah banyak secara
perlahan, dengan pembelahan sel bakteri terjadi setiap 25-32 jam. Terlepas dari apakah
infeksi dapat dikendalikan atau terus berlangsung, perkembangan awal melibatkan
produksi enzim proteolitik dan sitokin oleh makrofag dalam upaya untuk menurunkan
jumlah bakteri. Sitokin yang dikeluarkan akan menarik limfosit T ke situs yang
terinfeksi.

Makrofag

kemudian

mempresentasikan

antigen

mikobakterium

di
10

permukaannya ke sel T. Proses kekebalan awal ini terus selama 2 sampai 12 minggu;
mikroorganisme terus tumbuh sampai mereka mencapai jumlah yang cukupuntuk
sepenuhnya memperoleh respon imun cell-mediated, yang dapat dideteksi dengan Skin
Test.[4]
Untuk orang dengan cell-mediated immunity yang masih utuh, langkah defensif
selanjutnya adalah pembentukan granuloma di sekitar organismeMycobacterium
tuberculosis. Lesi tipe nodular ini terbentuk dari akumulasilimfosit dan makrofag T
diaktifkan, yang menciptakan lingkungan mikro yang membatasi replikasi dan
penyebaran mikobakteri. Lingkungan ini menghancurkan makrofag dan menghasilkan
nekrosis padat di pusat lesi; Namun, basil mampu beradaptasi untuk bertahan hidup.
Dalam 2 atau 3 minggu, lingkungan nekrotik akan menyerupai keju, sering disebut
nekrosis caseous, dan ditandai oleh rendahnya tingkat oksigen, pH rendah, dan nutrisi
terbatas. Kondisi ini membatasi pertumbuhan lebih lanjut dan memasuki fase laten. Lesi
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang memadai umumnya menjalani fibrosis
dan kalsifikasi. Lesi pada orang dengan sistem kekebalan yang kurang efektif akan
berlanjut ke TB progresif primer.[4]
Untuk orang imunokompeten kurang, pembentukan granuloma dimulai tetapi pada
akhirnya tidak berhasil dalam mengendalikan basil. Jaringan nekrotik mengalami
pencairan, dan dinding fibrous kehilangan integritas struktural. Material nekrotik
semiliquid kemudian dapat mengalir ke dalam bronkus atau pembuluh darah di
dekatnya, meninggalkan rongga berisi udara di situs asli. Pada pasien yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis, tetesan dapat dibatukkan dari bronkus dan menginfeksi
orang lain. Jika basil keluar ke pembuluh darah, dapat memungkinkan terjadinya
tuberkulosis extrapulmoner. Basil juga dapat mengalir ke sistem limfatik dan berkumpul
11

dalam kelenjar getah bening trakeobronkial dari paru-paru yang terkena, di mana
organisme dapat membentuk granuloma caseous baru.[4]

E. ANATOMI THORAX
1. Dinding Thorax
Dinding Thorax terdiri dari
seperangkat tulang, articulus,
dan otot-otot. Dinding thorax
dapat bergerak mengikuti irama
respirasi. Tulang- tulang yang
membentuk
adalah

dinding

Vertebra

thorax
thoracalis

bejumlah

12

buah,

sebanyak

12

pasang,

Os.Sternum.

Articulus

costae
dan
yang

menyusun dinding thorax yaitu


Junctura Costovertebralis, dan Junctura Costosternalis. Musculus, lapisan otot pada
dinding thorax dibagi menjadi tiga lapisan, sebagai berikut:[5]
a. Lapisan Superficial, meliputi otot-otot yang selain melekat dan melindung
thorax juga berperan pada gerakan ekskrmitas superior, seperti: M.Pectoralis
Major, M.Pectoralis Minor, M.Rectus Abdominis, M. Obliqus eksternus
abdominis, M. Serratus Anterior, M. Latissimus Dorsi, M. Trapezius, M.
Rhomboideus major, M. Rhomboideus minor, M.Levator Scapulae, M.
Serratus Posterior.
b. Lapisan Intermedia terdiri dari dua lapisan otot, M. Intercostalis externus, M.
Intercostalis internus.
c. Lapisan Profundus, dibentuk oleh M.Subcostalis dan M.Transversus Thoracis.
12

2. Mediastinum
Mediastinum dibagi menjadi dua bagian oleh
Angulus Sternalis Louisi dan Tepi caudal
Corpus

Vertebral

Mediastinum

Thoracalis

Superior

dan

IV

yaitu

Mediastinum

Inferior. Mediastinum Inferius dibagi menjadi


mediastinum

anterius

disebelah

ventral

pericardium, mediastinum medius yang ditempati pericardium dan mediastinum


posterius yang terletak di posterior pericardium. Mediastinum dibagi menjadi dua
bagian oleh Angulus Sternalis Louisi dan Tepi caudal Corpus Vertebral Thoracalis IV
yaitu Mediastinum Superior dan Mediastinum Inferior. Mediastinum Inferius dibagi
menjadi mediastinum anterius disebelah ventral pericardium, mediastinum medius
yang ditempati pericardium dan mediastinum posterius yang terletak di posterior
pericardium. Mediastinum Anterius berisi beberapa buah lymphonodi, jaringan ikat
dan jaringan lemak. Mediastinum Medium, berisi cor, aorta ascendens, pars caudalis
vena cava superior, muara vena azygos, vena pulmonalis sisnistra dan vena
pulmonalis dextra dan N.Phrenicus sinister et dexter. Mediastinum Posterior berisi
Aorta Thoracalis, vena azygos, vena hemiazygos, N. Vagus, N.Phrenicus,
BifurcatioTrachea, Bronchus, Oesophagus, Ductus Thoracicus dan lymphonodus.[5]
3. Pulmo
Manusia memiliki Paru-paru (Pulmo) berjumlah dua, Sinistra dan Dextra. Pulmo
Dextra memiliki dua fissure yang membagi pulmo dextra menjadi 3 lobus, yaitu
Fissura Obliqua dan Fissura Horizontalis sehingga terbentuk lobus superior, lobus
medius, dan lobus inferior. Pulmo Sinistra Hanya memiliki Fissura Obliqua sehingga
membangi pulmo sinister menjadi 2 lobus saja, yaitu lobus Superior dan Lobus
13

Inferior. Pulmo dextra memiliki 10 segmental. Brochus dan pulmo sinister memiliki 8
segmentar Bronchus. Secara Singkat pembagian dapat dilihat pada gambar.[5]

F. DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien dapat bermacam-macam bahkan bisa tanpa
keluhan sama sekali dalam pemeriksaan, keluhan tersering biasanya di dapatkan
dalam pemeriksaan fisis adalah sebagai berikut:[6],[7]
a.

Demam, biasanya demam yang dikeluhkan pasien berupa demamsubfebril.


Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat kambuh
kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

b.

Batuk/hemoptysis, gejala ini terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini
diperlukan untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk
14

produktif yang menghasilkan sputum. Selanjutnya adalah berupa batuk darah


karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus pada dnding
bronkus.
c.

Sesak napas, dapat ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah mencapai setengah bagian paru-paru.

d.

Nyeri dada, timbul saat infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan nyeri dada pleuritik. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik dan melepaskan napasnya.

e.

Malaise, penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise


sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, berat badan menurun,
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbut secara tidak teratur.

2. Pemeriksan Fisis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebril), badan
kurus atau berat badan menurun.[6]
Pada pemeriksaan fisik pasien juga sering tidak dijumpai kelainan terutama pada
kasus-kasus dini. Tempat kelainan lesi yang utama terletak pada apeks paru. Bila
dicurigai adanya infiltrate yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronchial. Akan didapatkan juga suara napas tambahan berupa
ronki bawah, kasar dan nyaring. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi
memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.
15

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi
dan retraksi otot-otot intercostal. Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk
efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan. Perkusi
memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai
tidak terdengar sama sekali.[6]

3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah. Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat
tuberculosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran kekiri, limfosit dalam batas normal, dan
laju endap darah mulai meningkat.
b. Pemeriksaan Bakteriologik. Bahan untuk pemeriksaan ini dapat berasal dari
dahak, cairan peura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar, urin, faces dan jaringan biopsy. Pemeriksaan
bakteriologik dari specimen ini dapat dilakukan dengan cara mikroskopik
maupun biakan.

Interpretasi dari hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan adalah :


[6].[7]

i.

2 kali positif, 1 kali negative : mikroskopik positif


ii. 1 kali positif, 2 kali negative : ulangi BTA 3 kali
iii. Bila 1 kali positif, 2 kali negative : mikroskopik positif
iv. Bila 3 kali negative : mikroskopik negative.
4. Radiologi
Gambaran radiologipada tuberculosis paru:[7],[8].[9]
-

Tb paru aktif : tampak bercak berawan disertai kavitas pada lapangan atas
16

paru. Mycobakterium TB adalah bakteri aerob sehingga bakteri ini akan lebih
menyukai tempat- tempat yang memiliki tekanan oksigen yang tinggi. Seperti
apex paru. Oleh karena itu kecenderungan lesi berada di lapangan paru atas.
Pada awal penyakit, lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
(spesifik),sehingga tampak gambaran bercak berawan dengan batas yang tidak
tegas. Pada kavitas bayangannya yang berupa cincin yang mula-mula berdinding
tipis, lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal.

Tb aktif dengan cavitas dan infiltrat pada kedua lapangan paru atas

17

Tb Aktif dengan bercak berawan pada lapangan paru atas

Tb paru lama aktif : tampak bercak berawan pada kedua lapangan paru
disertai kavitas, bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan
retraksi hilus keatas

TB Paru lama
aktif

Tb paru lama tenang : tampak bintik-bintik kalsifikasi serta garisfibrosis


pada lapangan. Kalsifikasi dangan garis fibrosis terbentuk karena sisa dari
proses peradangan lama yang telah sembuh.
18

TB Paru tenang, Nampak sarang seperti garis-garis fibrotic atau bitnik-bintik kapur kalsifikasi

G. PENATALAKSANAAN
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan
anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB
didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi,
dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat
primer. Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap dan
lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan kombinasi OAT
dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZES/5HRE. [10]
Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
19

Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekuensi. Angka
2 didepan seperti pada 2HRZE, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu
kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada 4H3R3
artinya dipakai 3 kali seminggu, selama 4 bulan. [10], [11]
KATEGORI-1 (2HRZE/4H3R3)
Obat ini diberikan untuk:
Penderita baru TB Paru BTA Positif.
Penderita baru TB Paru BTA negatif Rntgen Positif yang sakit berat
Penderita TB Ekstra Paru berat
Paduan OAT KDT untuk kategori-1

KATEGORI-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA (+) yang sebelumnya
pernah diobati, yaitu:
Penderita kambuh (relaps)
Penderita gagal (failure)
Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
Paduan OAT KDT ( Kombinasi Dosis Tetap) untuk kategori-1
Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu :
- Tahap intensif : mendapat obat tiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya reistensi obat. Bila diberikan dengan tepat maka pasien
tidak akan menularkan penyakit dalam waktu dua minggu.
- Tahap lanjutan : membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan

20

H. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengebai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi pada jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.[6]
Proses patogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor, yaitu keadaan (imunitas)
host, mikroorganisme yang menyerang pasien, dan lingkungan yang berinteraksi
satu sama lain.[6]
Cara penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui
droplet sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, melalui selang infus
oleh Staphylococcus auerus. [6]
Secara radiologis, gambaran lesi pneumonia tampak lebih opaque dibanding
gambaran paru normal, densitas homogen, bisa terdapat air bronchogram sign, dan
dapat menyebabkan atelectasis pada bagian paru yang terkena.[6]
Gambaran air bronchogram

terlihat
Bersilhouette sign (+)
Peningkatan densitas
Batas tegas walaupun

pada

mulanya kurang jelas


2. Aspergillosis

21

Penyakit yang mempunyai gambaran menyerupai tbc yaitu jamur (fungus) seperti
aspergillosis. Pada Aspergillosis biasanya terjadi pada paru yang sudah terkena penyakit
lain, sehingga sering kali dijumpai bersama-sama tbc, keganasan paru, dst. Pada
aspergillosis terdapat gambaran cavitas dengan FUNGUS BALL didalamnya yang dapat
berubah-ubah letaknya tergantung dari posisi penderita. Dimana fungus ball ini
disebabkan MYCELLIA. [6]

PERBEDAAN KAVITAS PADA TB PARU, ABSES PARU, DAN KANKER PARU


Jenis

Dinding Kavitas Inner Margin

Air-Fluid Level

TB Paru

Tipis

Halus

Tidak ada

Abses Paru

Tebal

Halus

Ada

Kanker Paru

Tebal

Irreguler

Ada/Tidak ada
22

I. KOMPLIKASI
1. Efusi Pleura [14]
Efusi

Pleura

peningkatan

cairan

adalah
yang

berakumulasi di rongga pleura


(rongga yang meliputi paru-paru).
Peningkatan cairan di rongga
pleura
gangguan

dapat

menyebabnya

pernapasan

terganggunya

akibat

pengembangan

paru saat bernapas.


Efusi pleura dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, diantaranya
adalah tuberkulosis, gagal jantung, pneumonia, kanker, dll. Tuberkulosis adalah
penyebab efusi pleura terbanyak di negara berkembang seperti Indonesia. Efusi
pleura terjadi pada 5% pasien dengan TBC dan jumlah TBC ekstrapulmoner
(termasuk efusi pleura) ini ditingkatkan dengan adanya pandemik HIV.
Efusi pleura merupakan penyakit sekunder dari TBC. Hal ini terjadi karena
iritasi dari selaput pleura yang menyebabkan gangguan permeabilitas membran
sehingga menurunkan tekanan onkotik yang menyebabkan cairan masuk ke dalam
rongga pleura. Jadi efusi pleura memang dapat berhubungan dengan penyakit
Tuberkulo sis.
2. Empiema [15]

23

Empyema adalah suatu keadaan


dimana

nanah

dan

cairan

dari

jaringan yang terinfeksi terkumpul


di suatu rongga tubuh. Kata ini
berasal
empyein

dari

bahasa

menghasilkan

yang
nanah

Yunani

artinya
(supurasi).

Empyema paling sering digunakan


sebagai

pengumpulan

nanah

di

dalam rongga di sekitar paru-paru


(rongga pleura) dan biasa juga disebut dengan Empyema Thorax.
Empyema thoraks dapat disebabkan oleh infeksi yang berasal dari paru atau
luar paru. Empyema thoraks kuman penyebab tersering ialah kuman
staphylococcus, kadang-kadang pneumococcus dan streptococcus jarang sekali
kuman-kuman gram negative seperti hemophilus influenza.
Terjadinya empyema akibat invasi baasil piogenik ke pleura, timbul
peradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous dengan banyak
sel-sel PMN baik yang hidup ataupun mati dan meningkatnya kadar protein, maka
cairan menjadi keruh dan kental.

J. PROGNOSIS
Prognosis Tuberkulosis yaitu Dubia, bergantung pada kondisi pasien.

24

BAB III
DISKUSI
A. Resume Klinis
Seorang perempuan berusia 52 tahun dirujuk dari rumah sakit Grestelina
dengan keluhan utama afasia motoric dialami secara perlahan-lahan sejak 2 bulan
yang lalu. Lemah badan sebelah kiri sejak 6 bulan yang lalu secara perlahan. Ada
nyeri kepala juga sebelumnya, namun pasien tidak bisa menjelaskan deskripsi nyeri
kepalanya. Disertai juga batuk lama sejak 3 bulan yang lalu, namun tidak didapatkan
lendir dikarenakan pasien susah mengeluarkan lendirnya. Mual dan muntah tidak
jelas. Riwayat penyakit sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital dengan tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 80 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu axilla 36,5

C. Pada auskultasi

pulmo tidak didapatkan Ronkhi dan Wheezing. Fisis lain dalam batas normal.
25

Pemeriksaan Laboratium ditemukan GDS 101 mg/dl, ureum 13 mg/dl,


kreatinin 0.41 mg/dl, SGOT 28 U/L, SGPT 20 U/L. Diinstruksikan untuk dilakukan
pemeriksaan sputum BTA.
Pemeriksaan Foto Thorax AP didapatkan gambaran ground glass pada
hemitorax dekstra yang menutupi sinus, diafragma dan batas kanan jantung. Terdapat
bercak berawan pada lapangan atas paru, terutama kiri disertai garis fibrosis yang
meretraksi kedua hilus dan diafragma kiri. Cor sulit dievaluasi, aorta normal.
Ditemukan sinus kiri baik, diaframa kiri tenting. Dan didapatkan tulang-tulang intak.
B. Diskusi Analisis Kasus
Dari anamnesis, Menurut keluarga keluhan utama pasien afasia motoric dialami
secara perlahan-lahan sejak 2 bulan yang lalu. Lemah badan sebelah kiri sejak 6 bulan
yang lalu secara perlahan. Ada nyeri kepala juga sebelumnya, namun pasien tidak bisa
menjelaskan deskripsi nyeri kepalanya. Disertai juga batuk lama sejak 3 bulan yang
lalu, namun tidak didapatkan lendir dikarenakan pasien susah mengeluarkan
lendirnya. Mual dan muntah tidak jelas. Riwayat penyakit sebelumnya disangkal.
tidak ada riwayat batuk berdarah, sesak nafas tidak ada, pasien tidak pernah mengeluh nyeri
dada, keringat malam ada, berat badan turun kurang lebih 20 kg dalam 9 bulan terakhir . Hal

ini merupakan gejala klinis yang ditemukan pada penderita tuberculosis. Batuk yang
dialami disebabkan oleh Karena adanya iritasi pada brongkus dalam upaya untuk
mengeuarkan benda-benda asing.
Pada pemeriksaan radiologi dengan foto thorax AP ditemukan :

26

Terdapat bercak berawan pada keduaparu lapangan atas terutama kiri disertai
garis fibrosis yang meretraksi kedua hilus dan diafragma kiri, yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis ysng merupksn bskteri aerob sehingga baktei ini
lebih menyukai tempat-tempat yang memiliki tekanan oksigen yang tinggi, seperti
apex paru. Oleh karena itu , kecenderungan lesi perselubungan berada di lapangan
paru atas dan menunjukkan bahwa pasien menderita TB paru Lama aktif . terdapat
gambaran Ground Glass pada hemitorax dekstra yang menutupi sinus, diafragma dan
batas kanan jantung Cor sulit dievaluasi, aorta normal. Ditemukan sinus kiri baik,
diaframa kiri tenting. Dan didapatkan tulang-tulang intak.
Berdasarkan gambaran radiologi dapat disimpulkan bahwa pasien ini
menderita TB paru lama aktif sinistra. Hal ini ditandai dengan dengan bercak berawan
pada kedua paru lapangan atas terutama kiri dan garis fibrois yang merupakan tanda
TB paru lama aktif.
Pada pasien ini diberikan terapi IVFD RL 20 tpm, dexamethasone 10 mg
LD>5 mg/ 6 jam/ IV, ranitidine 50 mg/12 jam/IV, citocholine 500 mg/12 jam/ IV,
sohobron 1 amp/24 jam/ IV. Pada pasien ini belum diberikan terapi OAT

27

DAFTAR PUSTAKA
[1]. World Health Organization. Tuberculosis fact sheet. In: Geneva (Switzerland):
WHO global TB programme; Reviewed March 2015 [Internet] [cited 2015
Aug 2]; [about 5 screens]. Available
from:,http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/.
[2]. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2014. [serial online]
2014; 1(1): [134 screens]. Available from URL:
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/
[3]. Departemen Kesahatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Edisi kedua cetakan pertama. Jakarta;2006
[4]. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. Harrisons
Principle of Internal Medicine. Edisi ke-16. McGraw-Hill: 2005
[5]. Bagian Anatomi FK Unhas. Diktat Anatomi Biomedik I. Makassar: FK
Unhas;2011
[6]. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K. MS., Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi Kelima. Jakarta Pusat: Interna Publishing; 2009
[7]. Knechel NA. Tuberculosis: Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis.
American Association of Critical Nurse; 2009
[8]. Yang N, Advanced Pulmonary Tuberculosis. 2014 August: 1(1): [1 screen]. Available
from: http://radiopaedia.org/cases/advanced-pulmonary-tuberculosis
[9]. Pope TL, Harris JH. Harris & Harris The Radiology of Emergency Medicine. Edisi
Kelima. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2012
[10]. Pope TL, Harris JH. Harris & Harris The Radiology of Emergency Medicine. Edisi
Kelima. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2012
[11]. Departemen Kesahatan RI, tim penyusun. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Tuberkulosis. Departemen Kesehatan RI; 2005
[12]. Misra R, Planner A, Uthappa M. A-Z Chest Radiology. Cambridge:
Cambridge University Press; 2007
[13]. Knipe H, Datir A. Lung Abscess. 2015 June: 1(1): [1 screen]. Available from:
http://radiopaedia.org/articles/lung-abscess
[14]. Light, Richard W. Update on tuberculous pleural effusion. 2010. USA : Asian
28

Pacific Society of Respirology.


[15]. Hamill. Childrens Health Clinical Guideline. 2011. USA : Starship

29

Anda mungkin juga menyukai