LAPSUS RADIOLOGI Revisi 2
LAPSUS RADIOLOGI Revisi 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
April 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TUBERKULOSIS PARU
OLEH:
Abdurrahman
C11112002
C11112108
Anugerah
C11112115
C11112127
Shandy Shanaya
C11112133
Pembimbing Residen
dr. Emilya Jufianti
Dosen Pembimbing
dr.Luthfy Attamimi, Sp. Rad.
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Abdurrahman
C11112002
Adi Imam Setiawan
C11112108
Anugerah
C11112115
Saul Sagita T Selang
C11112127
Shandy Shanaya
` C11112133
Judul Laporan Kasus: Tuberkulosis Paru
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, April 2016
Pembimbing
Konsulen
dr.Luthfy Attamimi, Sp. Rad.
dr.Emilya
Penguji Lisan
dr. Dario A Nelwan, Sp.Rad
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
BAB 1
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Tgl lahir
No. RekamMedik
Jenis kelamin
RuangPerawatan
Alamat
Tanggal MRS
B.
: Ny. H
: 31/12/1964
: 753542
: Perempuan
: Palem
: Wajo, Dusun Massie
: 12/04/2016
Anamnesis
2
Keluhan utama
Allo Anamnesis
keluarga pasien batuk kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, berlendir tapi sulit untuk
dikeluarkan, tidak ada riwayat batuk berdarah, sesak nafas tidak ada, pasien tidak pernah
mengeluh nyeri dada, keringat malam ada, berat badan turun kurang lebih 20 kg dalam 9 bulan
terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu : Disangkal
C. Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum
Tanda Vital
- Tekanandarah
- Nadi
-
Suhu
Pernafasan
: Somnolen
: 130/90 mmHg
: 80x/menit
: 36,5oC
: 22 x/menit
Status lokalis
1. Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
2. Leher
Inspeksi
Palpasi
:Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
3. Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
4. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
5. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Edema (-)
: Tidak ada nyeri tekan
D. Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN
KIMIA DARAH
HASIL
NILAI RUJUKAN
SATUAN
101
140
mg/dl
Glukosa
GDS
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
Fungsi Hati
13
10-50
mg/dl
0,41
L(<1,3) P(<1,1)
mg/dl
28
<38
U/L
20
<41
U/L
SGOT
SGPT
E. Radiologi
Gambar 1. Thorax AP
Gambar 2. Thorax AP
Foto thorax AP
Hasil Pemeriksaan
:
5
Bercak berawan pada kedua paru lapangan atas terutama kiri desertai garis fibrosis yang
Kesan :
-
F. Diagnosis
TB Paru lama aktif lesi luas dan Efusi pleura dekstra
G. Terapi
-
IVFD RL 20 tpm
Pasang kateter
Dexamethason 10 mg LD -> 5 mg / 6 jam / iv
Ranitidin 50 mg / 12 jam / IV
Citocholine 500 mg / 12 jam / IV
Sohobron 1 amp / 24 jam / IV
Diinstruksikan dilakukan pemeriksaan sputum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Penularan dan
penyebaran penyakit ini melalui udara yang mengandung (kuman) basil tuberkulosis.
Pada waktu penderita batuk, bersin dan atau meludah, butir-butir air ludah beterbangan di
udara yang mengandung basil TBC dan terhisap oleh orang yang lain dan masuk ke
dalam paru yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.[1]
B. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2013, diperkirakan ada 9 juta kasus insiden TB (kisaran 8.600.0009.400.000) secara global, setara dengan 126 kasus per 100.000 penduduk. Jumlah kasus
menurun perlahan, rata rata 1,5% per tahun 2000-2013 dan 0,6% antara tahun 2012 dan
2013. Sebagian besar perkiraan jumlah kasus pada tahun 2013 terjadi di Asia (56%) dan
Daerah Afrika (29%); sebagian kecil kasus terjadi di Mediterania Timur (8%), wilayah
Eropa (4%) dan Wilayah Amerika (3%). Keenam negara yang memiliki jumlah terbesar
kasus insiden pada tahun 2013 adalah India (2 juta -2.3 juta), Cina (0.9 juta-1.1 juta),
Nigeria (340.000-880.000), Pakistan (370.000 -650.000), Indonesia (410.000-520.000)
dan Afrika Selatan (410.000-520.000).[2]
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di
dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan
estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.[2]
C. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
1. Berdasarkan hasil Pemeriksaan Dahak (BTA) [3]
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
-
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif.
Kasus Baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari sebulan.
b.
c.
Kasus Defaulted atau drop out adalah pasien yang menjalani pengobatan lebih
atau sama dengan 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatan selesai.
d.
Kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjasi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
akhir pengobatan.
8
e.
Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan
yang baik.
f.
Kasus bekas TB adalah hasil pemeriksaan BTA negative (biakan juga negative
bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif,
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi
meragukan dan telah mendapatkan pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto torax
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
b.
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far
advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.
b.
D. PATOGENESIS
Droplet infeksius yang terhirup akan tertinggal di seluruh jalan napas. Sebagian besar
basil terjebak di bagian atas dari saluran udara di mana sel-sel goblet penghasil mukus
berada. Mukus yang diproduksi menangkap zat asing, dan silia pada permukaan sel-sel
terus menggerakkan lendir dan partikel yang terperangkap menuju ke atas saluran napas
untuk dikeluarkan. Sistem ini memberikan tubuh dengan pertahanan fisik awal yang
mencegah infeksi pada kebanyakan orang yang terkena TBC. [4]
Bakteri pada droplet yang melewati sistem mukosiliar dan mencapai alveoli dengan
cepat dikelilingi dan ditelan oleh makrofag alveolar. Fagositosis yang terjadi memulai
rentetan kejadian yang mengakibatkan baik pengendalian sukses infeksi, diikuti dengan
TB laten, atau perkembangan ke TB aktif, disebut TBC progresif primer. Hasilnya pada
dasarnya ditentukan oleh kualitas pertahanan host dan keseimbangan yang terjadi antara
pertahanan host dan mikobakteri yang menyerang.[4]
Setelah tertelan oleh makrofag, mikobakteri yang terus bertambah banyak secara
perlahan, dengan pembelahan sel bakteri terjadi setiap 25-32 jam. Terlepas dari apakah
infeksi dapat dikendalikan atau terus berlangsung, perkembangan awal melibatkan
produksi enzim proteolitik dan sitokin oleh makrofag dalam upaya untuk menurunkan
jumlah bakteri. Sitokin yang dikeluarkan akan menarik limfosit T ke situs yang
terinfeksi.
Makrofag
kemudian
mempresentasikan
antigen
mikobakterium
di
10
permukaannya ke sel T. Proses kekebalan awal ini terus selama 2 sampai 12 minggu;
mikroorganisme terus tumbuh sampai mereka mencapai jumlah yang cukupuntuk
sepenuhnya memperoleh respon imun cell-mediated, yang dapat dideteksi dengan Skin
Test.[4]
Untuk orang dengan cell-mediated immunity yang masih utuh, langkah defensif
selanjutnya adalah pembentukan granuloma di sekitar organismeMycobacterium
tuberculosis. Lesi tipe nodular ini terbentuk dari akumulasilimfosit dan makrofag T
diaktifkan, yang menciptakan lingkungan mikro yang membatasi replikasi dan
penyebaran mikobakteri. Lingkungan ini menghancurkan makrofag dan menghasilkan
nekrosis padat di pusat lesi; Namun, basil mampu beradaptasi untuk bertahan hidup.
Dalam 2 atau 3 minggu, lingkungan nekrotik akan menyerupai keju, sering disebut
nekrosis caseous, dan ditandai oleh rendahnya tingkat oksigen, pH rendah, dan nutrisi
terbatas. Kondisi ini membatasi pertumbuhan lebih lanjut dan memasuki fase laten. Lesi
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang memadai umumnya menjalani fibrosis
dan kalsifikasi. Lesi pada orang dengan sistem kekebalan yang kurang efektif akan
berlanjut ke TB progresif primer.[4]
Untuk orang imunokompeten kurang, pembentukan granuloma dimulai tetapi pada
akhirnya tidak berhasil dalam mengendalikan basil. Jaringan nekrotik mengalami
pencairan, dan dinding fibrous kehilangan integritas struktural. Material nekrotik
semiliquid kemudian dapat mengalir ke dalam bronkus atau pembuluh darah di
dekatnya, meninggalkan rongga berisi udara di situs asli. Pada pasien yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis, tetesan dapat dibatukkan dari bronkus dan menginfeksi
orang lain. Jika basil keluar ke pembuluh darah, dapat memungkinkan terjadinya
tuberkulosis extrapulmoner. Basil juga dapat mengalir ke sistem limfatik dan berkumpul
11
dalam kelenjar getah bening trakeobronkial dari paru-paru yang terkena, di mana
organisme dapat membentuk granuloma caseous baru.[4]
E. ANATOMI THORAX
1. Dinding Thorax
Dinding Thorax terdiri dari
seperangkat tulang, articulus,
dan otot-otot. Dinding thorax
dapat bergerak mengikuti irama
respirasi. Tulang- tulang yang
membentuk
adalah
dinding
Vertebra
thorax
thoracalis
bejumlah
12
buah,
sebanyak
12
pasang,
Os.Sternum.
Articulus
costae
dan
yang
2. Mediastinum
Mediastinum dibagi menjadi dua bagian oleh
Angulus Sternalis Louisi dan Tepi caudal
Corpus
Vertebral
Mediastinum
Thoracalis
Superior
dan
IV
yaitu
Mediastinum
anterius
disebelah
ventral
Inferior. Pulmo dextra memiliki 10 segmental. Brochus dan pulmo sinister memiliki 8
segmentar Bronchus. Secara Singkat pembagian dapat dilihat pada gambar.[5]
F. DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien dapat bermacam-macam bahkan bisa tanpa
keluhan sama sekali dalam pemeriksaan, keluhan tersering biasanya di dapatkan
dalam pemeriksaan fisis adalah sebagai berikut:[6],[7]
a.
b.
Batuk/hemoptysis, gejala ini terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini
diperlukan untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk
14
Sesak napas, dapat ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah mencapai setengah bagian paru-paru.
d.
Nyeri dada, timbul saat infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan nyeri dada pleuritik. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik dan melepaskan napasnya.
e.
2. Pemeriksan Fisis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebril), badan
kurus atau berat badan menurun.[6]
Pada pemeriksaan fisik pasien juga sering tidak dijumpai kelainan terutama pada
kasus-kasus dini. Tempat kelainan lesi yang utama terletak pada apeks paru. Bila
dicurigai adanya infiltrate yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronchial. Akan didapatkan juga suara napas tambahan berupa
ronki bawah, kasar dan nyaring. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi
memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.
15
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi
dan retraksi otot-otot intercostal. Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk
efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan. Perkusi
memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai
tidak terdengar sama sekali.[6]
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah. Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat
tuberculosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran kekiri, limfosit dalam batas normal, dan
laju endap darah mulai meningkat.
b. Pemeriksaan Bakteriologik. Bahan untuk pemeriksaan ini dapat berasal dari
dahak, cairan peura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar, urin, faces dan jaringan biopsy. Pemeriksaan
bakteriologik dari specimen ini dapat dilakukan dengan cara mikroskopik
maupun biakan.
i.
Tb paru aktif : tampak bercak berawan disertai kavitas pada lapangan atas
16
paru. Mycobakterium TB adalah bakteri aerob sehingga bakteri ini akan lebih
menyukai tempat- tempat yang memiliki tekanan oksigen yang tinggi. Seperti
apex paru. Oleh karena itu kecenderungan lesi berada di lapangan paru atas.
Pada awal penyakit, lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
(spesifik),sehingga tampak gambaran bercak berawan dengan batas yang tidak
tegas. Pada kavitas bayangannya yang berupa cincin yang mula-mula berdinding
tipis, lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal.
Tb aktif dengan cavitas dan infiltrat pada kedua lapangan paru atas
17
Tb paru lama aktif : tampak bercak berawan pada kedua lapangan paru
disertai kavitas, bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan
retraksi hilus keatas
TB Paru lama
aktif
TB Paru tenang, Nampak sarang seperti garis-garis fibrotic atau bitnik-bintik kapur kalsifikasi
G. PENATALAKSANAAN
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan
anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB
didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi,
dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat
primer. Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap dan
lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan kombinasi OAT
dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZES/5HRE. [10]
Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
19
Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekuensi. Angka
2 didepan seperti pada 2HRZE, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu
kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada 4H3R3
artinya dipakai 3 kali seminggu, selama 4 bulan. [10], [11]
KATEGORI-1 (2HRZE/4H3R3)
Obat ini diberikan untuk:
Penderita baru TB Paru BTA Positif.
Penderita baru TB Paru BTA negatif Rntgen Positif yang sakit berat
Penderita TB Ekstra Paru berat
Paduan OAT KDT untuk kategori-1
KATEGORI-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA (+) yang sebelumnya
pernah diobati, yaitu:
Penderita kambuh (relaps)
Penderita gagal (failure)
Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
Paduan OAT KDT ( Kombinasi Dosis Tetap) untuk kategori-1
Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu :
- Tahap intensif : mendapat obat tiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya reistensi obat. Bila diberikan dengan tepat maka pasien
tidak akan menularkan penyakit dalam waktu dua minggu.
- Tahap lanjutan : membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
20
H. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengebai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi pada jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.[6]
Proses patogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor, yaitu keadaan (imunitas)
host, mikroorganisme yang menyerang pasien, dan lingkungan yang berinteraksi
satu sama lain.[6]
Cara penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui
droplet sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, melalui selang infus
oleh Staphylococcus auerus. [6]
Secara radiologis, gambaran lesi pneumonia tampak lebih opaque dibanding
gambaran paru normal, densitas homogen, bisa terdapat air bronchogram sign, dan
dapat menyebabkan atelectasis pada bagian paru yang terkena.[6]
Gambaran air bronchogram
terlihat
Bersilhouette sign (+)
Peningkatan densitas
Batas tegas walaupun
pada
21
Penyakit yang mempunyai gambaran menyerupai tbc yaitu jamur (fungus) seperti
aspergillosis. Pada Aspergillosis biasanya terjadi pada paru yang sudah terkena penyakit
lain, sehingga sering kali dijumpai bersama-sama tbc, keganasan paru, dst. Pada
aspergillosis terdapat gambaran cavitas dengan FUNGUS BALL didalamnya yang dapat
berubah-ubah letaknya tergantung dari posisi penderita. Dimana fungus ball ini
disebabkan MYCELLIA. [6]
Air-Fluid Level
TB Paru
Tipis
Halus
Tidak ada
Abses Paru
Tebal
Halus
Ada
Kanker Paru
Tebal
Irreguler
Ada/Tidak ada
22
I. KOMPLIKASI
1. Efusi Pleura [14]
Efusi
Pleura
peningkatan
cairan
adalah
yang
dapat
menyebabnya
pernapasan
terganggunya
akibat
pengembangan
23
nanah
dan
cairan
dari
dari
bahasa
menghasilkan
yang
nanah
Yunani
artinya
(supurasi).
pengumpulan
nanah
di
J. PROGNOSIS
Prognosis Tuberkulosis yaitu Dubia, bergantung pada kondisi pasien.
24
BAB III
DISKUSI
A. Resume Klinis
Seorang perempuan berusia 52 tahun dirujuk dari rumah sakit Grestelina
dengan keluhan utama afasia motoric dialami secara perlahan-lahan sejak 2 bulan
yang lalu. Lemah badan sebelah kiri sejak 6 bulan yang lalu secara perlahan. Ada
nyeri kepala juga sebelumnya, namun pasien tidak bisa menjelaskan deskripsi nyeri
kepalanya. Disertai juga batuk lama sejak 3 bulan yang lalu, namun tidak didapatkan
lendir dikarenakan pasien susah mengeluarkan lendirnya. Mual dan muntah tidak
jelas. Riwayat penyakit sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital dengan tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 80 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu axilla 36,5
C. Pada auskultasi
pulmo tidak didapatkan Ronkhi dan Wheezing. Fisis lain dalam batas normal.
25
ini merupakan gejala klinis yang ditemukan pada penderita tuberculosis. Batuk yang
dialami disebabkan oleh Karena adanya iritasi pada brongkus dalam upaya untuk
mengeuarkan benda-benda asing.
Pada pemeriksaan radiologi dengan foto thorax AP ditemukan :
26
Terdapat bercak berawan pada keduaparu lapangan atas terutama kiri disertai
garis fibrosis yang meretraksi kedua hilus dan diafragma kiri, yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis ysng merupksn bskteri aerob sehingga baktei ini
lebih menyukai tempat-tempat yang memiliki tekanan oksigen yang tinggi, seperti
apex paru. Oleh karena itu , kecenderungan lesi perselubungan berada di lapangan
paru atas dan menunjukkan bahwa pasien menderita TB paru Lama aktif . terdapat
gambaran Ground Glass pada hemitorax dekstra yang menutupi sinus, diafragma dan
batas kanan jantung Cor sulit dievaluasi, aorta normal. Ditemukan sinus kiri baik,
diaframa kiri tenting. Dan didapatkan tulang-tulang intak.
Berdasarkan gambaran radiologi dapat disimpulkan bahwa pasien ini
menderita TB paru lama aktif sinistra. Hal ini ditandai dengan dengan bercak berawan
pada kedua paru lapangan atas terutama kiri dan garis fibrois yang merupakan tanda
TB paru lama aktif.
Pada pasien ini diberikan terapi IVFD RL 20 tpm, dexamethasone 10 mg
LD>5 mg/ 6 jam/ IV, ranitidine 50 mg/12 jam/IV, citocholine 500 mg/12 jam/ IV,
sohobron 1 amp/24 jam/ IV. Pada pasien ini belum diberikan terapi OAT
27
DAFTAR PUSTAKA
[1]. World Health Organization. Tuberculosis fact sheet. In: Geneva (Switzerland):
WHO global TB programme; Reviewed March 2015 [Internet] [cited 2015
Aug 2]; [about 5 screens]. Available
from:,http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/.
[2]. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2014. [serial online]
2014; 1(1): [134 screens]. Available from URL:
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/
[3]. Departemen Kesahatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Edisi kedua cetakan pertama. Jakarta;2006
[4]. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. Harrisons
Principle of Internal Medicine. Edisi ke-16. McGraw-Hill: 2005
[5]. Bagian Anatomi FK Unhas. Diktat Anatomi Biomedik I. Makassar: FK
Unhas;2011
[6]. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K. MS., Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi Kelima. Jakarta Pusat: Interna Publishing; 2009
[7]. Knechel NA. Tuberculosis: Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis.
American Association of Critical Nurse; 2009
[8]. Yang N, Advanced Pulmonary Tuberculosis. 2014 August: 1(1): [1 screen]. Available
from: http://radiopaedia.org/cases/advanced-pulmonary-tuberculosis
[9]. Pope TL, Harris JH. Harris & Harris The Radiology of Emergency Medicine. Edisi
Kelima. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2012
[10]. Pope TL, Harris JH. Harris & Harris The Radiology of Emergency Medicine. Edisi
Kelima. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2012
[11]. Departemen Kesahatan RI, tim penyusun. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Tuberkulosis. Departemen Kesehatan RI; 2005
[12]. Misra R, Planner A, Uthappa M. A-Z Chest Radiology. Cambridge:
Cambridge University Press; 2007
[13]. Knipe H, Datir A. Lung Abscess. 2015 June: 1(1): [1 screen]. Available from:
http://radiopaedia.org/articles/lung-abscess
[14]. Light, Richard W. Update on tuberculous pleural effusion. 2010. USA : Asian
28
29