Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AGAMA ISLAM

Disusun oleh :
Mei Listiawati
XII IIS 4

DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA


SMA NEGERI PERINGSEWU
Tahun 2015 2016

MERAIH DERAJAT IHSAN


MERAIH DERAJAT IHSAN
Bismillahirrahmannirahim,
DERAJAT IHSAN merupakan tingkatan tertinggi
keislaman seorang hamba. Tidak semua orang bisa
meraih derajat yang mulia ini. Hanya hamba-hamba
yang khusus saja yang bisa mencapai derajat m
ulia ini. Oleh karena itu, merupakan keutamaan
tersendiri bagi hamba yang mampu meraihnya.
Semoga Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk di
dalamnya.

ANTARA ISLAM, IMAN DAN IHSAN


Suatu ketika Malaikat Jibril datang di majelis
Rasulullah dan para sahabatnya dalam
rupa manusia, kemudian menanyakan kepada
Rasulullah beberapa pertanyaan. Di
antara pertanyaannya adalah tentang makna Islam,
Iman, dan IHSAN. Kemudian Rasulullah
menjawabnya dan dibenarkan oleh Jibril. Berdasarkan
hadist riwayat Muslim , para ulama membagi agama
Islam menjadi tiga tingkatan yaitu islam, iman, dan
IHSAN.

Tingkatan agama yang paling tinggi adalah IHSAN,


kemudian iman, dan paling rendah adalah islam. Kaum

muhsinin (orang-orang yang memiliki sifat IHSAN)


merupakan hamba pilihan dari hamba-hamba yang
shalih. Oleh sebab itu, sebagian ulama menjelaskan jika
IHSAN sudah terwujud berarti iman dan islam juga
sudah terwujud pada diri seorang hamba. Jadi, setiap
muhsin pasti mukmin dan setiap mukmin pasti muslim.
Namun tidak berlaku sebaliknya. Tidak setiap muslim
itu mukmin dan tidak setiap mukmin itu mencapai
derajat muhsin. Pelaku IHSAN adalah hamba pilihan
dari hamba-hamba yang shalih. Oleh karena itu, di
dalam disebutkan hak-hak mereka secara khusus
tanpa menyebutkan hak yang lainnya.

MAKNA IHSAN
Kata IHSAN (berbuat baik) merupakan kebalikan dari
kata al isaa-ah (berbuat buruk), yakni perbuatan
seseorang untuk melakukan perbuatan yang maruf
dan menahan diri dari dosa. Dia mendermakan
kebaikan kepada hamba yang lainnya baik melalui
hartanya, kehormatannya, ilmunya, maupun raganya.

Adapun yang dimaksud IHSAN bila dinisbatkan kepada


peribadatan kepada adalah sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasululluah dalam
hadist Jibril :
Wahai Rasulullah, apakah IHSAN itu? Beliau
menjawab, Kamu menyembah seakan-akan kamu

melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka


sesungguhnya Dia melihatmu. (H.R. Muslim 102)
Dalam hadits Jibril, tingkatan Islam yang ketiga ini
memiliki satu rukun. Nabi menjelaskan
mengenai IHSAN yaitu Engkau beribadah kepada
seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak
mampu melihat-Nya, akan melihatmu. Itulah
pengertian IHSAN dan rukunnya.

Syaikh Abdurrahman as Sadi menjelaskan bahwa


IHSAN mencakup dua macam, yakni IHSAN dalam
beribadah kepada dan IHSAN dalam menunaikan hak
sesama makhluk. Ihsan dalam beribadah kepada
maknanya beribadah kepada seolah-olah melihatNya atau merasa diawasi oleh-Nya. Sedangkan IHSAN
dalam hak makhluk adalah dengan menunaikan hakhak mereka. Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua,
yaitu yang wajib dan sunnah. Yang hukumnya wajib
misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil
dalam bermuamalah. Sedangkan yang sunnah
misalnya memberikan bantuan tenaga atau harta yang
melebihi batas kadar kewajiban seseorang. Salah satu
bentuk IHSAN yang paling utama adalah berbuat baik
kepada orang yang berbuat jelek kepada kita, baik
dengan ucapan atau perbuatannya.

TINGKATAN IHSAN

Syaikh Sholeh Alu Syaikh hafidzahullah memberikan


penjelasan bahwa inti yang dimaksud dengan IHSAN
adalah membaguskan amal. Batasan minimal
seseorang dapat dikatakan telah melakukan IHSAN di
dalam beribadah kepada yaitu apabila di dalam
memperbagus amalannya niatnya ikhlas yaitu sematamata mengharap pahala-Nya dan sesuai dengan
sunnah Nabi . Inilah kadar IHSAN yang
wajib yang harus ditunaikan oleh setiap muslim yang
akan membuat keislamannya menjadi sah. Adapun
kadar IHSAN yang mustahab (dianjurkan) di dalam
beribadah kepada memiliki dua tingkatan, yaitu :
PERTAMA - TINGKATAN MUROQOBAH
Yakni seseorang yang beramal senantiasa merasa
diawasi dan diperhatikan oleh dalam setiap
aktivitasnya. Ini berdasarkan sabda Nabi

(jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia
melihatmu)
Tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang tidak
mampu memperhatikan sifat-sifat , dia yakin bahwa
melihatnya. Tingkatan inilah yang dimiliki oleh
kebanyakan orang. Apabila seseorang mengerjakan
shalat, dia merasa memperhatikan apa yang dia
lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya tersebut. Hal
ini sebagaimana firmankan dalam surat Yunus ,



{61}
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak
membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak
mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi
saksi atasmu di waktu kamu melakukannya (Yunus:
61)

KEDUA - TINGKATAN MUSYAHADAH


Tingkatan ini lebih tinggi dari yang pertama, yaitu
seseorang senantiasa memeperhatikan sifat-sifat dan
mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat
tersebut. Inilah realisasi dari sabda Nabi :

(Kamu menyembah seakan-akan kamu melihat-Nya)

Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada ,


seakan-akan dia melihat-Nya. Yang dimaksud adalah
memperhatikan sifat-sifat , yakni dengan
memperhatikan pengaruh sifat-sifat bagi makhluk.
Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan
keyakinan yang kuat terhadap sifat-sifat , dia akan
mengembalikan semua tanda kekuasaan pada namanama dan sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi
dalam derajat IHSAN.

KEUTAMAAN IHSAN
berfirman,
{128}
Sesungguhnya beserta orang-orang yang bertakwa
dan orang-orang yang berbuat IHSAN. (An Nahl: 128)
Dalam ayat ini menunjukkan keutamaan seorang
muhsin yang bertakwa kepada , yang tidak
meninggalkan kewajibannya dan menjauhi segala yang
haram. Kebersamaan dalam ayat ini adalah
kebersamaan yang khusus. Kebersamaan khusus yakni
dalam bentuk pertolongan, dukungan, dan petunjuk
jalan yang lurus sebagai tambahan dari kebersamaan
yang umum (yakni pengilmuan ). Makna dari firman
( dan orang-orang yang berbuat IHSAN)
adalah yang mentaati Rabbnya, yakni dengan
mengikhlaskan niat dan tujuan dalam beribadah serta
melaksankanan syariat dengan petunjuk yang telah
dijelasakan oleh Rasulullah .

Dalam ayat lain berfirman,



}
{195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan , dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya


menyukai orang-orang yang berbuat IHSAN. (Al
Baqarah:195)

Ketika menafsirkan ayat ini Syaikh As Sadi


menjelaskan bahwa IHSAN pada ayat ini mecakup
seluruh jenis IHSAN. Hal ini karena tidak ada
pembatasan pada ayat ini. Maka termasuk di dalamnya
IHSAN dengan harta, kemuliaan, pertolongan,
perbuatan memerintahkan yang maruf dan mencegah
dari yang mungkar, mengajarkan ilmu yang
bermanfaat, dan perbuatan IHSAN lain yng
diperintahkan oleh . Termasuk di dalamnya juga
adalah IHSAN dalam beribadah kepada . Hal ini
sebagaimnan sabda Nabi Kamu menyembah seakanakan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu .. Barangsiapa
yang memiliki sifat IHSAN tersebut, maka dia tergolong
orang-orang yang terangkan dalam firman-Nya
(artinya):
Bagi orang-orang yang berbuat IHSAN, ada pahala
yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah
( ) QS Yunus: 26) akan bersamanya,
memberinya petunjuk, membimbingnya, serta
menolongnya dalam setiap urusannya.
juga berfirman (artinya),
Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan)
dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat,

maka sesungguhnya menyediakan bagi siapa yang


berbuat IHSAN (kebaikan) diantaramu pahala yang
besar. (Al Ahzab: 29)

PENERAPAN MAKNA IHSAN DALAM KEHIDUPAN


Pembaca yang dirahmati , sikap IHSAN ini harus
berusaha kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika kita berbuat amalan kataatan, maka perbuatan itu
selalu kita niatkan untuk . Sebaliknya jika terbesit niat
di hati kita untuk berbuat keburukan, maka kita TIDAK
mengerjakannya karena sikap IHSAN yang kita miliki.
Seseorang yang sikap IHSANNYA kuat akan rajin
berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat
senang yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu
berbuat kejahatan karena dia selalu yakin melihat
perbuatannya. IHSAN adalah puncak prestasi dalam
ibadah, muamalah, dan akhlak seorang hamba. Oleh
karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini
tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang
dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapa
pun kita, apa pun profesi kita, di mata tidak ada yang
lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah
naik ke tingkat IHSAN dalam seluruh amalannya. Kalau
kita cermati pembahasan di atas, untuk meraih derajat
IHSAN, sangat erat kaitannya dengan benarnya
pengilmuan seseorang tentang nama-nama dan sifatsifat .

Semoga Allah memberi kita karunia IHSAN dan


mewujudkan IHSAN dalam diri kita, sebelum
mengambil ruh ini dari jasad kita. Semoga bermanfaat.
Allahul mustaan ..
Aamiin yaa Robbal alamin ..

Wallahua'lam bishawab,
Abu Athifah Adika Mianok

Anda mungkin juga menyukai