2013).Diperkirakan 195.000 kematian setiap tahun disebabkan oleh luka bakar
dan sebagian besar terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2012).Dan hampir separuh terjadi di wilayah Asia Tenggara. Menurut Riset Kesehatan Dasar Depkes RI (2007) prevalensi kejadian luka bakar di Indonesia adalah sebesar 2,2%. Prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau sebesar 3,8%. Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas, cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi (Sjamsuhidajat, 2005). Pada luka bakar sering terjadi infeksi baik berasal dari endogen dan eksogen (Pruit, 1998). Infeksi luka bakar terutama disebabkan oleh bakteri (70%) diikuti oleh jamur (20-25%), anaerob dan virus (5-10%) (Capoor et al, 2010). Pada penelitian Saaiq (2012) organisme yang ditemukan pada luka bakar adalah Pseudomonas aeruginosa (n=23), Klebsiella (n=4), Staphylococcus aureus (n=3), methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (n=3), Candida albicans (n=3), E. coli (n=2) dan Proteus (n=2). Skin graft adalah penempelan kulit dengan operasi dari satu area tubuh dan ditransplantasikan atau melekat ke daerah lain (Semer, 2001). Skin graft digunakan dalam berbagai situasi klinis termasuk rekonstruksi luka bakar. Skin graft dapat diklasifikasikan split thickness dan full thickness (Thome, 2007). Tingkat keberhasilan STSG tergantung beberapa faktor salah satunya adalah infeksi (Guo, 2010). Patogen yang paling umum yang menyebabkan kegagalan graft adalah coagulase positive staphylococcus, Pseudomonas dan beta-
haemolytic Streptococcus (Magliacani, 1990). Kegagalan take STSG ini
disebabkan karena kemampuan Pseudomonas aeruginosa untuk bertahan dan berkembang biak dalam biofilm. Biofilm merupakan agregat multiselular yang dibungkus dalam matriks ekstraselular polisakarida, protein, DNA, dibandingkan dengan satu bakteri bebas yang disebut sel planktonik (Hogsberg et al, 2011). Berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi, infeksi luka terjadi apabila djumpai koloni kuman lebih dari 100.000 (105 ) organisme atau koloni per gram jaringan atau mm3 pus (Healy, 2006). Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi luka bakar tertinggi terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau sama-sama 3,8% sedangkan di Provinsi Lampung tercatat sebesar 1,7% dari keseluruhan kasus cedera. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan luka bakar pun cukup tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2004; DEPKES RI, 2007).