Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN AIR KALI SINAMAR PAYAKUMBUH

DISUSUN
O
L
E
H

RAHMI KINTANI PUTRI MEDYA


1510070120013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-Nya sehingga pada
kesempatan ini saya masih diberi kesehatan untuk menulis sebuah makalah untuk memenuhi
tugas Pencemaran Kesehatan Lingkungan tentang Pencemaran Air Kali Sinamar Payakumbuh.
Makalah ini saya tujukan terutama buat dosen matakuliah Pencemaran Lingkungan dan
buat pembaca semuanya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai masalah-masalah
pencemaran limbah di Kali Sinamar. Dari pengertian lingkungan hidup, penyebab terjadinya
pencemaran di Kali Sinamar , salah satu kasus pencemaran limbah tahu di Kali Sinamar hingga
solusi mengatasi pencemaran tersebut.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat dan jika terdapat
kekurangan saya menerima kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini.
Walaupun kesempurnaan itu hanya milik Tuhan.

Payakumbuh,21 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
iii

KATA PENGANTAR .........................................................................

ii

DAFTAR ISI.........................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................

1.2 Perumusan Masalah...........................................................

1.3 Tujuan.................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan..............................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lingkungan Hidup..........................................

2.2 Penegakan Hukum Lingkungan Hidup............................

2.3 Penyebab Terjadinya Pencemaran di Kali Sinamar.......

2.4 Kasus Pencemaran Limbah Tahu di Kali Sinamar.........

2.5 Penyelesaian Pada Kasus di Kali Sinamar.......................

13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...........................................................................

18

3.2 Saran ....................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
iii

19

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung resiko. Makin meningkatnya
resiko makin meningkat pencemaran dan perusakan lingkungan, termasuk oleh limbah Bahan
Berbahaya Beracun (B3), sehingga struktur dan fungsi ekosistem yang menjadi penunjang
kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidupakan menjadi beban sosial,
yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya pemulihannya.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/ kegiatan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis
dan karakteristik limbah.
Menyadari hal di atas, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya harus dikelola
dengan baik. Makin meningkatnya kegiatan pembangunan, dalam hal ini pabrik-pabrik atau
indutri-industri menyebabkan meningkatnya dampak kegiatan tersebut terhadap lingkungan
hidup, keadaan ini makin mendorong diperlukannya upaya pengendalian dampaknya, sehingga
resiko terhadap lingkungan dapat ditekan sekecil mungkin.
Upaya pengendalian dampak terhadap lingkungan sangat ditentukan oleh pengawasan
terhadap ditaatinya ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur segi-segi
lingkungan hidup, sebagai perangkat hukum yang bersifat preventif melalui proses perizinan
untuk melakukan usaha dan atau kegiatan. Oleh karena itu dalam setiap izin yang diterbitkan,
harus dicantumkan secara tegas syarat dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha atau kegiatan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan :
ii

1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup?


2. Apa saja penegakan hukum lingkungan hidup?
3. Apa yang menyebabkan tercemarnya Kali Sinamar?
4. Apa contoh tentang pencemaran Kali Sinamar?
5. Manakah yang sesuai studi kasus Kali Sinamar dengan solusi penegakan Hukum
Lingkungan Hidup?

1.3 Tujuan
Tujuan dari di susunnya makalah ini dengan judul Pencemaran Air Kali Sinamar
Payakumbuh oleh Limbah adalah untuk melengkapi tugas matakuliah Pencemaran Kesehatan
Lingkungan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah yang berjudul Pencemaran Air Kali Sinamar
oleh Limbah ini adalah menambah wawasan para pembaca, terutama untuk penulisnya sendiri
dan para mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Baiturrahmah mengenai
lingkungan hidup yang terjadi di Kali Sinamar.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lingkungan Hidup
iii

masalah

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain[3].
Selanjutnya kita akan membahas definsi dari pencemaran. Menurut Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pencemaran adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan[4].
Makna dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
2.2 Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
Penegakan hukum mempunyai makna, bagaimana hukum itu harus dilaksanakan, sehingga
dalam penegakan hukum tersebut harus diperhatikan unsur-unsur kepastian hukum. Kepastian
hukum menghendaki bagaimana hukum dilaksanakan, tanpa perduli bagaimana pahitnya (fiat
jutitia et pereat mundus; meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hal ini
dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam masyrakat.sebaliknya masyarakat menghendaki
adannya manfaat dalam pelaksanaan peraturan atau penegakan hukum lingkungan tersebut.
Hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dan memberi manfaat
kepada masyarakat. Artinya peraturan tersebut dibuat adalah untuk kepentingan masyarakat,
sehingga jangan sampai terjadi bahwa, karena dilaksanakannya peraturan tersebut, masyarakat
justru menjadi resah. Unsur ketiga adalah keadilan.
Dalam penegakan hukum lingkungan harus diperhatikan, namun demikian hukum tidak
identik dengan keadilan, karena hukum itu sifatnya umum, mengikat semua orang, dan
menyamaratakan. Dalam penataan dan penegakan hukum lingkungan, unsur kepastian, unsur
kemanfaatan, dan unsur keadilan harus dikompromikan, ketiganya harus mendapat perhatian
secara proporsional. Sehingga lingkungan yang tercemar dapat dipulihkan kembali[5].

ii

Penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan


kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum,
yaitu administratif, pidana, dan perdata[6]. Berikut adalah sarana penegakan hukum:
1. Administratif
Sarana administrasi dapat bersifat preventif dan bertujuan menegakkan peraturan
perundang-undangan lingkungan. Penegakan hukum dapat diterapkan terhadap kegiatan yang
menyangkut persyaratan perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan
(RKL), dan sebagainya. Disamping pembinaan berupa petunjuk dan panduan serta pengawasan
administratif, kepada pengusaha di bidang industri, hendaknya juga ditanamkan manfaat konsep
Pollution Prevention Pays dalam proses produksinya.
Penindakan represif oleh penguasa terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan
lingkungan administratif pada dasarnya bertujuan untuk mengakhiri secara langsung
pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian
perbuatan terlarang. Disamping itu, sanksi administratif terutama ditujukan kepada perlindungan
kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut. Beberapa jenis sarana
penegakkan hukum administrasi adalah :
a.

Paksaan pemerintah atau tindakan paksa;

b. Uang paksa;
c.

Penutupan tempat usaha;

d. Penghentian kegiatan mesin perusahaan;


e.

Pencabutan izin melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan, dan uang paksa.

2. Kepidanaan
Tata cara penindakannya tunduk pada undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana. Peranan Penyidik sangat penting, karena berfungsi mengumpulkan bahan/alat
bukti yang seringkali bersifat ilmiah. Dalam kasus perusakan dan/atau pencemaran lingkungan
terdapat kesulitan bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah sesuai ketentuan
iii

Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP. Selain itu, pembuktian unsur hubungan kausal merupakan
kendala tersendiri mengingat terjadinya pencemaran seringkali secara kumulatif, sehingga untuk
membuktikan sumber pencemaran yang bersifat kimiawi sangat sulit. Penindakan atau
pengenaan sanksi pidana adalah merupakan upaya terakhir setelah sanksi administratif dan
perdata diterapkan.
3. Keperdataan
Mengenai hal ini perlu dibedakan antara penerapan hukum perdata oleh instansi yang
berwenang melaksanakan kebijaksaan lingkungan dan penerapan hukum perdata untuk
memaksakan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan. Misalnya,
penguasa dapat menetapkan persyaratan perlindungan lingkungan terhadap penjualan atau
pemberian hak membuka tanah atas sebidang tanah. Selain itu, terdapat kemungkinan beracara
singkat bagi pihak ketiga yang berkepetingan untuk menggugat kepatuhan terhadap undangundang dan permohonan agar terhadap larangan atau keharusan dikaitkan dengan uang paksa.
Penegakan hukum perdata ini dapat berupa gugatan ganti kerugian dan biaya pemulihan
lingkungan.

2.3 Penyebab Terjadinya Pencemara Kali Sinamar


Kali Sinamar sepanjang +50 km merupakan cabang dari Kali Dareh Halaban, yang airnya
digunakan untuk berbagaimaca keperluan termasuk:
1. Air baku instalasi pengolahan air bersih di Taram yang digunakan untuk kepentingan
penduduk kota Payakumbuh,
2. Perikanan tambak yang penyaluran airnya melalui kanal-kanal irigasi,
3. Penggolontoran dan pengeceran air buangan yang berada dalam saluran-saluran
drainase Kota Payakumbuh,
Keanekaragaman kegunaan air Kali Sinamar yang satu sama lain bertolak belakang sangat
jelas terlihat disatu pihak air digunakan untuk kelangsungan hidup manusia, di lain pihak air
pada saat yang sama sebagai saluran tempat membuang air kotor dari industri dan rumah tangga.
Oleh karena itu kesehatan penduduk kota Payakumbuh dan instalasi pengolahan air bersihnya
dalam keadaan terancam oleh buruknya kualitas air Kali Sinamar dan cabang-cabangnya akibat
pencemaran limbah.
ii

Dengan bertambah kuatnya tekanan untuk mengembangkan industri serta bertambahnya


penduduk disepanjang Kali Sinamar maka perlu tindakan yang cepat dan tepat untuk
mengendalikan kualitas air Kali Sinamar (Kali Sinamar Polution Control Study, Ditjen Cipta
Karya Dep. PU. 1985).
Disekitaran Kali Sinamar juga terdapat banyak sekali pabrik-pabrik. Melihat jumlah pabrik
yang di sepanjang Kali Sinamar (sekitar 20 pabrik) tentu saja limbah yang dihasilkannya juga
besar. Limbah ini dapat berupa bahan organik dan bahan anorganik. Pabrik yang dapat
mengeluarkan limbah pabrik makanan ternak, pabrik tahu, dan lain-lain.
Pabrik yang dapat menegeluarkan limbah anorganik adalah pabrik pipa besi, pabrik kawat
besi, pabrik paku dan sekrup, pabrik-pabrik ini menghasilkan endapan Fe(OH)2 dan
Fe(OH)3 serta Zn(OH)2 dan juga Fe(Cl)3 dan Cl ion.
Pabrik sepeda dan onderdil-onderdilnya dapat mengeluarkan limbah cair yang
mengandung Cr ion, Cd ion, Cu ion, Ni ion, Zn ion, yang amat sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia, karena ion-ion logam tersebut sangat bersifat racun pada konsentrasi tertentu.
Selain limbah pabrik, ada juga limbah dari kegiatan pertanian yang mencemari Kali
Sinamar. Limbah tersebut berupa pupuk kandang, pupuk urea, pupuk tri super phosphat, pupuk
ZA, serta insektisida. Pupuk dan insektisida ini dapat dibawa air irigasi dan masuk kembali
kesungai. Pupuk-pupuk tersebut akan memacu pertumbuhan mikroba, algae, plankton, enceng
gondok, kangkung, dan tumbuh-tumbuhan air lainnya di Kali Sinamar
2.4 Kasus Pencemaran Limbah Tahu di Kali Sinamar
Ada bebarapa banyak penyebab tercemarnya Kali Sinamar, namun pada makalah ini akan
dibahas mengenai limbah tahu yang menjadi penyebab tercemarnya Kali Sinamar.
Perkara ini diajukan oleh jaksa penuntut umum sebagai delik lingkungan, yaitu
pencemaran air Kali Sinamar akibat limbah tahu. Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, telah
terjadi perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya dengan cara
terdakwa sebagai pengusaha PT Sidomakmur yang memproduksi tahu, membuang air limbahnya
ke Kali Sinamar yang mengandung BOD 3095,4 mg/l dan mengandung COD 12293 mg/l
sebagaimana hasil pemeriksaan air limbah yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan tanggal 20 Juli 1988 No.261/Pem/BTKL.Pa/VII/1988. Kandungan limbah tersebut
melebihi ambang batas . Pembuangan air limbah tersebut, menyebabkan menurunnya kualitas air
iii

Kali Sinamar dan menyebabkan air kekurangan oksigen yang berakibat matinya kehidupan
dalam air serta sangat sukar untuk diolah menjadi air bersih untuk bahan baku PDAM.
Majelis hakim dalam melakukan pemeriksaan perkara telah mengadakan pemeriksaan di
lokasi perusahaan dengan konfirmasi keterangan terdakwa sendiri dengan hasil sebagai berikut :
1. Di lokasi, yang dibuang itu adalah bekas air rendaman kedelai bercampur kulit kedelai
yang mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam pabrik menuju septitank.
2. Tidak ada air yang dibuang setelah kedelai dimasak, karena yang tinggal hanya air
kedelai diendapkan menjadi tahu. Ampasnya ditampung pada tempat penampungan untuk
dikonsumsi oleh ternak.
3. Air cucian/rendaman diendapkan di beberapa septitank dialirkan keselokan menuju
danau kecil di lokasi perusahaan.
4. Dalam proses pembuatan tahu tidak menggunakan cuka.
5. Di sekitar pekarangan pabrik ada beberapa kelompok septitank yang masing-masing
berukuran panjang 4m, lebar 3m, dalam 3m, yang dahulu digunakan sebagai bak
penampungan/pengendapan, penyaringan dan pembuangan air ke kali. Sekarang tidak di
gunakan lagi, karena limbah setelah diendapkan pada kelompok bak penampungan pertama
langsung dialirkan ke danau-danau kecil pada lahan di lokasi perusahaan.
6. Sekarang tidak ada lagi pembungan limbah dalam keadaan bagaimana pun ke Kali
Sinamar karena semua saluran pembuangan ditutup dengan beton semen.
7. Air limbah telah dibuatkan bak pengendapan dan tidak benar sampai melebur ke Kali Sinamar,
terkecuali jika turun hujan lebat, mau tidak mau terjadi perembesan-perembesan dan masuk ke
Kali Sinamar.

2.5 Penyelesaian pada kasus Kali Sinamar


Dari rumusan pasal 8 di atas, jelaslah bahwa sanksi perbuatan mekanggar Baku Mutu Air
Limbah tidak diatur sewaktu terjadinya kasus limbah tahu baik sanksi administrasi maupun
sanksi pidana. Semua peraturan hukum yang dimaksud dalam pasal 8 tersebut tidak mengatur
tentang perbuatan Melanggar Baku Mutu Air Limbah. Dapat dimengerti, karena pada waktu
itu (1987), pembuat peraturan masih dalam proses belajar tentang hukum lingkungan. Hal
ini terbukti dalam hal dari perbedaan pengaturan sanksi yang kemudian diberlakukan terhadap

ii

perlanggaran sejenis, yaitu pasal 33 PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran
Air.
Apabila pembuangan limbah cair melanggar ketentuan Baku Mutu limbah cair yang telah
ditetapkan dalam Pasal 15, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengeluarkan surat peringatan
kepada penanggung jawab kegiatan untuk memenuhi persyaratan baku mutu limbah cair dalam
waktu yang ditetapkan.
Apabila pada waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pembuangan
limbah cair belum mencapai persyaratan naku mutu limbah maka Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I mencabut izin pembuangan limbah cair.
Dari ketentuan di atas menyatakan bahwa perbuatan Melanggar Baku Mutu Air Limbah
penyelesaiannya bukan melalui jalur pengadilan tetapi merupakan pelanggaran hukum
lingkungan administratif dengan konsekuensi sanksi administrasi.

BAB III
iii

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penataan hukum lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal penegakannya masih belum
efektif terbukti dengan adanya pembuangan limbah industri yang dilakukan oleh ssebuah pabrik
tahu di Payakumbuh yang mengakibatkan tercemarnya air yang berada di lingkungan sekitar
pabrik yang menimbulkan keresahan warga sekitar. Padahal air merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang kehidupan manusia. Padahal ada banyak sekali langkah penegakan
hukum yang dapat dilakukan mulai dari saksi administrative, sanksi keperdataan dan sanski
kepidanaan. Sebab dalam menerapkan saksi hukum sebaiknya dijatuhkan sanksi yang tepat serta
dapat mencakup komposisi dari fungsi hukum itu sendiri seperti kepastian, kemafaatan, dan
keadilan serta tidak menimbulkan kerasahan pada masyarakat.

3.2 Saran
Pemerintah seharusnya lebih menaruh perhatian lagi dalam upaya pengelolaan maupun
pelestarian lingkungan hidup. Tidak hanya sekedar dalam pembuatan regulasi atau peraturan
perundang-undangan saja tetapi juga pada pengawasan penegakannya, terutama pada proses
penegakan di dalam pengadilan. Jangan sampai terjadi majelis hakim di suatu peradilan dapat
lalai dalam memutus suatu perkara karena perbedaan penafsiran hukum atau peraturan
perundang-undangan. Mungkin perlu ditunjuk majelis hakim yang tidak hanya berkompeten di
bidang hukum tetapi juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
ii

Muhamad, Erwin. 2011. Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan


Lingkungan Hidup. Bandung: PT Refika Aditama
Rangkuti, Siti Sundari. 1986. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan dalam Proses
Pembangunan

Nasional,(Disertasi).

Sinamar:

Fakultas

Pascasarjana

Universitas

Airlangga.
Salim, Emil. 1985. Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta: PT Mutiara Offset
Sastrawijawa, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Sudikno, Mertokusumo. 1988. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty.
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta : PT
Grasindo
Supriadi. 2006. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta : PT Grafika Offset
Wijoyo, Suparto. 1999. Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Setelement of Environmental
Dispute). Sinamar: Airlangga University Press.

iii

Anda mungkin juga menyukai

  • LP 3
    LP 3
    Dokumen3 halaman
    LP 3
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 11
    LP 11
    Dokumen2 halaman
    LP 11
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 10
    LP 10
    Dokumen3 halaman
    LP 10
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • Dinas Pangan
    Dinas Pangan
    Dokumen7 halaman
    Dinas Pangan
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 9
    LP 9
    Dokumen3 halaman
    LP 9
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 2
    LP 2
    Dokumen3 halaman
    LP 2
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 4
    LP 4
    Dokumen2 halaman
    LP 4
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 8
    LP 8
    Dokumen3 halaman
    LP 8
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 7
    LP 7
    Dokumen3 halaman
    LP 7
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN HASIL Global Warming
    LAPORAN HASIL Global Warming
    Dokumen2 halaman
    LAPORAN HASIL Global Warming
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 1
    LP 1
    Dokumen3 halaman
    LP 1
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • ETIKA BATUK
    ETIKA BATUK
    Dokumen16 halaman
    ETIKA BATUK
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • Lembar Balik Etika Batuk
    Lembar Balik Etika Batuk
    Dokumen10 halaman
    Lembar Balik Etika Batuk
    Friska Rahmadia
    67% (3)
  • Leaflet Etika Batuk
    Leaflet Etika Batuk
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Etika Batuk
    Friska Rahmadia
    100% (1)
  • Diagram
    Diagram
    Dokumen22 halaman
    Diagram
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • Discharge Planning CA Mamae
    Discharge Planning CA Mamae
    Dokumen18 halaman
    Discharge Planning CA Mamae
    Friska Rahmadia
    100% (1)
  • Leaflet Nutrisi
    Leaflet Nutrisi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Nutrisi
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Bab V
    Bab Iv Bab V
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv Bab V
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 2
    LP 2
    Dokumen2 halaman
    LP 2
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • 11.bab Iii
    11.bab Iii
    Dokumen4 halaman
    11.bab Iii
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • 12bab IV
    12bab IV
    Dokumen13 halaman
    12bab IV
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • LP 1
    LP 1
    Dokumen2 halaman
    LP 1
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • 7 Abstrak
    7 Abstrak
    Dokumen2 halaman
    7 Abstrak
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • 10.bab Ii
    10.bab Ii
    Dokumen31 halaman
    10.bab Ii
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Asidocx-1
    Satuan Acara Penyuluhan Asidocx-1
    Dokumen28 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Asidocx-1
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • BAB II SK Mater Print
    BAB II SK Mater Print
    Dokumen41 halaman
    BAB II SK Mater Print
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • 9.bab I
    9.bab I
    Dokumen13 halaman
    9.bab I
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • WOC - Dan AskepTrimester-Kehamilan Fix
    WOC - Dan AskepTrimester-Kehamilan Fix
    Dokumen16 halaman
    WOC - Dan AskepTrimester-Kehamilan Fix
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • Alur Penilaian Sikap
    Alur Penilaian Sikap
    Dokumen1 halaman
    Alur Penilaian Sikap
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat
  • SAP Gangguan Tidur
    SAP Gangguan Tidur
    Dokumen10 halaman
    SAP Gangguan Tidur
    Friska Rahmadia
    Belum ada peringkat