DISUSUN
O
L
E
H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-Nya sehingga pada
kesempatan ini saya masih diberi kesehatan untuk menulis sebuah makalah untuk memenuhi
tugas Pencemaran Kesehatan Lingkungan tentang Pencemaran Air Kali Sinamar Payakumbuh.
Makalah ini saya tujukan terutama buat dosen matakuliah Pencemaran Lingkungan dan
buat pembaca semuanya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai masalah-masalah
pencemaran limbah di Kali Sinamar. Dari pengertian lingkungan hidup, penyebab terjadinya
pencemaran di Kali Sinamar , salah satu kasus pencemaran limbah tahu di Kali Sinamar hingga
solusi mengatasi pencemaran tersebut.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat dan jika terdapat
kekurangan saya menerima kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini.
Walaupun kesempurnaan itu hanya milik Tuhan.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
ii
DAFTAR ISI.........................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lingkungan Hidup..........................................
13
18
18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
iii
19
1.3 Tujuan
Tujuan dari di susunnya makalah ini dengan judul Pencemaran Air Kali Sinamar
Payakumbuh oleh Limbah adalah untuk melengkapi tugas matakuliah Pencemaran Kesehatan
Lingkungan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah yang berjudul Pencemaran Air Kali Sinamar
oleh Limbah ini adalah menambah wawasan para pembaca, terutama untuk penulisnya sendiri
dan para mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Baiturrahmah mengenai
lingkungan hidup yang terjadi di Kali Sinamar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lingkungan Hidup
iii
masalah
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain[3].
Selanjutnya kita akan membahas definsi dari pencemaran. Menurut Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pencemaran adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan[4].
Makna dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
2.2 Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
Penegakan hukum mempunyai makna, bagaimana hukum itu harus dilaksanakan, sehingga
dalam penegakan hukum tersebut harus diperhatikan unsur-unsur kepastian hukum. Kepastian
hukum menghendaki bagaimana hukum dilaksanakan, tanpa perduli bagaimana pahitnya (fiat
jutitia et pereat mundus; meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hal ini
dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam masyrakat.sebaliknya masyarakat menghendaki
adannya manfaat dalam pelaksanaan peraturan atau penegakan hukum lingkungan tersebut.
Hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dan memberi manfaat
kepada masyarakat. Artinya peraturan tersebut dibuat adalah untuk kepentingan masyarakat,
sehingga jangan sampai terjadi bahwa, karena dilaksanakannya peraturan tersebut, masyarakat
justru menjadi resah. Unsur ketiga adalah keadilan.
Dalam penegakan hukum lingkungan harus diperhatikan, namun demikian hukum tidak
identik dengan keadilan, karena hukum itu sifatnya umum, mengikat semua orang, dan
menyamaratakan. Dalam penataan dan penegakan hukum lingkungan, unsur kepastian, unsur
kemanfaatan, dan unsur keadilan harus dikompromikan, ketiganya harus mendapat perhatian
secara proporsional. Sehingga lingkungan yang tercemar dapat dipulihkan kembali[5].
ii
b. Uang paksa;
c.
Pencabutan izin melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan, dan uang paksa.
2. Kepidanaan
Tata cara penindakannya tunduk pada undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana. Peranan Penyidik sangat penting, karena berfungsi mengumpulkan bahan/alat
bukti yang seringkali bersifat ilmiah. Dalam kasus perusakan dan/atau pencemaran lingkungan
terdapat kesulitan bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah sesuai ketentuan
iii
Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP. Selain itu, pembuktian unsur hubungan kausal merupakan
kendala tersendiri mengingat terjadinya pencemaran seringkali secara kumulatif, sehingga untuk
membuktikan sumber pencemaran yang bersifat kimiawi sangat sulit. Penindakan atau
pengenaan sanksi pidana adalah merupakan upaya terakhir setelah sanksi administratif dan
perdata diterapkan.
3. Keperdataan
Mengenai hal ini perlu dibedakan antara penerapan hukum perdata oleh instansi yang
berwenang melaksanakan kebijaksaan lingkungan dan penerapan hukum perdata untuk
memaksakan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan. Misalnya,
penguasa dapat menetapkan persyaratan perlindungan lingkungan terhadap penjualan atau
pemberian hak membuka tanah atas sebidang tanah. Selain itu, terdapat kemungkinan beracara
singkat bagi pihak ketiga yang berkepetingan untuk menggugat kepatuhan terhadap undangundang dan permohonan agar terhadap larangan atau keharusan dikaitkan dengan uang paksa.
Penegakan hukum perdata ini dapat berupa gugatan ganti kerugian dan biaya pemulihan
lingkungan.
Kali Sinamar dan menyebabkan air kekurangan oksigen yang berakibat matinya kehidupan
dalam air serta sangat sukar untuk diolah menjadi air bersih untuk bahan baku PDAM.
Majelis hakim dalam melakukan pemeriksaan perkara telah mengadakan pemeriksaan di
lokasi perusahaan dengan konfirmasi keterangan terdakwa sendiri dengan hasil sebagai berikut :
1. Di lokasi, yang dibuang itu adalah bekas air rendaman kedelai bercampur kulit kedelai
yang mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam pabrik menuju septitank.
2. Tidak ada air yang dibuang setelah kedelai dimasak, karena yang tinggal hanya air
kedelai diendapkan menjadi tahu. Ampasnya ditampung pada tempat penampungan untuk
dikonsumsi oleh ternak.
3. Air cucian/rendaman diendapkan di beberapa septitank dialirkan keselokan menuju
danau kecil di lokasi perusahaan.
4. Dalam proses pembuatan tahu tidak menggunakan cuka.
5. Di sekitar pekarangan pabrik ada beberapa kelompok septitank yang masing-masing
berukuran panjang 4m, lebar 3m, dalam 3m, yang dahulu digunakan sebagai bak
penampungan/pengendapan, penyaringan dan pembuangan air ke kali. Sekarang tidak di
gunakan lagi, karena limbah setelah diendapkan pada kelompok bak penampungan pertama
langsung dialirkan ke danau-danau kecil pada lahan di lokasi perusahaan.
6. Sekarang tidak ada lagi pembungan limbah dalam keadaan bagaimana pun ke Kali
Sinamar karena semua saluran pembuangan ditutup dengan beton semen.
7. Air limbah telah dibuatkan bak pengendapan dan tidak benar sampai melebur ke Kali Sinamar,
terkecuali jika turun hujan lebat, mau tidak mau terjadi perembesan-perembesan dan masuk ke
Kali Sinamar.
ii
perlanggaran sejenis, yaitu pasal 33 PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran
Air.
Apabila pembuangan limbah cair melanggar ketentuan Baku Mutu limbah cair yang telah
ditetapkan dalam Pasal 15, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengeluarkan surat peringatan
kepada penanggung jawab kegiatan untuk memenuhi persyaratan baku mutu limbah cair dalam
waktu yang ditetapkan.
Apabila pada waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pembuangan
limbah cair belum mencapai persyaratan naku mutu limbah maka Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I mencabut izin pembuangan limbah cair.
Dari ketentuan di atas menyatakan bahwa perbuatan Melanggar Baku Mutu Air Limbah
penyelesaiannya bukan melalui jalur pengadilan tetapi merupakan pelanggaran hukum
lingkungan administratif dengan konsekuensi sanksi administrasi.
BAB III
iii
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penataan hukum lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal penegakannya masih belum
efektif terbukti dengan adanya pembuangan limbah industri yang dilakukan oleh ssebuah pabrik
tahu di Payakumbuh yang mengakibatkan tercemarnya air yang berada di lingkungan sekitar
pabrik yang menimbulkan keresahan warga sekitar. Padahal air merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang kehidupan manusia. Padahal ada banyak sekali langkah penegakan
hukum yang dapat dilakukan mulai dari saksi administrative, sanksi keperdataan dan sanski
kepidanaan. Sebab dalam menerapkan saksi hukum sebaiknya dijatuhkan sanksi yang tepat serta
dapat mencakup komposisi dari fungsi hukum itu sendiri seperti kepastian, kemafaatan, dan
keadilan serta tidak menimbulkan kerasahan pada masyarakat.
3.2 Saran
Pemerintah seharusnya lebih menaruh perhatian lagi dalam upaya pengelolaan maupun
pelestarian lingkungan hidup. Tidak hanya sekedar dalam pembuatan regulasi atau peraturan
perundang-undangan saja tetapi juga pada pengawasan penegakannya, terutama pada proses
penegakan di dalam pengadilan. Jangan sampai terjadi majelis hakim di suatu peradilan dapat
lalai dalam memutus suatu perkara karena perbedaan penafsiran hukum atau peraturan
perundang-undangan. Mungkin perlu ditunjuk majelis hakim yang tidak hanya berkompeten di
bidang hukum tetapi juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
ii
Nasional,(Disertasi).
Sinamar:
Fakultas
Pascasarjana
Universitas
Airlangga.
Salim, Emil. 1985. Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta: PT Mutiara Offset
Sastrawijawa, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Sudikno, Mertokusumo. 1988. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty.
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta : PT
Grasindo
Supriadi. 2006. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta : PT Grafika Offset
Wijoyo, Suparto. 1999. Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Setelement of Environmental
Dispute). Sinamar: Airlangga University Press.
iii