MAKALAH
OLEH:
SUCIYATI
0103515025
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (MATEMATIKA)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar tentang Karakteristik Fase
Perkembangan Anak Usia Remaja dari Aspek Intelektual ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Salawat serta salam selalu kita
panjatkan atas junjungan baginda Nabi Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan
pengingkut-pengikutnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Karakteristik Fase Perkembangan
Anak Usia Remaja dari Aspek Intelektual. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................
.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah ...............................................................
.........................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi Masa Remaja ......................................................................
.........................................................................................................2
B. Perkembangan Intelektual ................................................................
.........................................................................................................4
C. Karakteristik Perkembangan Intelektual Anak Usia Remaja ...........
.........................................................................................................5
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................
......................................................................................................10
B. Saran ....................................................................................................
10
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia.
Masa remaja sering digambarkan sebagai masa yang paling indah, dan tidak
terlupakan karena penuh dengan kegembiraan dan tantangan. Namun masa remaja
juga identik dengan kata pemberontakan, dalam istilah psikologi sendiri sering
disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya goncangan-goncangan
dan perubahan-perubahan yang cukup radikal dari masa remaja sebelumnya.
Dalam masa remaja, pikiran mereka berubah dengan artian mereka lebih
dapat berfikir abstrak dan hipotesis, perasaan mereka berubah hampir terhadap
segala hal, semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja
menghadapi tugas utama mereka, membangun identitas termasuk identitas seksual
yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa.
Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilaluinya adalah
mampu berfikir secara lebih dewasa dan rasional, serta memiliki perkembangan
yang lebih matang dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain remaja harus
memiliki kemampuan intelektual serta konsepsi yang dibutuhkan untuk menjadi
warga masyarakat yang baik.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1.
Apa definisi masa remaja?
2.
Apa yang dimaksud perkembangan intelektual?
3.
Bagaimanakah karakteristik perkembangan intelektual anak
usia remaja?
C.
1.
2.
3.
memikirkan
hal-hal
yang
mungkin
terjadi
berdasarkan
pengalamannya).
3. Sosial, yaitu perubahan dalam status sosial yang memungkinkan remaja
(khususnya remaja akhir) masuk ke peran-peran atau aktivitas-aktivitas baru,
seperti bekerja, atau menikah.
Untuk memahami masa remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan
tentang pendapat atau pandangan para ahli (filsafat, antropologi, dan psikologi)
dalam Yusuf dan Nani (2012:78), yaitu sebagai berikut:
1. Aristoteles, berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah
kemampuannya untuk memilih dan determinasi diri (self-determination)
sebagai tanda kematangannya.
matang
emosinya,
dan
dapat
mengubah
sikap
selfishness
terhadap orang lain, terutam pada saat mereka sedang berada dalam keadaan
duka cita.
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering
dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Menurut Desmita (2014:37)
masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
2. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
5. Memilih dan mempersiapkan karir di masa depan sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
6. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan
memiliki anak.
7. Mengembangkan
keterampilan
intelektual
dan
konsep-konsep
yang
ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukan pendapat-pendapat atau
prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-proporsi, kemudian mencari
hubungan antara proporsi yang berbeda-beda tadi. Berhubungan dengan itu maka
berpikir operasional juga disebut proposional.
2. Berpikir Operasional juga Berpikir Kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan
dengan cara bagaimana melakukan analisis. Misalnya anak diberi lima buah gelas
berisi cairan tertentu. Suatu kombinasi cairan ini membuat cairan tadi berubah
warna. Anak diminta untuk mencari kombinasi ini. Anak yang berpikir
operasional formal, lebih dahulu secara teoretik membuat matriksnya mengenai
segala macam kombinasi yang mungkin, kemudian sistematik mencoba mengisi
setiap sel matriks tersebut secara empiris. Bila ia mencapai penyelesaian yang
betul, maka ia juga akan segera dapat mereproduksi.
Jadi, dengan berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk
mempunyai tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah, serta
memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan variabel-variabel
tergantung yang mungkin ada. Berpikir abstrak atau formal operation ini
merupakan cara-cara berpikir bertalian dengan hal-hal yang tidak dilihat dan
kejadian-kejadian yang tidak langsung dihayati.
Cara berpikir terlepas dari tempat dan waktu, dengan cara hipotetis,
deduktif yang sistematis, tidak terlalu dicapai oleh semua remaja. Tercapai atau
tidak tercapainya cara berpikir ini tergantung juga pada tingkat inteligensi dan
kebudayaan sekitarnya. Seorang remaja yang dengan kemampuan inteligensi
terletak di bawah normal atau IQ kurang dari 90% tidak akan mencapai taraf
berpikir yang abstrak. Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi
hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir,
misalnya tidak adanya kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke
sekolah tetapi tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan, maka remaja itu sampai
dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.
Kemampuan berpikir hipotetik, berarti remaja
telah
dapat
pribadi ini sering ditemui dalam buku harian remaja. Bentuk egosentrisme
khusus ini mendasari perilaku self-destructive dan beresiko. Dalam sebuah
studi tentang personal fable,remaja lebih cenderung melihat dirinya rapuh
terhadap resiko-resiko tertentu, seperti alkohol dan obat-obat lainnya.
Untuk memahami perkembangan intelektual remaja ini
dapat
dikemukakan pendapat Vigotksy dalam Yusuf dan Nani (2012:83). Konsep utama
dia adalah Zone of proximal development (ZPD), yaitu daerah-daerah tugas
yang sangat sulit untuk diatasi oleh individu secara sendirian, tetapi baru dapat
dicapai apabila mendapat bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman
sebaya yang lebih terampil. ZPD ini meliputi dua sisi, yaitu batas bawah dan batas
atas. Batas bawah adalah tahap pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh
remaja sendiri tanpa bantuan orang lain. Sementara batas atas adalah tahap
berpikir remaja dalam memecahkan masalah dengan bantuan orang lain (guru atau
instruktur). Vigotksy meyakini bahwa perkembangan intelektual, dalam hal ZPD
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial (sosial budaya).
Menurut Vigotksy, sekolah merupakan salah satu agen budaya yang
menentukan perkembangan berpikir remaja. Faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan kognitif atau berpikir remaja adalah orang tua, teman sebaya,
komunitas, dan orientasi teknologi budaya. Contohnya sikap orang tua dan teman
sebaya terhadap kompetensi intelektual memengaruhi motif remaja untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Demikian juga sikap guru dan orang dewasa
lainnya di masyarakat.
Meskipun Piaget dan Vigotksy beraliran sama sebagai contructivist, namun
Vigotksy lebih terkenal dengan a social contructivist approach of learning yang
menekankan kepada social contexts of learning dan pemerolehan pengetahuan
adalah melalui interaksi sosial. Menurut Piaget, akhir perkembangan intelektual
adalah operasi formal, sedangkan menurut Vigotksy biasa berbeda bagi setiap
remaja, tergantung kepada keterampilan yang dipandang paling penting dalam
budaya tertentu. Menurut Piaget, anak mengonstruk pengetahuan melalui upaya
menstransformasi, mengorganisasi, dan mereorganisasi pengetahuan yang
sebelumnya. Sementara menurut Vigotksy, anak dan remaja mengonstruk
pengetahuan melalui interaksi sosial.
Implikasi kedua pendekatan atau teori tersebut terhadap pendidikan atau
mengajar, masing-masing adalah (a) menurut teori Piaget, guru perlu mendukung
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anakanak dan masa ke dewasa, di mulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan
pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Masa remaja
(12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan
masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa
pencarian jati diri (ego identity). Secara umum karakteristik pemikiran remaja
pada tahap operasional formal ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Pada tahap ini anak yang menginjak usia remaja sudah dapat berpikir
abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan sesuatu yang akan atau
mungkin terjadi, sesuatu yang bersifat abstrak. Ketidakmatangan berpikir remaja
dimanifestasikan ke dalam enam karakteristik, yaitu: idealisme dan kekritisan,
argumentasi, ragu-ragu, menunjukkan hipocrisy, kesadaran diri, kekhususan dan
ketangguhan.
B. Saran
Remaja merupakan tahap awal seorang anak untuk tumbuh menjadi
seorang dewasa yang cerdas dan berpengetahuan luas. Oleh sabab itu, orang tua
harus memperhatikan setiap fase perkembangan yang dialami oleh anaknya
terutama dari aspek intelektual. Agar anak tidak terjerumus kedalam hal-hal yang
negatif yang akan merusak dirinya sendiri. Orang tua hendaknya mengetahui
kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk
mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Sedangkan guru perlu
mendukung
siswa
untuk
mengeksplorasi
lingkungan
dan
menemukan