Anda di halaman 1dari 14

Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan Malaria

Silvia Gunawan
102014043
A5
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email : SILVIA.2014fk043@civitas.ukrida.ac.id
Abstract
Malaria can be caused by the parasite Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale and Plasmodium malariae. Malaria is an infectious disease
caused by plasmodium parasites that invade erythrocytes and marked by the discovery of
asexual forms in the blood. Malaria is transmitted by the bite of the female Anopheles
mosquito. Classical fever of malaria is characterized by the triad of malaria. This
disease often occurs in malaria endemic areas. Often infectious diseases have in common
with other infectious diseases, but each of them have characteristics that set it apart.
Keywords: malaria, anopheles, plasmodium
Abstrak
Malaria dapat disebabkan oleh parasit yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Malaria adalah penyakit infeksi
parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Malaria ditularkan lewat gigitan nyamuk
anopheles betina. Demam klasik karena malaria ditandai dengan trias malaria. Penyakit
ini seringkali terjadi di daerah endemik malaria. Seringkali penyakit infeksi memiliki
persamaan dengan penyakit infeksi lainnya, tetapi masing-masing dari mereka
mempunyai ciri khas yang membedakannya.
Kata kunci: malaria, anopheles, plasmodium

Pendahuluan
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Malaria ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit ini seringkali terjadi di daerah
endemik malaria. Demam klasik karena malaria ditandai dengan trias malaria. Seringkali
penyakit infeksi memiliki persamaan dengan penyakit infeksi lainnya, tetapi masingmasing dari mereka mempunyai ciri khas yang membedakannya. Gejala klinis penyakit
malaria khas, yaitu demam naik turun dan teratur serta menggil, dan terjadi pembesaran
limpa.
Anamnesis
Hasil anamnesis pasien:
a. Keluhan utama: pasien datang dengan keluhan demam sejak seminggu yang lalu,
demam naik turun setiap dua hari.
b. Keluhan penyerta: demam disertai menggigil, berkeringat, sakit kepala, dan mual.
c. Riwayat berkunjung ke luar pulau jawa sekitar dua minggu yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan langsung dari diri pasien, dilakukan dari bagian
kepala sampai kaki. Dilakukan sesuai skema dan mencakup inspeksi (mengamati),
perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan), dan palpasi (meraba). Dengan
pemeriksaan fisik ini, dapat membantu dokter mengeleminasi diagnosis banding yang
tidak cocok yang ada dipikirannya tersebut.
Hasil pemeriksaan fisik yang didapat:

Suhu : 38,5C

Tekanan darah : 120/80 mmHg

RR : 18x/menit

Nadi : 86x/menit

Mata : Sklera ikterik

Abomen : Hepar membesar, dua jari di bawah arcus costae


2

Limpa teraba, pada garis Schuffner II-III


Pemeriksaan Penunjang
Pada skenario ini, pasien belum melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang bisa dilakukan pasien yaitu:

Pemeriksaan darah tebal


Pemeriksaan darah tebal merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit

malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa 100 lapang pandang mikroskop dengan
pembesaran 500-600/1000 yang setara dengan 0,2 mikroliter darah. Pemeriksaan darah
tebal akan menghasilkan sel darah yang banyak dan parasit yang banyak. Jadi jika ingin
melihat secara cepat apakah ada parasit atau tidak, kita dapat menggunakan pemeriksaan
sel darah tebal. Metode semi kuantitatif untuk menghitung parasit pada sediaan darah
tebal adalah sebagai berikut:1
+

: 1-10 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop

++

: 11-100 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop

+++

: 1-10 parasit stadium aseksual per satu lapang pandang mikroskop

++++

: 11-100 parasit stadium aseksual per satu lapang pandang mikroskop

Pemeriksaan darah tipis


Pemeriksaan darah tipis memakai darah yang jauh lebih sedikit dari sel darah

tebal. Pada preparat sel darah tipis kita dapat melihat morfologi parasit, evaluasi bentuk
sel darah, dan memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit. Sebaiknya pengambilan
darah dilakukan saat penderita demam. Biasanya dalam sediaan darah tipis, kita
menghitung parasit stadium aseksual, paling sedikit dalam 25 lapang pandang mikroskop.
Pemeriksaan darah tebal dilangsungkan untuk mengetahui adanya parasit malaria atau
tidak. Kemudian pemeriksaan darah tipis dilangsungkan untuk mengetahui jenis
plasmodium dan stadium pertumbuhan penyakit. Sediaan darah bisa tanpa antikoagulan
atau dengan antikoagulan K3EDTA. Untuk melihat parasit kita bisa menggunakan
pewarnaan giemsa, sedangkan untuk melihat morfologi kita bisa menggunakan wright.1

Tes antigen (Rapid Diagnostic Test / RDT)


Terdapat 2 jenis antigen, yaitu Histidine Rich Protein II untuk mendeteksi antigen

dari Plasmodium palcifarum dan antigen terhadap Laktat Dehidrogenase (LDH) yang
terdapat pada Plasmodium lainnya, termasuk Plasmodium vivax. Deteksi sangat cepat,
tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik (>95%), tidak memerlukan alat
khusus.1

Polymerasi Chain Reaction (PCR),


PCR dapat mengidentifikasi keempat spesies Plasmodium, terutama untuk

Plasmodium palcifarum dengan spesifisitas mendekati 100% dan sensitivitas >90%,


dapat mendeteksi minimal 2 parasit, bahkan 1 parasit per mikroliter darah. Hasilnya
memang sedikit lama, dan alatnya sulit, tetapi sangat akurat.1
Diagnosis laboratorium pada penderita malaria falsiparum ataupun malaria vivax
biasanya ditemukan trombositopenia, hipoglikemi, dan gangguan keseimbangan cairan
tubuh.1

Pemeriksaan
darah
tipis
(SD)untuk
tebal
dan
mah
sakit
Tes di
antigen
serologi
:sediaan
P-F
test
Puskesmas/Iapangan/ru
Pemeriksaan
PCR
Diferensial Diagnosis

Berbagai penyakit infeksi baik infeksi bacterial maupun infeksi virus dapat

menimbulkan gejala-gejala klinis dan keluhan mirip malaria, yaitu:2


a. Demam tifoid

- Gejala klinis: demam lebih dari 7 hari, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah,
obstipasi/diare.
- PF: peningkatan suhu badan terutama malam hari, nyeri ulu hati, bradikardi relatif,
lidah coated.
- PP: leukopenia, aneosinofilia, tes widal: titer S.typhi O 1/320 atau S.typhi H 1/640.
b. Demam dengue:
- Gejala klinis: demam tinggi 2-7 hari, anoreksia, lemas, sakit kepala, nyeri tulang,
muntah.
- PF: bradikardi, bintik merah kecil (petechiae) dapat muncul di kulit.
4

- PP: trombosit menurun, hemoglobin dan hematokrit meningkat, uji tourniquet


positif, tes serologi inhibisi hemaglutinasi positif, IgM atau IgG anti dengue positif.
c. Leptospirosis
- Gejala klinis: demam tinggi, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot,
nyeri perut, mual, muntah.
- PF: konjungtiva merah, nyeri betis berat, kulit dengan ruam yang berbentuk
macula/makulopapula/urtikaria, terkadang dijumpai hepatosplenomegali.
- PP: tes leptodipstik positif.
Working Diagnosis
Pernah pergi ke tempat endemik malaria merupakan dasar yang penting untuk
mengarahkan diagnosis. Diagnosis yang tepat dan akurat sangat penting dalam
penatalaksanaan malaria. Dalam kasus ini pasien berkunjung ke luar pulau Jawa 2
minggu yang lalu. Terdapat daerah endemik untuk malaria di luar pulau Jawa. Selain itu
dari gejala yang timbul, merupakan ciri khas yang mendukung diagnosis ke arah malaria.
Gejala yang timbul yaitu demam disertai menggigil, berkeringat, sakit kepala, dan mual.
Demam yang dialami pasien naik turun setiap 2 hari (48 jam). Pasien juga mengalami
sklera ikterik, pembesaran limpa, dan hati.2
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul maka diagnosa pada pasien tersebut adalah
malaria. Karena demam yang dialami pasien naik turun setiap 2 hari (48 jam), maka
infeksi malaria yang diderita pasien adalah malaria tersiana atau malaria vivax. Diagnosis
pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang diperiksa
dengan mikroskop. Untuk itu kita harus memperhatikan hasil pemeriksaan penunjang
untuk menyingkirkan diagnosis banding.2
Etiologi
Penyebab infeksi malaria adalah Plasmodium. Plasmodium menginfeksi eritrosit
dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit manusia, sedangkan fase
seksual terjadi di tubuh nyamuk Anopheles betina. Pada manusia ditemukan 4 spesies,
yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan
Plasmodium ovale. Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh
5

kepulauan, terutama di kawasan timur Indonesia. Malaria yang sering dijumpai yaitu,
malaria tertiana yang disebabkan Plasmodium vivax. Plasmodium falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau tropika atau malaria tersiana maligna. Plasmodium
falciparum merupakan spesies yang paling berbahaya karena penyakit yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat.

Perkembangan aseksual dalam hati hanya

menyangkut fase praeritrosit saja, tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan
relaps seperti pada infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Plasmodium
malariae menyebabkan malaria qurtana. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.3
Daur hidup keempat spesies Plasmodium pada manusia umumnya sama.
Plasmodium dalam hospes vetebrata dapat dibagi menjadi 3 fase. (1) Fase jaringan.
Nyamuk Anopheles betina akan menusuk hospes perantara, dan sporozoid yang berada di
proboscis ikut masuk ke dalam darah. Kemudian sporozoid akan masuk ke hati dan
menempel pada sel hati menjadi trofozoid hati, kemudian trofozoid akan berkembang
biak, membelah membentuk skizon hati yang bulat dan lonjong. Saat skizon matang,
maka skizon akan pecah dan menjadi merozoid yang kemudian bisa menyebar ke eritrosit
dan menginfeksi eritrosit lain. Sebagian besar menyerang sinusoid hati tetapi beberapa di
fagositosis. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sebagian sporozoid berubah
menjadi hipnozoid yang tersimpan dalam sel hati dan setelah beberapa tahun kemudian
akan aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. (2) Fase aseksual
dalam darah. Waktu antara permulaann infeksi sampai parasit ditemukan dalam darah
tepi. Pertama merozoid yang keluar dari fase jaringan akan melekat pada membran
eritrosit lain. Merozoid yang melekat akan menebalkan sitoplasmanya, lalu melakukan
invaginasi ke dalam sel darah merah. Parasit yang berada dalam sel darah merah ini akan
memakan hemoglobin dan menghasilkan pigmen malaria. Kemudian merozoid yang ada
di dalam sel darah merah akan membelah terus, diikuti dengan pembelahan sitoplasma
untuk membentuk skizon. Setelah skizon matang, kemudian pecah dan merozoid kembali
keluar, menginvaginasi eritrosit lain, dan seterusnya. (3) Fase seksual dalam darah.
Setelah 2 atau 3 generasi, sebagian merozoid tumbuh menjadi stadium seksual, bentuk
mikrogametosit dan makrogametosit berbeda tiap spesies. Makrogametosit dan
mikrogametosit dari Plasmodium falciparum berbentuk seperti pisang atau bulan sabit

bila sudah matang; pada spesies lain bulat. Kedua macam gametosit ini mengandung
banyak pigmen.3
Dalam lambung nyamuk, mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang membantuk
tonjolan kecil tempat masuknya mikrogamet sehingga pembuahan akan berlangsung dan
menghasilkan zigot. Zigot berupakan bentuk bulat yang tidak bisa bergerak, kemudian
18-24 jam kemudian menjadi bentuk yang dapat bergerak; stadium seperti cacing ini
disebut ookinet. Ookinet akan menembus dinding lambung dan berkembang menjadi
ookista yang berbentuk bulat dan tidak punya alat gerak. Ookista berisi sporozoid. Jika
ookista pecah, maka sporozoid akan keluar dan menyebar sampai ke kepala nyamuk
hingga mencapai kelenjar liur.3
Nyamuk Anophelini yang berperan sebagai vektor malaria hanyalah genus
Anopheles. Di seluruh dunia, genus Anopheles jumlahnya 2000 spesies, 60 spesies
sebagai vektor malaria. Di Indonesia sendiri terdapat 80 spesies dan 16 spesies yang
telah dibuktikan sebagai vektor malaria. Morfologi nyamuk Anopheles adalah pada fase
telur diletakkan satu persatu di atas permukaan air. Bentuk telur seperti perahu dengan
pelampung di kanan dan kirinya. Larva Anopheles tidak mempunyai sifon, namun
mempunyai spirakel pada posterior abdomen, sehingga posisi larva disesuaikan sejajar
dengan permukaan air. Mempunyai tergal plate pada bagian tengah dorsal abdomen. Pupa
mempunyai tabung pernapasan yang bentuknya lebar, pendek dan memiliki celah. Pada
nyamuk dewasa palpus nyamuk Anopheles mempunyai panjang yang hampir sama
dengan probosisnya. Perbedaan nyamuk jantan dan betina adalah ruas palpus bagian
apikal pada nyamuk jantan berbentuk ganda (club form), sedangkan pada nyamuk betina
ruas tersebut mengecil.3
Nyamuk Anophenlini mengalami metamorfosis sempurna, dari telur kemudian
larva lalu pupa sampai nyamuk dewasa. Tempat perindukan Anophenilini terbagi dalam 3
kawasan, yaitu pantai, pedalaman, kaki gunung dan kawasan gunung. Di bagian Nusa
Tenggara Timur sendiri terdapat 3 spesies Anopheles yang menjadi vektor penyakit
malaria, yaitu Anopheles sundaicus yang tempat perindukkan nya di pantai, Anopheles
barbirostris dan Anopheles subticus yang perindukannya di pedalaman. Dan Anopheles
balabacencis di kaki gunung. Umumnya nyamuk Anophelini relatif menghisap darah
hospes pada malam hari atau sejak senja hingga dini hari. Jarak terbang anophelini
7

biasanya 0,5-3km, tetapi dapat mencapai puluhan kilometer jika dipengaruhi oleh
transportasi dan kencangnya angin. Umur nyamuk di alam bebas sekitar 1-2 minggu.3
Epidemiologi
Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Infeksi malaria tersebar lebih dari 100 negara
yang masih endemis dengan penyakit malaria. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk
dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus
terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia, Amerika Latin, Timur Tengah,
dan beberapa bagian negara Eropa. Distribusi penyebaran Plasmodium ovale biasa hanya
di Afrika, tapi terdapat juga di Irian Jaya dan NTT. Di Amerika Latin, Indonesia bagian
timur seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Lombok sampai NTT merupakan
wilayah endemik malaria oleh Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax dan
Plasmodium malariae.4
Patofisiologi
Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit sampai
mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Sporozoit
adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu: 1) secara alami melalui
vektor, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk dan
2) secara induksi, bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam
badan manusia melalui darah, misalnya melalui transfusi, suntikan atau konge- nital (bayi
baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah plasenta).3
Setelah sporozoit masuk melalui jaringan hati, plasmodium akan melepaskan
merozoit ke dalam sirkulasi. Merozoit akan terbawa ke limpa dan mengalami fagositosis
dan filtrasi. Merozoit yang tetap lewat akan ke darah dan menginvasi eritrosit lain.
Selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual
parasit dalam eritrosit inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya
malaria pada manusia.3
Demam

mulai

timbul

bersamaan

dengan

pecahnya

skizon

(sporulasi)

yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini merangsang sel-sel makrofag,


monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF
8

(tumor necrosisfactor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan
pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat
plasmodium

memerlukan

waktu

yang

berbeda-beda.

Plasmodium

falciparum

memerlukan waktu 36-48 jam, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale 48 jam, dan
Plasmodium malariae 72 jam. Demam pada Plasmodium falciparum dapat terjadi setiap
hari, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale selang waktu satu hari, dan Plasmodium
malariae demam timbul selang waktu 2 hari.4
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang
tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2%
dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel
darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga
anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium
malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.4
Sebagai respon imun masuknya parasit malaria ke dalam tubuh, Plasmodium
dimusnahkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit yang memasuki limpa yang menjadi
tempat pemusnahan parasit malaria. Akibat masuknya sel-sel radang ke dalam sistem
retikuloendotel ini, maka limpa akan membesar ukurannya.4
Manifestasi klinis
Malaria secara umum mempunyai karakteristik demam periodik, anemia, dan
splenomegali. Biasanya dapat terjadi demam prodromal dengan keluhan lesu, sakit
kepala, sakit belakang, nyeri punggung, sendi dan tulang, perut tidak enak, diare ringan,
dan tidak napsu makan. Keluhan ini sering terjadi pada malaria vivax dan ovale. Gejala
klasik yaitu terjadinya trias malaria juga menandakan malaria. Anemia merupakan gejala
yang sering terjadi. Beberapa mekanisme terjadinya anemia adalah: terjadi kerusakan
eritrosit oleh parasit, hambatan hemopoiesis, dan hemolisis, eritrofagositosis, dan
penghambatan pengeluaran retikulosit. Pembesaran limpa sering ditemukan pada
penderita malaria, limpa akan terasa 3 hari setelah serangan akut, limpa akan menjadi
bengkak dan lembek.4
9

Diketahui 4 jenis plasmodium, yaitu Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang


paling sering dan merupakan penyebab dari malaria tertiana, Plasmodium falciparum
yang memberikan banyak komplikasi dan mudah resisten terhadap obat, Plasmodium
malariae yang jarang namun dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan menyebabkan
malaria quartana, Plasmodium ovale yang dijumpai pada area Afrika atau Pasifik barat,
paling ringan dan mudah disembuhkan.4

Manifestasi klinis malaria tertiana/vivax


Masa tunas intrinsik biasanya berangsung 12-17 hari. Serangan pertama dimulai

dengan sindrom prodromal: sakit kepala & nyeri punggung, mual dan malaise umum.
Pada relaps sindrom prodomal ringan atau tidak ada. Demam tidak teratur pada 2-4 hari
pertama, kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore
hari, suhu meninggi kemudian turun menjadi normal. Kurva demam pada permulaan
penyakit tidak teratur, disebabkan beberapa kelompok parasit yang masing-masing
mempunyai saat sporulasi tersendiri, hingga demam tidak teratur. Kemudian kurva
demam menjadi teratur, yaitu dengan periodisitas 48 jam. Serangan demam terjadi pada
siang atau sore hari dan mulai jelas dengan stadium menggigil, panas dan berkeringat
yang klasik. Mual dan muntah, pusing, mengantuk atau gejala lain akibat iritasi serebral
dapat terjadi tetapi hanya berlangsung sementara. Anemia pada serangan pertama
biasanya belum jelas atau tidak berat, tetapi pada malaria menahun menjadi lebih jelas.
Trombositopenia sering ditemukan dan jumlah trombosit meningkat setelah pemberian
obat antimalaria. Gejala lainnya yaitu terjadi pembesaran limpa.4

Manifestasi klinis malaria quartana


Pada malaria ini anemia, dan splenomegali (pembesaran limpa) jarang terjadi,

serangan demam naik dengan periode sekitar 3-4 hari. Komplikasi jarang terjadi, namun
kadang ada sindroma nefrotik. Pada malaria tipe ini sering terjadi rekrudesensi.4

Manifestasi klinis malaria ovale


Merupakan bentuk paling ringan, dapat sembuh tanpa pengobatan. Gejala mirip

dengan p. vivax, namun suhu tubuh lebih rendah, dan berlangsung singkat.4

10

Manifestasi klinis malaria tropika atau falciparum


Merupakan bentuk malaria yang paling berat, ditandai dengan panas yang

irregular, anemia, splenomegali. Panas biasa irregular dan tidak periodic, sering terjadi
hiperpireksia dengan temperature diatas 40C. Splenomegali sering dijumpai.4
Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Pengobatan simptomatik:5
i) Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia: parasetamol 15 mg/KgBB/x, beri
setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat.
ii) Bila kejang, beri antikonvulsan. Dewasa: Diazepam 5-10 mg IV (secara perlahan
jangan lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang. Jangan
diberikan lebih dari 100 mg/24 jam.
Pemberian obat anti malaria spesifik:5
Secara medika mentosa dengan menggunakan obat obatan, yang berfungsi
untuk membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, dan juga
untuk mendapatkan kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai
penularan. Obat obatnya antara lain:
1. Klorokuin, merupakan golongan 4-aminokuinolin yang cepat diserap dengan
sempurna di usus, lalu ditimbun di dalam jaringan hati. Klorokuin mempunyai
aktivitas skizontosida darah terhadap semua spesies Plasmodium. Klorokuin juga
bersifat gametositosida terhadap Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Dosis untuk pengobatan adalah 25mg klorokuin basa/kgBB yang
diberikan dalam 3 hari (masing-masing 10mg/kgBB hari 1 dan 2, serta 5 mg/kgBB
pada hari ke-3. Untuk profilaksis adalah 5mg klorokuin basa/kgBB setiap minggu.
Efek sampingnya sakit kepala, mual, diare, otot lemah, dan penglihatan kabur.
2. Amodiakuin, merupakan obat yang mempunyai struktur dan aktivitas obat
menyerupai klorokuin. Dosis amodiakuin basa adalah 10mg/kgBB/hari selama 3 hari.
Efek sampingnya mual, muntah, sakit perut, diare dan gatal gatal.
3. Primakuin, mempunyai aktivitas gametositosida terhadap ke-4 spesies Plasmodium,
dan hipnozoitisida terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Dosis 0,25
11

mg/kgBB/hari, selama 14 hari untuk relaps Plasmodium vivax atau 0,75 mg/kgBB
dosis tunggal untuk gametosit Plasmodium falciparum. Efek sampingnya gangguan
gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila dalam
keadaan kosong, kejang-kejang/gangguan kesadaran.
4. Tetrasiklin, adalah antibiotik spektrum luas yang paten tetapi lambat dalam melawan
bentuk aseksual dalam darah seluruh spesies Plasmodium. Penggunaan obat ini
digunakan sebagai kombinasi dengan kina untuk malaria falciparum. Obat ini tidak
digunakan tunggal karena bekerja lambat, dan tidak untuk profilaksis. Dosis 4 x 250
mg/hari selama 7 hari. Efek sampingnya gangguan sistem pencernaan, perubahan
kulit, dan pada pemakaian lama akan menimbulkan peubahan flora usus,
pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan dan bakteri lain pada vagina.
B. Non-Medika Mentosa
Penatalaksanaan untuk non medika mentosa adalah istirahat yang cukup,
memantau tanda-tanda vital antara lain : keadaan umum, kesadaran, pernafasan, tekanan
darah,

suhu,

dan

nadi

setiap

30

menit

(selalu

dicatat

untuk

mengetahui

perkembangannya), kasus dirujuk ke rumah sakit bila kondisi memburuk).5


Pencegahan
a. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis digunakan untuk mengurangi resiko jatuh sakit jika telah tergigit
nyamuk infeksius. Beberapa obat antimalaria yang sekarang digunakan sebagai
kemoprofilaksis adalah klorokuin, doksisiklin, dan primakuin. Tingkat efektivitas
kemoprofilaksis sangat ditentukan oleh tingkat resistensi Plasmodium setempat terhadap
obat anti malaria dan tingkat kepatuhan penggunaannya. Klorokuin sudah tidak
direkomendasikan lagi di dunia karena terbukti resisten.6
i) Komprofilaksis untuk P. Falciparum, Doksisiklin:2mg/kgBB/hari(<4-6 minggu)
ii) Komprofilaksis untuk P. Vivax dapat diberikan klorokuin:5mg/kgBB setiap minggu.
iii) Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4
minggu setelah kembali.

b. Pencegahan lainnya
12

Dapat dilakukan tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan


nyamuk, yaitu dengan cara: (a) Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu
impregnated (dicelup peptisida). (b) Menggunakan obat pembunuh nyamuk. (c)
Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus memakai
proteksi (baju lengan panjang). Nyamuk akan menggigit di antara jam 18.00 sampai jam
06.00, nyamuk jarang pada ketinggian di atas 2000m. (d) Memproteksi tempat
tinggal/kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti-nyamuk.6
Prognosis
Prognosis malaria tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.
Prognosis malaria juga bergantung pada jenis parasitnya. Prognosis malaria tertiana atau
vivax biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberi pengobatan,
serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata infeksi malaria vivaks
tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung
lebih lama, terutama karena relapsnya. Sedangkan malaria quartana, jika tanpa
pengobatan dapat berlangsung sangat lama dengan kecenderungan relaps. Pernah
dilaporkan sampai 30-50 tahun. Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik
bila dilakukan pengobatan dengan segera dan dilakukan observasi hasil pengobatan.
Penderita malaria falciparum dengan komplikasi, prognosis menjadi buruk, apabila tidak
ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk.3
Kesimpulan
Dari hasil anamnesis, gejala-gejala yang dikeluhkan pasien, dan pemeriksaan
fisik yang dilakukan, semuanya mengarah pada malaria vivax tanpa komplikasi. Malaria
adalah penyakit yang disebabkan karena parasit dan ditularkan lewat gigitan nyamuk.
Namun untuk memastikannya, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes
sediaan darah tebal dan tipis sehingga dapat diketahui secara tepat mengenai jenis parasit
yang menyerang dan selanjutnya dapat diberikan terapi yang sesuai sehingga didapatkan
juga prognosis yang baik.
Daftar Pustaka
13

1. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Kosasih R. Penuntun patologi klinik


hematologi. Jakarta: Sinar Surya Megah Perkasa; 2007.h.70-6.
2. Soedarto. Malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2009.h.120-1.
3. Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4.
Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2008.h.189-260.
4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta:
PAPDI; 2008.h.189-260.
5. Staf Pengajar Departemen Farmakologi FKUI. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5.
Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2012.h.559-70.
6. Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Malaria dari molekuler ke kilinis. Edisi
ke-2. Jakarta: EGC; 2010.h. 325-36.

14

Anda mungkin juga menyukai

  • 1
    1
    Dokumen10 halaman
    1
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Tambahan
    Tambahan
    Dokumen2 halaman
    Tambahan
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen9 halaman
    1
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Sken 10 B12
    Sken 10 B12
    Dokumen14 halaman
    Sken 10 B12
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Sken 5 Silvia
    Sken 5 Silvia
    Dokumen15 halaman
    Sken 5 Silvia
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Tambahan
    Tambahan
    Dokumen4 halaman
    Tambahan
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Sken 2 Silvia
    Sken 2 Silvia
    Dokumen17 halaman
    Sken 2 Silvia
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Tatalaksana Medikamentosa
    Tatalaksana Medikamentosa
    Dokumen4 halaman
    Tatalaksana Medikamentosa
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Sken 2 Silvia
    Sken 2 Silvia
    Dokumen17 halaman
    Sken 2 Silvia
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Bayu
    Bayu
    Dokumen18 halaman
    Bayu
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Silvia Sken 10 B12
    Silvia Sken 10 B12
    Dokumen14 halaman
    Silvia Sken 10 B12
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 10
    Skenario 10
    Dokumen14 halaman
    Skenario 10
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Hipertiroidisme
    Hipertiroidisme
    Dokumen5 halaman
    Hipertiroidisme
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Gejala Hipotiroidisme
    Gejala Hipotiroidisme
    Dokumen12 halaman
    Gejala Hipotiroidisme
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Sken 5
    Sken 5
    Dokumen26 halaman
    Sken 5
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Silvia Sken 5 B11
    Silvia Sken 5 B11
    Dokumen18 halaman
    Silvia Sken 5 B11
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Sken 5
    Sken 5
    Dokumen16 halaman
    Sken 5
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Hipertiroidisme
    Hipertiroidisme
    Dokumen5 halaman
    Hipertiroidisme
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 9
    Skenario 9
    Dokumen9 halaman
    Skenario 9
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Doc
    Doc
    Dokumen6 halaman
    Doc
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 7
    Skenario 7
    Dokumen17 halaman
    Skenario 7
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 9
    Skenario 9
    Dokumen9 halaman
    Skenario 9
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Kelelahan Otot
    Kelelahan Otot
    Dokumen9 halaman
    Kelelahan Otot
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 10
    Skenario 10
    Dokumen21 halaman
    Skenario 10
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen20 halaman
    Skenario 2
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen12 halaman
    Skenario 5
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen21 halaman
    Skenario 5
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen12 halaman
    Skenario 5
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat
  • Kelelahan Otot
    Kelelahan Otot
    Dokumen9 halaman
    Kelelahan Otot
    SilviaLockhart
    Belum ada peringkat