Anda di halaman 1dari 4

PANCASILA DAN IMPLEMENTASI SILA KEDUA DAN KETIGA

Kompetensi (Kemampuan Akhir Yang Diharapkan)


Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa dapat memahamiPancasila dan implementasi sila kedua
dan ketiga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Deskripsi
Dalam Bab ini Anda akan mempelajari pengertian tentangpemahaman bahwa nilai-nilai
Pancasila sila kedua dan ketiga harus diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
1. PENDAHULUAN
Kharisma seorang Gandhi, nampaknya merasuki secara mendalam kesadaran bernegara seorang
Bung Karno. Ketika berbicara tentang Perikemanusiaan, Bung Karno mengutip sikap Gandhi
atas kemanusiaan guna meletakkannya dalam sebuah universalisme nilai. Gandhi
berkata : Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan (my
nationalism is humanity ) (Soekarno, 1 Juni 1945). Kesadaran tersebut merupakan sebuah
prinsip filosofis yang menjadi spirit Sila Kedua. Prinsip tersebut dimaknai oleh Soekarno sebagai
internasionalisme yang tetap terkait dengan semangat kebangsaan.
Paradigma kedua Bapak Bangsa di atas, membantu kita memahami substansi sekaligus relevansi
Sila Kedua. Di satu pihak, kesadaran akan MARTABAT manusia itu bersifat UNIVERSAL, dan
karena itu mampu melintasi batas-batas kebangsaan. Di pihak lain, kesadaran yang sama justru
lahir dan bertumbuh dalam IDENTITASnya yang bersifat khas dalam kearifan budaya lokal yang
bersifat PARTIKULAR/TERTENTU.
Dalam bangsa yang terdiri dari berbagai macam ras, agama, etnik dan bahasa, toleransi
merupakan tuntutan mendasar. Para pendiri bangsa juga melihat betapa pentingnya toleransi
itu dijadikan sebagai nilai dasar dalam kehidupan bersama.
2. NILAI DAN MAKNA SILA KEDUA
Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai. Oleh
karena itu, sila-sila Pancasila pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam
setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, namun
kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila
kedua dilambangkan dengan RANTAI. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam
kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada
dasar filosofis antropologis bahwa hakekat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan
raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan
tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap
sesama manusia maupun terhadap lingkungannya.
Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan antara lain
dalam kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan serta dalam kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, dalam kehidupan bersama
dalam negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling menghargai sekalipun
terdapat suatu perbedaan karena hal itu merupakan suatu bawaan kodrat manusia untuk
saling menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakekat manusia sebagai makhluk
yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa
hakekat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil
terhadap masyarakat, bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa
membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama. Mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap manusia, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan (Darmodihardjo, 1996).
Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak, dan kewajiban asasi
warga negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan dari muka
bumi. Harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Tidak semenamena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan. Berani membela kebenaran dan keadilan, hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa-bangsalain.
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi
pikir, rasa, karsa, dan cipta. Kemanusiaan terutama berarti sifat manusia yang merupakan
esensi dan identitas manusia karena martabatkemanusiaannya (human dignity).
Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang obyektif; jadi, tidak subyektif apalagi sewenang-wenang.
Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi,beradab berarti berbudaya. Ini
mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu berdasarkan nilanilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan (moral). Adab terutama mengandung
pengertian tata kesopanan, kesusilaan atau moral. Dengan demikian, beradab dapat ditafsirkan
sebagai berdasar nilai-nilai kesusilaan atau moralitas khususnya dan kebudayaan umumnya.
Jadi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama
manusia,maupun terhadap alam dan hewan.
Pada prinsipnya Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang
sesuai dengan kodrat hakekat manusia yang berbudi, sadar nilai, dan berbudaya.
Di dalam sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan
yang lengkap, yang memenuhi seluruh hakekat makhluk manusia. Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi manusia (Indonesia). Dengan Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab, maka setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan
samaterhadap undang-undang negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama; setiap warga
negara dijamin haknya serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan
orang-orang seorang, dengan negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan
menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia.
Hakekat pengertian di atas sesuai dengan :
a. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan .
b. Pasal 27, 28, 29, 30, dan 31 UUD 1945.
c. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, memberikan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
3. SUMBER HUKUM SILA KEDUA
1) Pembukaan UUD 1945 alinea pertama :
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.
Alinea keempat :
............, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada .... kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Pasal 27 UUD 1945

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
3) Pasal 28 UUD 1945
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4) Pasal 29 UUD 1945
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
5) Pasal 30 UUD 1945
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
6) Pasal 31 UUD 1945
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
7) Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, memberikan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. ALASAN PENTINGNYA KEBERADAAN SILA KEDUA
Isi butir-butir sila kedua :
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan pedoman hidup bangsa
Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat yang heterogen
(beraneka ragam). Pancasila kemudian menjadi jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.Pancasila
lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia
dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.
Setiap sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang menjadi dasar norma dan aturan dalam
kehidupan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Banyak sekali nilai
yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab dan harus kita terapkan, antara
lain : Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Menyambut tantangan ke depan bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi ekonomi,
ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan fundamentalisme merupakan sebuah tantangan
tersendiri bagi bangsa Indonesia. Di samping itu yang patut diwaspadai adalah pengelompokan
suku bangsa di Indonesia yang kini semakin kuat. Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh
pengaruh asing untuk dikotak-kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan
terhadapKetuhanan Yang Maha Esa.
Pemahaman nasionalisme yang berkurang turut menjadikan sila kedua Pancasila merupakan
sesuatu yang amat penting untuk dikaji. Di saat negara membutuhkan soliditas dan persatuan
hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat terutama justru yang ada di perkotaan

justru lebih mengutamakan kelompoknya, golongannya bahkan negara lain dibandingkan


kepentingan negaranya. Untuk itu sebaiknya setiap komponen masyarakat saling berinterospeksi
diri untuk di kemudianhari bersatu bahu membahu membawa bangsa ini dari keterpurukan dan
krisis multidimensi.
Dari beberapa butir isi dari sila kedua Pancasila kita dapat merasakan adanya degradasi
(kemunduran) perilaku masyarakat Indonesia. Pada butir pertama kita diharapkan dapat
mengakui dan memperlakukan sesama sesuai dengan harkat martabatnya sebagai makhluk
Tuhan. Pada era sekarang ini hal ini tampak sangat sulit sekali ditemui, banyaknya
prilaku chaos di dalam masyarakat membuktikan bahwa butir pertama ini sudah dilupakan. Sama
seperti butir pertama, butir-butir dari sila ke dua Pancasila sudah mulai tidak diperhatikan oleh
masyarakat dalam kehidupan bernegaranya.
Sebagai warga negara kita memiliki kewajiban untuk hidup bernegara sesuai dengan dasardasar negara kita. Perilaku-perilaku yang menyimpang seperti adanya sikap premanisme yang
brutal seperti yang kita lihat dalam kejadian Kasus sidang Blowfish di daerah Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan menunjukkan bahwa perlunya pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat
baik itu di jenjang pendidikan formal ataupun pendidikan berwarganegara di dalam lingkungan
masyarakat.
5.IMPLEMENTASI SILA KEDUA
Pendidikan berwarga negara di jenjang pendidikan formal haruslah dilakukan tidak hanya
memberikan teori tetapi dengan praktek langsung. Karena teori cenderung hanya dianggap angin
lalu saja, praktek toleransi antara individu satu dengan yang lainnya dapat memberikan
gambaran langsung betapa pentingnya nilai-nilai kemanusiaan itu. Praktek langsung dari sila
kedua dapat dilakukan dalam interaksi sosial di dalam lingkungan pendidikan ataupun
lingkungan tempat tinggal, di dalam lingkungan pendidikan teori ini dapat dipraktekkan
dengan cara sikap dan perilaku dalam lingkungan pendidikan.
Pada era sekarang ini teramat sulit menemukan sikap penghargaan di lingkungan pendidikan,
anak didik saat ini terbiasa dengan penggolongan-penggolongan berdasarkan status sosial, ada si
kaya dan ada si miskin. Sikap seperti itu menjadikan toleransi antara sesama menjadi sangat
menyedihkan. Adanya penghargaan (sopan santun) dalam bertutur kata dan bersikap kepada
orang lain diharapkan dapat menjadi cermin langsung bahwa sikap toleransi itu menjadi suatu
hal yang penting dewasa ini. Bahwa penggolongan-penggolongan berdasarkan status sosial
itu adalah hal yang merusak sifat-sifat kemanusiaan.
Penerapan sila kedua di dalam lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara adanya
lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara
hidup bernegara yang baik. Penyuluhan yang dilakukan tidak hanya dengan cara formil
(mengajarkan cara menjadi warga negara yang baik), tetapi dapat dengan cara-cara seperti
gotong royong membersihkan lingkungan, siskamling dan cara-cara lain yang dapat mengajarkan
secara langsung apa artinya tenggang-rasa antara sesama manusia.

Anda mungkin juga menyukai