Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keanekaragaman merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan
bermacam-macam suatu benda yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran,
bentuk, tekstur dan lainnya. Pada dasarnya semua makhluk hidup memiliki sejumlah
keanekaragaman. Keanekaragaman makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan
ciri antar makhluk hidup. Keanekaragaman ada yang terjadi secara alami dan ada juga yang
terjadi secara buatan. Keanekaragaman alami merupakan keanekaragaman yang terjadi akibat
adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan ligkungannya. Keanekaragaman
hewan menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan
sifat lainnya di suatu daerah. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat
dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup (Putra 1994: 102).
Insekta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota hewan ini sering
kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung,
jangkrik, belalang,dan lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam. Karena
itu pula sering juga disebut hexapoda. Insekta dapat hidup diberbagai habitat , yaitu air tawar,
laut, dan daratan. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrate yang dapat
terbang. Insekta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit. Tubuh insekta dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang
berkembang biak, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata
tunggal (oseli). Insekta memiliki organ perasa yang disebut palpus. Insekta yang memiliki
sayap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen insekta tidak memiliki anggota tubuh
(Iskandar 2013: 56).
Serangga adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang
bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa
Yunani yang berarti berkaki enam). Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi.
Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29
ordo Di Indonesia memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Tak heran jika beberapa
jumlah spesies kelompok utama makhluk hidup hanya ditemukan di daerah atau pulau
tertentu. Dalam dunia entomologi, pengawetan serangga termasuk kegiatan koleksi serangga
1

atau insekterium. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya
yang di dukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupi oleh kebutuhan sumber
makanannya. (Anonim 2013: 1)
Keanekaragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta
tahun yang lalu). Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok
serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang. Sayap pada serangga mungkin
pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu
menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang. Pandangan lain menyarankan
bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan
berfungsi sebagai insang pada serangga akuatik. Hipotesis lain menyatakan bahwa sayap
serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang. Salah satu
alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah
kemampuan reproduksinya yang tinggi (Anonim 2013: 1).
Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan
beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang
mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan
Hymenoptera. Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion. Setelah eclosion,
serangga yang baru ini dapat serupa atau mirip sekali dengan induknya. Pertumbuhan tubuh
dikendalikan dengan menggunakan acuan pertambahan berat badan, biasanya dalam bentuk
tangga dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exuvium), dimana
proses ini disebut molting. Karena itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana
pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi dan seterusnya sampai sempurna
(Suin 1997: 132).
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk didalam ovum serangga betina.
Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya benar. Oleh karena
iu, dapat dimengerti mengapa serangga cepet berkembang biak. Masa perkembangan
serangga didalam telur dinamakan perkembang embrionik dan setelah serangga ke luar
(menetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca-embrionik. Perubahan bentuk atau
ukuran serangga yang berlangsung selama perkembangan pasca-embrionik dinamakan
metamorphosis. Walaupun serangga berkembang dari telur, namun tidak semua serangga
meletakkan telurnya. Sesungguhnya reproduksi dapat terjadi dari telur yang tidak mengalami
pembuahan (Putra 1994: 91).
2

Serangga adalah kelompok hewan yang paling sukses sekarang. Meskipun mereka
berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah mereka lebih banyak
(baik dalam jumlah spesies maupun jumlah individu) daripada jumlah semua hewan lain
secara bersama-sama. Sebagian besar dari kesuksesan mereka ini disebabkan oleh evolusi
sayap mereka dan mekanisme makan yang bervariasi. Mekanisme makan berkisar dari
bagian-bagian mulut untuk menggigit seperti terlihat pada belalang sampai ke bagian-bagian
mulut penghisap yang memungkinkannya untuk memakan getah tanaman dan darah dari
sejumlah hewan. Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya
dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat
ini telah diketahui sebanyak lebih kurang 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar
59,5% dari total organisme yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman
serangga yang sangat tinggi dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang
alamiah seperti hutan-hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian
dan perkebunan (Siswanto & Wiratno, 2001).
Saat ini, lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies
bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies
bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera),
82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan
110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera). Pada Ordo Lepidoptera Ketika fase
larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut
penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan. Ordo Coleoptera memliki tipe
mulut pengunyah dan termasuk herbivora. Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada
beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah (Anonim
2013: 1).
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas
toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Hemiptera memiliki
tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai
penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan,
maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit
pohon, serta pada jamur yang busuk. Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah.
Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat
3

kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan
di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan (Christina 1991: 189).
Ordo Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa
kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya
menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan
daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di
lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran
pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari jenis ini
merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk, selain itu ada beberapa yang
merupakan hama bagi tanaman. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari
telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi (Iskandar 1970: 143).
Di alam, serangga membantu penyerbukan sekitar dua per tiga dari total tanaman
berbunga dan sekitar 400 spesies tanaman pertanian. Serangga yang berperan dalam
penyerbukan tanaman adalah kumbang, lalat, lebah, tawon, gonteng (ordo Hymenoptera),
kupu-kupu dan ngengat. Diantara serangga tersebut, lebah yang memiliki sekitar 20.000
spesies, merupakan agen penyerbuk paling penting. Serangga dapat dijumpai di semua daerah
di atas permukaan bumi. Di darat, laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup
sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah manusia
dan mamalia. Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah kehidupan sosial
yang rumit, seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap yang hidup di dalam sebuah
koloni (Johnson 1995: 211).
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian
utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas
mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax),
dan perut (abdomen).
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal untuk semua
jenis tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan membantu meningkatkan produksi
buah-buahan dan biji-bijian. Produksi buah-buahan dan biji-bijian meningkat sebesar 40 %
berkat bantuan serangga dengan kualitas yang sangat bagus. Di Eropa dan Australia
berkembang jasa penyewaan koloni serangga untuk penyerbukan yang melepas kawanan
lebah menjelang tanaman berbuah. Serangga juga berperan sebagai organism perombak

(dekomposer) yang mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang
mati dan sisa kotoran hewan (Jumar 2000: 112).

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah
yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Apa saja hewan invertebrata yang dapat ditemukan di tepi Danau Buyan ?
b) Bagaimana klasifikasi dari hewan yang terdapat di tepi Danau Buyan ?
1.3

Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah diatas , berikut merupakan tujuan dari penulisan
makalah ini :
a) Untuk mengetahui contoh-contoh hewan invertebrata yang dapat ditemukan di
tepi Danau Buyan.
b) Mengenal jenis-jenis serangga yang terdapat di tepi Danau Buyan.
c) Mengetahui berbagai jenis keragaman serangga yang terdapat di Danau
Buyan.

1.4

Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui contoh-contoh hewan

invertebrata yang dapat ditemukan di tepi Danau Buyan.

BAB II
METODE
2.1

Waktu dan tempat penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 8 November 2014, di Danau Buyan yang
terletak di kawasan Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali.
Danau ini merupakan satu dari tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah
kaldera besar. Ia diapit oleh dua danau lainnya, yaitu Danau Tamblingan di sebelah
barat dan Danau Beratan di timur.

Gambar 2.1 Lokasi Pengamatan : Danau Buyan


2.2

Alat dan bahan


Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan. Alat dan bahan yang
digunakan dalam penangkapan serangga yaitu jaring serangga, toples plastik,
sterofoam, alat tulis, kertas label, alkohol 70%. Untuk dokumentasi digunakan kamera
handphone.

2.3

Metode pengumpulan data dilakukan


Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Proses
pengumpulan data primer melalui pengukuran langsung di lapangan seperti
penangkapan serangga, analisis vegetasi dan pengukuran dimensi pohon, pengukuran
suhu dan kelembaban. Proses pengumpulan data sekunder melalui informasi yang
telah tersedia dari data profil lokasi penelitian seperti data letak dan luas, kondisi
iklim, topografi, dan sejarah pengelolaan lahan.

BAB III
HASIL PENGAMATAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap serangga yang terdapat pada hutan Danau
Buyan didapatkan hasil seperti yang terlihat pada Tabel :
No

Gambar

Nama Spesies

Ypthima
philomela

2
3

Famili

Nymphalidae

Ariadne Ariadne L.

Nymphalidae

Ariadne ariadne

gedrosia

Nymphalidae

10

Berikut klasifikasi dari spesies diatas.

Gambar 2.1

Klasifikasi Spesies Serangga


Kingdom
:
Phylum
:
Class
:
Ordo
:
Famili
:
Genus
:
Spesies
:

Gambar 2.2

Klasifikasi spesies serangga


Kingdom
:
Phylum
:
Class
:
Ordo
:
Famili
:
Genus
:
Spesies
:

Gambar 2.3
9

Klasifikasi spesies serangga


Kingdom
:
Phylum
:
Class
:
Ordo
:
Famili
:
Genus
:
Spesies
:

Klasifikasi spesies serangga


Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
:
Genus
:
Spesies
:

Klasifikasi spesies serangga Dari hasil identifikasi di atas dapat kami sampaikan bahwa dari
penangkapan di hutan, tepatnya kawasan danau buyan terdapat spesies kupu-kupu yang
hampir tidak banyak yang sama. Hanya family Pieridae yang kami dapat 2 spesies namun
berbeda jenis, selain serangga dari kelompok kupu-kupu kami juga mendapatkan serangga
yang nama lokalnya disebut kepik. Dari sepuluh (10) spesies yang kami identifikasi, dua
diantaranya tidak dapat kami ketahui jenis spesiesnya karena spesies tersebut memiliki cirriciri dengan salah satu spesies namun tidak signifikan sehingga kami tidak dapat mengetahui
dengan pasti nama dari spesies tersebut. Dalam menentukannya harus kembali diidentifikasi
dengan seksma sehingga kami memberikan nama spesimen 1 dan spesimen 2.

BAB IV
PEMBAHASAN

10

Dalam praktikum bersama yang dilakukan pada hari sabtu, 8 Nopember 2014
yang bertempat di Danau Buyan, Bedugul, yang terletak di kawasan Desa Pancasari,
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Jenis serangga yang ditemukan di tepi
danau lebih banyak phylum arthropoda yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera. Namun ada
juga kelompok serangga yang masuk ke dalam ordo Diptera. Ordo Lepidoptera merupakan
serangga yang diantaranya merupakan kelompok kupu-kupu dan ngengat. Dalam praktikum
tersebut banyak kelompok kupu-kupu yang kami dapatkan dan bervariasi diantaranya
terdapat 10 jenis spesies dan berbagai suku atau family. Family Pieridae (2), Nymphalidae
(2), Papilionidae (1), namun terdapat 2 spesies yang belum kami ketahui jenis dari spesies
serangga tersebut sehingga kami memberikan nama specimen 1 dan specimen 2. Dalam
praktikum tersebut kami juga mendapatkan serangga yang masuk ke dalam ordo Diptera,
namun hanya 1 spesies yang dapat kami identifikasi yaitu masuk ke dalam family
Calliphoridae (1). Berikut merupakan identifikasi dari masing-masing spesies

4.1 Ordo Lepidoptera


1. Family Pieridae
2. Family Nymphalidae
3. Family Papilionidae
4.1.1 Spesies Eurema hecabe
Serangga atau kupu-kupu jenis ini memiliki warna yang menonjol yaitu warna
kuning. Eurema hecabe berkembang melalui beberapa stadia yaitu stadium telur 3-4 hari,
stadium larva (ulat) 17 hari, stadium kepompong 5-6 hari dan stadium dewasa atau kupukupu 10 hari. (Suratmo, 1974; Natawiria, 1988). Pohon inang Eurema hecabe adalah sengon
(P. falcataria), dadap (Erythrina sp.), johar (Cassia siamea), turi (Sesbania grandifora),
jengkol (Pithecelobium lobatum) dan petai (Parkia speciosa). (Suratmo, 1974). Siklus hidup
serangga ini sekitar 36 hari.

4.1.2 Spesies Neptis hylas

11

BAB V
KESIMPULAN
4.1

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab I sampai bab III maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Predator merupakan binatang atau serangga yang memangsa binatang atau
serangga lain. Istilah predatisme adalah suatu bentuk simbiosis dari dua individu
yang salah satu diantara individu tersebut menyerang atau memakan individu
lainnya satu atau lebih spesies, untuk kepentingan hidupnya yang dapat dilakukan
dengan berulang-ulang
2. Keystone predator merupakan spesies yang kehadirannya dalam sebuah ekosistem
memiliki efek yang tidak proporsional pada organisme lain dalam sistem.
3. Beberapa contoh dari keystone predator antara lain Bintang laut (Pisaster
ochraceous), Elang (Famili : Accipitridae), Berang-berang laut (Enhydra luthris),
Singa Gunung ( Puma concolor ), dan Ikan Hiu ( Selachimorpha sp. )
12

4. Menghilangnya

predator

dapat

menyebabkan

terjadinya

perubahan pada vegetasi, frekuensi kebakaran hutan, penyakit


menular, spesies invasif, kualitas air, hingga siklus nutrisi.
5. Salah satu cara menyeimbangkannya jika populasi predator
melebihi batas normal, maka predator tersebut sebaiknya
dilakukan konservasi ke tempat-tempat penangkaran atau kebun
binatang.
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://biologigonz.blogspot.com/serangga-inscta.html.
Diakses tanggal 20 November 2014

13

Anda mungkin juga menyukai