Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Obat adalah semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan,

meringankan atau mencegah

penyakit atau gejala-gejalanya. Obat juga disebut suatu bahan atau paduan
bahan yang digunakan untuk mempengarui atau menyelidiki sistem fisiologi
atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan

penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, atau peningkatan kesehatan


termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis.
Suatu obat dapat digunakan untuk menetapkan diagnosis, mencegah
penyakit, mengurangi dan menghilangkan penyakit atau gejala penyakit,
menyembuhkan penyakit, bahkan memperelok dan memperindah badan atau
bagian badan manusia. Perkembangan obat diawali dari mulai menyerupai
hewan(meniru perlakuan hewan dalam melakukan pengobatan), empiric dan
magic (botani & spiritual), pengobatan dengan botani, senyawa kimia, hingga
saat ini menjadi sediaan farmasi(obat).
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, saat ini
terdapat bermacam-macam obat, dari mulai bentuk, fungsi hingga cara
kerjanya yang semakin spesifik. Dalam hal ini kami lebih spesifik dalam
membahas cara kerja obat, terutama obat yang bekerja dalam sistem transport.
Maka dari itu, hal yang akan kami bahas adalah mengenai obat yang bekerja
pada sistem transport.
Tahun 1931 menerangkan suatu gejala bahwa sejumlah kecil medium
kultur masuk ke dalam sitoplasma dalam lekukan-lekukan membran sel.
Kemudian, lekukan tadi memisahkan diri membentuk kantong atau
gelembung kecil dalam sitoplasma. Proses tersebut tampak seolah-olah sel itu
minum sehingga ia kemudian menamainya dengan sebutan pinositosis
(dalam bahasa Yunani pinos berarti minum).
Setelah ditemukannya mikroskop elektron di tahun 1950, pengamatan
lebih detail menunjukkan bahwa pinositosis ternyata adalah gejala yang
umum terjadi pada sel ginjal epitelium usus, sel darah putih, makrofag hati,

dan akar tumbuhan. Gejala transpor aktifini dapat terjadi bila terdapat
konsentrasi yang sesuai dari asam amino, protein, atau ion-ion tertentu di
medium sekeliling sel dan di dalam sel.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang di maksud dengan pinositosis
b. Jelaskan proses pinositosis
c. Bagaamana mekanisme terjadinya pinositosis
1.3 TUJUAN
a. Agar dapat mengetahui pengertian pinositosis
b. Agar dapat mengetahui proses pinositosis
c. Agar dapat mengetahui mekanisme terjadinya pinositosis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PINOSITOSIS

Pinositosis

dalam

bahasa

Yunani

pinos berarti

minum.

merupakan peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan me


mbentuk lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila
konsentrasi protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel sesuai
dengan konsentrasi di dalam sel. Proses pinositosis dapat diamati dengan
mikroskop elektron.
Pinositosis ("peminuman

seluler")

merupakan

salah

satu

jenis endositosis di mana sel "meneguk" tetesan fluida ekstraseluler dalam


vesikula kecil. Karena salah satu atau seluruh zat terlarut yang larut dalam
tetesan tersebut dimasukkan ke dalam sel, pinositosis tidak bersifat
spesifik dalam substansi yang ditranspornya. Sebaliknya, endositosis yang
diperantarai reseptor bersifat sangat spesifik karena adanya reseptor
berupa ligan yang hanya terikat pada molekul tertentu. Pinositosis sebagai
salah satu jenis endositosis dibutuhkan untuk berbagai macam fungsi yang
penting bagi sel, karena endositosis dapat meregulasi berbagai macam
proses seperti pengambilan nutrisi, adhesi dan migrasi sel, reseptor sinyal,
masuknya patogen,

neurotransmisi,

presentasi antigen,

polaritas

sel, mitosis, pertumbuhan dan diferensiasi, dan masuknya obat.


Pinositosis ialah cara transport dengan membentuk esikel,
misalnya makromolekul seperti protein. Jumlah obat yang diangkut
dengan cara ini sangat sedikit. Pinositosis merupakan suatu proses
perlintasan membran oleh molekul-molekul besar dan terutama oleh
molekul yang tidak larut. Perlintasan terjadi

dengan pembentukan

vesikula (bintil) yang melewati membran. Contoh obat yang mekanisme


transportnya menggunakan pinositosis adalah vitamin A,D,E, dan K, asam
lemak, asam amino, telur parasit, vaksin polio secara oral.
2.2 PROSES PINOSITOSIS
Pinositosis terjadi pada benda-benda cair. contohnya penyerapan
nutrisi oleh sel-sel embrio. Peristiwa ini dapat terjadi jika terdapat
konsentrasi yang sesuai dari asam amino, protein, atau ion-ion tertentu

pada medium sekeliling sel dengan di dalam sel. contoh peristiwa


pinositosis adalah penyerapan nutrisi oleh embrio mamalia. Sel-sel yang
melakukan proses pinositosis ini antara lain sel darah putih, epitel usus,
makrofag hati, dan lain-lain.

a. Molekul-molekul medium kultur mendekati membran sitoplasma.


b. Molekul-molekul mulai melekat (menempel) pada plasma, hal ini terjadi
karena adanya konsentrasi yang sesuai antara protein dan ion tertentu pada
c.
d.
e.
f.

medium sekeliling sel dengan di dalam sel.


Mulai terbentuk invaginasi pada membran sitoplasma.
Invaginasi semakin ke dalam sitoplasma.
Terbentuk kantong dalam sitoplasma dan saluran pinositik.
Kantong mulai lepas dari membran plasma dan

gelembunggelembung kantong.
g. Gelembung-gelembung kantong

mulai

mempersiapkan

melakukan fragmentasi.
h. Gelembung pecah menjadi gelembung yang lebih kecil.
2.3 MEKANISME KERJA PINOSITOSIS

membentuk
diri

untuk

W.H. Lewis pada tahun 1931 menerangkan suatu gejala bahwa


sejumlah kecil medium kultur masuk ke dalam sitoplasma dalam lekukanlekukan membran sel. Kemudian, lekukan tadi memisahkan diri
membentuk kantong atau gelembung kecil dalam sitoplasma. Proses
tersebut tampak seolah-olah sel itu minum sehingga ia kemudian
menamainya dengan sebutan pinositosis (dalam bahasa Yunani pinos
berarti minum).

Setelah ditemukannya mikroskop elektron di tahun 1950, pengamatan


lebih detail menunjukkan bahwa pinositosis ternyata adalah gejala yang umum
terjadi pada sel ginjal epitelium usus, sel darah putih, makrofag hati, dan akar
tumbuhan. Gejala transpor aktif ini dapat terjadi bila terdapat konsentrasi yang
sesuai dari asam amino, protein, atau ion-ion tertentu di medium sekeliling sel dan
di dalam sel.
Mekanisme proses pinositosis melalui tahapan sebagai berikut.
a. Mula-mula, zat pemicu menempel pada reseptor khusus membran sel.
b. Kemudian terjadilah lekukan atau invaginasi membran sel yang kemudian
membentuk gelembung kantong atau saluran pinositosik.

c. Di dalam sel, gelembung dapat pecah menjadi gelembung lebih kecil atau
bergabung menjadi gelembung yang lebih besar.
Ada juga dugaan bahwa pembentukan gelembung pinositosis atau endositosis
terjadi akibat kontraksi mikrofilamen intrasel yang ujungnya menempel pada
membran.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pinositosis merupakan suatu proses perlintasan membran oleh
molekul-molekul besar dan terutama oleh molekul yang tidak larut.
2. Pinositosis terjadi pada benda-benda cair. contohnya penyerapan
nutrisi oleh sel-sel embrio. Peristiwa ini dapat terjadi jika terdapat

konsentrasi yang sesuai dari asam amino, protein, atau ion-ion tertentu
3.

pada medium sekeliling sel dengan di dalam sel.


proses pinositosis melalui tahapan sebagai berikut.
a. Mula-mula, zat pemicu menempel pada reseptor khusus membran
sel.
b. Kemudian terjadilah lekukan atau invaginasi membran sel yang
kemudian membentuk gelembung kantong atau saluran pinositosik.
c. Di dalam sel, gelembung dapat pecah menjadi gelembung lebih
kecil atau bergabung menjadi gelembung yang lebih besar.

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata
sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Eisenhauer Laurel A., dkk, 1998, Clinical Pharmacology dan Nursing


Management, fifth edition , 49, Lippincott, Philadelpia New York
Goodman dan Gilman, 2011, Manual Farmakologi dan Terapi, 1 3, EGC, Jakarta
MyCek Mary J. 1997, Farmakologi Ulasan Bergambar, edisi II, 1 4, Lippincott,
Philadelphia USA
Ritter M. James, dkk, 2011, A textbook of Clinical Pharmacology, fourth edition,
31,Professor of Clinical Pharmacology, Guys Kings and St Thomass
Medical School,London, UK

Anda mungkin juga menyukai