Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODE PEMBELAJAAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

DISUSUN OLEH :
KELAS F. 14.3
KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
5.

NOVISIA
NETA AFRIYANTI
NAILI ALFI K.
WIWIT FEBRIANI
YOAN AJENG MUSTIKA

16140204
16140206
16140177
16140188
16140194

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI D4 BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS RESPTI YOGYAKARTA
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat yang telah
diberikan baik berupa nikmat kesehatan ataupun nikmat kesempatan sehingga penulisan

makalah ini dapat diselesaikan. Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan
kewajiban kami sebagai mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan
kegiatan seperti yang kami lakukan.
Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai Pendekatan Kontekstual. Dengan ini
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung kami terutama kepada dosen mata kuliah Desain Kurikulum, yang telah
memberikan ilmunya serta bimbingannya kepada kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan Pada teman-teman yang turut memberikan sumbangsih pikiran
serta tenaga dalam penyusunan makalah ini.
Penulis tahu, bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dari
sisi isi pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya, beranjak dari kesadaran itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif sebagai penambahan pengetahuan
bagi penulis dalam menyusun makalah di lain waktu.

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................

2
3
4

A. Latar Belakang ........................................................................................

4
2

B. Tujuan.......................................................................................................
C. Rumusan Masalah....................................................................................

5
5

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................

A. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL).............................................


B. Karakteristik Contextual Teaching and Learning...................................
C. Komponen Contextual Teaching and Learning.......................................
D. Strategi Pendekatan Konstektual.............................................................
E. Implementasi CTL (Contextual Teaching and Learning).........................

6
8
9
12
13

BAB III. PENUTUP...............................................................................................

15

A. Kesimpulan...............................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan sekarang ini menuntut kerja keras dan
tanggung jawab guru untuk lebih professional. Guru harus dapat mengubah paradigma
mengajar dari teaching ke learning. Perubahan ini tidak semata-mata hanya untuk mengikuti

trend jaman, tetapi lebih kepada tuntutan dan situasi nyata yang dibutuhkan dunia dan
kehidupan manusia.
Menjadikan siswa aktif, kreatif dan menjadi seorang problem solver yang baik tentunya
bukan hal yang mudah, anak harus mempunyai kemampuan berpikir yang baik. Guru harus
bekerja keras mengubah gaya mengajarnya dengan memberi peluang dan kesempatan kepada
anak untuk mengeksplorasi pengetahuannya secara lebih mandiri. Salah satu trend atau arah
pembelajaran sekolah saat ini untuk menciptakan pembelajaran menjadi lebih bermakna
adalah penggunaan konteks dalam pembelajaran. Inovasi tersebut seperti Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. CTL
lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan
tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya
sehubungan dengan topik yang akan dipelajari.
Menurut Suyanto (2003:1) CTL dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang
bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan
yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran
serta lingkungan secara alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar
akan lebih bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya
bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi siswa harus
dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengaplikasikan
pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari.
Dalam proses belajar, guru perlu membiasakan anak untuk mengalami proses belajar
dengan melakukan penemuan dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan menarik kesimpulan (inquiry). Seluruh
proses dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan diamati dengan indikator yang jelas
(outhentic assessment). Setiap selesai pembelajaran guru wajib melakukan refleksi terhadap
proses dan hasil pembelajaran (reflektion).
Berdasarkan paparan di atas CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif
diterapkan pada proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dikelas. Oleh karena itu,
topik penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia perlu dipaparkan lebih
lanjut.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian pendekatan kontekstual (CTL)?
2. Apa karakteristik Contextual Teaching and Learning?
3. Apa saja komponen Contextual Teaching and Learning?
4. Bagaimana strategi pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam
pembelajaran?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Menjelaskan pengertian pendekatan kontekstual (CTL).
2. Menjelaskan karakteristik Contextual Teaching and Learning.
3. Menjelaskan komponen-komponen Contextual Teaching and Learning.
4. Menjelaskan strategi pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam
pembelajaran

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL)

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep


belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan
kuantitatif, melainkan dilihat dari sisi kualitas penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan
yang nyata. Dengan skema konseptual yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan sekedar
wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan lebih bermakna bagi
siswi.
CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The
Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11
perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di
Amerika Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi
kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni,2002:1).
Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuhkomponen utama pembelajaran
afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Nurhadi,2002:5).
Johnson (dalam Nurhadi, 2002:12) merumuskan pengertian CTL sebagai suatu proses
pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sistem CTL, akan menuntun siswa ke semua komponen utama CTL, yaitu
melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara
belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi
siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya.
Pendekatan CTL menurut Suyanto (2003:2) merupakan suatu pendekatan yang
memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka peroleh dalam berbagai macam mata pelajaran baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke
6

dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari
proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya.
Menurut Johnson, (2002:38), ada tujuh atribut yang mencirikan konsep CTL yaitu
kebermaknaan, penerapan ilmu, berpikir tingkat tinggi, kurikulum yang digunakan harus
standar, berfokus pada budaya, keterlibatan siswa secara aktif, dan asesmen autentik.
Proyek yang dilakukan oleh Center on Education and Work at the University of
Wisconsin-Madison, yang disebut teachnet, mengeluarkan pernyataan penting tentang CTL
sebagai berikut: Pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar
mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, dan pekerja serta meminta
ketekunan belajar.
B. Karakteristik Contextual Teaching and Learning
Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang menjadi
karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu :

Melakukan hubungan yang bermakna,

Mengerjakan pekerjaan yang berarti,

Mengatur cara belajar sendiri,

Bekerja sama,

Berpikir kritis dan kreatif,

Mengasuh atau memelihara pribadi siswa,

Mencapai standar yang tinggi, dan

Menggunakan penilaian sebenarnya.

Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas karakteristik antara


lain yaitu :
Kerja sama,
Saling menunjang,
7

Menyenangkan,
Belajar dengan bergairah,
Pembelajaran terintegrasi,
Menggunakan berbagai sumber,
Siswa aktif,
Sharing dengan teman,
Siswa aktif, guru kreatif,
Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor, dan lain-lain, serta
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran
diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam
konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang
alamiah (learning in real life setting).
2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
yang bermakna (meaningful learning).
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
melalui proses mengalami (learning by doing).
4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi
(learning in a group).
5. Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam
merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
(learning to know each other deeply).
6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, kreatif, dan mementingkan kerja sama
(learning to ask, to inquiry, to York together).
7. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy
activity).
C. Komponen Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu sebagai berikut :

1. Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL yang menyatakan
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-konyong). Strategi pemerolehan
pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mengingat
pengetahuan. Konsep konstruktivisme menuntut siswa untuk dapat membangun arti dari
pengalaman baru pada pengetahuan tertentu.
Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang berciri konstruktivisme
menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari
pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri.
2. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan yang bermula dari
melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep.
Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep atau fenomena dan dilanjutkan
dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan. Priyatni (2002:2)
menjelaskan bahwa inkiri dimulai dari kegiatan mengamati, bertanya, mengajukan dugaan
sementara (hipotesis), mengumpulkan data, dan merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran CTL.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang
sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Konsep
ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh
siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan
antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang
lain yang didatangkan ke kelas.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan belajar dalam pembelajaran


kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah kelompok belajar yang berfungsi sebagai
wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Aplikasinya dapat berwujud
dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas,
atau belajar dengan teman-teman lainnya. Belajar bersama dengan orang lain lebih baik
dibandingkan dengan belajar sendiri.Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
berbagi pengalaman antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang tidak tahu.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang
anggotanya heterogen sehingga sehingga akan terjadi kerja sama antara siswa yang pandai
dengan siswa yang lambat. Kegiatan masyarakat belajar difokuskan pada aktivitas berbicara
dan berbagai pengalaman dengan orang lain.
Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa aspek kerja sama dengan orang lain untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan
learning community.
5. Pemodelan (Modelling)
Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran kontekstual.
Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu materi pelajaran agar
siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan model yang
diberikan.
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, siswa juga dapat
berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model. Priyatni (2002:3) menyatakan bahwa
kegiatan pemberian model bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan,
mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan
apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran kontruktivisme.
Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Proses telaah
terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang dihubungkan dengan apa yang telah
dipelajari siswa, dan memotivasi munculnya ide-ide baru.
Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman dengan
tujuan untuk mengidentifikasi hal yang telah diketahui, dan hal yang belum diketahui.
Realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan
di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu.
10

Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah kegiatan memikirkan apa
yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman
yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan perbaikan jika
diperlukan.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data dan informasi
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses pembelajarannya,
maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajarannya.
Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa secara nyata
dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes, portofolio, lembar observasi,
unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian yang menunjukkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa secara nyata. Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada
pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agara mamapu mempelajari sesuatu, bukan
hanya memperoleh informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya
yang berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya.
D. Strategi Pendekatan Konstektual
1.
Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata. Konteks merupakan kerja yang dirancang guru untuk membantu siswa agar
yang dipelajari bermakna.
2.
Experiencing, belajar adalah kegiatan mengalami siswa berproses
secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi
terhadap dan hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari
apa yang dipelajarinya.
3.
Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan
4.

pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.


Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan koorperatif
melalui

5.

belajar

berkelompok,

komunikasi

interpesonal

atau

hubungan

intersubjektif.
Transfering, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan

memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.


E. Implementasi CTL (Contextual Teaching and Learning)
Suatu contoh Implementasi CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam bidang IPA yaitu
tentang besaran fisika (Panjang, masa dan waktu).
11

1. Kontruktivisme (Contruktivism)
Siswa dihadapkan pada pengalaman kongkrit pembandingan masa dua benda yang
diukur dengan tangan dan neraca, berdasarkan hasil observasinya siswa dapat diajak
untuk mengenali faktor yang mempengaruhi keadaan suatu benda.
2. Tanya Jawab (Questioning)
Kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti sampai dengan penutup semua
dilakukan Tanya jawab antara guru dengan siswa. Pertanyaan dari guru digunakan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara kritis dan
pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan
antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru.
3. Menemukan (inquiry)
Merupakan siklus membangun pengetahuan atau konsep yang bermula dari
melakukan observasi, bertanya, analisi kemudian membangun teori. Siklus inqury
meliputi observasi Tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data analisis data, kemudia
disimpulkan. Definisi masa ditemukan oleh siswa selama proses pembelajaran melalui
kegiatan ilmiah.
4. Komunitas Belajar (Learning Community)
Prakteknya dapat berwujud dengan pebentukan kelompok kecil atau kelompok besar
serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, berkerja dengan
kelas diatasnya, berkerja dengan masyarakat. Identitas kegiatan utama yang dilakukan
oleh murid diharapkan selama proses kegiatan pembelajaran guru tidak mendominasi
kelas tetapi Tanya jawab antar siswa, antar kelompok siswa dapat berjalan lancar .
5. Pemodelan (Modelling)
pembelajaran ini guru mendemotrasikan suatu kinerja (mengukur masa), agar siswa
dapat mecontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan
guru. Guru memberikan model tentang How To learn mengukur masa air yang
volumenya yang sudah ditentukan dahulu.
6. Refleksi (Reflection)
Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil
pembelajaran dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
7. Penilaian outentik (Assesemen Authenctic)
Dimana guru memberiakan tugas kepada anak didik untuk mengimplementasikan
hasil pembelajaran secara terus menerus agar guru dalam menilain apakan
pembelajaran sudah berjalan dengan baik. penilai yang menunjukan kemampuan
siswa dari saat melakukan sampai pembelajran selesai.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual merupakan
konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas dunia siswa sehingga
siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya.
Pembelajaran bahasa bukan hanya memberikan pemahaman berupa definisi melainkan siswa

13

dituntut untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Guru harus memiliki strategi yang
memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.
Implementasi CTL pada pembelajaran dapat membuat pembelajaran lebih kreatif, dan
menuntut siswa untuk lebih berpikir kritis. Artinya siswa dipacu untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Makin, Muhamad, dkk. 2007. Pendidikan Humanistik. Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Nurhadi, dkk. 2002. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi. 2009. Makalah Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Landasan Filosofis dan
Aplikasinya). Diakses Tanggal 13 Juni 2014 Pukul 16.44 WIB.

14

Priyatni, Endah Tri. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konteksual.
Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Suyanto, Kasihani E. 2003. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah disajikan
dalam Penataran Terintegrasi, AA dalam CTL. Malang: Universitas Negeri Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai