Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN :

ANALISIS RASIO DAN ARUS KAS

Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan adalah teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan
umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang
bermanfaat dalam analisis bisnis. 6 tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya
analisis laporan keuangan, yaitu :
a
b
c

Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu


Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan perusahaan
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang pelu dilakukan ke depan

yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.


Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau

tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.


Sebagai pembandingan dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Analisis Rasio Keuangan


Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Pada umumnya rasio keuangan
bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula
perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya. Berikut ini
adalah bentuk bentuk rasio keuangan :
1. Rasio Likuiditas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar.
a. Current ratio
menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat digunakan untuk menutupi
kewajiban jangka pendek/hutang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendek.

Current ratio = 2,0 dapat dikategorikan bahwa perusahaan mempunyai kondisi


likuiditas baik, walaupun hal ini tergantung pada industrinya. misalnya current ratio
3.22, artinya setiap $1 hutang jangka pendek dijamin oleh $3.22 harta lancar.
Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang
berlebihan dibanding dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang
rendah likuiditasnya (seperti persediaan) yang berlebih-lebihan. Current ratio yang
tinggi tersebut memang baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut pandang
pemegang saham kurang menguntungkan karena aktiva lancar tidak didaya gunakan
secara efektif. Sebaliknya current ratio yang rendah lebih riskan, tetapi menunjukkan
bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Saldo kas dibuat
minimum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perputaran piutang dan persediaan
diusahakan maksimum.
b. Quick Ratio (Acid Test ratio)
Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan persediaan karena persediaan memerlukan waktu relatif lebih lama
untuk diuangkan dibanding asset lain. Quick asset ini terdiri dari piutang dan suratsurat berharga yang dapat direalisir menjadi uang dalam waktu relatif pendek. Jadi
semakin besar rasio ini semakin baik. Quick Ratio = 1,0 atau lebih pada umumnya
baik baik perusahaan, walaupun tergantung pada industrinya.

c. Cash Ratio
merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar hutang yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara
dengan kas seperti rekening giro

d. Working Capital to Total Asset Ratio


digunakan untuk menilai likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja.

2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi /
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya dan juga mengukur
seberapa cepat perusahaan menghasilkan penjualan atau cash (ditunjukkan dengan
seberapa cepat beberapa account receivable dikonversikan menjadi penjualan/cash).
a. Inventory Turn Over (ITO)
Mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan. Misalkan
Inventory Turn Over 2.93. Hal ini menunjukkan bahwa persediaan berputar 2,93 X atau
perusahaan melakukan produksi 2,93 X dalam 1 tahun. Makin tinggi ITO makin baik
bagi perusahaan. Nilai ITO akan lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan
perusahaan lain dalam industri yang sama. Averge age of Inventory (AAI) dapat
diperoleh dari 360 dibagi ITO (asumsi 360 hari dalam 1 tahun). Hal ini menunjukkan
berapa lama persediaan mengendap sebelum dapat dijual.

b. Average Collection Period (ACP)


Average Collection Period menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengkonversi piutang menjadi cash (menagih piutang).

Misalkan, nilainya adalah 45, maka dibutuhkan waktu 45 hari untuk menagih piutang.
Average sales per day dicari dengan cara membagi sales dengan 360 hari. ACP lebih
bermakna jika dibandingkan dengan credit term perusahaan. Misalnya jika credit term
30 hari maka ACP 45 hari adalah buruk, tetapi jika credit term 60 hari maka ACP-nya
baik.
c. Average Payment Period (APP)
Average Payment Period adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk melunasi
hutang dagang perusahaan (account payable).

Kesulitan dalam perhitungan APP bersumber pada penentuan besarnya annual


purchase (pembelian bahan baku dalam 1 tahun), karena data ini tidak tersedia dalam
laporan keuangan yang dipublikasikan.

Karena itu, untuk kemudahan , nilainya

diasumsikan 70% dari cost of goods sold. APP sebesar 17.14 hari bermakna jika
dihubungkan dengan credit term yang diberikan supplier kepada perusahaan. Jika
supplier memberi credit term 30 hari, maka perusahaan memiliki creditrating baik.
d. Total Asset Turnover (TATO)
Total Asset Turnover mengukur efisiensi penggunaan asset perusahaan dalam
menghasilkan penjualan. Misalkan TATO 1.5 X, artinya penggunaan/perputaran aset
dalam 1 tahun adalah 1.5 X. Makin tinggi TATO makin efisien penggunaan asset
perusahaan.

3. Rasio Solvabilitas/rasio hutang


Hutang menunjukkan adanya dana dari pihak di luar perusahaan yang digunakan
untuk menghasilkan laba. Makin besar hutang perusahaan untuk mendanai asset, maka
makin besar financial leverage (financial leverage menunjukkan adanya beban tetap yang
berasal dari fixed-cost financing -berupa pembayaran bunga hutang- dalam menghasilkan
laba perusahaan). Sehingga dengan kata lain, makin tinggi hutang makin besar risiko
perusahaan, dan makin besar pula potensi perolehan labanya. (jadi makin tinggi risiko,
makin tinggi returnnya). Ada dua jenis pengukuran hutang, yaitu:
1) Degree of debt indebtedness : mengukur jumlah hutang relative terhadap
pos neraca yang signifikan lainnya, misalnya debt ratio.
2) Ability to service debt: mengukur kemampuan melakukan pembayaran
yang dibutuhkan secara tetap selama perusahaan berhutang. Jika
pembayaran dilakukan untuk beban tetap, maka disebut coverage ratio,
misalnya times interest earned dan fixed-payment coverage.
Rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang

yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan
bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
a. Debt ratio
Debt ratio mengukur proporsi total asset yang dibiayai oleh kreditor.
Digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa
besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Makin tinggi debt ratio, makin besar financial leverage, dan makin besar pula
proporsi dana kreditor yang digunakan untuk menghasilkan laba. Misalkan nilai debt
ratio adalah 53.2% maka, ada sebesar 53.2% dana perusahaan yang berasal/dibiayai
dari hutang. Makin tinggi rasio hutang, makin berisiko bagi perusahaan, (kemungkinan
tidak dapat membayar hutang juga makin besar).
b. Times Interest Earned Ratio (Interest Coverage Ratio)
Times Interest Earned Ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar
beban bunga atau menunjukkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga
hutang jangka panjang.

Rasio ini mengukur risiko, maka makin kecil Times Interest Earned Ratio
makin besar risikonya (tidak mampu membayar bunga hutang). Nilai yang dianggap
baik bagi perusahaan berada di antara 3,0 5,0.
c. Fixed-Payment Coverage Ratio
Fixed-Payment Coverage Ratio mengukur kemampuan perusahaan melunasi
semua beban tetap yang ada, misalnya pembayaran bunga dan pokok pinjaman, sewa
guna, dan dividen saham preferen.

I = Interest ; L = Lease payment ; PS = Preferred Stock ; T = corporate tax rate Rasio


Digunakan untuk mengukur risiko, maka makin kecil Fixed-Payment
Coverage Ratio makin besar risikonya, baik bagi perusahaan maupun bagi kreditor.
Sebaliknya makin besar rasionya, makin kecil risiko perusahaan tidak mampu
menutup beban tetapnya.
d.

Long Term Debt to Equity Ratio


Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara
membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan
oleh perusahaan.

e. Current Liabilities to Net Worth


Rasio ini menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri. Jadi rasio ini merupakan rasio antara hutang
lancar dengan modal sendiri. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang lancar. Semakin kecil
rasio ini semakin baik sebab modal sendiri yang ada diperusahaan semakin besar
untuk menjamin hutang lancar yang ada pada perusahaan. Batas yang paling rendah
dari rasio ini adalah 1

4. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio utama dalam seluruh laporan keuangan,
karena tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi/ keuntungan. Keuntungan adalah
hasil akhir dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen. Rasio
profitabilitas akan digunakan untuk mengukur keefektifan operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna
laporan tahunan, khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba
merupakan satu satunya faktor penentu perubahan nilai efek/sekuritas. Pengukuran
dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi

kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran bunga
dan pokok.

a. Gross Profit Margin


Gross profit margin mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan
dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam
hubungannya dengan penjualan

yang dilakukan

perusahaan. Rasio ini

memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan,


setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio
tersebut merupakan pengukur efisiensi opersi perusahaan, serta merupakan indikasi
dari cara produk ditetapkan harganya. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan laba
bruto per rupiah dari penjualan yang dilakukan. gross profit margin sebesar 3
berarti bahwa setiap Rp1 penjualan menghasilkan keuntungan bruto sebesar Rp 3.

b. Operating Profi Margin


Operating Profi Margin mengukur prosentase laba yang diperoleh sesudah
perusahaan membayar semua biaya produksi dan biaya operasi (berarti tidak
termasuk pembayaran biaya bunga, pajak dan dividen saham preferen). Operating
Profi Margin dapat dikatakan sebagai ukuran laba yang sebenarnya.

c. Net Profit Margin


Net Profit Margin mengukur prosentase laba yang diperoleh sesudah
perusahaan membayar semua biaya-biaya yang terjadi, termasuk biaya bunga,
pajak dan dividen saham preferen. Untuk melihat keberhasilan perusahaan dalam
industrinya, Net Profit Margin merupakan ukuran yang baik (walaupun tiap
industri mempunyai ukuran yang berbeda). Net profit margin 3 % berarti bahwa
setiap Rp 1 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,03. Semakin
tinggi nilainya maka semakin baik.

d. Earning Per Share (EPS)


Earning Per Share menunjukkan laba per lembar saham yang menjadi hak
pemegang saham biasa. EPS juga menjadi perhatian manajemen dan menarik minat
calon investor.

Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan


mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat
luas (go public), karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS
mengandung informasi yang penting untuk memprediksi mengenai besarnya
deviden persaham dikemudian hari dan tingkat pengembalian saham dikemudian
hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan
pembagian deviden. Menurut Tandelilin (2001:241), Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
bagi semua pemegang saham perusahaan.
Berdasarkan PSAK No 56 mengharuskan perusahaan untuk menghitung EPS
dilusian, karena saham biasa memiliki efek dilusi artinya perusahaan
mempertimbangkan semua efek berpotensi saham biasa yang beredar dalam suatu
periode, seperti efek utang (debt securites), waran atau opsi saham, kebijakan
kepegawaian, dan saham-saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisikondisi tertentu, seperti kontrak pembelian aktiva atau usaha lainnya. Dalam PSAK
No 56 angka 09, Laba per saham dilusian (LPS dilusian) adalah jumlah laba
pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama
periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek
berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode
pelaporan. Besarnya EPS dilusi ini dapat diketahui dari informasi laporan
keuangan peruasahaan.
e. Return on Total Assets (ROA)
Return on Total Assets mengukur keberhasilan manajemen menggunakan
asetnya untuk menghasilkan laba. (Dalam beberapa literature, ROA sering disebut
sebagai Return on Investment ROI).

ROA ( Return On Total Assets ) 20% berarti setiap Rp 1 modal menghasilkan


keuntungan Rp 0,2 untuk semua investor. Nilai ROA yang semakin mendekati 1,
berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat
menghasilkan laba.
f. Return on Common Equity (ROE)
Return on Common Equity mengukur presentase laba yang diperoleh atas
investasi yang dilakukan pemegang saham.

Common Stock Equity adalah nilai Equity dikurangi Preferred Stock. ROE
(Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan
menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE sangat
bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu
memiliki modal yang relative kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun kecil ,
begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar. ROE ( Return On Equity )
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan
pemegang saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan
laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali
digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi
yang baik dan manajemen biaya yang efektif.
Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan
efisien penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian
sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah
modal yang tersedia secara efisisen untuk menghasilkan pendapatan. Seperti rasio
keuangan tradisional pada umumnya ROE tidak mempertimbangkan unsure resiko
dan jumlah modal yang diinvestasikan karena ROE hanya melihat sisi laba dan
jumlah saham yang beredar.
g. Divident Per Share (DPS)
Digunakan untuk melihat divident yang dihasilkan per lembar saham biasa
yang beredar.

5. Rasio Pasar
Rasio pasar menghubungkan nilai pasar perusahaan dengan beberapa indikator
pengukuran akunting.
a Price Earning Ratio (PER atau P/E Ratio)
Price Earning Ratio mengukur kesediaan investor untuk membayar setiap
uang (dollar) laba yang diperoleh perusahaan. Makin tinggi nilai PER makin tinggi
kepercayaan investor pada perusahaaan atas kinerja yang kan datang. PER juga
merupakan indikator atas nilai saham perusahaan. PER yang terlalu tinggi barang
kali tidak menarik karena harga saham barang kali tidak akan naik lagi, yang
berarti kemungkinan memperoleh capital again akan lebih kecil.

Market to Book Ratio (M/B)


Market to Book Ratio memberikan satu penilaian tentang bagaimana investor
melihat kinerja perusahaan, yaitu dengan menghubungkan nilai pasar dengan nilai
buku perusahaan.

Misalkan nilai M/B adalah 1.3, artinya investor mau membayar $1.3 untuk
setiap $1 nilai buku saham.
c

Divident Yield
Dividend yield adalah suatu cara untuk menentukan seberapa besar
suatu perusahaan dalam membagikan dividend kepada pemilik saham dilihat dari
harga per lembar sahamnya yang sekarang.

Dividen yield merupakan salah satu faktor untuk menentukan imbal hasil dari
suatu saham. Secara sederhana semua investor pasti menginginkan dividend yield
yang besar namun dividen yield yang besar memiliki dampak negatif seperti
pengurangan modal. Dengan memperhatikan PER kita bisa melihat bahwa
dividend yield itu wajar atau tidak. Dividend yield bisa digunakan sebagai
indikator valuasi saham yaitu semakin besar dividend yield maka bisa jadi saham
tersebut undervalue.
d

Divident Payout Ratio (DPR)


Rasio pembayaran dividen (dividend pay out ratio). Rasio ini melihat bagian
earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian
lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Pembaran
dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.

Analisis Arus Kas


Laporan arus kas adalah menyediakan informasi arus kas masuk dari arus kas keluar
untuk satu periode. Laporan tersebut juga membedakan sumber penggunaan arus kas dengan
memisahkan arus kas menjadi aktivitas operasi, investasi, pendanaan. Analisis ini membantu
kita menilai likuiditas, solvabilitas, dan fleksibilitas keuangan.
Likuiditas merupakan kedekatan aset dan kewajiban pada kas. Solabilitas merupakan
kemampuan untuk membayar kewajiban saat jatuh tempo. Fleksibilitas keuangan adalah
kemampuan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap kesempatan dan kesulitan.
Berikut pertanyaan yang timbul bagi para pengguna laporan keuangan:

Berapakah kas yang dihasilkan dari atau digunakan untuk operasi?


Pengeluaran apakah yang dibayar dengan kas dari operasi?
Bagaimana dividen dibayarkan saat perusahaan mengalami kerugian operasi?
Berasal dari manakah kas untuk pembayaran utang?
Bagaimana kenaikan investasi didanai?
Berasal dari manakah kas untuk peembayaran utang?
Bagaimana kenaikan investasi didanai?

Berasal dari manakah kas untuk pembelian aset tetap baru?


Mengapa kas lebih rendah saat laba meningkat?
Bagaimana penggunaan kas yang berasal dari pendanaan baru?

Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Aktivitas
investasi merupakan cara untuk memperoleh dan menghapuskan aset non kas. Aktivitas
pendanaan merupakan cara untuk mendistribusikan, menarik, dan mendapatkan dana untuk
mendukung aktivitas usaha. Keterbatasan Pelaporan Arus Kas

Tidak diharuskannya pengungkapan terpisah untuk arus kas yang terkait dengan pos

luar biasa.
Bunga dan dividen yang diterima serta bunga yang dibayarkan dikelompokkan

sebagai arus kas operasi.


Pajak dikelompokkan sebagai arus kas operasi
Pemindahan laba atau rugi penjualan akiva tetap atau investasi sebelum pajak dari
aktivitas operasi mendistorsi analisis atas aktivitas operasi dan aktivitas investasi

Analisis arus kas memungkinkan kita untuk menilai kualitas keputusan manajemen dari
waktu ke waktu dan dampaknya pada hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan. Jika
analisis meliputi periode waktu yang panjang, analisis trsebut dapat menghasilkan pandangan
atas keberhasilan manajemen dalam bereaksi terhadap perubahan kondisi usaha dan
kemampuan manajemen untuk menangkap kesempatan dan mengatasi kesulitan.
Kesimpulan analisis arus kas meliputi dimana manajemen menggunakan sumber dayanya,
dimana manajemen menggunakan investasi , dari man akas tambahan dihasilkan, dan dimana
klaim atas perusahaan dikurangi. Kesimpulan juga terkait dengan penggunaan laba dan
pilihan investasi arus kas. Analisi juga memungkikan kita untuk menyimpulkan ukuran,
komposisi, pola, dan kestabilan arus kas operasi.
Kenaikan arus kas operasi yang timbul akibat kenaikan kewajiban lancar juga biasanya
bukan merupakan sumber arus kas masuk yang dapat dipertahankan. Misalnya, perusahaan
dapat menunda pembayaran ( menaikkan utang usaha) untuk meningkatkan arus kas operasi.
Akan tetapi pada suatu titik, pemasok akan memproses dengan membebankan biaya yang
lebih tiggi atau menghentikan pengiriman roduk-produknya. Sama halnya, akrual
mencerminkan kewajiban yang belum dibayar dimana beban telah dilaporkan pada periode
berjalan. Akrual gaji masih harus dibayar, seperti juga akrual sewa, dan seterusnya. Kenaikan
akrual umumnya mencerminkan penangguhan arus kas keluar dalam jangka pendek.

Pengukuran Arus Kas Alternatif


Pengguna laporan keuangan kadang menghitung laba bersih ditambah penyusutan dan
amortisasi sebagai ukuran kasar arus kas operasi. Satu bentuk pengukuran ini adalah
EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, penyusutan dan amortisasi) yang popular. Namun
pengukuran ini memiliki beberapa masalah berikut :
1. Penambahan kembali penyusutan terkadang diartikan beban tersebut bukanlah beban
yang sah. Ini tidak benar. Penggunaan asset jangka panjang yang dapat disusutkan
adalah beban riil yang tidak bias diabaikan.
2. Beberapa mengartikan penambahan kembali penyusutan menunjukan bahwa ad akas
yang dikeluarkan untuk mengganti asset jangka panjang. Ini juga tidak benar.
Penambahan kembali beban penyusutan tidak menghasilkan kas. Penambahan ini
hanya menihilkan beban non-kas dari laba brsih sepertiyang telah dibahas
sebelumnya. Kas diberikan oleh aktivitas operasi da pendanaan bukan penyusutan.
3. Laba bersih ditambah penyusutan mengabaikan perubahan akun-akun modal kerja
yang merupakan bagian dari arus kas bersih dari aktivitas operasi. Padahal, perubahan
modal kerja sering merupakan bagian arus kas aktivitas operasi yang cukup besar.
Pemeriksaan atas komponen modal kerja memberikan gambaran tentang stabilitas
arus kas operasi seperti yang telah dibahas di bagian sebelumnya.
4. Penyederhanaan arus kas operasi secara berlebihan melalui penggunaan laba bersih
ditamah penyusutan, EBITDA, atau sejenisnya telah menyalahartikan sifat beban
penyusutan dan mengabaikan informasi berharga yang diberikan oleh pemeriksaaan
perubahan akun modal kerja.
Perusahaan dan Kondisi Ekonomi
Jika laporan laba rugi menggambarkan hasil operasi untuk satu periode waktu, maka
neraca menggambarkan kondisi aset perusahaan pada suatu titik waktu tertentu serta sumber
pendanaan dari aset tersebut. Laba akan meningkatkan aset dan beban merupakan konsumsi
atas aset. Kedua komponen tersebut terdapat dalam laporan laba rugi dan berhubungan
dengan pos dalam neraca. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laba bersih terkait dengan
arus kas melalui penyesuaian pos-pos dalam neraca.
Banyak ditemukan kondisi perusahaan yang memiliki laba yang besar tetapi mengalami
kesulitan dalam melunasi kewajiban jangka pendek serta memerlukan kas untuk berekspansi.
Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk memisahkan kinerja antaraktivitas, terutama

pemisahaan antara kinerja operasi dengan keuntungan yang berasal dari aktivitas investasi
dan pendanaan. Walaupun ketiga aktivitas tersebut sama sama penting dan saling terkait,
tetapi ketiga aktivitas tersebut tidak sama dan mencerminkan aspek perusahaan yang
berlainan.
Dalam laporan arus kas diungkapkan implikasi aktivitas laba terhadap kas dan
menekankan bahwa laba berbeda dengan arus kas dari operasi. Perusahaan dengan kinerja
keuangan yang baik mengandalkan kemampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi.
Masalah arus kas operasi berbeda untuk perusahaan yang sukses dan perusahaan yang
gagal. Perusahaan yang sukses menghadapi masalah kenaikan investasi dalam piutang dan
persediaan dikarenakan naiknya permintaan pelanggan. Laba yang meningkat mendorong
perusahaan untuk mendapatan pendanaan tambahan (utang dan ekuitas). Sehingga akhirnya
laba perusahaan akan menghasilkan arus kas yang positif. Sementara perusahaan yang gagal
mengalami kekurangan kas. Perusahaan bisa meningkatkan arus kas dengan mengurangi
piutang dan persediaan, namun biasanya juga akan diikuti dengan penurunan pelayanan
kepada pelanggan. Walaupun manajer perusahaan dapat melaukan pinjaman, tetapi langkah
tersebut hanya akan memperbesar kerugian.
Perubahan modal kerja operasi dan kondisi inflasi juga berdampak pada arus kas
perusahaan yang penting juga untuk dianalisis. Peningkatan piutang dan persediaan tidak
selalu mencerminkan perusahaan yang sukses. Sementara kondisi inflasi memberikan
tantangan bagi perusahaan, seperti penggantian aset tetap pada harga yang lebih tinggi
dibandingkan beban penyusutan, meningkatnya investasi dalam piutang dan persediaan dan
kebijakan dividen yang didasarkan pada laba yang tidak menyediakan biaya sumber daya
yang digunakan dalam operasi.
Arus Kas Bebas
Salah satu turunan analisis laporan arus kas yaitu penghitungan arus kas bebas (free cash
flow). Walaupun arus kas bebas tidak memiliki definisi pasti, tetapi pengukurannya bisa
dilakukan sebagai berikut:
Arus kas bebas = Arus kas operasi Pengeluaran modal bersih untuk
mempertahankan kapasitas produksi Dividen saham
preferen dan saham biasa (jika diasumsikan dibayar tunai)

Selain itu arus kas bebas juga bisa dihitung dengan cara:
FCF = NOPAT Perubahan NOA

NOPAT: laba operasi bersih setelah pajak (net operating profit after tax)
NOA: aset operasi bersih (net operating assets)
Arus kas beban positif mencerminkan jumlah yang tersedia bagi aktivitas usaha
setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan
kapasitas produksi pada tingkat sekarang. Ketersediaan akan arus kas bebas akan
meningkatakn fleksibilitas dan pertumbuhan keuangan.
Arus Kas sebagai Validasi
Laporan arus kas merupakan komponen yang sangat penting dalam menganalisis laporan
keuangan suatu perusahaan, diantara kegunaannya adalah untuk memprediksi hasil operasi
berdasarkan kapasitas produksi yang dimiliki dan direncanakan; untuk menilai kapasitas
ekspansi perusahaan di masa depan, kebutuhan modalnya, dan sumber arus kas masuknya;
sebagai jembatan penting antara laporan laba rugi dengan laporan posisi keuangan; untuk
melihat arus kas masuk dan arus kas keluar serta kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancarnya; untuk mengidentifikasi hasil atau perkiraan operasi yang salah atau
menyesatkan.
Selain itu, laporan arus kas juga memberikan petunjuk penting tentang:
o
o
o
o
o
o

Kelayakan pendanaan pengeluaran modal


Sumber kas dalam pendaan ekspansi
Ketergantungan pada pendanaan eksternal (kewajiban vs ekuitas)
Kebijakan dividen di masa depan
Kemampuan untuk memenuhi persyaratan utang
Fleksibilitas keuangan untuk menghadapi kebutuhan dan kesempatan yang tidak

diantisipasi
o Praktik keuangan oleh manajemen
o Kualitas laba rugi
Rasio Arus Kas Khusus
1. Rasio Kecukupan Arus Kas

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari
operasi yang cukup untuk menutupi pengeluaran modal, investasi dalam persediaan dan
dividen tunai. Biasanya digunakan total tiga tahun dalam penghitungan rasio.
Jumlah kas dari operasi selama tiga tahun
Jumlah pengeluaran modal, penambahan persediaan, dan dividen tunai selama tiga tahun.
Rasio ini perlu diinterpretasikan secara tepat. Jika angka hasil rasio 1 menunjukkan
bahwa perusahaan dapat menutup kebutuhan kas tanpa perlu mendapatkan pendanaan
eksternal, sementara rasio kurang dari satu menunjukkan bahwa sumber internal tidak
cukup untuk mempertahankan dividend dan tingkat pertumbuhan operasi saat ini. Rasio
ini juga mencerminkan dampak inflasi untuk keperluan pendanaan perusahaan.

2. Rasio Reinvestasi Kas


Rasio ini merupakan ukuran atas persentase investasi dalam aset yang mencerminkan
kas operasi yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan untuk mengganti
aset dan pertumbuhan operasi.
Arus kas operasi Dividen
Aset tetap kotor + Investasi + Aset Lain + Modal Kerja
Biasanya jika rasio menunjukkan kisaran 7% sampai dengan 11%, maka
dianggap arus kas operasi perusahaan memadai untuk mengganti aset dan
pertumbuhan operasi.

Anda mungkin juga menyukai