Anda di halaman 1dari 11

Ilmu Ukur Tanah

Praktek Ukur Tanah 1


Waterpas

Nama Dosen :
Drs. Prihantono, ST.M. Eng

Nama Kelompok 1 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nindy Putri Aryani (5423154257)


Dhimas Ramadhani (5423154555)
Keinko Califa (5423154570)
Monica Presilla (5423154856)
Marina Hana Bulan (5423155204)
Johannes Octavian (5423155405)

TEKNIK SIPIL D3

A. DASAR TEORI
Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi
diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau
ditambah dengan nilai yang ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.
Salah satu metode pengukuran sipat datar adalah pengukuran sipat datar metode polar.
Pengukuran sipat datar cara polar ini sangat cocok untuk mendapatkan perbedaan ketinggian
daerah yang luas dan beda tingginya tidak terlalu menyolok/relatif datar. Dari data yang
diperoleh yang sudah diadakan analisa dan hitungan serta penggambaran dapat digunakan
untuk perencanaan pekerjaan tanah berupa galian atau timbunan.
Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu wilayah.
Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang.
Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan
karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai
beda tinggi sangat berguna dalam cut dan fill suatu permukaan tanah yang tidak rata,
misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran ini mutlak
harus dikuasai oleh surveyor ataupun mahasiswa teknik Geomatika. Salah satu cara untuk
menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara
sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :

Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis gradien
paling sesuai dengan topografi yang ada.
Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.
Menghitung volume pekerjaan tanah.
Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

Digunakan untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu
untuk membuat garis-garis ketinggian (kontur).
1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)
Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua
station. Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengukur beda tinggi dengan pesawat penyipat datar cara
polar
2. Mahasiswa dapat menghitung hasil pengukuran dengan alat pesawat PHD cara
polar
3. Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran

B. ALAT DAN BAHAN

Alat :
1. Pesawat waterpass. NA 20.
2. Statif/ Tripoot
3. Unting-unting
4. Baak ukur
5. Rol meter
6. Payung
7. Palu (5 Kg)
8. Kwas
9. Waterpas tukang batu

Bahan :
1. Patok kayu
2. Paku seng
3. Cat

C. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua peralatan yang diperlukan, termasuk table/ formulir pengukuran.
2. Buatlah sket daerah pengukuran dan diberi nomor misalnya diberi kde huruf
A,B,C,D dan seterusnya dengan jarak bebas. Sedangkan untul pesawatnya diberi
kode huruf P1.
3. Pasanglah patok daerah pengukuran menjadi 52 olygon tertutup yang jaraknya
ditentukan sesuai kondisi lapangan.
4. Tempatkan pesawat penyipat datar sedapat mungkin ditengah-tengah daerah
pengukuran, sehingga semua titik patok daoar dilihat dari tempat berdiri pesawat.
5. Bidik semua titik/ patok daerah pengukuran dengan menggunakan teropong
waterpass dan catat bacaan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), Benang
Bawah (BB), dan bacaan 0 (nol) derajat dan 0 (nol) menit. Pada titik lainnya
dibaca apadanya.
6. Ukurlah jarak tinggi pesawat dari tanah ke as teropong
7. Catat dan sket lokasi pengukuran
8. Catat waktu pengukuran,dari jam berapa sampai jam berapa
9. Catat cuaca : panas, hujan, mendung.

Dokumentasi Pengukuran Waterpass*

D. DATA PENGUKURAN
PSW

Titik

P1
126
cm

Bacaan Baak

Sudut
Horizonta
l

Jarak
Optis

BA

BT

BB

1261

1232

1203

724

692

660

1242

1211

1348

E
F

Beda tinggi

Tinggi
Tanah

(+)

(-)

5,8

9558

6,4

540

-512

1180

14420

6,2

21

-7

1323

1298

156

1148

1118

1088

24558

1240

1206

1172

27758

6,8

Waktu

: 2 x 45 menit

Hari/Tanggal

: 16 September 2015

91
114

-28

-119
+86

26

-2

E. PERHITUNGAN: TINGGI TANAH, JARAK, DAN LUAS.

TINGGI TANAH

Diketahui tinggi tanah di A= -28 cm


Hitung tinggi tanah dititik B, C, D, E, F, dan P1
1232

692

1. Tinggi tanah dititik B terhadap A


1232
692+540 (Beda Tinggi)
-28+
+512 (Tinggi Tanah)

P1

+512

1323

1232

1211

-28
1232

2. Tinggi tanah C terhadap A


1233
1211
+0.021 (Bea tinggi)
-0.028 +
-0.007 (Tinggi tanah)

P1

-7
B

P1

-28
-119

-28

3. Tinggi tanah D terhadap A


1323
1232-91
-28+
-119

1232

1.118

4. Tinggi tanah E tehadap A


1232
1118+114
-28+
+86
E

P1
1232

5. Tinggi tanah F tehadap A


1232
1206+26
-28+
-2

1206
-28

P1

-28

6. Tinggi tanah P1 tehadap A


1260
1232+28
-28+
0

JARAK OPTIS
1. Jarak P1 KE A
1.261
120358 x 100 = 5800mm = 5,8 m
2. Jarak P1 ke B
724
660-

+86

1232

692

-2

P1

+512
-28

64 x 100 = 6400mm = 6,4 m


3. Jarak P1 ke C
1242
118062 x 100 = 6200mm = 6,2 m
4. Jarak P1 ke D
1348
129850 x 100 = 5000mm = 5 m
5. Jarak P1 ke E
1148
108860 x 100 = 6000mm = 6 m
6. Jarak P1 ke F
1240
117268 x 100 = 6800mm = 6,8 m

MENGHITUNG JARAK ANTAR TITIK


1. Jarak A ke B
AB2 = A2 + B2 2AB COS 950 58
AB2 = 5,82 + 6,42 2(5,8) (6,4) (-0,1)
AB= 33,64+40,967,42
AB=

82,02 = 9,05 m

2. Jarak BC

BC2 = B2 + C2 2BC COS 49


BC2 = 6,422 + 6,222 2 (6,4) (6,2) (+0,6)
BC = 40,96+38,4447,61
BC =

31,8 = 5,6m

3. Jarak CD

CD2 = C2 + D2 2CD COS 12


CD2 = 6,222 + 52 2 (6,22)(5) (0,6)
CD = 38,4+2555,8
CD =

7,6 = 2,7 m

4. Jarak DE

DE2 = D2 + E2 2DE COS 89


DE2 = 52 + 62 2 (5)(6)(0,01)
DE = 25+360,6
DE =

60,4 = 7,7 m

5. Jarak EF

EF2 = E2 + F2 -2EF COS 32


EF2 = 62 + 6,82 2(6)(6,8)(0,8)
EF = 36+46,265,2
EF =

17 = 4,1 m

6. Jarak FA

FA2= F2 + A2 2FA COS 82


FA2 = 6,82 + 5,82 2(6,8)(5,8)(0,1)
FA = 46,2+33,67,8
FA =

72 = 8,4 m
LUAS

1. Luas APB
:
= AB Sin APB
= 9,05 0,9
= 4,07 m
2. Luas BPC
= BC Sin BPC
= 5,6 0,7
= 1,96 m
3. Luas CPD
= CD Sin CPD
= 2,7 0,2
= 0,27 m
4. Luas DPE
= DE Sin DPE
= 7,7 0,1
= 0,38 m
5. Luas EPF
= EF Sin EPF
= 4,1 0,5
= 1,025 m

6. Luas FPA
= FA Sin FPA
= 8,4 1
= 4,2 m

Luas Total = LAPB + LBPC + LCPD + LDPE + LEPF + LTPA


= 4.07 + 1.96 + 0.27 + 0.38 + 1.025 + 4.20
= 11.905 m2

F. KESIMPULAN DAN SARAN

Mahasiswa dapat membuat peta situasi yang datanya didapat dari pengukuran detil
yang kemudian data tersebut digunakan untuk penggambaran detil dan pembuatan
kontur. Dan selanjutnya peta tersebut akan diuji oleh dosen pembimbing untuk
diketahui keakuratan dalam pengukuran dan penggambaran.
Adapun saran yang dapat kami berikan pada pengukuran karena adanya kekurangan
yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pengukuran, alangkah baiknya jika sudah dilakukan
perencanaan terhadap area pengukuran baik metode, alat, maupun personil serta
lain sebagainya.
2. Membuat jadwal pengukuran yang baik agar semua dapat berjalan lancar dan
pengukuran dapat selesai tepat waktu.
3. Langkah-langkah dalam melakukan pengukuran harus tepat untuk meminimalisir
kesalahan untuk proses perhitungan serta juga penggambaran
4. Adanya kelengkapan alat-alat pengukuran yang memiliki persisi yang lebih baik
dan jumlahnya diperbanyak.
5. Tingkatkan kerjasama antar peserta.

G. DAFTAR PUSTAKA
http://atharabbita.blogspot.co.id/2012/11/laporan-iut-2html?m=1
http://dokumen.tips/documents/dasar-teori-yang-sipat-datar-memanjang55b0855ae7c45.html
http://treemusketer.blogspot.co.id/2015/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai