Anda di halaman 1dari 12

FORMULASI DISKUSI

PRKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN STERIL


SULFAMETOXAZOLE INJECTION

OLEH
KELOMPOK

: IV

ASISTEN

NO

NAMA

NIM

DESI SARTINA

F1F1 13 008

GEDE YOGI PRANA WARDANA

F1F1 13 0

LIA NOVITA

F1F1 13 0

4
5

NADIA PRATIWI
RD KARTINI PUTRI

F1F1 13 0
F1F1 13 0

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
FORMULASI

SULFAMETOXAZOLE INJECTION
A. RANCANGAN FORMULA
R/ Sulfametoxazole
B. MASTER FORMULA
Dibuat suspensi 5 ml dalam wadah gelap
Tiap ml mengandung :
Sulfametoxazole
80 mg
Asam sitrat monohidrat
2%
Natrium sitrat dihidrat
2%
Disodium EDTA
0,1 %
Air untuk injeksi
ad
100%
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Produk
Tanggal Formulasi
Tanggal Produksi
Jumlah Produk
NO. REG
NO. BATCH

: Fourtizole
: 12 Juni 2016
: 12 Juni 2017
: 100 Vial
: DKL 1500100143A1
: D 5430011

DIBUAT OLEH : KELOMPOK VIII


No. Kode

Nama Bahan

DISETUJUI OLEH :
Fungsi

bahan
01SMZ
02ASM

sulfametoxazole
Asam sitrat

Zat aktif
Buffer

03NSD

monohidrat
Natrium sitrat

Buffer

Perdosis
(g)

Batch
(100 vial)

dihidrat
04DSE
Disodium EDTA
pengkelat
05API
Air untuk injeksi
Pelarut
A. ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN
Obat injeksi adalah sediaan cair yang terdiri dari zat obat dan atau larutan. Obat untuk
injeksi adalah padatan kering dengan penambahan pembawa yang cocok (biasanya pembawa
dimana obat stabil dan larut) memberikan larutan yang sesuai dengan persyaratan untuk suntikan
(Swarbrick, 2007: 1006).
Sediaan injeksi mempunyai beberapa keuntungan disbanding pemberian oral. Rute
pemberian ini penting ketika saluran gastrointestinal tidak dapat bekerja karena ketidakstabilan
obat. Respon farmakologi dari injeksi lebih efektif cepat daripada pemberian secara oral. Pada

keadaan darurat bagi pasien yang tidak dapat diberikan pengobatan secara oral (Parrot, 1971:
283).
B. ALASAN PEMILIHAN ZAT AKTIF
Sulfometoksazol
a) Penggolongan Obat Secara Farmakologi
Sulfonamid dan Antibakteri (Farter, 2013 : 601).
b) Efek Farmakologi & Mekanisme Kerja
sulfometoksazol menganggu sintesis asam folat bakteri dan pertumbuhan lewat
pengahambatan pembentukan asam dihidrofolat dan asam para aminobenzoat (ISO
Farmakoterapi, 2013 : 690).
c) Farmakokinetika
Absorbsi: oral hampir lengkap, 90-100%. Ikatan protein: sulfometoksazol 68%
Metabolisme sulfometoksazol; N-asetilasi dan glukuronidazi;. Waktu paruh eliminasi:
sulfometoksazol 9 jam. Waktu untuk mencapai kadar puncak di serum: dalam 1-4 jam.
Ekskresi di urin sebagai metabolit dan dalam bentuk utuh (ISO Farmakoterapi, 2013 : 690)

d) Indikasi
Nokardiosis, toksoplamosis, bronkhitis kronis dan infeksi saluran kemih ( ISO
Farmakoterapi, 2013: 691 ).
e) Kontra Indikasi
Kerusakan parenkim hati , gangguan ginjal, hipersensitivitas, hamil dan bayi prematur(MIMS,
2013 : 245).

f) Dosis Terapi
g) Peringatan
Gangguan fungsi Ginjal, pasien alergi berat, gangguan hati, asma bronkial (MIMS, 2013 :
245).
h) Efek samping
Ruam, eritma multiforme, gagal ginjal, gangguan darah terutama depresi sumsum tulang
dan agranulositosis (ISO Farmakoterapi, 2013 : 691).
i) Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya (Farmakope edisi IV, 1995).
Trimetoprim (ISO Farmakoterapi, 2013 : 691).
a) Indikasi
Infeksi saluran kemih, bronkhitis akut dan kronis

b) Peringatan
Gangguan fungsi ginjal, ibu menyusui, pasien dan resiko defisiensi folat porfiria. Untuk
mengobati jangka panjang diperlukan hitung jenis sel darah
c) Kontraindikasi
Gangguan fungsi ginjal berat, wanita hamil, neonatus dan diskarsia darah
d) Efek samping
Gangguan saluran cerna, mual dan muntah, ruam, pruritus, eritma multiforme (jarangjarang), nekrolisis epidermal toksik, gangguan hematopoesis, meningitis aseptik
e) Dosis
Infeksi akut: Oral 200 mg tiap 12 jam. Anak: dua kali sehari. 2-5 bulan: 25 mg. 6 bulan-5
tahun: 50 mg. 6-12 tahun: 100 mgInfeksi: kronik dan profilaksis 100 mg malam hari.
Anak: 1-2 mg/kg malam hari. Injeksi intravena lambat atau infus: 150-250 mg tiap 12
jam. Anak di bawah 12 tahun: 6-9 mg/kg/hari dibagi 2 atau 3 dosis.
f) Mekanisme kerja
Trimetoprim menghambat reduksi asam hidrofolat menjadi tetrahidrofolat, kombinasi
keduanya menghasilkan inhibisi enzim berurutan pada jalur asam folat.
g) Farmakokinetik
Absorbsi: oral hampir lengkap, 90-100%. Ikatan protein: trimetoprin 45%,
dimetabolisme menjadi metabolit oksida dan hidroksilat. Waktu paruh eliminasi 6-17
jam. Waktu untuk mencapai kadar puncak di serum dalam 1-4 jam. Ekskresi di urin
sebagai metabolit dan dalam bentuk utuh

C. ALASAN PEMILIHAN ZAT TAMBAHAN


1) Asam sitrat monohidrat
Keuntungan
Banyak digunakan sebagai buffer dalam formulasi farmasi terutama untuk
mengatur pH larutan, selain itu memiliki pKa 6,396 pada 258oC (Rowe : 181)
Konsentrasi
Rentang konsentrasi yang digunakan adalah 0,1 -2,0 % (Rowe : 181)
2) Natrium sitrat dihidrat
Keuntungan
banyak digunakan dalam formulasi farmasi terutama untuk mengatur pH
larutan (Rowe : 640).
Konsentrasi
Rentang konsentrasi yang diguankan adalah 0,3 -2,0 % (Rowe : 640).
3) Disodium EDTA
Keuntungan

Befunngsi sebagai khelating agent di berbagai sediaan farmasi, penambahan


bahan ini digunakan untuk mencegah pembentukan dan deposisi logam (Rowe :

242).
Konsentrasi
Rentang konsentrasi yang digunakan sebagai khelating agent antara 0,005 0,1 %

w/v (Rowe : 242).


4) Air untuk injeksi
Keuntungan
Air ini disuling, bebas pirogen dan disterilkan. Meskipun jenis air ini digunakan
terutama ketika peracikan persiapan air untuk penggunaan parenteral, diproduksi
secara komersial Air untuk Injeksi BP merupakan nyaman, sumber air yang
dikenal berkualitas tinggi, yang dapat digunakan dalam situasi di mana sumber

sumber air lainnya yang dipertanyakan (Marriot, 2010 : 77)


Kerugian
Air ini harus disterilkan dan didestilasi terlebih dahulu (Marriot, 2010 : 77)

D. URAIAN BAHAN
1. Nama
Nama kimia

: SULFAMETHOXAZOL (Farmakope edisi IV, 1995)


: N- (5- metil-3-isoksazolil) sulfanilamida

Struktur kimia :
Pemerian

: Serbuk hablur , putih atau hampir putih, praktis tidak berbau


(Farmakope edisi IV, 1995)

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam kloroform,
mudah larut dalam aseton dan dalam larutan natrium hidroksida
encer, agak sukar larut dalam etanol (Farmakope edisi IV, 1995)

Penyimpanan

: simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya

2. Air untuk injeksi (FI III, 1967 : 96)


Nama Kimia

: Aqua destilata

Sinonim

: Air suling

Rumus Molekul

: H2O

BM

: 18,02

Pemerian

: cairan jernih, tidak berwrna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

3. Asam sitrat monohidrat (Rowe : 181)


Nama Kimia
: 2-Hydroxy-1,2,3-propanetricarboxylic acid monohydrate
Sinonim

:Acidum

citricum

monohydricum;

E330;

2-

hydroxypropane-1,2,3- tricarboxylic acid monohydrate.


Rumus Molekul

: C6H8O7.H2O

BM

: 210,14

pH / pKa

: 2,2 / 6,396

Pemerian

: Tidak berwarna atau bening, atau sebagai kristal putih,


bubuk efflorescent, tidak berbau dan memiliki rasa asam
yang kuat

Kelarutan

: Larut 1 di 1,5 bagian etanol (95%) dan 1 dalam waktu


kurang dari 1 bagian air; sedikit larut dalam eter.

Inkompatibel

: tidak kompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan


karbonat alkali tanah dan bikarbonat, asetat, dan sulfida.
Tidak kompatibel juga mencakup oksidator, basa,
mengurangi agen, dan nitrat. Hal ini berpotensi meledak
dalam kombinasi dengan nitrat logam.

Penyimpanan

: harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang


sejuk dan kering.

4. Disodium EDTA (FI III, 1974 : 669)


Sinonim

: Dinatrium Edetat

Rumus Molekul

: C10H14N2Na2O8.H2O

BM

: 372,24

Pemerian

: serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak asam

Kelarutan

: larut dlm 11 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%) P,


praktis tidak larut dlm kloroform P dan eter P.

Inkompaktibiltas

: Dengan oksidator kuat, basa kuat, ion logam, dan paduan


logam (Rowe : 243)

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan


tempat yang kering (Rowe : 243)

5. Natrium sitrat dihidrat (Rowe : 640)


Nama Kimia
: Trisodium 2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylate
dihydrate
Sinonim

: Citric acid trisodium salt; E331; natrii citras; sodium


citrate tertiary; trisodium citrate.

Rumus Molekul

: C6H5Na3O7.2H2O

BM

: 294,10

Pemerian

: tidak berbau, tidak berwarna, monoklinik kristal, atau


bubuk kristal putih dengan pendinginan, rasa garam.

Kelarutan

: Larut 1 di 1,5 air, 1 di 0,6 air mendidih; praktis tidak larut


dalam etanol (95%).

Penyimpanan

: harus disimpan dalam wadah kedap udara dalam


sejuk dan kering.

6. PERHITUNGAN BAHAN
a. Perhitungan per dosis (bahan)
Tiap 2 ml vial mengandung :
Sulfametoxazole

80 mg/ml x 5 ml

= 400 mg atau 0,4 g

Asam sitrat monohidrat

2 % x 2 ml

= 0,04 g

Natrium sitrat dihidrat

2 % x 2 ml

= 0,04 g

Disodium EDTA
0,1 % x 2 ml
= 0,002 g
Air untuk injeksi
ad
100 %
b. Pehitungan per batch (100 vial)
sulfametoxazole
0,4 g x 100
= 40 g
Asam sitrat monohidrat
0,04 g x 100
=4g
Natrium sitrat dihidrat
0,04 g x 100
=4g
Disodium EDTA
0,002 g x 100
= 0,2 g
Air untuk injeksi
ad 100 %
c. Perhitungan buffer
Dik : BM Asam sitrat monohidrat
= 210,14
BM Natrium sitrat dihidrat
= 244,10
pKa Asam sitrat
= 6,4
pH sediaan
=6
Dit. : berapa mg asam sitrat monohidrat dan natrium sitrat dihidrat yang dibutuhkan
sebagai buffer dalam sediaan ?
Penyelesaian :
[ garam ]
pH = pKa + log [asam]
[garam]
6 = 6,4 + log [asam]
[garam]
Log [asam]
[garam]
[asam]

= -0,4
= 0,398

[garam] = 0,398.[asam]
pKa = - log Ka
6,4 = - log Ka
Ka = 0,39 x 10-6
pH = - log asam sitrat
6 = - log asam sitrat
Asam sitrat = 10-6
Kapasitas Buffer :

( Ka ) ( asam sitrat )
= C x 2,3 x (Ka+ asam sitrat )2

( 0,39 106 ) ( 1O -6 )
0,01 = C x 2,3 x [ ( 0,39 106 ) +(1O6 )]2
0,01 = C x 2,3 x

0,39 1012
12
1,39 10

0,01 = 2,3 x C x 0,28


C = 0,016
C
= [garam] + [asam]
0,016 = 0,398 [asam] + [asam]
0,016 = 1,398 [asam]
[asam] = 0,011mol
[garam] = 0,016 - 0,011 mol
= 0005 mol
gram
Mol asam = BM
gram
0,011 mol = 210,14

gram = 0,011 mol x 210,14


= 2,31154 gr/L 0,46%
gram
Mol garam = BM
gram
0,005 mol = 294,10

gram = 0,005 mol x 294,10


= 1,4705 gr/L 0,29%
d. Perhitungan tonisitas
TABEL STERILISASI (ALAT & BAHAN)
No.
Alat/Bahan
Metode Sterilisasi
1.
Vial
Oven
2.
Gelas ukur 100 ml Autoklaf 121oC selama
menit
3.
Gelas kimia 250 ml Autoklaf 121oC selama
ml
menit
4.
Corong kaca
Autoklaf 121oC selama
menit
5.
Pipet tetes tanpa
Autoklaf 121oC selama

15
15
15
15

Pustaka
Reddy, 3013
Jenkins, 1957 :
408
Jenkins, 1957 :
408
Jenkins, 1957 :
408
Jenkins, 1957 :

6.

karet
Karet pipit tetes

7.

Batang pengaduk

8.

Sendok tanduk
logam
Cawan porselen
Pinset logam
Air untuk injeksi

8.
9.
10.

TABEL BEBAS ALKALI


No.
Alat/Bahan
1.
Vial
2.
Gelas ukur
3.
Gelas kimia
4.
Corong kaca
5.
Pipet volume

menit
Air mendidih

408
Jenkins, 1957 :
413
o
Autoklaf 121 C selama 15 Jenkins, 1957 :
menit
408
Oven 180oC selama 30 menit Patil, 2009 : 257
Oven 180oC selama 30 menit
Oven 180oC selama 30 menit
Autoklaf 121oC selama 15
menit

Patil, 2009 : 257


Patil, 2009 : 257
Jenkins, 1957 :
408

Cara Membebas-alkalikan
menggunakan larutan HCl
panas 0,1 N ke dalam alat,
kemudian dibiarkan selama
30 menit dan kemudian
dibilas. Setelah dibilas
dengan air destilasi yang
segar, pembersihan barang
pecah belah harus dibiarkan
mongering dalam keadaan
terbalik.

Pustaka
Jenkins, 1957 :
203

TABEL BEBAS SULFUR


No.
Alat/Bahan
Cara Membebas-sulfurkan
1.
Karet pipet tetes
Untuk menghilangkan
dan karet filler
kelebihan sulfur dan senyawa
tidak murni lainnya, penutup
karet harus direbus dengan
menggunakan 2% sodim
karbonat yang mengandung
0,1% Natrium lauril sulfat
selama 15 menit. Kemudian
dibilas dengan air destilasi.
7. METODE PEMBUATAN
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Sterilisasi alat dan bahan :

Pustaka
Jenkins, 1957 :
204

Alat gelas disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit.
Vial, gelas arloji, batang pengaduk dan corong disterilisasi dengan menggunakan

oven pada suhu 180oC selama 30 menit.


- Setelah disterilisasi, alat-alat gelas dibebasalkalikan.
- Alat berupa karet dibebas sulfurkan
3) Ditimbang semua bahan yang akan digunakan yaitu : sulfametoxazole, asam sitrat
monohidrat, natrium sitrat dihidrat, disodium EDTA, natrium klorida, dan API.
4) Pencampuran bahan :
- sulfametoxazole dibasahi dengan API dalam kaca arloji. Setelah itu dimasukkan ke
dalam gelas kimia. Kaca arloji dibilas sebanyak 2 kali menggunakan API.
- Dimasukkan.
- Ditambahkan bahan tambahan lainnya.
- Dimasukkan solven
- Aduk hingga larut dan homogen.
- Pencampuran bahan harus dalam kondisi terlindung dari cahaya dan secara aseptik.
5) Penyaringan : larutan yang telah dicampur kemudian disaring dengan menggunakan
membrane filter ukuran 0,3 mikron.
6) Dimasukkan larutan ke dalam vial masing-masing sebanyak 2 ml. vial harus telah steril
sebelum digunakan.
7) Penyegelan vial :
Vial disegel dengan menggunakan penutup karet. Kemudian digunakan logam
aluminium untuk menjepit penutup karet dengan leher ampul. Setelah itu dibungkus lagi
dengan plastik.
8) Diberikan label dan dimasukkan ke dalam box obat.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, 1967, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Rajesh. M, Lakshmi.M, Anju.S, Palanichamy s., dan Solairaj. P., 2014, Parenterals A Versatile
And Promising Drug Delivery System, World Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical
Sciences, Vol. 3, Issue 5.
Rowe, R. C., P. J. Sheskey, dan M. E. Quiin, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient,
Pharmaceutical Press, London.
Sweetman,S. C., 2010, Martindale 36th Edition, Pharmaceutical Press, London.

Anda mungkin juga menyukai