Anda di halaman 1dari 14

Struktur dan Fungsi Membran Plasma serta Defisiensi Enzim

Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase

Roy Nimrod Ludji Tuka


102013078

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida


Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
e-mail : roy.tuka078@yahoo.co.id

Abstrak
Sel adalah unit terkecil dalam dari substansi hidup, terdiri dari protoplasma,
sitoplasma, yang mengandung nukleus dan dikelilingi oleh membran plasma. Bagian terluar
sel adalah membran plasma yang merupakan struktur selaput tipis yang menyelubungi sebuah
sel dengan lingkungannya. Tanpa membran plasma, sebuah sel tidak mungkin
melangsungkan kehidupannya. Membran plasma adalah batas terluar dari sel-sel individual
dan organel-organel. Membran plasma bersifat selektif permeabel, artinya molekul tertentu
diijinkan masuk dan keluar melalui transportasi melewati membran plasma. Komponen
penyusun membran adalah fosfolipid, protein, oligosakarida, glikolipid dan kolesterol.
Membran sel mengandung lipid dan protein yang membentuk strukturnya dan juga
memfasilitasi fungsi seluler. Peran membran sel dalam keberlangsungan hidup sebuah sel
sangatlah penting. Contohnya pada sel darah merah, selain sebagai penyusun bentuk sel
eritrosit, membran plasma pada sel darah merah juga mebantu proses transport molekul
oksigen yang dibutuhkan dalam proses pernapasan. Membran sel memungkinkan terjadinya
difusi gas oksigen sehingga hemoglobin dapat mengikat oksigen dengan baik. Kerja
membran tentunya tidak terlepas dari pengaruh komponen kimiawi dalam sel lainnya, yakni
1 | Page

enzim. Seperti pada sel eritrosit, enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) berperan
dalam proses pembentukan dan perombakan sel darah merah. Enzim ini menghasilkan
glutation tereduksi(GSH) untuk melindungi sel dari stres oksidatif yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel darah merah (mudah pecah atau hemolisis). Kelainan pada enzim ini juga
dapat memicu gangguan lainnya seperti anemia akut, asidosis, dan destruksi pada sel darah
merah.
Kata kunci: sel, membran plasma, enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)

Abstract
Cells are the smallest unit of a substance in life , consisting of protoplasm , cytoplasm , which
contains the nucleus and surrounded by a plasma membrane . The outer portion of the cell is
the plasma membrane is a thin membrane that envelops the structure of a cell with its
environment . Without the plasma membrane , a cell may not hold life . Plasma membrane is
the outer boundary of individual cells and organelles . The plasma membrane is selectively
permeable , meaning certain molecules are allowed in and out through the plasma membrane
transport

passes.

Components

of

the

membrane

are

phospholipids,

proteins,

oligosaccharides, glycolipids and cholesterol. The cell membrane contains lipids and
proteins that make up its structure and also facilitate cellular functions. Role in the survival
of the cell membrane of a cell is essential. For example, the red blood cells, other than as a
constituent of erythrocyte cell shape, plasma membrane of red blood cells also mebantu
process required oxygen transport molecule in the process of breathing. The cell membrane
allows the diffusion of oxygen so that hemoglobin can bind oxygen properly. Working
membrane must not be separated from the influence of other chemical components in the
cell ,the enzyme. As in the erythrocyte cell , the enzyme glucose 6 phosphate dehydrogenase
( G6PD ) plays a role in the formation of red blood cells and overhaul . This enzyme
produces reduced glutathione (GSH) to protect cells from oxidative stress which may cause
injury to red blood cells (easily broken or hemolysis). Abnormalities in these enzymes can
also lead to other disorders such as acute anemia , acidosis , and destruction of the red blood
cells .
Keywords : cell, plasma membrane, the enzyme glucose 6 phosphate dehydrogenase (G6PD)

2 | Page

Pendahuluan
Membran plasma merupakan struktur selaput tipis yang menyelubungi sebuah sel
yang membatasi keberadaan sebuah sel, sekaligus juga memelihara perbedaan-perbedaan
pokok antara isi sel dengan lingkungannya. Namun membran tersebut tidak sekedar
merupakan sebuah penyekat pasif, melainkan juga sebuah filter yang memiliki kemampuan
memilih bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di
luar dan di dalam sel. Membran plasma tersusun atas molekul lemak dan protein. Molekul
lemak tersusun atas dua lapis, terletak di bagian tengah membran. Fungsi dari membran
plasma adalah untuk melindungi isi sel, mengatur keluar masuknya molekul-molekul.
Molekul-molekul ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan sel. Zat-zat yang tidak
berguna dikeluarkan dari sel. Selain itu membran sel juga berfungsi sebagai reseptor yang
menerima rangsangan dari luar. Rangsanngan itu berupa zat-zat kimia, misalnya hormon,
racun, rangsangan listrik, dan rangsangan mekanik, misalnya tusukan dan tekanan. Bagian
membran sel yang berfungsi sebagai reseptor adalah glikoprotein.
Pada sel darah merah(erotrosit) peran membran sel sangatlah penting. Membran pada
sel darah merah mengatur tekanan turgiditas dan membantu sel dalam melaksanakan
fungsinya. eritrosit merupakan bagian utama dari darah. Bentuknya seperti cakram bikonkaf
dengan lekukan di bagian tengah, serta berwarna merah karena mengandung hemoglobin
(mengandung protein, zat besi, dan globin). Oksigen terikat pada Hb ketika darah melewati
paru-paru, kemudian eritrosit bergerak ke jaringan tubuh dan melepaskan oksigen yang
selanjutnya berdifusi ke dalam sel tubuh.
Pembahasan
Membran Sel atau membran plasma
Membran

sel

atau

membran

plasma adalah batas

kehidupan,

batas

yang

memisahkan selhidup dari sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yang luar biasa ini tebalnya
kira-kira hanya 8nm (dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma untuk menyamai tebal
kertas halaman ini) membran plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan keluar sel yang
dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas
selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengan
lebih mudah daripada substansi yang lainnya. 1 Salah satu episode paling awal dalam evolusi
kehidupan mungkin berupa pembentukan membran yang membatasi suatu larutan yang
3 | Page

mempunyai komposisi yang berbeda dari larutan sekelilingnya, tetapi masih bisa melakukan
penyerapan nutrient dan pembuangan produk limbahnya kemampuan sel untuk membedakan
pertukaran kimiawainya ini dengan lingkungannya merupakan hal yang mendasar bagi
kehidupan, dan membran plasma inilah yang membuat keselektifan ini bisa terjadi.2

Gambar 1. Lapisan lipid bilayer2


Fungsi Membran Sel
Membran sel berfungsi sebagai barier semipermeabel yang memungkinnkan molekul
yang berukuran kecil dapat keluar masuk ke dalam sel. Hasil pengamatan mikroskop elektron
terhadap membran sel menunjukan bahwa membran sel merupakan lipid blayer /disebut
sebagai fluid-mosaic model ( lihat gambar 1). Molekul penyusun utama adalah fosfolipid,
yang terdiri dari bagian kepala yang polar (hidrofilik) dan dua ekor non polar (hidrofobik).
Fofolipid ini tersusun atas bagian non polar membentuk daerah hidrofobik yang diapit oleh
daerah kepala pada bagian dalam dan luar membran. Fungsi dari membran sel adalah
mempertahankan dan melindungi isi sel, mengatur keluar masuknya molekul-molekul yang
berfungsi mempertahankan kehidupan sel. Selain itu membran plasma juga berfungsi sebagai
reseptor, yaitu menerima rangsangan dari luar sel. Rangsangan itu bisa berupa zat-zat kimia,
misalnya hormon, racun, rangsangan listrik dan rangsangan mekanik, misalnya tusukan dan
tekanan.2
Komposisi kimia membran sel
Semua membra disusun oleh lemak dan protein dimana setiap komponen disusun oleh
ikatan nonkovalen. Selain lemak dan protein, membran sel juga mengandung karbohidrat.
Rasio antara lemak dan protein bervariasi tergantung tipe misalnya antara membran plasma
4 | Page

dan retikulum endoplasma atau pun tipe organisme misalnya prokariota dan eukariota.
Sebagai membran mitokondria memiliki rasio protein dan lemak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mebran plasma pada sel darah merah.1,2
Lipid

Gambar 2. Struktur & bagian fosfolipis blayer 2


Pada gambar 2, dapat dilihat bahwa lipid pada membran tersusun atas fosfolipid
(lemak yang bersenyawa dengan fosfat). Fosfolipid merupakan lipid yang jumlahnya paling
melimpah dalam sebagian besar membran. Kemampuan fosfolipid untuk membentuk
membran disebabkan oleh struktur molekulernya.Fosfolipid merupakan suatu molekul
amfipatik yang berarti bahwa molekul ini memiliki daerah hidrofilik maupun daerah
hidrofobik.

Sebagian

besar membran mengandung

fosfat,

Molekul

fosfat ini

bersifat hidrofilik (dapat mengikat air) sedangkan molekul lemak bersifat hidrofobik (tidak
dapat mengikat air)
Komponen lemak lain adalah kolesterol di mana pada hewan tertentu dapan mencapai
50% dari molekul lemak yang terdapat pada membran plasma. Kolesterol tidak terdapat pada
sebagai besar membran plasma tubuhan dan bakteri. Lipid yang terdapat pada selaput dapat
diekstrak dengan kloroform, eter dan benzene. Dengan menggunakan kromatografi lapis tipis
dan kromatografi gas, dapat diketahui komposisilipid pada selaput sel. Lipid yang selalu
dijumpai adalah fosfolipid, sfingolipid, glikolipid dan sterol. Kolesterol merupakan lipida
terbanyak yang menyusun selaput sel.

5 | Page

Peran karbohidrat membran dalam pengenalan sel dengan sel kemampuan sel untuk
membedakan tipe-tipe sel yang bertetangga, bersifat krusial bagi fungsi organisme. Misalnya,
penting untuk memilah-milah sel menjadi berbagai jaringan dan organ dalam embrio hewan.
Pengenalan sel dengan sel juga menjadi dasar penolakan sel asing (penolakan organ
cangkokan atau transplantasi) oleh sistem kekebalan. Karbohidrat pada membran biasanya
merupakan rantai pendek bercabang yang tersusun kurang dari 15 unit gula sebagjan
diantaranya berikatan kovalen dengan lipid, membentuk molekul yang disebut glikolipid
(glycolipid ). Akan tetapi sebagian besar karbohidrat berikatan kovalen dengan protein,
membentuk glikoprotein.1
Protein
Protein membran tersusun atas glikoprotein atau protein yang bersenyawa dengan
karbohidrat. Bergantung pada tipe sel dan organel tertentu dalam sel, membran memiliki 12
sampai lebih dari 50 macam protein berbeda. Protein ini tidak disusun secara acak tetapi
setiap lokasi dan orientasinya disusun pada posisi relatif tertentu pada lipid bilayer. Protein
pada membran tidak simetris yakni bagian luar membran dan bagian dalam membran
tersusun berbeda. Posisi seperti ini memungkinkan membran sebelah luar beriteraksi dengan
dengan ligan sektraseluer seperti hormon dan faktor pertumbuhan sedangkan bagian dalam
dapat berinteraksi dengan molekul sitoplasma seperti protein G atau protein kinase. Terdapat
dua lapisan utama protein membrane.2,3
Protein integral
Protein integral adalah protein yang berpenetrasi kedalam lipid bilayer. Protein ini
dapat menembus membran sehingga memiliki domain pada sisi ekstra seluler dan sitoplasmik
dari membran. Protein integral umumnya merupakan protein transmembran, dengan daerah
hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang interior hidrofobik membrane tersebut.
Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas satu atau lebih rentangan asam amino nonpolar,
yang biasanya bergulung menjadi helix. Pada ujung hidrofilik molekul ini dipaparkan
kelarutan aqueous pada kedua sisi membran.4

Protein perifer

6 | Page

Protein periferal sama sekali tidak tertanam dalam bilayer lipid. Seluruhnya berlokasi
dibagian luar dari lipid bilayer, baik itu di permukaan sebelah ekstraseluler maupun
sitoplasmik dan berhubungan dengan membran malalui ikatan non kovalen. Protein ini
merupakan angota yang terikat secara longgar pada permukaan membran, sering juga pada
bagian protein integral yang dibiarkan terpapar. Protein pada membran menentukan sebagian
besar fungsi spesifik membran.1,2
Lipid anchor protein
Terdapat disebelah luar lipid bilayer tetapi berikatan secara kovalen dengan molekul
lemak yang terdapat pada lipid bilayer. Protein membran plasma memiliki fungsi yang sangat
luas antara lain sebagai protein pembawa (carrier) senyawa melalui membran sel, penerima
isyarat (signal) hormonal dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau sel
lainnya. Protein selaput plasma juga berfungsi sebagai pengikat komponen sitoskeleton
dengan senyawa-senyawa ekstraseluler. Protein-protein permukaan luar memberikan cirri
individual sel dan macam protein dapat berubah sesuia dengan diferensiasi sel. Proteinprotein pada membran sel banyak juga yang berfungsi sebagai enzim terutama yang terdapat
pada selaput mitokondria, retikulum endoplasma dan kloroplas. Sebagai contoh, senyawasenyawa fosfolipid membran plasma disintesis oleh enzim-enzim yang terdapat pada
membran retikulum endoplasma.
Protein membran sel memiliki kemampuan bergerak, sehingga dapat berpidah tempat.
Perpindahan berlangsung ke arah lateral dengan jalan difusi. Namun tidak semu protein
mampu berpindah tempat. Beberapa jenis protein integral tertahan dalam selaput oleh
anyaman molekul-molekul protein yang berada tepat di bawah permukaan dalam selaput
plasma. Anyaman ini berhubungan dengan sitoskelet atau rangka sel.
Struktur fisiko-kima protein selaput sel kurang diketahui, mengingat bahwa
bentuknya sangat bervariasi. Berdasarkan kajian mikroskopis dan teknik freeze fracture
diketahui bahwa protein dalam selaput sel berbentuk globular. 1-3

7 | Page

Gambar 3. Komponen struktural membran plasma4


Fungsi membran plasma
Komplementalisasi
Membran plasma membagi protoplasma menjadi beberapa kompartmen (ruangan).
Mebran sel membungkus seluruh protoplasma. Membran inti memisahkan nukleoplasma dari
sitoplasma. Selain itu selaput plasma membagi sitoplasma menjadi beberapa kompartemen
yang disebut dengan organel. Adanya selaput pembatas ini sangat penting karena
memungkinkan kegiatan setiap kompartemen dapat berlangsung tanpa gangguan dari
kompartemen lain namun dapat bekerja sama.1,2
Barier selektif permeabel
Membran sel mencegah pertukaran materi secara bebas dari satu sisi ke sis lain pada
saat bersamaan. Mebran plasma harus menjamin pertukaran molekul antara bagian luar dan
dalam pada saat yang tepat.
Transport molekul
Membran plasma mengandung mesin transpor molekul dari satu sisi ke sisi lain yang
mencegah molekul dengan konsentrasi rendah masuk ke dalam sel daerah yang memeiliki
konsentrasi tinggi. Mesin ini memungkinkan sel mengakumulasi molekul tertentu dalam
konsentari yang lebih tinggi di bandingkan di sebelah luar.3,4
Penghantaran signal
Membran plasma memainkan peran penting dalam respon sel terhadap signal. Proses
itu disebut dengan penghantaran signal. Membran sel memiliki resptor yang berkombinasi
dengan molekul tertentu (ligan). Setiap sel berbeda memiliki reseptor berbeda, yang mampu
mengenali dan berespon terhadap ligan pada lingkungan berbeda.
8 | Page

Interaksi interseluler
Membran sel memperantarai interaksi antar sel pada organisme multiseluler.
Membran sel memungkinlkan sel mengenal satu sama lain, berikatan dan saling bertukar
materi dan informasi.1-3
Mekanisme pengangkutan melalui membran sel
Molekul dan ion kecil bergerak melintasi membran plasma dalam dua arah seperti gula, asam
amino dan nutrient lain memasuki sel, dan produk limbah metabolisme meninggalkan sel. Sel
menyerap oksigen untuk respirasi seluler dan mengeluarkan karbon dioksida. Sel juga mengatur
konsentrasi ion anorganiknya seperti Na +, Ka+, Ca2+ dan Ca- dengan cara membolak-balik arahnya dari
satu arah ke arah lainnya melintasi membran plasma. Meskipun lau lintas melalui membran ini padat
membran sel itu bersifat selektif permeabel (membran hanya dapat dilewati oleh ion dan molekul
polar tertentu), semipermeable (mudah dilewati oleh molekul air) dan substansi-substansi tidak dapat
melintasi rintangan tersebut secara sembarangan. Sel tersebut dapat mengambil berbagai macam
molekul dan ion kecil dan menolak yang lainnya disamping itu substansi-substansi bergerak melintasi
membran pada laju yang berbeda.2
Membran sel memiliki fungsi dalam pergerakan ion atau molekul dari dalam ataupun dari luar
sel. Bagian tengah membran yang bersifat hidrofobik merintangi pengangkutan ion dan molekul polar
yang keduanya bersifat hidrofilik. Struktur lipid bilayer merupakan penyebab adanya sifat selektif
permeabel pada membran. Gerakan molekul atau ion yang terjadi pada membran sel dan organel
organel lainnya difusi, osmosis, transport aktif dan pasif, eksotis dan endositosis. 4,5

Sel darah merah (Eritrosit)


Sel darah merah (red blood cell), atau eritrosit sejauh ini merupakan sel darah yang
paling banyak jumlahnya, jauh melebihi yang lain. Setiap 5 milimeter kubik darah manusia
mengandung 5 sampai 6 juta sel darah merah, dan terdapat sekitar 25 triliun jenis sel ini
dalam keseluruhan 5 L darah dalam tubuh.6
Struktur sel darah merah merupakan contoh lain yang sangat baik tentang struktur
yang disesuaikan dengan fungsinya. Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf,
bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepinya. Eritrosit mamalia tidak
mengandung inti (nukleus), suau karakteristik yang tidak dijumpai sel hidup (kelas vertebrata
lainnya mempunyai eritrosit yang bernukleus). Lebih jauh lagi, semua sel darah merah tidak
memiliki mitokondria dan menghasilkan ATP-nya secara ekslusif melalui metabolisme
amaerobik. Fungsi utama sel eritrosit adalah membawa oksigen, dan akan sangat tidak efisien
9 | Page

jika metabolisme eritrosit bersifat aerobik dan mengkonsumsi sebagian yang mereka bawa.
Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 mikro meter) juga sesuai dengan
fungsinya. Supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel
darah merah. Semakin kecil sel darah merah, semakin besar total luas permukaan membran
plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf eritrosit juga turut menambah luas
permukaannya. Meskipun sel ini berukuran kecil, tetapi sel eritrosit sendiri mengandung 250
juta hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi.6
Komposisi membran eritrosit
Komposisi membran eritrosit seperti juga membran sel lainnya yaitu terdiri dari
1. Trilaminar structure

Outer hydrophilic

Central hydrophobic

Inner hydrophilic

2. Protein

Integral : perpanjangan dari permukaan luar ke dalam

Perifer : permukaan sitoplasma dibawah lapisan lemak

3. Lipid membran eritrosit

95% lipid terdiri dari:


Kolesterol tidak teresterifikasi yang akan berpengaruh pada area permukaan
permeabilitas cation pasif

5% sisanya terdiri dari glikolipid dan asam lemak bebas

4. Protein membran
Integral (glycophorin A, B, C, dan pita 3), pita 3 merupakan tempat mengikatkan
sitoskeleton terhadap lapisan lemak juga sebagai anion pertukaran protein.

10 | P a g e

Perifer (dibentuk dari membran skeleton) yang berkontribussi terhadap bentuk sel,
stabilitas membran dan perubahan bentuk
Metabolisme sel darah merah
Ini merupakan

lapisan lipid bipolar yang mengandung protein struktural dan

kontraktil dan banyak enzim serta antigen permukaan. Kira-kira 50% membran adalah
protein, 40% lemak dan sampai 10% karbohidrat. Lipid terdiri dari 60% fosfolipid netral
(terutama kolesterol) dan 10% glikolipid. Fosfolipid dan glikolipid adalah struktur dengan
gugus polar pada permukaan eksternal dan internal dan gugus non polar pada bagian tengah
membran. Karbohidrat terdapat hanya pada permukaan eksternal sedangkan protein diduga
baik sebagai bagian tepi (perifer) ataupun integral, yang menembus bilamina membran lipid
(lipid bilayer). Satu dari protein tersebut-spektrin- diduga struktural pada permukaan dalam,
yang mempertahankan bentuk bikonkaf. Cacat protein ini dapat menerangkan abnormalitas
bentuk membran sel darah merah, misalnya eliptositosis, sedangkan perubahan dalam
komposisi lipid yang disebabkan abnormalitas congenital dan akuisita dalam kolesterol atau
fosfolipid plasma dapat berkaitan dengan abnormalitas membran lain.
Eritrosit tidak mempunyai mitokondria atau organel sel lainnya yang dapat digunakan
untuk menghasilkan energi dan juga metabolisme dalam di dalam sitoplasmanya sangat
berkurang. Yang diperlukan untuk fungsinya tentu saja adalah penambahan glukosa yang
dipecahkan melalui glikolisis menjadi laktat. Untuk setiap molekul glukosa yang digunakan,
dihasilkan 2 molekul ATP dan dengan demikian dua ikatan fosfat berenergi tinggi ATP ini
menyediakan energi untuk pemeliharaan volume, bentuk dan kelenturan (flexibility) sel
darah merah. ATP juga berfungsi menyediakan energi Na +/K+-ATP-ase, yang menjaga
lingkungan ion di dalam eritrosit, dan ini memakai satu molekul ATP untuk menggerakan tiga
ion natrium keluar dan dua ion kalium ke dalam sel. BPG (2,3-bifosfogliserat) juga berasal
dari pemecahan glukosa.
Defisiensi Enzim Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenasi
Glukosa-6-fosfat

dehidrogenasi

(G6PD);

glucose-6-phospate

dehydrogenase

merupakan enzim dalam lintasan heksosa monofosfat yang menghasilkan glutation tereduksisuatu molekul yang melindungi sel darah merah dari jejas oksidatif. Pada sel darah merah
yang mengalami defisinsi G6PD, keadaan stres oksidatif akan menimbulkan denaturasi
hemoglobin. Hemoglobin yang berubah ini akan mengendap sebagai badan Heinz yang
11 | P a g e

melekat pada mebran internal sel darah merah, mengurangi deformabilitas dan meningkatkan
kerentanan terhadap destruksi makrofag dalam limpa. Badan Heinz akan menimbulkan
kerusakan membran sel darah merah yang cukup untuk menyebabkan hemolisis intravaskuler
dan ekstravaskuler.
Defisiensi G6PD merupakan kelainan yang terkait dengan kromosom X; meskipun
ada beberapa varian G6PD, namun hanya dua varian yaitu G6PD A- dan G6PD mediterania
yang menimbulkan hemolisis dengan makna klinis yang signifikan. Varian A- ditemukan
sekitar 10% pada populasi kulit hitam Amerika dan berkaitan dengan kehilangan progresif
enzim G6PG dalam sel-sel darah merah yang tua. Sel-sel yang tua ini akan mengalami
hemolisis setelah terpajan dengan stres oksidan yang ditimbulkan oleh respon inflamasi.
Karena sel darah merah yang muda tidak terkena, episode hemolisis bersifat swasirna (selflimited). Pada bentuk Mediterania, kadar G6PD jauh lebih rendah dan episode hemolisisnya
lebih berat. Konsumsi fava beans dapat menyebabkan hemolisis pada defisiensi G6PD
(favisme) karena tanaman legume (sejenis kacang-kacangan) ini menghasilakn zat-zat
oksidan.7
Peran G6PD pada metabolisme eritrosit
Pada sel eritrosit terjadi metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi (ATP), yang
digunakan untuk pompa ionik dalam rangka mempertahankan milieu ionik yang cocok bagi
eritrosit. Pembentuk ATP ini berlangsung melalui jalur Embden Meyerhof yang melinatkan
sejumlah enzim seperti glukosa fosfat isomerase dan piruvat kinase, sebagian kecil glukosa
mengalami metabolisme dalam eritrosit melalui jalur heksosa monofosfat dengan bantuan
enzim G6PD untuk menghasilkan glutation yang penting untuk melindungi hemoglobin dan
membran eritrosit dari oksidan. Defisiensi enzim piruvat kinase, glukosa fosfat isomerase dan
G6PD dapat mempermudah dan mempercepat hemolisis. Yang paling sering mengalami
defisiensi adalah G6PD.8
G6PD adalah enzim housekeeping yang melakukan fungsi-fungsi vital di seluruh
sel tubuh. Namun, dalam eritrosit yang tidak memiliki nukleus, mitokondria, organel lainnya,
ada hambatan tertentu pada metabolisme dari enzim ini memiliki peran penting. G6PD
mengkatalis langkah pertama dari jalur fosfat pentosa (jalur heksosa monofosfat), sejumlah
jalur reaksi sampingan dari reaksi utama glikolisis dalam eritrosit dan dalam semua sel tubuh.
GSH dihasilkan melalui jalur fosfat pentosa, seperti diuraikan diatas hanya melindungi
terhadap stres oksidan dalam eritrosit. Peningkatan stres oksidan dapat mengakibatkan
12 | P a g e

penipisan GSH ditandai sebagai kemampuan dari defisiensi G6PD untuk menghasilkan
NADPH terlampaui oleh tingginya tingkat kehilangan GSH.
Stres oksidan tidak terkompensasi dalam eritrosit normal (atau lebih mudah dalam
eritrosit defisiensi G6PD) menghasilakn oksidasi hemoglobin menjadi metem-globin,
pembentukan badan Heinz, dan kerusakan membran. Jika terjadi sangat berat akan
mengakibatkan hemolisis, sementara bila terjadi lebih ringan tetapi sters oksidan tidak
terkompensasi akan mengurangi kemampuan eritrosit dan meningkatkan kemungkinan bahwa
eritrosit akan dikeluarkan dari sirkulasi ke sistem retikuloendotelial. Akibat hilangnya
eritrosit, hematopoiesis ditingkatkan karena tubuh berusaha untuk mempertahankan fungsi
normal vaskular, dan ada banyak retikulosit yang dikeluarkan (eritrosit muda dilepaskan dari
sumsum tulang). Retikulosit biasanya mencapai kurang dari 1% eritrosit total, tapi berikut
hemolisis dapat terdiri sampai 15% dari eritrosit.9
Simpulan
Membran plasma adalah bagian sel yang sangat penting dalam mendukung berbagai
kegiatan sel. Mulai dari fungsinya melindungi isi sel dari berbagai kerusakan sampai turut
membantu sel dalam melakukan trasport molekul untuk menjamin kehidupan sel itu sendiri.
Pada tubuh manusia contohnya, mebran plasma sel eritrosit membentu menjaga bentuk dan
fungsi sel sehingga sel dapat menjalankan aktivitasnya secara normal. Pada proses ini,
membran sel membutuhkan enzim untuk mendukung kerjanya, yaitu enzim glukosa 6 fosfat
dehidrogenase. Kurangnya enzim ini akan mengakibatkan aktivitas membran sel daram
merah menurun. Dengan menurunnya fungsi membran sel darah merah, darah dapat terpapar
stres oksidan yang dihasilkan di dalam tubuh. Ketika sel eritrosit telah terpapar stres oksidan,
maka dengan sendirinya sel darah merah akan mengalami hemolisis karena fungsi
hemoglobin dan membran sel darah merah terganggu. Kelainan ini disebut defisiensi glukosa
6 fosfat dehidrogenase (G6PD). Penyakit ini biasanya bersifat menurun karena berkaitan
dengan kromosom X pada pria. Defisiensi G6PD dapat mengakibatkan destruksi berlebihan
pada sel darah merah, anemia, dan tentunya hemoisis.

Daftar Pustaka
13 | P a g e

1. Campbell, Reece-Mitchel. Biologi. Jilid 1 5th ed.Jakarta: Erlangga; 2012.h.141-8


2. Sumardjo D. Pengantar kimia buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC;
2006.h.277-9

3. Karmana O. Cerdas belajar biologi. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama; 2008.h.8


4. Silbernagl S, Lang F. Teks & atlas berwarna patofisiologi. Jakarta: EGC; 2007.h.30-6
5. Rochmah S N, Widayati S, Mazrikhatul Mia. Biologi : SMA dan MA Kelas XII. pusat
perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: PT. Aneka .p. 282. diunduh
dari http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/membransel.html#ixzz2m3cQKqjs 13 Desember 20013.
6. Campbell N, Reece-Mitchell. Biologi. Jilid 3 Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2010.h.54
7. Mitchell, Kumar A, Abbas F. BS Dasar Patologi Penyakit. 7 th ed. Jakarta: EGC;
2010.h.364
8. Rinaldi I, Sudoyo A.W. Anemia hemolitik non imun, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Jakarta : EGC ; 2009.h. 1157-9
9. Greene L.S. G6PD deficiency as protection against falciparum Malaria: An
epidemiologic critique of population and experimental studies. Yearbook Of Physical
Anthropology 1993; 36: 153-78

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai