Anda di halaman 1dari 4

Sel darah merah (Eritrosit)

Sel darah merah (red blood cell), atau eritrosit sejauh ini merupakan sel darah yang
paling banyak jumlahnya, jauh melebihi yang lain. Setiap 5 milimeter kubik darah manusia
mengandung 5 sampai 6 juta sel darah merah, dan terdapat sekitar 25 triliun jenis sel ini
dalam keseluruhan 5 L darah dalam tubuh.1
Struktur sel darah merah merupakan contoh lain yang sangat baik tentang struktur
yang disesuaikan dengan fungsinya. Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf,
bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepinya. Eritrosit mamalia tidak
mengandung inti (nukleus), suau karakteristik yang tidak dijumpai sel hidup (kelas vertebrata
lainnya mempunyai eritrosit yang bernukleus). Lebih jauh lagi, semua sel darah merah tidak
memiliki mitokondria dan menghasilkan ATP-nya secara ekslusif melalui metabolisme
amaerobik. Fungsi utama sel eritrosit adalah membawa oksigen, dan akan sangat tidak efisien
jika metabolisme eritrosit bersifat aerobik dan mengkonsumsi sebagian yang mereka bawa.
Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 mikro meter) juga sesuai dengan
fungsinya. Supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel
darah merah. Semakin kecil sel darah merah, semakin besar total luas permukaan membran
plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf eritrosit juga turut menambah luas
permukaannya. Meskipun sel ini berukuran kecil, tetapi sel eritrosit sendiri mengandung 250
juta hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi.1
[1.Campbell N, Reece-Mitchell. Biologi. Jilid 3 Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2010.h.54]
Komposisi membran eritrosit
Komposisi membran eritrosit seperti juga membran sel lainnya yaitu terdiri dari
1. Trilaminar structure

Outer hydrophilic

Central hydrophobic

Inner hydrophilic

2. Protein

Integral : perpanjangan dari permukaan luar ke dalam

Perifer : permukaan sitoplasma dibawah lapisan lemak

3. Lipid membran eritrosit

95% lipid terdiri dari:


Kolesterol tidak teresterifikasi yang akan berpengaruh pada area permukaan
permeabilitas cation pasif

5% sisanya terdiri dari glikolipid dan asam lemak bebas

4. Protein membran
Integral (glycophorin A, B, C, dan pita 3), pita 3 merupakan tempat mengikatkan
sitoskeleton terhadap lapisan lemak juga sebagai anion pertukaran protein.
Perifer (dibentuk dari membran skeleton) yang berkontribussi terhadap bentuk sel,
stabilitas membran dan perubahan bentuk
Metabolisme sel darah merah
Ini merupakan

lapisan lipid bipolar yang mengandung protein struktural dan

kontraktil dan banyak enzim serta antigen permukaan. Kira-kira 50% membran adalah
protein, 40% lemak dan sampai 10% karbohidrat. Lipid terdiri dari 60% fosfolipid netral
(terutama kolesterol) dan 10% glikolipid. Fosfolipid dan glikolipid adalah struktur dengan
gugus polar pada permukaan eksternal dan internal dan gugus non polar pada bagian tengah
membran. Karbohidrat terdapat hanya pada permukaan eksternal sedangkan protein diduga
baik sebagai bagian tepi (perifer) ataupun integral, yang menembus bilamina membran lipid
(lipid bilayer). Satu dari protein tersebut-spektrin- diduga struktural pada permukaan dalam,
yang mempertahankan bentuk bikonkaf. Cacat protein ini dapat menerangkan abnormalitas
bentuk membran sel darah merah, misalnya eliptositosis, sedangkan perubahan dalam
komposisi lipid yang disebabkan abnormalitas congenital dan akuisita dalam kolesterol atau
fosfolipid plasma dapat berkaitan dengan abnormalitas membran lain.
Eritrosit tidak mempunyai mitokondria atau organel sel lainnya yang dapat digunakan
untuk menghasilkan energi dan juga metabolisme dalam di dalam sitoplasmanya sangat
berkurang. Yang diperlukan untuk fungsinya tentu saja adalah penambahan glukosa yang
dipecahkan melalui glikolisis menjadi laktat. Untuk setiap molekul glukosa yang digunakan,

dihasilkan 2 molekul ATP dan dengan demikian dua ikatan fosfat berenergi tinggi ATP ini
menyediakan energi untuk pemeliharaan volume, bentuk dan kelenturan (flexibility) sel
darah merah. ATP juga berfungsi menyediakan energi Na +/K+-ATP-ase, yang menjaga
lingkungan ion di dalam eritrosit, dan ini memakai satu molekul ATP untuk menggerakan tiga
ion natrium keluar dan dua ion kalium ke dalam sel. BPG (2,3-bifosfogliserat) juga berasal
dari pemecahan glukosa.
Peran G6PD pada metabolisme eritrosit
Pada sel eritrosit terjadi metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi (ATP), yang
digunakan untuk pompa ionik dalam rangka mempertahankan milieu ionik yang cocok bagi
eritrosit. Pembentuk ATP ini berlangsung melalui jalur Embden Meyerhof yang melinatkan
sejumlah enzim seperti glukosa fosfat isomerase dan piruvat kinase, sebagian kecil glukosa
mengalami metabolisme dalam eritrosit melalui jalur heksosa monofosfat dengan bantuan
enzim G6PD untuk menghasilkan glutation yang penting untuk melindungi hemoglobin dan
membran eritrosit dari oksidan. Defisiensi enzim piruvat kinase, glukosa fosfat isomerase dan
G6PD dapat mempermudah dan mempercepat hemolisis. Yang paling sering mengalami
defisiensi adalah G6PD.(rinaldi, 2009)
G6PD adalah enzim housekeeping yang melakukan fungsi-fungsi vital di seluruh
sel tubuh. Namun, dalam eritrosit yang tidak memiliki nukleus, mitokondria, organel lainnya,
ada hambatan tertentu pada metabolisme dari enzim ini memiliki peran penting. G6PD
mengkatalis langkah pertama dari jalur fosfat pentosa (jalur heksosa monofosfat), sejumlah
jalur reaksi sampingan dari reaksi utama glikolisis dalam eritrosit dan dalam semua sel tubuh.
(greene 1993). GSH dihasilkan melalui jalur fosfat pentosa, seperti diuraikan diatas hanya
melindungi terhadap stres oksidan dalam eritrosit. Peningkatan stres oksidan dapat
mengakibatkan penipisan GSH ditandai sebagai kemampuan dari defisiensi G6PD untuk
menghasilkan NADPH terlampaui oleh tingginya tingkat kehilangan GSH.
Stres oksidan tidak terkompensasi dalam eritrosit normal (atau lebih mudah dalam
eritrosit defisiensi G6PD) menghasilakn oksidasi hemoglobin menjadi metem-globin,
pembentukan badan Heinz, dan kerusakan membran. Jika terjadi sangat berat akan
mengakibatkan hemolisis, sementara bila terjadi lebih ringan tetapi sters oksidan tidak
terkompensasi akan mengurangi kemampuan eritrosit dan meningkatkan kemungkinan bahwa
eritrosit akan dikeluarkan dari sirkulasi ke sistem retikuloendotelial. Akibat hilangnya
eritrosit, hematopoiesis ditingkatkan karena tubuh berusaha untuk mempertahankan fungsi

normal vaskular, dan ada banyak retikulosit yang dikeluarkan (eritrosit muda dilepaskan dari
sumsum tulang). Retikulosit biasanya mencapai kurang dari 1% eritrosit total, tapi berikut
hemolisis dapat terdiri sampai 15% dari eritrosit.(greene, 1993)

Anda mungkin juga menyukai