Anda di halaman 1dari 9

SUBDIVISI HEMATOLOGI-ONKOLOGI

TUGAS MADYA

METABOLISME ENERGI ERITROSIT

JOIC L. SALIM

PEMBIMBING :
Prof. Dr. dr. Dasril Daud, Sp.A(K)
dr. Nadirah R. Ridha, Sp.A, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Metabolisme Energi Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah (RBC) merupakan 40% dari keseluruhan
volume darah, mengandung hemoglobin sebagai salah satu komponen
utamanya dan bertujuan membawa oksigen ke berbagai jaringan di seluruh
tubuh. Eritrosit memiliki penampakan bikonkaf dengan bentuk oval yang pipih
dan cekung dibagian tengah. Desain ini dioptimalkan untuk pertukaran oksigen
dengan lingkungan, yang memberikan mereka fleksibilitas untuk melewati
kapiler, dimana mereka melepaskan oksigen yang dibawa. Eritrosit memiliki
ukuran diameter sekitar 6-8 mikron, sedangkan kapiler memiliki ukuran 3-10
mikron, kemampuan eritrosit untuk melewati kapiler disebabkan karena
deformabilitas dan fleksibilitasnya.1,2
Membran RBC memiliki peran penting dalam meregulasi deformabilitas,
dan fleksibilitas permukaannya. Membran RBC terdiri atas 3 lapisan utama:
1. Glikokalix di eksterior, yang kaya akan karbohidrat (8%)
2. Lipid bilayer yang mengandung banyak protein transmembran
disamping kandungan lipidnya dan skeleton membran. Komposisi lipid
ini yang menentukan permeabilitas dan fluiditas membran (40%).
3. Struktur jaringan protein yang terletak dibawah lipid bilayer (52%).
Setengah dari massa membran RBC terdiri atas protein dan sisanya lipid yang
terdiri atas fosfolipid dan kolesterol. Sebagian aktivitas membran protein diatur
oleh interaksinya dengan lipid bilayer.1
Membran protein dibagi atas protein integral dan protein perifer. Protein
integral berpenetrasi ke lipid bilayer dan dapat berinteraksi dengan daerah lipid
hidrofobik. Protein integral termasuk glikoprotein dan protein-3/band-3. Band-3
mengumpulkan berbagai enzim glikolitik yang berperan dalam metabolisme
RBC dan fungsi transpor ion dan gas (Na/K-ATPase, Ca-ATPase). 1

1
Glukosa merupakan karbohidrat utama di Bumi, merupakan satu-
satunya bahan bakar yang dipergunakan oleh seluruh sel dalam tubuh kita.
Eritrosit, merupakan sel yang unik dibandingkan dengan sel-sel lainnya, ia
menggunakan glukosa dan proses glikolisis sebagai sumber energi tunggalnya.
RBC secara struktur dan metabolik, merupakan sel yang paling sederhana
dalam tubuh manusia. Pada saat maturasinya, RBC kehilangan seluruh
organel subselulernya. Tidak adanya struktur ini, memungkinkan RBC dapat
memuat sebanyak mungkin hemoglobin didalamnya sehingga bisa membawa
oksigen dalam jumlah besar ke seluruh tubuh. Karena tidak memiliki
mitokondria, nukleus dan organel subseluler lainnya, RBC seluruhnya
bergantung pada glukosa darah sebagai bahan bakar. Metabolisme glukosa
dalam RBC seluruhnya bersifat anaerob, sehingga sel tidak menggunakan
oksigen yang dibawanya, sesuai dengan peran utama RBC dalam transpor
oksigen dan penghantarannya, dibandingkan penggunaannya. 3,4
Fungsi pemeliharaan sel darah merah diatur melalui glikolisis anaerob
dan jalur heksosa monofosfat. Glikolisis anaerob bertanggungjawab atas 90-
95% konsumsi glukosa eritrosit. Glikolisis bertugas untuk menghasilkan ATP
dari ADP. ATP merupakan sumber fosfat berenergi tinggi yang mewakili
ketersediaan energi terbesar dalam eritrosit. Jalur glikolisis tersedia untuk
ferrous hemoglobin fungsional, proteksi dari denaturasi oksidatif, sintesis

2
glutathion dan metabolisme nukleotida.2,5 Transpor aktif Na dan K berhubungan
dengan glikolisis eritrosit. Transpor kation dimediasi oleh ATP yang
melepaskan ADP sebagai hasil hidrolisis ATP. Oleh karena itu, ketika transpor
kation diakselerasi, tingkat produksi ADP meningkat, memicu glikolisis. 6

Glikolisis Aerob
Glikolisis aerob mengalihkan metabolisme glukosa ke jalur heksosa
monofosfat yang juga dikenal dengan pentosa fosfat shunt untuk menjaga
ketersediaan glutathione bentuk reduksi dan NADP bentuk reduksi. Jalur
heksosa monofosfat mengkatabolisme G-6-P menjadi ribulosa-5-P. Ribulosa-5-
P dapat digunakan saat metabolisme nukleotida atau kembali memasuki jalur
glikolisis anaerob sebagai F-6-P atau G-3-P dengan aktivitas enzim pentosa
epimerase, isomerase transketolase dan transaldolase (menjadi bahan baku
untuk kelanjutan proses glikolisis anaerob, hal ini penting pada RBC karena
1,3
kebutuhan yang terbatas untuk sintesis DNA dan RNA).

Glikolisis Anaerob
Glikolisis anaerob terdiri atas 3 fase:1,3
1. Fase pertama: melibatkan fosforilasi, isomerisasi dan difosforilasi untuk
menghasilkan fruktosa-1,6-bifosfat (F-1,6-P) yang menjadi substrat
untuk aldolase menghasilkan gliseraldehid-3-fosfat (G-3-P).
2. Fase kedua: mengubah G-3-P menjadi 3-PG. Pada awalnya G-3-P
difosforilasi dengan fosfat energi tinggi dan dioksidasi menjadi 1,3BPG
melalui aksi dari G-3-PD) dalam reaksi ini, NAD + teroksidasi direduksi
menjadi NADH yang merupakan kofaktor esensial untuk reduksi
methemoglobin menjadi hemoglobin oleh methemoglobin reduktase.
1,3-BPG didefosforilasi oleh fosfogliserat kinase menghasilkan ATP atau
dapat dialihkan dimana ia diisomerisasi menjadi 2,3-BPG atau 2,3-DPG.
2,3-BPG berkompetisi dengan O2 dari Hb dan meningkatkan pelepasan
O2 dari Hb (dikenal dengan Rapoport-Luberin shunt). Defosforilasi
mengatur keseimbangan antara 1,3-BPG menjadi 3-PG dengan

3
menghasilkan ATP atau dengan mutasinya meningkatkan deoksigenasi
hemoglobin. Reaksi ini menggunakan 10-20% dari reaksi glikolisis.
3. Fase ketiga: melibatkan konversi 3-PG menjadi piruvat dengan
menghasilkan ATP. Asam piruvat kemudian menjadi substrat untuk
laktat dehidrogenasi dengan menghasilkan laktat dan NAD +.
NADH yang dihasilkan dari glikolisis dapat digunakan untuk mereduksi
methemogloblin menjadi hemoglobin atau untuk mengubah piruvat menjadi
laktat. Dalam jalur ini, glukosa dimetabolisme menjadi asam laktat dengan
menggunakan 2 molekul ATP per molekul glukosa dan menghasilkan 4
molekul ATP per molekul glukosa. RBC menggunakan sebagian besar dari
ATP ini untuk menjaga gradien elektrokimia dan ion yang melalui membran
plasmanya (Na-K ATPase dan anion exchange protein), keluar masuknya air
melalui sel, serta menjaga kelangsungan dari proses glikolisis anaerob
sendiri.1,3

Saat konversi glukosa menjadi pentosa, dihasilkan NADPH yang


mereduksi glutathion teroksidasi melalui glutathione reduktase, dan dengan
adanya glutathion perokdisase mengubah hidrogen peroksida menjadi air.
G6PD berfungsi mereduksi NADP sembari mengoksidasi G6P. G6PD bertugas
menghasilkan NADPH, dan ketiadaannya menyebabkan eritrosit rentan
terhadap stres oksidatif. Eritrosit dengan aktivitas G6PD yang normal dapat
mendetoksifikasi komponen oksidatif dan menjaga Hb. Jalur ini (HMP shunt)
menggunakan sekitar 10% dari metabolisme glukosa dalam RBC. Jalur ini
memiliki peran dalam proteksi terhadap stres oksidatif, dan juga berfungsi

4
sebagai sumber NADPH untuk reaksi biosintesis dan pentosa untuk sintesis
asam nukleat.1,3

Energi dari eritrosit digunakan untuk


 Menjaga gradien kationik intraseluler, membran fosfolipid, plastisitas
protein skeletal, hemoglobin ferrous fungsional
 Proteksi dari degenerasi oksidatif
 Inisiasi dan maintenans dari glikolisis

5
 Sintesis glutathione

6
7
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Energy Metabolism of The Red Blood Cells. Department of

Biochemistry, University of Hail, 2011.

2. Mckicks. Erythrocyte. Online. (http://hubpages.com/hub/erythrocyte,

diakses 20 Agustus 2011).

3. Baynes, JW. Anaerobic Metabolism of Glucose in the Red Blood Cell.

Online. (http://molar.crb.ucp.pt, diakses 20 Agustus 2011).

4. Anonim. The Red Blood Cells. The Circulatory System. Online.

(http://library.thinkquest.org/25986/sub_blood/rbc.htm,diakses 20 Agustus

2011).

5. Wijk, Rv., Solinge, WWv. The Energy-less Red Blood Cell is Lost:

Erythrocyte Enzyme Abnormalities of Glycolysis. Blood. 2005.

6. Segel, GB., Feig, SA., Glader, BE., Muller, A. Energy Metabolism in

Human Erythrocytes: The Role of Phosphoglycerate Kinase in Cation

Transport. Blood. 1975.

Anda mungkin juga menyukai