Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Karakterisasi Dan Penentuan Kematangan Minyak Mentah


(Crude Oil Langgak, Riau
M.Hatta I1, Emrizal. M.T2, S.Anita3
1

Mahasiswa Program Studi S1 Kimia


Dosen Bidang Anorganik Jurusan Kimia FMIPA-UR
3
Dosen Bidang Analitik Jurusan Kimia FMIPA-UR
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
2

E-mail : mhattairawan@yahoo.com

Abstrak. Ladang minyak Langgak adalah salah satu ladang minyak yang dikelola oleh
Pemerintah Provinsi Riau yang memproduksi minyak mentah. Minyak mentah dari ladang
minyak Langgak termasuk dalam minyak fraksi berat, namun karakterisasi minyak mentah
ini belum sepenuhnya dipelajari secara kimia dan dipublikasi. Sebanyak 0,7 g sampel
minyak mentah dari ladang minyak Langgak dikarakterisasi dengan menggunakan parameter
biomarker pr/ph untuk menentukan lingkungan pengendapan, jenis serta sifat minyak bumi
dan parameter metilpenantren ( MPI ) untuk menentukan tingkat kematangannya. Penelitian
ini menggunakan instrumen GC-FID dan GC-MS untuk menentukan whole oil dan fraksi
aromat yang terkandung dalam minyak mentah Langgak. Minyak mentah yang berasal dari
ladang minyak Langgak memiliki nilai rasio pr/ph 2,43. Hasil ini menunjukkan bahwa
minyak Langgak berasal dari lingkungan pengendapan perairan dan jenis minyak bumi
lakustrin yang bersifat reduksi. Nilai dari metilpenantren ( MPI-1, MPI-2, MPI-3 ) yaitu
0,779 ; 0,89 ; 0,74. Berdasarkan perhitungan menggunakan parameter MPI-1 dan MPI-2
minyak ini tergolong pada minyak yang sudah matang, namun perhitungan parameter MPI-3
minyak Langgak ini telah mendekati angka kematangan minyak bumi.
Kata Kunci : Minyak Mentah, Kematangan, GC-FID, GC-MS

PENDAHULUAN
Minyak
bumi
(bahasa
Inggris:
petroleum, dari bahasa latin petrus karang
dan oleum minyak), dijuluki juga sebagai
emas hitam, adalah cairan kental, coklat
gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar,
yang berada di lapisan atas dari beberapa
area di kerak bumi. Komponen kimia dari
minyak bumi dipisahkan oleh proses
destilasi, yang kemudian setelah diolah lagi
menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal,
dan lain-lain. Minyak bumi terdiri dari
campuran
kompleks
dari
berbagai
hidrokarbon, sebagian besar seri alkana,
tetapi bervariasi dalam penampilan,
komposisi, dan kemurniannya.
Minyak bumi adalah produk akhir dari
suatu rangkaian proses kimia panjang

(jutaan tahun) yang diawali dari proses


terawetkannya material organik berupa
molekul makro (kerogen) menjadi fluida
cair dan gas di dalam bumi. Struktur
molekul minyak bumi sebagian besar masih
mencerminkan struktur molekul material
organik
asal-usulnya
yang
sedikit
mengalami perubahan gugus fungsi seperti
hilangnya ikatan rangkap, terbentuknya
lingkar organik dan lain-lain [1].
Materi sedimen organik dan minyak
mentah mengandung berbagai senyawa
(biomarker) untuk menentukan jenis
senyawa yang terdapat pada organisme
tertentu. Biomarker digunakan dalam
industri perminyakan untuk mengindikasi
kelompok genetik dari minyak bumi.
Provinsi Riau khususnya pada daerah
Sumatera Tengah merupakan salah satu

Semirata 2013 FMIPA Unila |227

M.Hatta dkk: Karakterisasi Dan Penentuan Kematangan Minyak Mentah ( Crude Oil )
Langgak, Riau

daerah yang kaya akan minyak bumi.


Sumur minyak Langgak merupakan salah
satu dari sekian banyak sumur produksi
yang potensial di Sumatra tengah ini.
Namun belum begitu dieksplorasi dan
dieksploitasi dibandingkan dengan sumur
minyak Minas dan minyak Duri. Oleh
karena itu, perlu ditentukan karakterisasi
dan kematangan minyak bumi di Langgak
agar diketahui korelasi minyak bumi,
pendistribusian, serta kualitas minyak bumi
pada sumur Langgak.
Dalam
penelitian
ini
dilakukan
karakterisasi dari minyak bumi Langgak
seperti parameter kematangan biomarker,
parameter molekuler aromatik, diagram
fasa dan rasio gas-minyak (GOR) yang
digunakan untuk menentukan tingkat
kematangan pada sampel minyak bumi dan
yang diambil dari sumur minyak bumi
langgak dengan aplikasi GC dan GC-MS.
Penelitian ini merupakan penelitian
pendahuluan dan apabila ada kasus
tumpahan minyak baik di laut dan sungai
akan mudah di fingerprint atau diketahui
asal usul dari minyak tersebut.
Penelitian ini selain mengkarakterisasi
minyak bumi Langgak juga menentukan
kematangan termal. Penentuan kematangan
termal minyak bumi ini berfungsi untuk
menentukan apakah minyak bumi yang
berasal dari Langgak ini sudah matang atau
belum. Apabila minyak dinyatakan belum
matang maka tidak bisa dilakukan
eksploitasi dan produksi.
Parameter biomarker seperti Penantren
dan Metilpenantren dari fraksi aromat
minyak mentah ( Crude Oil ) telah menarik
banyak perhatian karna dapat memprediksi
kematangan termal dari minyak bumi
tersebut. Penentuan kematangan berfungsi
untuk layak atau tidaknya suatu minyak
bumi di produksi dan di eksploitasi.
METODE PENELITIAN
Sampel yang digunakan merupakan
sampel minyak mentah yang berasal dari
sumur minyak Langgak, Riau. Sebanyak
0,7 g sampel minyak bumi dilelehkan untuk

228|Semirata 2013 FMIPA Unila

mendapatkan Whole oil dan sampel di


fraksinasi sebanyak 2 kali dengan
menggunakan kolom kromatogram dan
silika serta menggunakan n-heksana
sebagai pelarut yang menghasilkan fraksi
saturat dan aromat. Whole oil dari minyak
mentah akan dianalisis menggunakan gas
chromatography (GC) dan fraksi aromat
akan di analisis menggunakan gas
chromatographymass spectrometry (GC
MS). Sampel minyak ini dianalisis dengan
menggunakan gas chromatography (GC)
Agilent Technologies 7890 A Series yang
dilengkapi dengan detektor FID dan
menggunakan kromatografi gas tipe B
Model 7683 yang dilengkapi dengan
detektor MSD dan diaplikasikan dengan
spektroskopi
massa
tipe
Agilent
Technologies C 5975. Fraksi saturat dan
aromat
akan
dipisahkan
dengan
menggunakan instrument HPLC Agilent
Technologies 1200 Series.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil karakterisasi dari penelitian ini
menggunakan
parameter
geokimia
diantaranya CPI, rasio pristana/pitana
( Pr/Ph ) dan rasio isoprenoid/n-alkana
( Pr/n-C17 dan Ph/n-C18 ) dari minyak
bumi Langgak dapat dilihat pada Tabel 1.
Parameter-parameter geokimia pada Tabel
1 ditentukan dengan menggunakan analisis
kromatografi gas ( GC-FID ) dari fraksi
saturat minyak bumi Langgak yang telah
dipisahkan atau difraksinasi dengan
menggunakan kolom kromatografi yang
dielusi dengan menggunakan pelarut nheksan
(100%).
Parameter-parameter
Tabel 1. Informasi analisis geokimia
sampel minyak Langgak
Crude
Analisis Geokimia
Oil
Langgak

CPI

Pr/Ph

Pr/n-C17

1.069

2.43

0.572

Ph/nC18
0.247

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Gambar 1. Kromatogram Whole Oil

tersebut mencakup indeks preferensi karbon


(CPI), rasio pristana/pitana dan rasio
isoprenoid/n-alkana (pr/n-C17 dan ph/n-C18)
yang terdapat pada kromatogram whole oil
pada gambar 1.
KROMATOGRAM WHOLE OIL
Whole oil merupakan crude oil yang
diinjeksi ke kromotografi gas (GC) yang
belum terpisahnya fraksi aromat dan
saturatnya. Untuk penentuan puncak alkana
siklik maupun asiklik, biomarker pristana,
pitana yang dilakukan dengan cara
membandingkan waktu retensi dari data
yang telah tertera pada kromatogram. Maka
diperoleh kromotogram whole oil seperti
pada Gambar 1.
Pada
Gambar
1
menampilkan
kromotogram whole oil yang mengandung
fraksi aromat, saturat dan residu. Fraksi
aromat identik dengan puncak yang rendah
sedangkan fraksi saturat indentik dengan
puncak yang tinggi [2].

minyak bumi dari lingkungan pengendapan


perairan dan jenis minyak bumi lacustrin
yang bersifat reduksi. Nilai pr/ph untuk
sampel Langgak yaitu 2.43. Menurut Didyk
dkk, (1978) nilai rasio pr/ph antara 1,5 3
mengindikasikan tipe minyak bumi dari
lingkungan lakustrin. Jika mengacu
pendapat di atas, maka sumur produksi
sumur Langgak termasuk tipe minyak
lakustrin. Lingkungan pengendapan yang
berasal dari lingkungan lakustrin terbentuk
di bawah kondisi reduksi (lingkungan
pengendapan material organik kurang
oksigen). Hal ini dikarenakan rendahnya
nilai Pr/Ph [3];[1].
INDEKS METILPENANTREN (MPI)
Parameter kematangan dari fraksi aromat
minyak bumi Langgak menggunakan
parameter
geokimia
Metilpenantren.
Parameter ini digunakan karena telah
dikembangkan oleh Radke dan Welte
(1983) yang belum digunakan untuk
menentukan kematangan minyak bumi
Langgak.
Struktur
dari
senyawa
Metilpenantren dan Penantren sebagai
berikut :

phenanthrene

1-methylphenanthrene

2-methylphenanthrene

RASIO PRISTANA/PITANA
Hasil analisis kromatografi gas terhadap
sampel minyak bumi Langgak, diperoleh
data Pr/Ph, Pr/n-C17, Ph/n-C18 untuk
masing-masing sampel teranalisis seperti
pada Tabel 1. Data-data tersebut digunakan
untuk menentukan lingkungan pengendapan
dan batuan sumbernya berdasarkan dari
perbandingan rasio luas puncak dari
masing-masing sampel teranalisis.
Nilai pr/ph minyak bumi dari lapangan
minyak mentah Langgak di cekungan
Sumatera Tengah dicirikan dengan tipe

3-methylphenanthrene

9-methylphenanthrene

Rasio metilpenantren yang digunakan


oleh ahli geokimia minyak bumi untuk
menentukan kematangan termal dinyatakan
dalam rumus :
MPI-1 = 1,5(2- + 3-MP)/(P+1-MP + 9-MP)

Semirata 2013 FMIPA Unila |229

M.Hatta dkk: Karakterisasi Dan Penentuan Kematangan Minyak Mentah ( Crude Oil )
Langgak, Riau

Gambar 2. Kromatogram Massa TIC sampel Minyak Langgak

MPI-2 = 3(2MP)/(P+1-MP+9-MP)
(Radke dan Welte., 1983)
MPI-3 =( 2MP +3MP )/(1MP+9MP)
(Radke 1987; Angelin dkk,1983)
P = penantren; MP = metilphenantren
Gambar 2 menunjukkan Kromatogram
TIC (Total Ion Kromatografi) dari fraksi
aromat yang di analisis menggunakan GCMS. Pada Gambar 2 merupakan
keseluruhan ion yang terdapat pada fraksi
aromat sehingga untuk menentukan
senyawa Penantren dan Metilpenantren
harus menentukan m/z
dari masing masing senyawa. Senyawa Metilpenantren
terdapat pada m/z 192 dan senyawa
Penantren terdapat pada m/z 178.
Nilai dari Metilpenantren sumur minyak
bumi Langgak adalah MPI-1 berkisar
0.779, MPI-2 berkisar 0.89 dan MPI-3
berkisar 0,74. Menurut Radke dan Welte
(1983) nilai dari MPI-2 lebih besar
dibanding dengan nilai dari MPI-1. Terlihat
pada hasil analisis parameter geokimia
diatas pada sumur minyak bumi Langgak
nilai dari MPI-2 lebih tinggi dibandingkan
dengan MPI-1.
Untuk menghitung nilai dari persentase
Rc (%Rc) dari sumur minyak Langgak
dapat
digunakan
persamaan
yang
230|Semirata 2013 FMIPA Unila

menghubungkan
parameter
aromat
biomarker MPI-1 yang dinyatakan dalam
persamaan :
Rc = 0.6 (MPI-1) + 0.37 ( Radke, 1983)
Dari persamaan diatas nilai dari
persentase Rc ( %Rc ) dari sumur minyak
bumi Langgak berkisar 0.867%. Ini dapat di
simpulkan bahwa minyak bumi yang
berasal dari ladang minyak bumi Langgak
telah mencapai kematangan termal. Ini
didasari oleh pendapat Radke (1983) bahwa
nilai persentase Rc berkisar antara 0,6%
hingga 1,3%.
Menurut Radke 1987; Angelin dkk,1983
bahwa nilai MPI-3 yang berkisar antara 0,81.0 menyatakan minyak yang di teliti telah
mencapai kematangan termal. Dalam
penelitian ini, minyak Langgak mempunyai
nilai MPI-3 sebesar 0.74. ini membuktikan
bahwa menurut parameter MPI-3 minyak
Langgak Mendekati angka kematangan
termal.
KESIMPULAN
Nilai dari rasio Pr/Ph berkisar 2.43 yang
menandakan bahwa minyak bumi Langgak
berasal dari lingkungan pengendapan
perairan dan jenis minyak bumi lakustrin
yang bersifat
reduksi.
Nilai
dari
Metilpenantren Indeks sumur Minyak Bumi
Langgak adalah MPI-1 berkisar 0.779 dan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

MPI-2 berkisar 0.89. Persentase Rc ( %Rc )


dari data adalah 0.867% menandakan
bahwa minyak dari sumur minyak bumi
langgak telah mencapai kematangan termal.
Nilai dari MPI-3 sumur minyak Langgak
adalah 0.74, sehingga merurut parameter
MPI-3 minyak Langgak ini mendekati
angka kematangan termal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Emrizal M Tamboesai
M.Si M.H yang telah sabar membimbing
dalam penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr.
Sofia Anita M.Sc yang banyak memberikan
saran dan masukan yang membangun untuk
peneliti selama penelitian ini berlangsung.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada bapak Erfan Yunis, ST dan kakak
Evi Sudharyanti yang telah membimbing
saat proses penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Powell and Kirdy., 1973. The Effect of
source material, rock type and diagenesis
o0n the n-alkane content sediments.
Geochim. Cosmochim, Acta, 37, 623633.
Tamboesai, E.M., 2002. Korelasi Antar

Minyak Bumi Dari Sumur Produksi


Sumatera Tengah. Tesis Program Pasca
Sarjana, Bidang Studi Ilmu Kimia,
Universitas Indonesia, Depok
Didyk B.M., Simoneit B.R.T., Brassel S.C
and Englinton G., 1978. Organic
Geochemical
Indicator
of
Paleoenviromental
conditions
of
sedimentation Nature. 272.216-221.
Radke, M.and Welte, D.H., 1983. The
methylphenanthrene index (MPI): a
maturity parameters based on aromatic
hydrocarbons. In: Bjoroy, M. (Ed.),
Advances in Organic Geochemistry
1981. Wiley, Chichester, pp. 504512
Radke, M., 1987. Organic geochemistry of
aromatic hydro-carbons. In: Brooks, J.,
Welte, D. (Eds.), Advances in 730 K.
Stojanovic et al. /Organic Geochemistry
32
(2001)
721731
Petroleum
Geochemistry, Vol. 2. Academic Press,
London, pp. 141205.
Angelin, M.L., Collignan, A., Bellocq, J.,
Oudin,
J.L.,
Ewald,M.,
1983.
Investigation of polycyclic aromatic
hydrocarbonsin source rock bitumens
and petroleums by high pressureliquid
chromatography. Comptes Rendues de
l cademie desSciences Paris, Series II
296,705708.

Semirata 2013 FMIPA Unila |231

Anda mungkin juga menyukai