Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang
Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda

daerah perbukitan didaerah tropis seperti di negara kita. Kerusakan yang ditimbulkan
tidak hanya berdampak langsung seperti rusaknya fasilitas umum, lahan pertanian
ataupun korban jiwa, akan tetapi dapat menimbulkan dampak tidak langsung seperti
menghambat kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi pada daerah bencana dan
sekitarnya. Hal ini cenderung semakin meningkat berkaitan dengan meningkatnya
aktivitas manusia salah satunya laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi,
sehingga

kebutuhan

akan

lahan

semakin

meningkat

pula,

menyebabkan

keseimbangan lingkungan hidup terganggu karena adanya tekanan yang besar


terhadap kebutuhan lahan yang menimbulkan tidak sedikit penggunaan lahan tidak
sesuai fungsinya. Ditambah banyaknya pula penebangan atau perumahan yang
seharusnya tidak berda di dekat bukit atau lereng karena lokasi seperti itu sangat
beresiko terjadi longsor. Selama ini belum adanya kesadaran masyarakat untuk lebih
memilih lokasi tempat tinggal yang aman dan itulah tugas pemerintah sebagai
pemangku kepentingan untuk di luruskan .
Pemanfaatan lahan yang berlebihan seperti pembukaan lahan baru dan
pemotongan lereng untuk pembuatan jalan dan permukiman serta pemanfaatan lahan
yang tidak memperhatikan kaidah konservasi telah menyebabkan beban pada lereng
semakin berat. longsor umumnya disebabkan faktor alam antara lain kondisi geologi,
curah hujan dan topografi selain itu, getaran atau gempa bumi dapat mempengaruhi
stabilitas lereng yang dapat mengakibatkan terjadinya longsor. Jenis tanah yang
lembek juga menambah dampak atau factor terjadinya longsor.
1

Sebagian besar longsor terjadi secara tiba - tiba dan sulit diprediksi atau di
antisipasi sehingga menjadikan bencana longsor selalu memakan korban jiwa dari
masyarakat yang tinggal di daerah terdampak longsor. Apabila hal ini terus terjadi
tanpa adanya usaha antisipasi bencana longsor maka ini akan menjadi seperti bencana
musiman yang akan terus berulang dari masa kemasa sehingga masyarakat
menganggap bencana ini sebuah fenomena yang sudah biasa terlebih pada musim
hujan dan khususnya terhadap masyarakat yang tinggal di daerah yang dekat dengan
lereng atau perbukitan yang curam.
Beberapa cara berusaha di terapkan untuk mengurangai dampak bencana
longsor seperti, peringatan dini bahaya longsor hingga melakukan simulasi tanggap
darurat dalam menghadapi bahaya longsor namun semua kegiatan tersebut masih
belum menjadi kesatuan yang kompleks sehingga lebih efisien dalam menghadapi
bencana longsor. Karena longsor adalah bencana musiman atau bencana yang sering
terjadi pada musim hujan maka cara menghadapinya adalaha Apabila peringatan dini
digabungkan dengan kegiatan mitigasi bencana lain serta menyediakan fasilitas
penujang seperti jalur evakuasi dan lokasi evakuasi maka korban bencana tanah
longsor dapat di tekan seminimal mungkin atau bahkan tidak aka nada korban yang
muncul dari bencana tanah longsor. Disini kami berusaha untuk membuat semua itu
menjadi satu kesatuan mulai dari penentuan lokasi rawan longsor, lokasi tempat
evakuasi, jalur evakuasi dan peringatan dini melalui email.

I.2.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas dapat kita rumuskan berbagai

masalah yang aka dibahas secara jelas antara lain :


1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana membuat jalur rencana simulasi pergerakan titik longsor ?


Bagaimana membuat titik longsor bergerak sesuai jalur rencana pergerakan ?
Bagaimana memonitor titik longsor yang bergerak secara real time ?
Bagaimana menentukan interval waktu pergerakan antar titik longsor ?
Bagaimana memvisualisasikan titik longsor yang bergerak secara real time ?

I.3.

Maksud

Maksud utama dari kegiatan kerja praktik ini adalah :


1. Membuat simulasi pergerakan titik longsor secara real time.
2. Memonitor pergerakan longsor yang terjadi untuk di peringatkan kepada
masyarakat sebagai bentuk dari antisipasi dampak bencana tanah longsor agar
dapat meminimalkan korban jiwa.

I.4.

Tujuan

Tujuan utana dari kegiatan kerja praktik ini adalah :


1. Membuat rencana pergerakan titik - titik longsor dengan memasukkan
koordinat, waktu dan tanggal sebagai input data setiap titik - titik longsor.
2. Membuat titik longsor bergerak menggunakkan geoevent extension dan
geoevent simulator.
3. Memonitor pergerakan titik longsor menggunakkan geoevent extension.
4. Menentukan interval waktu pergerakan antar titik longsor menggunakkan
Operation Dashboard.
5. Memvisualisasikan Pergerakan titik longsor mengunakkan Operation
Dashboard.

I.5.

Batasan Masalah
Batasan masalah pada kegiatan kerja praktik ini meliputi :
1. Masalah yang dibahas hanya sebatas membuat streaming titik longsor.
2. Software yang digunakkan untuk membuat streaming titik longsor
menggunakkan GeoEvent.
3. Hasil akhir kegiatan adalah visualisasi pada Operation Dashboard.

BAB II
DASAR TEORI
II.1. Longsor dan Jenisnya
3

Tanah Longsor adalah suatu peristiwa geologi yaitu terjadinya pergerakan


tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan tanah dalam jumlah yang besar
(Nandy, 2007). Pada prinsipnya, tanah longsor terjadi bila gaya dorong pada lereng
lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan
kepadatan tanah, sedangkan gaya pendorong di pengaruhi oleh besarnya sudut lereng,
air, beban serta berat jenis tanah. Longsor juga memiliki banyak jeinis da kriteria
sehingga dalam kejadia longgsor dapat membentuk longsoran yang berbeda
dikarenakan adanya beberapa faktor dan bahaya yang terjadi atau dampaknyapun
berbeda - beda. Lalu bagaiman agar kita bias membedakan bencana longsor maka
berikut akan di jelankan jenis jenis longsor dan bahanya.
Ada 6 jenis tanah longsor yaitu, longsor trasnslasi, longsor rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batuan, rayapan tanah dan aliran bahan rombakan. Jenis longsor
translasi dan rotasi adalah jenis longsor yang banyak terjadi di Indonesia, sedangkan
sedangkan longsor yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran
bahan rombakan. Berikut adalah penjelasan jenis jenis tanah longsor.
1. Longsor Translasi
Longsor Translasi adalah bergeraknya tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk merata atau menggelombang landai. Longsor ini di akibatkan curah
hujan yang tinggi dan tekstur tanah yang halus sehingga gampang terkikis
oleh air hujan. Longsor Translasi juga termasuk jenis longsor yang sering
terjadi di negara Indonesia di sebabkan Karen bentuk kontur yang banyak
bukit dan lereng yang terjal ditambah Musim hujan yang sangat sering terjadi
di Indonesia menjadikan longsor ini sangat sering terjadi.

Gambar 2.1. Longsor Translasi (Sumber : Nandy, 2007)


2. Longsor Rotasi
Longsor Rotasi adalah bergeraknya masa tanah pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

Gamabar 2.2. Longsor Rotasi (Sumber : Nandy, 2007)


3. Pergerakkan Blok
Pergerakkan Blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir rata.

Gambar 2.3. Pergerakkan Blok (Sumber: Nandy, 2007)


4. Runtuhan Bantuan
Runtuhan Bantuan terjadi karena sejumlah batuan atau material dengan
jumlah yang besar bergerak ke bawah dengan cara terjun bebas. Umumnya
terjadi ada lereng yang terjal dan menggantung terutama di daerah pantai.

Gambar 2.4. Runtuhan Batuan (Sumber: Nandy, 2007)


5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanah
berupa butiran kasar dan halus.

Gambar 2.5. Rayapan Tanah (Sumber: Nandy, 2007)


6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika masa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada keiringan lereng, volume dan tekanan air.

Gambar 2.4. Aliran Bahan Rombakan (Sumber: Nandy, 2007)

II.2. Sistem Informasi Geografis


Definisi SIG kemungkinan besar masih berkembang, bertambah, dan
sedikit bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar
di berbagai sumber pustaka. Berikut adalaha beberapa definisi SIG yang telah
beredar
1. Marbel et al (1983), SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
2. Burrough (1986), SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan
untuk

memasukan,

menyimpan,

mengelola,

menganalisis

dan
7

mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk


berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
3. Berry (1988), SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta
otomatisasi data keruangan.
4. Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer

yang

memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu


pemasukan data, manajemen

data

(penyimpanan

dan pemanggilan

kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
5. Gistut (1994), SIG adalah sistem
yang dapat

mendukung

pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsideskripsi lokasi dengan


ditemukan
metodologi

di

karakteristik-karakteristik

lokasi tersebut.

dan

teknologi

SIG

yang

yang diperlukan

fenomena
lengkap

yang

mencakup

yaitu data spasial,

perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi.


6. Chrisman (1997), SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat
keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga
yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis,
dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di
permukaan bumi.
II.2.1

Subsistem SIG
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut :
1. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan
menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber.

Sub-

sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau


mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang
dapat digunakan oeh perangkat SIG yang bersangkutan.
2. Data Output
8

Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan


keluaran (termasuk mengekspornya
seluruh

atau

sebagian

basis

ke format yang dikehendaki)


data (spasial) baik dalam bentuk

softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan
lain sebagainya.
3. Data Management
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabeltabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa
hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan diedit.
4. Data Manipulation & Analysis
Sub-sistem
dihasilkan

oleh

ini menentukan

informasi-informasi

yang

dapat

SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan

manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi- fungsi dan operator


matematis

& logika) dan pemodelan

data untuk menghasilkan

informasi yang diharapkan.

Gambar 2.5. Tampilan Subsistem SIG (Sumber: Prahasta, 2009)


II.2.2

Sejarah SIG
Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972

dengan

nama Data Banks for Development. Munculnya istilah Sistem

Informasi Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General


9

Assembly dari International Geographical Union di Ottawa Kanada pada


tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut
CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada). CGIS digunakan untuk menyimpan,
menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi
Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) yang merupakan sebuah
inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada
dengan memetakan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata,
alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000.
Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa
benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia, dan
Benua

Asia. Seperti di

Negara- negara

yang

lain, di Indonesia

pengembangan SIG dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer.


Perkembangan SIG menjadi pesat semenjak di ditunjang oleh sumberdaya
yang bergerak di lingkungan akademis (kampus).
Dalam sejarahnya penggunaan SIG modern (berbasis computer, digital)
dimulai sejak tahun 1960-an. Pada saat itu untuk menjalankan perangkat
SIG

diperlukan

computer mainframe

khusus

perkembangan computer PC, kecanggihan CPU, dan

dan mahal.
semakin

Dengan
murahnya

memori, sekarang SIG tersedia bagi siapapun dengan harga murah.

Gambar 2.6. Sejarah SIG (Sumber: Prahasta, 2009)


10

II.2.3

Komponen SIG

Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat
beroperasi dengan komponen- komponen sebagai berikut :
1. Orang yang menjalankan sistem meliputi orang
yang

mengoperasikan,

mengembangkan

bahkan

memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang


yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya
operator, analis, programmer, database administrator
bahkan stakeholder.
2. Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk
mengolah

data

menjadi

informasi.

Misalnya

penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri,


query, overlay, buffer, jointable, dsb.
3. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data
grafis dan data atribut.
A. Data posisi / koordinat / grafis / ruang / spasial, merupakan data
yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi /
keruangan yang memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta,
foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi
data-data tersebut.
B. Data atribut / non-spasial, data yang merepresentasikan aspek aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya
data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya.

4. Software adalah perangkat lunak SIG berupa program


aplikasi yang memiliki kemampuan pengelolaan,
penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan
data spasial (contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO,
ILWIS, MapInfo, dll)
11

5. Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk


menjalankan sistem berupa perangkat komputer,
printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat
pendukung lainnya.

Gambar 2.7. Komponen SIG (Sumber: Prahasta, 2009)


II.2.4 Tugas Utama SIG
Berdasarkan desain awalnya tugas utama SIG adalah untuk melakukan
analisis data spasial. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG
bukanlah penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan oleh
berbagai macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan lama
hanyalah digunakannya data digital. adapun tugas utama dalam SIG adalah
sebagai berikut:
1. Input Data, sebelum data geografis digunakan dalam SIG, data
tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Proses
konversi data dari peta kertas atau foto ke dalam bentuk digital disebut
dengan digitizing. SIG modern bisa melakukan proses ini secara
otomatis menggunakan teknologi scanning.
2. Pembuatan peta, proses pembuatan peta dalam
SIG lebih fleksibel dibandingkan dengan cara
12

manual atau pendekatan kartografi

otomatis.

Prosesnya diawali dengan pembuatan database.


Peta kertas dapat didigitalkan dan informasi digital
tersebut dapat diterjemahkan ke dalam SIG. Peta
yang dihasilkan dapat dibuat dengan berbagai
skala dan dapat menunjukkan informasi yang

3.

dipilih sesuai dengan karakteristik tertentu.


Manipulasi data, data dalam SIG

akan

membutuhkan transformasi atau manipulasi untuk


membuat data-data tersebut kompatibel dengan
sistem. Teknologi SIG menyediakan berbagai
macam alat bantu untuk memanipulasi data yang
ada dan menghilangkan data-data yang tidak
dibutuhkan.
4. Manajemen file, ketika volume data yang ada
semakin besar dan jumlah data user semakin
banyak, maka hal terbaik yang harus dilakukan
adalah

menggunakan

database

management

system (DBMS) untuk membantu menyimpan,


mengatur, dan mengelola data

5. Analisis

query, SIG menyediakan kapabilitas

untuk menampilkan query dan alat bantu untuk


menganalisis informasi yang ada. Teknologi SIG
digunakan

untuk menganalisis data geografis

untuk melihat pola dan tren.


6. Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam
tipe
operasi
geografis,
hasil
akhirnya
divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf. Peta
sangat
efisien
untuk
menyimpan
dan
mengkomunikasikan informasi geografis. Namun
saat ini SIG juga sudah mengintegrasikan
13

tampilan peta dengan menambahkan laporan,


tampilan tiga dimensi, dan multimedia.
II.2.5

Bidang Aplikasi SIG


Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah

dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut
suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri
dari data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan
data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para
penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan
berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data
spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga
data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam
bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan
meringankan biaya yang diperlukan.
Beberapa alasan penggunaan SIG, antara lain :
1. SIG sangat efektif dalam membantu proses - proses pembentukan,
pengembangan atau perbaikan peta mental yang telah dimiliki oleh setiap
orang yang selalu berdampingan dengan lingkungan dunia nyata.
2. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang effektif, menarik,
dan menantang dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman,
pengertian, dan pendidikan mengenai ide atau konsep lokasi, ruang
(spasial),

kependudukan

dan unsur-unsur

geografis

yang terdapat

dipermukaan bumi berikut data atribut terkait yang menyertainya.


3. SIG dapat memberikan gambaran yang lengkap dan komprehensif terhadap
suatu masalah nyata yang terkait spasial permukaan bumi. Semua entitas
yang dilibatkan dapat divisualkan untuk memberikan informasi baik yang
tersirat (implisit) maupun yang tersurat (eksplisit).

14

4.

SIG menggunakan baik data spasial maupun atribut secara terintegrasi


hingga sistemnya dapat menjawab baik pertanyaan spasial maupun nonspasial, memiliki kemampuan analisis spasial dan non-spasial.

5. SIG

memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualkan data

spasial berikut atribut - atributnya. Modifikasi warna, bentuk dan ukuran


simbol yang diperlukan untuk merepresentasikan unsur-unsur permukaan
bumi dapat dilakukan dengan mudah.
6. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur - unsur yang terdapat
di permukaan bumi ke dalam bentuk layer, tematik atau coverage data
spasial. Dengan layer ini permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali
atau dimodelkan ke dalam bentuk nyata (real world tiga dimensi) dengan
menggunakan data ketinggian berikut layer tematik yang diperlukan.

7. SIG

dapat menurunkan informasi secara otomatis tanpa keharusan untuk

selalu melakukan interpretasi secara manual. Dengan demikian, SIG dengan


mudah dapat menghasilkan data spasial tematik yang merupakan (hasil)
turuan dari data spasial yang lain (primer) dengan hanya memanipulasi
atribut - atributnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi GIS di berbagai bidang :
A. Pengelolaan Fasilitas: Peta skala besar, network analysis, biasanya
digunakan untuk pengolaan fasilitas kota. Contoh aplikasinya adalah
penempatan pipa dan kabel bawah tanah, perencanaan fasilitas
perawatan, pelayanan jaringan telekomunikasi.
B. Sumber Daya Alam: studi kelayakan untuk tanaman pertanian,
pengelolaan hutan, perencanaan tataguna lahan, analisis daerah bencana
alam dan analisis dampak lingkungan.
C. Lingkungan: pencemaran sungai, danau, laut, evaluasi pengendapan
lumpur disekitar sungai, danau atau laut, pemodelan pencemaran udara,
dll.
D. Perencanaan: pemukiman transmigrasi, tata ruang wilayah, tata kota,
relokasi industri, pasar, pemukiman, dll.
15

E. Ekonomi dan bisnis: penentuan lokasi bisnis

yang prospektif untuk

bank, pasar swalayan, mesin ATM, show room, dll.


F. Kependudukan : penyediaan informasi kependudukan, pemilihan
umum, dll
G. Transportasi: inventarisasi jaringan (seperti jalur angkutan umum),
analisis

rawan

kemacetan

dan

kecelakaan,

manajemen

transit

perencanaan rute, dll.

16

II.3. ArcGIS GeoeEvent Extension


ArcGIS GeoEvent Extension for Server adalah perluasan untuk ArcGIS
Server. Ini memperluas kemampuan ArcGIS Server, memungkinkan real-time
berbasis event data stream untuk diintegrasikan sebagai sumber data dalam GIS. Data
acara dapat disaring, diproses, dan dikirim ke beberapa tujuan, yang memungkinkan
untuk terhubung dengan hampir semua jenis data streaming dan personil otomatis
peringatan ketika kondisi tertentu terjadi, semua secara real-time.Arcgis Geoevent
extension adalah sebuah platform dari ESRI yang berbasis server. GeoEvent yang
terdiri dari 3 menu utama yaitu Services, Site, dan Logs. Menu services berisi
Monitor, Inputs, GeoEvent Services, dan Outputs. Menu Site berisi GeoEvent
Definitions, Tags, Geofences, Connectors, Configuration Stores, Data Stores, dan
Spatiotemporal Big Data Store.
Kelebihan GeoEvent Extension :
1. Mengirim event data secara Streaming ke software yang berbeda melalui
WebSocket.
2. Event data langsung di kirim dalam format Feature Services yang berada pada
ArcGIS Online, Portal for Arcgis atau ArcGIS for Server sehingga peta selalu
memberikan informasi kejadian yang terbaru di dunia nyata.
3. Memvisualisasikan Feature services status menggunakkan ArcGIS Viewer (for
example : Operation Dashboard for ArcGIS).
4. Penyajian data GeoEvent menggunakkan data Spatial atau attribute condition
untuk focus kepada Event Data yang paling menarik.
5. GeoFance areas merupak salah satu capability yang digunakkan untuk
mendeteksi data spasial dalam bentuk luasan. GeoFance hanya dapat
digunakkan ketik terhubung dengan real-time data stream.
6. Event data disimpan dalam bentuk Feature services atau table.
7. Menambahkan data baru melalui tambhan Feature services atau system file.
Pada

bagian

input

di

gunakkan

untuk

menghubungkan

beberapa

extension/format yang di jadikan sebagai penghubung data yang akan di input.


Sedangkan pada output sama halnya dengan input, untuk Geoevent services berbeda
17

dengan input dan output. Selain sebagai penghubung antara input dan output,
geoevent services digunakkan sebagai processing data input sehingga dapat di proses
dan menghasilkan data output sesuai output connector yang telah ditentukan.
Selain input, output dan geoevent services ada juga geoevent definition yang
berfungsi sebagai pemberi definisi data yang akan di inputkan dan juga data bentuk
output. Untuk extension data yang berupa feature services juga perlu di importkan
kedalam geoevent definition agar hasil output connector dapat terhubung dengan
hasil feature services yang di inginkan. Monitor berfungsi untuk menampilkan count/
jumlah dari banyaknya point dalam file input TCP yang dihubungkan dengan
Processor dan Output connector, dimana apabila terjadi kesalahan processing maka
count pada salah satu pada fitur tersebut atau semua fitur tidak akan muncul atau
tetap bernilai 0.

Gambar 2.8. Geoevent Extention (Sumber: www.esri.com)


Gambar di atas adalah hasil monitor pada geoevent yang telah terhubung
dengan baik sehingga count pada input, output dan geoevent services dapat muncul

18

dan ini adalah bukti bahwa geoevent yang terhubung dapat berjalan dengan baik dan
lancer sehingga tahap selanjutnya dapat di visualisasikan pada Operation Dashboard.

II.4 Geoevent Simulator


Geoevent Simulator adalah software yang di keluarkan oleh ESRI dan
merupakan bagian atau satu kesatuan dari Geoevent extension. Fungsinya adalah
untuk menjalankan services pada Geoevent extension agar dapat berjalan. Namun
pada Geoevent Simulator ada beberapa hal yang atau unsur yang harus di perhatikan.
Karena Geoevent Simulator Berorientasi Server sama halnya dengan Geoevent
Extention maka untuk menghubungkan antara Geoevent Simulator dan Geoevent
Extension di perlukan lokasi server yang sama. Selanjutnya apabila telah
dihubungkan semisal menggunakkan server localhost yang berarti geoevent extension
dan geoevent simulator berada pada local mesin maka port yang di masukkan dalam
input connector pada geoevent extension dan geoevent simulator haru sama. Agar
Geoevent Simulator dapat di gunakkan untuk menjalankan services pada Geoevent
Extention di perlukan input. Input ini terdiri dari Koordinat titik longsor, tanggal dan
waktu.

Gambar 2.9. Geoevent Simulator (Sumber: www.esri.com)

19

Keika software Geoevent Simulator Dijalankan maka secara otomatis count


pada Monitor geoevent Extension juga akan berjalan. Pada Geoevent Simulator kita
dapat menjakan input dengan metode looping yang berarti ketika data yang berada di
input selesai di jalankan maka secara otomatis akan menjalankan ulang dari awal
secara terus menerus. Untuk Interval Pengiriman data juga dapat di setting sehingga
pengiriman data dapat dilakukan dengan waktu yang sangat cepat atau waktu yang
lambat tentu ini dapat di sesuaikan dengan kebutuhan yang di perlukan.

II.5 Operation Dashboard


Operation Dashboard for Arcgis adalah platform dari ESRI yang berfungsi
sebagai viewer dari GeoEvent Extension. Berikut adalah kelebihan dari Operation
Dashboard:
1. Operation Dashboard for ArcGIS adalah software untuk Viewer program.
2. Operation Dashboard for ArcGIS dapat di hubungkan dengan peta, table dan
grafik secara real-time.
3. Dapat di gunakkan sebagai interactive map dengan sumber data yang dynamic
yang dapat otomatis diperbarui sebagai dasar perubahan informasi.
4. Operation Dashboard for ArcGIS dapat digunakkan untuk menampilkan peta
secara bersamaan pada Operation yang berbeda atau multidisplay Operation.
5. Operation Dashboard for ArcGIS dapat ditambah widget baru atau map tools
dan feature action menggunakkan ArcGIS API for JavaScript.
Ketika Menggunakkan Operation Dashboard, Operation View digunakkan sebagi
tempat menampilkan Lokasi penyimpanan pekerjaan yang akan dimulai pada
Operation View dapat berisi Maps dan tampilan informasi yang dapat digunakkan
sebagai penyedia informasi sehingga dapat di awasi, dilacak dan dinialai. Operation
View apat ddihungkan dengan account arcgis lainnya, selain itu juga dapat di bagikan
atau di publikasikan secara umum.

20

Gambar 2.10. Operation View (Sumber: www.Arcgis.com)


Keterangan Tampilan utama pada Operation View :
1. File menu Akses terhadap detail Open operation view dan akun Operation
View.
2. Tool Akses Stop dan Start editing pada operaion view.
3. View menu Akses terhadap tampilan option meliputi, ukuran teks, warna
4.
5.
6.
7.

tema dan whether optimized.


Widget Untuk Menambah pilihan Data source.
Title Nama dari Operation View.
Help icon Menampilkan Website help Operation View.
Information Display - Menampilkan informasi yang dapat dimasukkan dan
memungkin ditata dalam tampilan operasi. Menampilkan (widget) membawa
informasi dari peta, menyediakan akses cepat ke informasi yang dibutuhkan.
Misalnya, jika ingin melihat informasi tentang insiden terbaru, dibutuhkan
beberapa pencarian di peta sejak fitur yang terorganisir secara geografis.
Menggunakan daftar diurutkan berdasarkan tanggal untuk segera menemukan
insiden terbaru. Untuk melihat fitur yang sama pada peta, tekan dan tahan atau
klik kanan item dalam daftar untuk membuka menu konteks yang dapat
21

mencakup tindakan seperti Sorot dan Zoom untuk. Menampilkan menu dalam
contoh meliputi: (a) ringkasan, (b) daftar, dan (c) bar chart. Untuk daftar
lengkap dari tampilan yang ada dan bagaimana dapat Berinteraksi dengan
widget.
8. Map Menampilkan Data geografis, dapat menampilkan beberapa peta dalam
satu tampilan.

II.6 Spasial Data pada Operation Dashboard.


Tampilan data yang sebagian besar berupa data geografis dalam bentuk Peta
ditampikan dalam Operation Dashboard disertai dengan tampilan Capabilities
tambahan seperti muncul pada gambar berikut ini :

Gambar 2.11. Operation DashBoard (Sumber: www.Arcgis.com)


Keterangan :
1. Map tittle (Judul Peta)
2. Pop map out icon Memisahkan peta dari jendela aplikasi utama, yang
memungkinkan untuk menempatkan map tittle di mana saja pada layar atau
layar sekunder.
3. Map toolbar Map toolbar terdiri dari submenu yang tersedia pada peta.

22

a) Find Places Mencari nama lokasi pada peta. Navigasi pada peta akan
mengarahkan pada hasil yang terbaik Dengan membuat catatan berupa
kumpulan hasil yang ditemukan.
b) Basemap Merubah referensi tampilan dasar peta yang digunakkan
sebagai tampilan belakang peta
c) Bookmarks Menampilkan keterangan dari pembuat peta.
d) Driving Direction Untuk menunjukkan arah dari dua lokasi yang
berbeda sehingga di dapat jalur yang dapat di lewati.
e) Layer Filter Merubah layer yang telah ditetapkan untuk ditampilkan
di Operation View.Layer tersebut ditampilkan dalam peta sesuai
tampilan layer yang telah ditetapkan.
f) Link Maps Extent Menampilkaan Peta pada Operation view dengan
bentuk dan luasan yang sama.
g) Map Content Menampilkan data yang ditampilkan pada peta.Map
Content dapat di on atau off kan.
h) Measure Mengetahui jarak, luasan di peta atau koordinat lokasi pada
peta. Jika mengukur Jarak dapat dilakukan dengan membentuk garis
pada peta, Jika mengukur luasan gambar Polygon pada peta dan jika
mencari koordinat titik maka pilih lokasi yang ingin di cari
koordinatnya dan buatlah titik di atasnya.
i) Select Feature Untuk memilih Feature yang ingin di tampilkan pada
peta. Feature yang ditampilkan adalah Feature yang dipilih dan di
perbarui sesuai Feature.
j) Clear Feature Selection Menghilangkan Feature yang di pilih
menggunakkan Select Feature.
4. Map Display Pan dan Zoom untuk merubah tampilan area yangingin di lihat
secara detail. Zoom digunakan untuk memperjelas tampilan gambar menjadi
lebuh dekat atau lebih jauh. Sedangkan

23

Gambar 2.12. Map Display (Sumber: www.Arcgis.com)


5. Feature Feture berikut berada pada tampilan peta yang berasal dari data
peta yang di tampilkan.Setiap Feature dapat menyimpan informasi termasuk
peringatan.

Gambar 2.13. Feature Peta (Sumber: www.Arcgis.com)


6. Zoom to Initial Extent Zoom peta sesuai cakupan standart tampilan pada
peta.
7. Zoom Silder Tarik Silder atau gunakkan tombol Positif atau negative untuk
memperbesar atau memeperkecil tampilan peta.

II.7

Home Screen pada Operation Dashboard


Home Screen adalah tampilan awal Operation Dashboard ubtuk memulai

membuat Operation View. Operation View dapat digunakkan dengan mudah. Dalam
Home Screen terdapat banyak menu maka berikut iniakan di jelaskan penggunaan
Home Screen agar mudah di ketahui dan di gunakkan :

24

Gambar 2.13. Feature Peta (Sumber: www.Arcgis.com)


Keterangan :
1. Recent Daftar Operation View yang sedang digunakkan di dalam
Operation Dashboard.
2. Open an Operation View Membuat Operation View baru dari content
lain yang di ingnkan. Atau content yang sedang di gunakkan.
3. Sort by Membuat kriteria untuk menyaring tampilan Operation View.
Penyaringan dapat menggunakkan Tanggal atau kapan mereka terakhir
di lakukan perubahan.
4. Search box diigunakkan untuk mencari tampilan operation view
menggunakkan kata kunci yang dimasukkan kedalam search box.
5. Help Menampilkkan Web bantuan dari Operation Dashboard.
6. Account Menampilkkan informasi akun yang berada di dalam
Operation Dashboard dan memandu pemilik akun apabila ingin keluar
dari Operation Dashboard.
7. Operation View Tile Menampilkan informasi tentang Operation
View termasuk nama, tanggal di modifikasi dan tampilan nama Map di
dalam Operation View.
8. Available Operation View Menampilkkan semua Operation View
yang dapat di akses secara keseluruhan dan sedang atau pernah di
gunakkan di dalam Operation Dashboar yang sama.

25

Anda mungkin juga menyukai