Anda di halaman 1dari 2

BAB III

ANALISA KASUS
Keluhan utama pasien pada saat datang adalah kesulitan menelan dan pusing berputar
yang terjadi secara perlahan sejak 5 hari yang lalu. Keluhan ini diawali dengan kesulitan
memutup mata kanan dan mulut yang mengot kekiri yang terjadi secara tiba-tiba sejak 5
hari yang lalu yang disertai penurunan pendengaran pada telinga kanan secara tiba-tiba,
disertai rasa nyeri pada telinga kanan dirasakan pada bagian dalam telinga hingga ke daun
telinga kanan, intensitas ringan sampai sedang, nyeri rasa berdenyut. Penderita juga
mengalami rasa kebas atau tebal pada wajah sisi kanan tanpa disertai rasa nyeri. Penderita
juga mengalami pusing rasa berputar, diperberat dengan perubahan posisi kepala, lama
serangan dikatakan bisa seharian. Demam ada sejak 5 hari sebelumnya, tidak terlalu tinggi.
Penderita juga mengatakan ada koreng disertai keluar cairan pada liang telinga kanan sejak
saat gejala nyeri telinga dirasakan. Penderita juga mengeluhkan timbul ruam kemerahan
disertai lepuh berisi cairan bening sejak secara tiba-tiba, disertai rasa nyeri pada telinga kanan
dirasakan pada bagian dalam telinga hingga ke daun telinga kanan, intensitas ringan sampai
sedang, nyeri rasa berdenyut. Penderita juga mengalami rasa kebas atau tebal pada wajah sisi
kanan tanpa disertai rasa nyeri. Penderita juga mengalami pusing rasa berputar, diperberat
dengan perubahan posisi kepala, lama serangan dikatakan bisa seharian. Demam ada sejak 5
hari sebelumnya, tidak terlalu tinggi. Penderita juga mengatakan ada koreng disertai keluar
cairan pada liang telinga kanan sejak saat gejala nyeri telinga dirasakan. 7 hari sebelumnya
pada leher dan telinga kanan. Kondisi ini mengarah ke suatu adanya lesi saraf perifer nervi
kranialis yang diakibatkan oleh suatu infeksi virus.
Pada pemeriksaan fisik tampak ruam vesikel berdasar eritema disertai pus pada daun
telinga kanan bagian dalam, liang telinga kanan. Serta tampak bekas lesi pada leher sebelah
kanan. Pada pemeriksaan klinis neurologis dijumpai kelainan pada nervus trigeminus yaitu
Hipestesi pada sesisi wajah kanan dan pada pemeriksaan nervus fasialis didapatkan kelainan
berupa plika Nasolabialis kanan datar, lagophthalmus kelopak mata kanan, kerutan dahi
asimetris, tertinggal pada sisi kanan, lacrimasi OD menurun (mata kanan kering), serta
hipestesia pada 2/3 anterior lidah. Pada pemeriksaan nervus vestibulocochlearis didapatkan
penurunan pendengaran pada telinga kanan. Pada nervus IX,X didapatkan disfagia, disfonia,
uvula: tertarik kekiri, arcus pharing : kanan sedikit mendatar, refleks muntah menurun,
refleks batuk menurun. Pada pemeriksaan keseimbangan didapatkan test romberg (+) yaitu

jatuh ke kanan saat menutup mata. Pada pemeriksaan fungsi motorik tidak didapatkan suatu
kelainan anggota gerak.
Karena berbagai hal diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan diagnosis berupa
vertigo vestibuler tipe perifer + hemifasial hipestesi dekstra (Parese N V dekstra perifer) +
Parese N VII dekstra tipe perifer dengan hipolacrimasi OD + Parese N VIII dekstra + Parese
N IX dan N X Dekstra + Otalgia dekstra (sindroma ramsay hunt) yang disebabkan oleh suatu
infeksi virus. Dalam hal ini besar kecurigaannya disebabkan oleh herpes zooster virus.
Pada pemeriksaan dengan skala House-brackman didapatkan skala V yang mana
merupakan derajat keparahan berat yang akan mempengaruhi keluaran prognosis pada
penderita ini. Pada tatalaksana awal pada pasien diberikan Asam mefenamat 3x500 mg
sebagai analgetik. Prednison 4x15 mg diberikan sebagai anti inflamasi, Asiklovir 5x800 mg
juga diberikan sebagai terapi kausatif pada infeksi herpes zooster. Pada penderita juga
diberikan betahistin mesylate 3x6 mg sebagai terapi pusing berputar nya. Ranitidin diberikan
2x50 mg untuk mecegah terjadinya dispepsia akibat penggunaan steroid dosis tinggi serta
pemberian vit neurotropik.
Pada penderita ini juga dikonsulkan ke bagian THT serta direncanakan pemeriksaan
ENMG. Pada pemeriksaan sejawat THT didapatkan otitis eksterna dengan Membran
thympani intak AD dengan susp. tuli sensorineural AD sehingga penderita disarankan untuk
dilakukan tindakan audiometri. Penderita ini juga kami konsulkan ke bagian fisioterapi untuk
mendapatkan terapi rehabilitatif medik yang mana sangat menbantu perbaikan dari parese
nervi kranialesnya. Sehingga pada minggu ke 3 pengobatan didapatkan perbaikan klinis pada
penderita serta skala House-bragmann III.

Anda mungkin juga menyukai