Anda di halaman 1dari 29

Lampiran 1 SK DIR No.

800/5676-RSU/2013
TENTANG PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH

HAK DAN KEWAJIBAN STAF MEDIS BEDAH DAN ANESTESI


1. Hak Staf Medis Bedah
Mempunyai hak otonomi dalam menjalankan profesi kedokterannya.
Hak untuk menolak melakukan perawatan/tindakan terhadap pasien, kecuali pasien dalam
keadaan emergency.

Berhak mendapatkan fasilitas medis sesuai dengan standar Rumah Sakit

Berhak mendapatkan imbalan sesuai kebijakan Rumah Sakit.

Sesuai UU Kesehatan No. 23 th. 1992 pasal 53 ayat 1 :

Tenaga Kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan


tugas sesuai dengan profesinya .

2. Kewajiban Staf Medis Bedah

Memberikan pelayanan kesehatan secara optimal pada pasien,

Dalam melakukan pembedahan, dokter bedah bertindak sebagai ketua tim operasi

Melakukan dan menerima konsultasi medis antar disiplin ilmu

Memberikan informed consent yang jelas kepada pasien atau keluarganya sebelum
operasi dilakukan

Menerima dan melakukan rujukan sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit

Menentukan jenis operasi yang akan dilakukan

Bila memerlukan konsultasi pra, intra dan post bedah wajib mengkonsulkan kepada
disiplin yang terkait

Mengisi rekam medis setelah melakukan tindakan

Wajib melakukan visite pasca operasi dan menentukan kapan pasien harus
dipulangkan

3. Hak Staf Medis Anestesi

Berhak mendapatkan fasilitas medis sesuai dengan standar Rumah sakit

Berhak mendapatkan imbalan sesuai kebijakan Rumah Sakit

Sesuai UU Kesehatan No. 23 th. 1992 pasal 53 ayat 1 :

Tenaga Kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum. Dalam melaksanakan


tugas sesuai dengan profesinya

Lampiran 1 SK DIR No.800/5676-RSU/2013


TENTANG PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH

HAK DAN KEWAJIBAN STAF MEDIS BEDAH DAN ANESTESI


4. Kewajiban Staf Medis Anestesi

Melakukan evaluasi dan pelayanan pra anastesi

Menentukan jenis anastesi yang akan dilakukan

Memberikan pelayanan spesialistik anestesiologi

Menberikan training (pelatihan) anestesiologi

Memberikan perawatan pasca anastesi di ruang pulih sadar

Melakukan pengawasan pasca anastesi di ruang perawatan 1x 24 jam

Mengelola unit perawatan / terapi intensif

Memberikan pelayanan resusitasi kasus- kasus gawat darurat

Memberikan pelayanan pada kasus-kasus nyeri membandel

Pelayanan anestesiologi dan reanimasi dibawah tanggungjawab DSAn/DSAnK (24 jam


pertama)

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KERJASAMA ANTAR DISIPLIN DI KAMAR OPERASI


Agar pelayanan di kamar operasi berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya kerjasama
tim yang terintegrasi sehingga pasien tidak merasa mendapatkan pelayanan terkotak-kotak,
dengan ini perlu ditetapkan kebijakan sistem kerjasama antar disiplin sebagai berikut :
1. Dokter operator adalah dokter bedah utama yang melakukan tindakan operasi
2. Operator merupakan kapten dalam suatu tindakan operasi yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan operasi
3. Konsultasi dapat dilakukan sesuai keputusan operator yang dapat dilakukan sebelum
operasi, intra operasi dan post operasi
4. Anggota tim operasi dapat memberikan masukan kepada operator mengenai
pelaksanaan tindakan operasi dengan tujuan untuk keselamatan pasien
5. Untuk kasus-kasus yang dianggap perlu oleh operator, maka operator berhak
melakukan pertemuan dengan timoperasi sebelum dan sesudah tindakan operasi
6. SMF medis yang terlibat dalam pelayanan kamar operasi dapat mengusulkan dan
menentukan alat dan bahan habis pakai untuk keperluan operasi yang diajukan kepada
kepala instalasi kamar operasi

PENDIDIKAN UNTUK KARYAWAN TENTANG PENGENDALIAN INOS


Guna meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit maka panitia pengendalian infeksi nosokomial mengadakan
diklat penyegaran untuk karyawan tetap baik medis maupun non medis :
1. Program diklat penyegaran pada keryawan tetap dilaksanakan setiap 2 bulan selama 1 hari panitia
orientasi karyawan baru dilaksanakan setiap 3 bulan sekali selama 2 hari dengan biaya operasional
Rumah Sakit.
2. Peserta pendidikan adalah karyawan tetap medis maupun non medis yang akan diberikan materi
pemantapan tentang standar precautions, cuci tangan, penggunaan APD, isolasi, SOP INOS serta
praktek lapangan oleh Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial.
3. Bagian diklat membuat laporan dan evaluasi hasil pendidikan kepada panitia pengendalian Infeksi
Nosokomial

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

PEMBUATAN LAPORAN DI KAMAR OPERASI


1. Laporan operasi harus dituliskan oleh operator di formulir Laporan Operasi.
2. Laporan operasi harus memuat tentang hal hal apa saja yang ditemukan selama
operasi
3. Di dalam laporan operasi dituliskan nama anggota Tim Operasi yang terlibat yang
meliputi nama operator, asisten operator, dokter operator, dokter anestesi, perawat
instrument dan perawat sirkulasi.
4. Instruksi pasca bedah dituliskan oleh dokter operator di lembaran catatan medik dokter.
5. Catatan jumlah kassa dan instrument operasi dituliskan di lembaran penghitungan
kassa dan instrument.
6. Bila dilakukan pemasangan drain, maka operator harus menuliskan lokasi pemasangan
drain, instruksi perawatan dan pencabutan drain di lembaran catatan medis dokter.
7. Untuk perawatan luka operasi, dokter menuliskan di lembar catatan medik dokter
tentang instruksi perawatan luka dan cara pembalutan.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR


PEMERIKSAAN PRE OP VISITE
DALAM 24 JAM SEBELUM TINDAKAN
Dalam rangka menunjukan keamanan pasien yang direncanakan tindakan operasi, dari
keputusan Rapat Komite Medik mengenai pelayanan di kamar operasi perlu ditetapkan
kebijakan sbb :
1. Harus konsul anastesi sebelum operasi untuk rencana operasi elektif dirawat jalan dan untuk
pasien rawat inap visite pre op visite
2. Melakukan prosedur time out oleh dokter tim sebelum tindakan dimulai

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

PELAYANAN ANESTESI
1. Semua tindakan anestesi harus dilakukan oleh dokter anestesi, termasuk tindakan
kuret, kecuali bila menggunakan neuroleptika (KM II/8).
2. Tim Anestesi terdiri dari dokter anestesi yang dibantu oleh perawat anestesi.
3. Dokter anestesi tetap berada dalam wilayah Instalasi Kamar Operasi selama
tindakan anestesi umum, anestesi regional (spinal) dan Monitored Anesthesia Care
(MAC).
4. Selama anestesi berlangsung, tenaga anestesi memantau dan memberi pengelolaan
anestesi terhadap perubahan status pasien.
5. Jika terdapat bahaya langsung atau keadaan darurat, dokter anestesi dapat segera
menangani pasien.
6. Bila ada operasi simultan 3 operasi, maka dokter anestesi dapat didampingi oleh
dokter anestesi lain.
7. Jika dalam keadaan tertentu dokter anestesi harus meninggalkan instalasi kamar
operasi maka harus digantikan oleh dokter anestesi yang lain.
8. Dokter anestesi masih ikut bertanggungjawab atas keadaan pasien post operasi 24
jam pertama (KM II/3).
9. Bila ada kasus khusus pada pasien yang akan dioperasi atau hal lain yang perlu
diketahui oleh dokter anestesi maka dokter operator akan memberitahukan kepada
dokter anestesi sehingga dapat dilakukan pre op visite (KM VII/1
Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

10. Jadwal jaga dokter anestesi dan dokter anestesi pengganti/cadangan dibuat oleh
Bidang Pelayanan Medis yang diketahui oleh ketua SMF Anestesi.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR


DESINFEKTAN YANG DIGUNAKAN
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Kota Banjar maka Tim
Pengendalian Infeksi Nosokomial menetapkan desifektan yang digunakan di RSU Kota Banjar
:
DESINFEKTAN
Alkohol

Klorin

Etille Oksida

PEMAKAIAN
DTM, antiseptik kulit

DTM,
alat
dekontaminasi
permukaan,
darah
Sterilisasi gas

dialysis, Murah, kerja cepat, tersedia di


alat dan pasar
percikan

KETERAMPILAN
Menguap, inaktif oleh bahan
organik, karet mengeras
Korosif, inaktif oleh bahan organik,
iritasi kulit dan mukosa

Untuk alat yang tidak tahan panas Kerja lambat dan butuh waktu
dan tekanan
untuk menghilangkan residu yang
tosik

Formalindehide

Terbatas,
safety

Glutaradehid

DTT, endoskopi,
terapi pernafasan,
anestesi

H2O2

KEUNGGULAN
Kerja cepat, tanpa resiko, tidak
berbekas

dekontaminasi Tahan terhadap bahan organik

Karsinogesik, tosik, iritan, bau


menyengat

alat Non korosif, steril dalam 6-10 jam Iritasi kulit dan mukosa, cepat
alat
inaktif bila diencerkan, mahal, sulit
dipantau konsentrasi residunya

3 %, DTR lantai, dinding,Oksidan kuat, kerja cepat, terurai Oksigen kuat, kerja cepat, terurai
6 %, DTT endoscopi,O dan air
O2 dan air
2
lensa kontak

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR


PENCATATAN / KEGAGALAN OPERASI
1. Bahwa apabila terjadi kecelakaan dan kegagalan di kamar operasi, maka petugas
kamar operasi yang bertugas pada saat itu akan melaporkan ke Kepala Instalasi OK
dan menyampaikan kepada Wadir Medis melalui bidang pelayanan medis untuk
klarifikasi mengenai kecelakaan tersebut.
2. Formulir kronologis disediakan di kamar operasi
3. Dokter operasi dan Kepala Instalasi Kamar Operasi bekerja sama dalam hal
pembuatan laporan kegagalan operasi.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR


PELAYANAN STERILISASI
1. Kegiatan sterilisasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengendalikan kejadian Infeksi Nosokomial di RSU Kota Banjar
2. Kegiatan sterilisasi yang dilakukan di instalasi masing-masing meliputi kegiatan yang
memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
pelayanan medis di RS mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan,
pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya.
3. Tujuan pelayanan sterilisasi antara lain:
a. Mengawasi proses sterilisasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
b. Mencegah infeksi silang baik bagi pasien maupun petugas.
4. Kegiatan Sterilisasi dilakukan di bagian CSSD
5. Kegiatan sterilisasi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Sterilisasi kering yaitu cara sterilisasi yang dilakukan dengan menggunakan
autoclave yang hanya ada di Kamar Operasi dimana instrument yang disterilkan
sejenis logam, karet, plastik, dan kain.
Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

b. Desinfektan Tingkat Tinggi yaitu menghilangkan mikroorganisme dengan cara


merendam menggunakan larutan kimia dimana instrument yang dapat dilakukan
DTT seperti logam, dan karet dan diproses sesuai prosedur

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

MONITORING MUTU STERILISASI


Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS.Majalengka, maka ditetapkan beberapa
kebijakan:
1. Monitoring mutu sterilisasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memantau sterilisasi
yang dilakukan di RS
2. Kegiatan monitoring

mutu

sterilisasi

dilakukan

secara

berkala

oleh

Panitia

Pengendalian Infeksi Nosokomial, dalam hal ini yang melakukan monitoring adalah
petugas surveilans bekerja sama dengan petugas kesehatan lingkungan RS.
3. Bentuk kegiatan monitoring mutu sterilisasi antara lain :
a. Pemeriksaan mikrobiologi alat yang sudah disterilisasi setiap 3 bulan
b. Pemeriksaan swab ruangan antara lain : OK, HCU satu kali dalam setahun
c. Pemantauan secara visual yaitu dengan monitoring perubahan indicator tape pada
alat yang telah disterilisasi di autoclave setiap 3 bulan
d. Pemeriksaan mikrobiologi alat umum seperti AC 2 (dua) kali dalam setahun dimana
sample diambil oleh surveyor lalu dikirim ke Lab Mikrobiologi
4.

Pemeriksaan kalibrasi dan pemeliharaan alat medis seperti autoclave dan alat umum
seperti AC dilakukan oleh teknik Atem (Alat Elektromedik) dimana RS bekerja sama
dengan Balai Pemeriksa Fasilitas Kesehatan (BPFK).

5.

Hasil pemeriksaan dan pemantauan mutu sterilisasi dilaporkan oleh surveyor ke Ketua
Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial lalu Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial
melaporkan kepada direktur setiap 3 bulan kemudian ke Komite Medik.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes

Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN KARYAWAN TENTANG INOS


Kamar operasi mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Infeksi Nosokomial karena
menyangkut tindakan pembedahan. Untuk itu perlu adanya kegiatan pelayanan yang
memperhatikan kaidah kaidah pencegahan infeksi nosokomial, maka dengan ini perlu
ditetapkan kebijakan menangani resiko terjadinya infeksi nosokomial.
1. Paramedis dan staf non medis dalam bekerja harus memperhatikan aseptic dan
antiseptic.
2. Paramedis dan staf non medis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar
Precaution.
3. Bila ada kecurigaan terjadinya infeksi nosokomial harus berkoordinasi dengan Tim
Pengendalian Infeksi nosokomial
4. Melaksanakan semua ketentuan sesuai yang telah ditetapkan Tim Infeksi
Nosokomial, seperti prosedur isolasi, sterilisasi dll
5. Bila diperlukan, melakukan pemeriksaan kultur dan resistensi untuk mendukung
program Infeksi Nosokomial
Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR


KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN STAF NON MEDIS
DALAM KEGIATAN PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

1. Staf non medis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar Precautions.
2. Staf non medis dalam melakukan prosedur harus sesuai dengan ketentuan yang terkait
dengan kegiatan Pengendalian Infeksi Nosokomial.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN PARAMEDIS DALAM


KEGIATAN PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

1. Paramedis dalam bekerja harus memperhatikan aseptic dan antiseptik.


2. Paramedis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar Precautions.
3. Bila ada kecurigaan terjadinya infeksi nosokomial harus berkoordinasi dengan Tim
Pengendalian Infeksi Nosokomial.
4. Melaksanakan semua ketentuan sesuai yang telah ditetapkan Tim Infeksi
Nosokomial seperti prosedur Isolasi, Sterilisasi, dan lain-lain.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN STAF MEDIS


DALAM KEGIATAN PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
1. Staf medis dalam bekerja harus memperhatikan aseptic dan antiseptik.
2. Staf medis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar Precautions.
3. Staf medis dalam memberikan antibiotik mengacu pada saran yang sudah
direkomendasikan Tim Infeksi Nosokomial.
4. Bila ada kecurigaan terjadinya infeksi nosokomial harus berkoordinasi dengan Tim
Pengendalian Infeksi Nosokomial.
5. Bila diperlukan melakukan pemeriksaan kultur dan resistensi untuk mendukung
program Infeksi Nosokomial.
6. Melaksanakan semua ketentuan sesuai yang telah ditetapkan Tim Infeksi
Nosokomial seperti prosedur Isolasi, Sterilisasi, dan lain-lain.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

MENGHILANGKAN EFEK EMOSIONAL DAN MEMBERI RASA AMAN


PADA PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI
Untuk menghilangkan efek emosional dan memberi rasa aman pada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi maka ditetapkan kebijakan :
1. Sebelum melakukan tindakan operasi maka dokter operator harus melakukan
Informed Consent kepada pasien dan atau keluarganya sampai pasien mengerti.
2. Dokter Anestesi harus memberikan Informed Consent tentang jenis anestesi
yang akan diberikan sebelum anestesi dimulai.
3. Pasien-pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan premedikasi di
ruang induksi jam sebelum pasien masuk kamar operasi oleh dokter anestesi
4. Untuk kasus- kasus tertentu sesuai ketetapan maka dilakukan pre op visite oleh
dokter anestesi untuk persiapan tindakan anestesi 24 jam sebelum tindakan
dilakukan.
5. Perawat memberikan penyuluhan tentang tindakan yang akan dilakukan dan
orientasi peralatan dan ruangan 15 menit sebelum tindakan anestesi dilakukan di
ruang operasi.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
INFORMED CONSENT DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

1. BLUD RSU Kota Banjar menetapkan kebijakan bahwa persetujuan


tindakan medis (informed consent) di Kamar Operasi wajib dilakukan
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ) kepada pasien dan
keluarga sesuai dengan Standar Operasional Prosedur.
2. Semua tindakan medik yang akan dilakukan harus mendapat
persetujuan secara tertulis .
3. Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga sebelum tindakan
medis dilakukan tentang rencana dan hasil pelayanan yang diharapkan
dan resiko kejadian yang mungkin terjadi.
4. Bila DPJP digantikan dalam memberikan informed consent dengan
seorang dokter lain, maka dokter tersebut wajib berkolaborasi dengan
DPJP dan hal tersebut tertulis dalam formulir medis pasien yang
ditandatangan oleh dokter pengganti tersebut dan oleh DPJP bila ybs
bisa hadir.
5. Persetujuan tindakan kedokteran diberikan oleh pasien yang telah
berusia 21 tahun dalam keadaan sadar dan sehat mental atau telah
menikah (dianggap kompeten).
6. Bagi pasien yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan
oleh orang tua wali / wali / curator.
7. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua
wali dan atau orang tua / wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh
keluarga terdekat.
8. Bagi pasien yang tidak sadar / pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan
atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.

9. Pasien/keluarga mengisi dan menandatangani lembar persetujuan


Surat Ijin Operasi/Surat Ijin Tindakan Medis, kemudian ditandatangani
oleh dokter yang menjelaskan serta 2 orang saksi yaitu perawat dan
keluarga pasien.
10. Tim dokter yang lain seperti dokter anestesi juga wajib melakukan
informed consent tindakan pembiusan dan efek sampingnya kepada
pasien dan keluarganya sehingga dapat memberikan rasa aman dan
mengurangi efek emosional.
Dasar Informed consent adalah :

Hubungan dokter-pasien yang berdasarkan atas kepercayaan


Hak otonomi atau menentukan sendiri atas dirinya sendiri
Adanya hubungan perjanjian antar dokter pasien
Tujuan dari Informed Consent :

Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan


Memberi perlindungan hukum kepada dokter dan rumah sakit terhadap
akibat yang terduga dan bersifat negatif
Bentuk informed consent :

Persetujuan tindakan medis (informed consent) adalah persetujuan


yang diberikan oleh penderita atau keluarganya atas rencana tindakan
medis baginya, setelah yang bersangkutan mendapat informasi yang

lengkap, singkat,jelas,praktis dan dapat dipahami


Yang dimaksud dengan penderita adalah pasien dewasa berumur 21

tahun ke atas dalam keadaan sadar atau sehat mental.


Untuk penderita dibawah umur atau menderita gangguan mental
persetujuan diberikan oleh orang tua atau walinya
Tindakan medis adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap
pasien berupa diagnosis,terapeutik, operatif dan rehabilitatif
Tindakan invasif adalah tindakan medis yang dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh
Hak dan kewajiban secara yuridis
Kewajiban dokter :
Memberikan informasi selengkap-lengkapnya secara lisan terhadap
pasien, baik diminta maupun tidak
Setelah memberi penjelasan kepada pasien dan pasien setuju
keharusan meminta tandatangan dari pasien atau
keluarganya
Hak pasien :
Memperoleh informasi tentang penyakitnya dan tindakan apa
yang hendak dilakukan
Memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut
Memilih alternatif lain jika ada

Memperoleh persetujuan sebelum melakukan tindakan medis


Kewajiban pasien
Memberikan informasi yang jelas kepada dokter tentang
penyakitnya
Tanggung jawab Rumah Sakit
Ikut

bertanggung

jawab

atas

plaksanaan

pemberian

persetujuan tindakan medis yang dilakukuan di rumahsakit


Informasi

Pada prinsipnya harus secara lisan diberikan kepada pasien

itu sendiri,bai di minta atau tidak


Yang memberikan informasi adalah dokter yang melakukan

tindakan medis
Dalam hal tindakan bukan bedah atau bukan invasif, informasi
dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat atas petunjuk

dokter yang bertanggung jawab


Bila pasien tidak sadar, informasi diberikan kepada anggota
keluarga terdekat, kecuali dalam keadaan darurat tidak
diperlukan persetujuan dan untuk anak yang belum dewasa,

informasi diberikan kpada orangtuanya


Informasi yng diberikan meliputi :
Tindakan
preventif/invasif
yang

dilakukan

beserta

tujuannya
Manfaat tindakan tersebut
Alternatif lain yang ada
Apa akibat jika dilakukan atau tidak dilakukan tindakan/operasi
Resiko yang melekat pada tindakan pada tindakan / operasi tersebut
yaitu:
- Sifat tingkat keseriusan resiko,besar kcilnya dan waktu

timbulnya kemungkinan resiko


- Resiko lain yang tidak bisa di perkirakan
Untuk pasien yang menolak tindakan medik mempergunakan formulir
surat penolakan tindakan medic
Untuk pasien yang menjalani sterilisasi mempergunakan formlir
persetujuan sterilisasi
Untuk pasien IGD yang tidak sadar mempergunakan formulir surat
pernyataan tindak medic di IGD
Untuk pasien yang pulang/menolak untuk dirawat mempergunakan
surat pernyataan pulang paksa/pindah
Formulir Informed Consent
Untuk opersi mempergunakan formlir surat pernyataan persetujuan
operasi
Untuk tindakan medic memperguakan fomlir surat pernyataan

persetujuan tindakan medic


Evaluasi
Evaluasi Informed Consent dilakukan dengan cara analisis kuantitatif yaitu
dengan mengecek tiap bulan

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

1. KEBIJAKAN PENJADWALAN OPERASI

Bahwa sebelum dilakukan tindakan, pasien sudah harus berada dirumah sakit 12 jam
sebelumnya untuk operasi besar,dan operasi kecil 2 jam sebelumnya.

Bahwa penjadwalan operasi, baik cito maupun elektif dilakukan di kamar operasi dan
dilakukan oleh petugas kamar operasi yang bertugas saat itu.

Penundaan operasi elektif dapat dilakukan apabila pada saat yang bersamaan
operasi cito harus dilakukan dengan pemberitahuaan oleh Kepala Instalasi Kamar
Operasi.

Bahwa pengaturan kamar operasi untuk kasus-kasus gawat darurat infeksi, dan
operasi elektif dilakukan oleh petugas kamar operasi yang bertugas pada saat itu.

2. KEBIJAKAN PEMERIKSAAN IDENTITAS PASIEN

Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi di kamar operasi harus dicatat
identitasnya secara lengkap dan jelas sesuai dengan kartu identitas.

Bahwa sebelum melakukan tindakan operasi, pasien harus melakukan pemeriksaan


rutin.

Bahwa apabila ditemukan kelainan pada pasien (baik penyakit yang berhubungan
dengan kehamilan atau tidak), maka pasien dikonsultasikan dengan disiplin ilmu yang
terkait.

3. KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFEKSI DAN PERLINDUNGAN DARI RESIKO


PENCEMARAN

Bahwa dilakukan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dikamar operasi


oleh tim infeksi nosokomial dan dipantau dengan pelaksanaan harian (Surveyor
INOK).

Bahwa dilakukan bongkar kamar operasi.

Bahwa ditetapkan batasan area steril/non steril

4. KEBIJAKAN MENGENAI PERAN KAMAR OPERASI DALAM HOSPITAL DISASTER

PLAN
Kamar Operasi berperan mengkoordinir pelaksanaan penganggulangan bencana
dengan mempersiapkan sarana dan prasarana Kamar Operasi

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN PARAMEDIS DALAM


KEGIATAN PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

1. Paramedis dalam bekerja harus memperhatikan aseptic dan antiseptik.


2. Paramedis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar Precautions.
3. Bila ada kecurigaan terjadinya infeksi nosokomial harus berkoordinasi dengan Tim Pengendalian
Infeksi Nosokomial.
4. Melaksanakan semua ketentuan sesuai yang telah ditetapkan Tim Infeksi Nosokomial seperti
prosedur Isolasi, Sterilisasi, dan lain-lain.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

PERLENGKAPAN PENUNJANG KAMAR OPERASI


1. Adanya alat temperatur dan kelembaban yang aman bagi pasien yang dibius
2. Adanya instalasi gas medis yang dapat mendukung pelayanan di kamar operasi
3. Adanya pengisap lendir di kamar operasi dan tetap dapat bekerja jika sumber
listrik padam
4. Adanya stop kontak listrik yang ditempatkan di OK untuk mobilisasi peralatan
operasi
5. Setiap hari pelayanan umum bertanggung jawab mencatat persediaan dan
ketersediaan gas medis N2O dan O2 yang dilaporkan kepada Direktur dan setiap
MM.
6. Tersedianya genset untuk memback up ketersediaan listrik

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR

PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN RUTIN ALAT MEDIS DAN ALAT KESEHATAN


1. Dilakukan stock random terhadap obat-obatan yang ada di OK setiap 1 minggu
sekali bersama dengan bagian farmasi
2. Dilakukan stock opname terhadap ketersediaan obat tiap triwulan.
3. Melakukan pengecekan fungsi alat-alat medis di kamar operasi scara
menyeluruh tiap bulan 1 kali
4. Tiap alat medis yang akan digunakan di cek 1 jam sebelum operasi
5. Kalibrasi dilakukan sebagai upaya pemeliharaan alat medis sehingga keamanan
pasien terjaga.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
BLUD RSU KOTA BANJAR

BLUD RSU KOTA BANJAR


KEBIJAKAN KONSULTASI
1. Apabila Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) akan melakukan
konsultasi antar disiplin ilmu medis, maka

DPJP wajib menulis di

formulir konsultasi yang mencakup informasi tentang identitas


pasien, penyakit pasien (Diagnosa), hasil pemeriksaan penunjang
dan riwayat terapi yang sudah diberikan serta tanggal dan jam
konsultasi.
2. Apabila DPJP belum menulis di formulir konsultasi, maka dokter
ruangan atau dokter jaga IGD mempunyai kewenangan untuk
menulis formulir konsultasi dengan terlebih dahulu membaca
riwayat penyakit atau apabila kurang jelas, dokter ruangan/dokter
jaga IGD wajib menghubungi DPJP untuk menanyakan tentang
konsultasi yang dikehendaki oleh DPJP.
3. Formulir konsultasi yang telah ditulis oleh dokter ruangan/dokter
jaga IGD ditanda tangani dengan keterangan di atasnya atas
nama dan tanggal menulis konsultasi.

Disetujui oleh
Direktur

Dr H Herman, M Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19610324 198803 1 007

Anda mungkin juga menyukai