Disusun oleh:
Rahmah Widyaningrum
12/342144/PKU/13424
Brief Proposal
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada Anak Jalanan
di Rumah Singgah Anak Mandiri Umbulharjo Yogyakarta
Submitted By:
Stikes Madani Yogyakarta & Dinas Sosial Kota Yogyakarta
April 2014
1.1 Latar belakang penelitian
Perubahan pembangunan di sektor ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
di Indonesia telah menghasilkan kemajuan yang cukup pesat. Namun, selama
pembangunan dan perubahan itu berlangsung, tidak dapat dipungkiri menghasilkan
dampak yang kurang baik, antara lain munculnya kesenjangan sosial di Indonesia, baik di
level nasional bahkan daerah. Kesenjangan sosial merupakan sesuatu yang menjadi
sebuah momok atau tugas besar bagi pemerintah untuk diselesaikan. Dimana kesenjangan
sosial merupakan masalah yang sukar untuk diselesaikan kerena menyangkut aspek-aspek
yang harus diketahui secara mendalam dan pendekatan lebih dalam serta adanya saling
keterkaitan berbagai aspek. Kesenjangan sosial sebuah keadaan ketidak seimbangan
sosial yang ada di masyarakat misalnya antara si kaya dan si miskin.
Fenomena anak jalanan di Indonesia adalah isu lain yang juga memerlukan
perhatian khusus semua elemen masyarakat. Jumlah anak jalanan di seluruh Indonesia
masih cukup banyak yakni 104.497 anak. Propinsi dengan jumlah anak jalanan terbanyak
berturut-turut adalah Jawa Timur, yaitu sebanyak 13.136 anak, Nusa Tenggara Barat
12.307 anak, dan Nusa Tenggara Timur 11.889 anak. Sedangkan 3 propinsi dengan
jumlah anak jalanan paling sedikit berturut-turut adalah Kalimantan Tengah 10 anak,
Gorontalo 66 anak, dan Kepulauan Riau 186 anak. Sedangkan jumlah anak jalanan
menurut provinsi tahun 2007, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki sekitar
1.305 anak jalanan (Data PMKS 2007, Departemen Sosial RI).
Data lain menunjukkan ada 14.451 anak yang dibina lewat rumah singgah atau
orsos atau LSM di 14 propinsi. Data tersebut juga mencatat 11 propinsi yang tidak
memiliki kegiatan PRS anak jalanan (Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Jalanan),
yaitu Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
Jumlah anak jalanan di Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat lebih dari 100%.
Berdasarkan data yang dihimpun seksi program dan informasi dinas sosial, kenaikan itu
dari 594 anak pada 2002 menjadi 1.200 anak pada 2008. Kecenderungannya naik,
terutama (anak jalanan) dari Kecamatan Tepus, Gunung Kidul. Data terkahir yang dilansir
menyebutkan bahwa anak jalanan Indonesia berjumlah 154.861 jiwa (BPS, 2008).
Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA, 2007), hampir seluruhnya
yakni 75.000 anak jalanan berada di Jakarta. Sisanya tersebar di kota-kota besar lainnya
seperti Medan, Palembang, Batam, Serang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang,
Semarang dan Makasar. Jumlah anak jalanan yang berkeliaran di kota Yogyakarta
semakin meningkat. Peningkatan tersebut sangat terasa pada 2009 ini. Sebab sejak awal
tahun 2009 Dinas Ketertiban telah menjaring sebanyak 1.363 anak jalanan.
Berdasarkan data BPS tahun 2009 jumlah anak jalanan di Indonesia, tercatat
sebanyak 7,4 juta anak berasal dari rumah tangga sangat miskin, termasuk diantaranya 1,2
juta anak balita terlantar, 3,2 juta anak terlantar, 230.000 anak jalanan, 5.952 anak yang
berhadapan dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak dasarnya
masih belum terpenuhi (BPS, 2009).
Dari adanya jaminan atas hak anak tersebut maka diperlukan usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan anak jalanan sehingga mereka dapat hidup secara wajar,
untuk meningkatkan kesejahteraan anak jalanan, maka Departemen Sosial RI berkerja
sama dengan UNDP (United Nation Development Programe) dalam proyek INS/94/007
pembuatan rumah singgah, rumah singgah adalah wahanan yang dipersiapkan sebagai
perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka (Departemen Sosial,
1997:31). Rumah singgah bertujuan untuk tempat istirahat dan sebagai tempat bertukar
informasi bagi anak jalanan, dibangun atau dialokasikan rumah singgah ini bertujuan
sebagai pusat kegiatan dan untuk menambah pengetahuan dirinya di bidang sosial,
ekonomi dan pendidikan serta mengasah keterampilan anak. Anak sebagai generasi
penerus masa depan bangsa perlu dipersiapkan sejak dini, melalui pemenuhan hakhaknya, yakni hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, namun terlepas dari itu masih ada sebagian masyarakat yang
menganggap anak jalan sebagai limbah dan perusak tata kota.
Hal ini dijelaskan dalam Keputusan Presiden No. 59 tahun 2002 mengenai
pekerjaan terburuk bagi anak yang salah satunya adalah anak-anak yang bekerja di jalan.
Beberapa pekerjaan yang dilakukan anak jalanan, antara lain: menjadi pengamen,
pemulung, pedagang kaki lima, pembersih kaca mobil, penjual koran, dan lain-lain.
Semua itu mereka lakukan di jalan dengan berbagai resiko yang dapat terjadi, salah
satunya adalah kecelakaan.
Pada umumnya, kondisi anak-anak jalanan yang kian terpuruk hanya teramati dari
tampilan fisiknya saja, padahal dibalik tampilan fisik itu ada kondisi yang
memprihatinkan. Kondisi ini disebabkan oleh makin rumitnya krisis yang melanda
Indonesia, yaitu krisis ekonomi, hukum, moral, dan berbagai krisis lainnya. Melihat
fenomena anak jalanan ini, banyak pihak yang telah berusaha untuk menangani
permasalahan anak jalanan, salah satunya Rumah Singgah Anak Mandiri yang berlokasi
di jalan Perintis Kemerdekaan, No 33B Kerebokan, Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta.
Keberadaan rumah singgah anak mandiri yang berfungsi untuk memberikan pembinaan
kepada anak jalanan, sebagai tempat untuk memperluas akses pendidikan, mengentaskan
anak dari jalanan serta memupuk kepribadian yang mandiri. Namun belum ada pihak
yang secara pasti memperhatikan permasalahan terkait kesehatan mereka. Berdasar
berbagai permasalahan di atas, maka di pandang perlu untuk mengadakan pengkajian dan
penelitian kolaboratif tentang kehidupan anak jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri,
terutama terkait aspek kesehatan.
1.2 Tujuan penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian kolaboratif ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang karakteristik Anak Jalana dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima
oleh Anak Jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri Umbulharjo Yogyakarta.
1.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi
terkait pola kehidupan Anak Jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri
-
1.4.3
metode
1.4.4
Adapun
dalam
membantu
kelancaran
proses
penelitian,
peneliti
menggandeng beberapa pihak antara lain: a) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebagai
perpanjangan dari pemerintah kota yang bergerak dalam bidang kesehatan. MoU disusun
supaya peneliti mendapatkan kemudahan untuk mengakses layanan kesehatan baik
Puskesmas, Rumah Sakit, BPS, Dokter Praktik di wilayah kerja DinKes Kota Yogyakarta;
b) Pekerja Sosial maupun Orsos/ LSM (Lembaga Swadaya masyarakat), dapat membantu
dalam penyusunan model alternatif dalam menangani masalah kesehatan pada anak
jalanan, sekaligus sebagai alat kontrol dalam penelitian; c) Tokoh masyarakat memiliki
peranan besar dalam memberikan support material maupun immaterial dengan penciptaan
suasana yang kondusif bagi kesehatan anak jalanan; d) Perguruan Tinggi lain apabila
dikemudian hari dibutuhkan.
1.6 Tanggung jawab masing-masing pihak terkait
- Stikes Madani Yogyakarta.
Dalam hal ini adalah LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Stikes
Madani Yogyakarta memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan proses penelitian,
penyusunan desain model alternatif penatalaksanaan masalah kesehatan bagi anak
-
terkait topik: faktor risiko kejadian penyakit di suatu daerah; utilisasi dan
1.7.2
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1997. Pedoman Umum Pelaksana Kualitas
Anak. Jakarta: BKKBN.
Departemen Sosial RI. 2004. Pedoman Penanganan Anak Melalui Rumah Perlindungan
Sosial Anak (RPSA). Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat
Bina Pelayanan Sosial Anak
Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2011. Buku Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gunawan. 2009. Anak Jalanan (Anjal) di Kota Bekasi: Karakteristik dan Kebijakan Tesis.
Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM
LPPM Universitas Diponegoro. 2008. Studi Karakteristik Anak Jalanan dalam Upaya
Peyusunan Program Penanggulangannya: Kajian Empirik di Kotat Semarang. Riptek,
Vol.I, No.2, Tahun 2008, Hal 41-45.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Umum Perlndungan Kesehatan Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.