1.1
Latar Belakang
Feng Shui merupakan ilmu pengetahuan arsitektur yang berasal dari budaya
Cina purba dan dikembangkan sejak 4700 tahun yang lalu (Dian, 2005). Ilmu ini
terus berkembang ke dalam aplikasi arsitektur modern seiring perkembangan
budaya Tionghoa di Indonesia. Purwanto menjelaskan Feng Shui dari sisi arsitektur
dimana ilmu Feng Shui merupakan ilmu arsitektural yang diterapkan secara holistik
dalam pemukiman masyarakat Tionghoa di Indonesia. Feng Shui sebagai ilmu tata
letak bangunan yang berusaha menyerasikan alam dengan manusia, untuk
menentukan arsitektur yang membawa kebaikan. Ditinjau dari perspektif arsitektur,
Attoe (1979) menjelaskan bahwa sebenarnya arsitektur merupakan identifikasi
variabel yang meliputi: ruang, struktur atau proses proses kemasyarakatan, yang
dapat menjelaskan sebuah bangunan. Arsitektur berperan sebagai metode
pemecahan masalah yang dapat diselesaikan melalui analisis untuk menjawab
kebutuhan lingkungannya. Dasar keilmuan arsitektur Feng Shui awalnya dilandasi
oleh gagasan kuno bahwa manusia harus hidup selaras dengan kosmos dan
menyejajarkan aturan-aturan yang menentukan terjaganya harmoni-harmoni
kosmis itu, khususnya dalam aturan-aturan pembangunan rumah.
Arti kata feng dan shui yaitu angin dan air, dimana daya alam yang
dianggap paling kuat ialah angin dan air. Feng bisa disamakan dengan aliran energi
angin yang lewat di atas kepala dan shui adalah energi air di bumi yang mengalir di
bawah. Pergerakan energi angin dan air ini disebut chi (Mariana, 2008, Dian, 2012,
Skinner, 1997) dan chi ada di setiap bagian bumi termasuk dalam tubuh manusia,
gunung, sungai, angkasa bahkan tanah. Chi dipercaya oleh masyarakat Cina
membawa keberuntungan hidup dan diasosiasikan bersumber dari puncak bukit
kemudian mengalir sampai lembah, penjuru kota dan desa.
Feng Shui pada dasarnya merupakan aturan berarsitektur yang terwujud
sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi iklim Cina. Aliran angin merupakan fokus
utama penataan Feng Shui dimana aliran angin yang tepat merupakan solusi terbaik
sebagai upaya adaptasi iklim. Iklim empat musim ekstrim di Cina menghasilkan
rumusan konsep empat binatang langit (Cang Feng Ju Qi) yang dipakai dalam
analisa Feng Shui, khususnya Feng Shui aliran bentuk. Aplikasi Feng Shui di
Indonesia dalam hal ini perlu melihat keberadaan Feng Shui yang dibawa dari iklim
subtropis Cina ke iklim tropis Indonesia.
Aplikasi Feng Shui yang ada hingga saat ini pada dasarnya tidak dapat lepas
dari kentalnya budaya masyarakat Tionghoa di Indonesia. Aplikasi Feng Shui
berkembang sebagai bagian dari nilai kosmologis sering kali berada di atas konsep
arsitektural bangunan itu sendiri. Feng Shui sebagai bagian dari arsitektur perlu
dikaji secara ilmiah untuk mendapatkan logika yang tepat dalam berarsitektur.
Dalam penelitian ini rumah toko di Medan dipilih sebagai obyek penelitian untuk
menganalisa sejauh mana Feng Shui sebagai konsep penyesuaian terhadap iklim
Cina dapat diadaptasikan pada arsitektur Tionghoa di Indonesia. Kentalnya budaya
Tionghoa di Medan menyebabkan sebagian besar rumah toko masih
mengaplikasikan Feng Shui sebagai konsep berarsitektur. Kondisi geografis Medan
yang berbeda dengan kondisi geografis Cina perlu menjadi acuan untuk mencari
kesesuaian aplikasi Feng Shui terhadap perbedaan kondisi iklim.
1.2
Permasalahan
Feng Shui sebagai ilmu arsitektur yang berangkat dari pemahaman bangsa
Cina akan pentingnya keselarasan bangunan, manusia dan alam sering kali
dianggap sebagai ilmu mistis yang tidak logis dan tidak sesuai dengan logika
arsitektur. Perlu pengkajian secara ilmiah terhadap aturan Feng Shui sebagai bagian
dari ilmu arsitektur yang terlepas dari nilai kosmologis dan budaya Cina itu sendiri.
Aliran angin sebagai fokus analisa Feng Shui pada dasarnya merupakan bentuk
dasar adaptasi bangsa Cina terhadap kondisi iklim dalam berarsitektur.
Dalam penelitian ini Feng Shui perlu dilihat sebagai bagian dari ilmu
Arsitektur yang mempertimbangkan prinsip aliran angin untuk mencapai
keselarasan lingkungan, manusia dan bangunan itu sendiri. Aturan Feng Shui yang
telah terumuskan sesuai adaptasi iklim empat musim Cina perlu dianalisa
aplikasinya dalam kondisi Indonesia yang dua musim. Dengan adaptasi Feng Shui
ke dalam iklim dua musim diharapkan dihasilkan pandangan mengenai apa saja
prinsip Feng Shui yang dapat diaplikasikan ke dalam arsitektur tropis di Indonesia.
Dalam hal ini perlu ditinjau pula kaitannya aliran angin menurut sistem
penghawaan alami dan buatan sesuai dengan kondisi arsitektur Tropis.
Penelitian ini mencoba mengkaji terapan fisik Feng Shui Aliran Bentuk
ditinjau dari pengkondisian aliran angin sebagai bentuk adaptasi arsitektur terhadap
kondisi iklim empat musim Cina yang disesuaikan dengan iklim dua musim
Indonesia. Dengan mengambil rumah toko Medan sebagai obyek kajian, dicari
kesesuaian adaptasi aturan Feng Shui ke dalam kondisi iklim Indonesia dan
pengaruhnya terhadap arsitektur.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Bagaimana kajian hasil adaptasi Feng Shui ditinjau dari aliran angin pada
rumah toko di Medan?
1.4
Batasan Masalah
Gambar 1.1
Medan kota
Gambar 1.2
Area perdagangan lama merupakan area perdagangan yang telah ada sejak
kota Medan berkembang sebagai kota dagang dan sebagian besar kegiatan
berdagang berpusat pada area ini. Beberapa area perdagangan yang dipilih sebagai
lokasi penelitian diantaranya: Jalan Sutomo, Jalan MH. Thamrin, Jalan Asia dan
Jalan Madong Lubis. Diambil lima rumah toko yang berfungsi sebagai hunian dan
tempat usaha serta masih mengaplikasikan Feng Shui di dalamnya. Contoh rumah
toko yang ditinjau dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3
Rumah toko yang diambil sebagai sampel penelitian dipilih sesuai dengan
kondisi yang ditentukan sehingga layak untuk diambil sebagai sampel penelitian.
Adapun kondisi yang telat ditentukan sebagai kriteria pemilihan sampel penelitian
adalah: berada pada area perdagangan strategis Medan Kota, digunakan sebagai
tempat tinggal dan tempat usaha sekurang-kurangnya dalam rentang waktu sepuluh
tahun, didiami oleh sekelompok individu etnis Tionghoa yang terdiri dari sebuah
keluarga dan terlibat dalam kegiatan dagang yang terjadi, mengaplikasikan Feng
Shui Aliran Bentuk baik pada area eksternal maupun internal bangunan dan masingmasing memiliki orientasi arah hadap yang berbeda.
Tujuan Penelitian
Bagaimana kajian hasil adaptasi Feng Shui ditinjau dari aliran angin pada
rumah toko di Medan?
1.6
Manfaat Penelitian
Diharapkan melalui penelitian ini keilmuan Feng Shui dari sisi arsitektur
dapat teruji secara logis. Feng Shui tidak hanya dianggap sebagai ilmu mistis yang
diaplikasikan ke dalam arsitektur tanpa landasan yang jelas, namun dapat mencapai
pemahamannya sebagai bagian dari ilmu arsitektur. Penelitian ini dapat memberi
gambaran terhadap konsep Feng Shui yang dapat diterapkan dan beradaptasi ke
dalam kondisi iklim Tropis Indonesia. Dengan capaian tersebut diharapkan Feng
Shui dapat dikembangkan sebagai warisan budaya Tionghoa yang mampu
memperkaya keilmuan arsitektur Tionghoa di Indonesia.
1.7
Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.4.
Perlunya Penelitian
Kajian Aplikasi Fengsui Aliran Bentuk Pada Rumah
Toko Etnis Tionghoa di Medan
Permasalahan
Feng Shui sebagai bentuk adaptasi aliran angin terhadap iklim empat musim Cina perlu
diadaptasikan ke dalam iklim Indonesia. Aturan Feng Shui yang ada dikaji secara logis dari
sudut keilmuan arsitektur melalui fungsi aliran angin sebagai sistem pendinginan pasif.
Analisa kesejajaran Feng Shui dan aliran angin dalam Arsitektur dilakukan dengan
mengambil rumah toko Medan sebagai obyek kajian
Rumusan Masalah
Hasil Akhir
Gambar 1.4