Dalam buku Naskah Perisapan Undang-undang Dasar 1945
Diterangkan bahwa gagasan tentang Pancasila pertama kalinya dipidatokan oleh
Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945. Dan lebih menarik lagi justru rumusan pada kelima sila dari Yamin tersebut mirip dengan rumusan Pancasila 19 Agustus 1945 dibandingkan dengan rumusan Bung Karno. Terhadap hal ini Bung Hatta menyatakan ...sepengetahuan saya bahwa pidato Pancasila yang pertama kali Bung Karno , bukan Yamin, kalau dia lebih dahulu tentu saya ingat bahwa itu (Pidato Bung Karno sekedar) merupakan ulangan. (Hatta 100-101). Menurut Bang Hatta apa yang dikatan Yamin bahwa dirinya mengaku telah menyampaikan pidato didepan sidang tersebut sesungguhnya tidak benar. Naskah yang diklaim sebagai pidatonya di depan sidang Badan Penyidik sesungguhnya merupakan hasil rumusan pendahuluan yang dibuat Yamin atas permintaan Panitia Sembilan, yang sisnya mirip pidato Bung Karno. Kemudian rumusan hasil karyanya dimasukkan ke dalam buku Naskah Perisapan UUD 1945, dengan pengakuan bahwa teks tersebut merupakan pidatonya di depan sidang Badan Penyidik yang disampaikan pada tanggal 29 Mei 1945. Pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pidato yang cukup panjang sekitar 21 halaman cetak di hadapan sidang Badan Penyidik. Dalam pidato yang kerap ditimpali dengan tepuk tangan tersebut untuk pertama kalinya ia memperkenalkan apa yang disebut Pancasila. Dengan panjang lebar Bung Karno menguraikan rumusan Pancasila ini dapat dijadikan sebagai philosofhice gronslag, asas kefilsafatan atau Weltanschauung. Dalam pidato tersebut antara lain Bung Karn menyatakan philosofhice gronslag itulah pondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk diatas didirikan gedung Indonesia yang kekal dan abadi:.(yamin: 62). Sesungguhnyalah, pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 ini dapat dikatakan sebagai usaha titik kmpromi antara ide dari golongan kebangsaan dan golongan islam. Setelah kedua belah piak mengemukakan aspirasi ideologinya masing-masing. Dilihat dari keentingan golongan kebangsaan yang menghendaki agar dasar negara diletakkan di atas dasar sekuralisme (la:diniyah), Sesungguhnya keinginan seperti ini telah terwakili dengan sempurna oleh ideologi Marheniusme yang dikembangkan Bung Karno sejak tahun 1927. Ideologi MARHAENISME ditegakan diatas empat sila, yaitu Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Nasionalisme atau Peri Kebangsaan, Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial. Keempat sila ini Bung Karno serig disingkat dengan istilah Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi. Paham ini sampai Bung Karno memasuki dan mengikuti sidang-sidang BPUPKI sama sekali belum berubah.namun ketika mendengarkan usulan dari gologan Islam, antara lain seperti yang dipidatokan oleh Ki Bagus tersebut Bung Karno menjadi sadar bahwa apa yang menjadi gagasannya tersebut baru bisa diterima oleh kedua belah pihak manakala ide-ide yang ada dalam Paham Marheniusme disintetaskan aau dipadukan (dikonvergensikan) dengan usulan dari pihak Islam.