Anda di halaman 1dari 8

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki berbagai macam ke aneka

ragaman budaya, adat istiadat, kepercayaan dan juga kekayaan intelektual yang begitu
beragam, semuanya melebur menjadi satu dalam setiap sendi sendi kehidupan
masyarakat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, Jawa Barat
sebagai

pengertian

administratif

yang

mulai

digunakan

pada

tahun 1925 ketika

Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu
sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda
atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah
Soendalanden (Tanah Sunda) atau Pasundan, sebagai istilah geografi untuk menyebut
Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni
oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.

1.2.

PENDUDUK
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

Karena letaknya yang berdekatan dengan Ibu Kota negara maka hampir seluruh suku
bangsa yang ada di Indonesia terdapat di Provinsi ini, 65% penduduk Jawa Barat
adalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli Provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku
Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat, Suku Betawi banyak
mendiami daerah bagian barat, Suku Minang dan Suku Batak banyak mendiami kota-kota
besar di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi, dan Depok. Sementara
itu Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di seluruh daerah Jawa Barat.

1.3.

AGAMA
Majoriti penduduk di Jawa Barat memeluk agama Islam (97%). Selain itu provinsi

Jawa

Barat

juga

memiliki

bandar-bandar

yang

menerapkan

syariat

Islam,

seperti Cianjur, Kabupaten Tasik Malaya, serta Kota Tasikmalaya diperlakukan kepada
sebagian besar warganya yang menganut agama Islam. Agama Kristian banyak pula
terdapat di Jawa Barat, terutama dianut oleh Orang Tionghoa dan sebagian Orang Batak.

BAB II. PEMBAHASAN


2.1.

RUMAH ADAT
Suku Sunda merupakan salah satu suku yang menempati wilayah propinsi Jawa

Barat. Daerah yang didiami oleh Suku Sunda disebut Tatar Sunda atau Tanah Pasundan.
Keberadaan Suku Sunda di daerah Jawa Barat hingga saat ini masih menjadi sebuah
misteri bagi para peneliti, hal ini disebabkan karena tidak adanya cerita cerita yang dapat
dijadikan sumber untuk mengungkap asal usul suku ini.
Secara umum rumah tradisional Sunda merupakan sebuah rumah panggung sama
seperti rumah rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk rumah panggung
ini bertujuan untuk menghindari masalah masalah dari lingkungan yang bisa
mengancam penghuninya.

2.2.

PAKAIAN TRADISIONAL
Pakaian adat pria Jawa Barat berupa tutup kepala (destar), berjas dengan leher

tertutup (jas tutup). Ia juga memakai kalung, sebilah keris yang terselip di pinggang bagian
depan serta berkain batik. Sedangkan wanitanya memakai baju kebaya, kalung, dan

berkain batik. Beberapa hiasan kembang goyang menghiasi bagian atas kepalanya.
Begitu pula rangkaian bunga melati yang menghiasi rambut yang disanggul. Pakaian ini
berdasarkan adat Sunda.

Gambar. Pakaian Tradisional

2.3.

SENI TARI
Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kesenian yang sangat

beragam, salah satunya adalah seni tari. Dari seni tari tersebut Jawa Barat memiliki
beberapa tari-tarian yaitu:
a. Tari Topeng Kuncuran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam
kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.
b. Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba
indah dan memukau.
c. Tari Rarasati, Dewi Rarasati sebagai selir Arjuna yang cantik dan lembut ternyata
memiliki jiwa keprajuritan. Kepandaiannya dalam memanah telah menyadarkan
Srikandi dari kesombongannya. Saripati gambaran tersebut kemudian diangkat
dalam bentuk tari kelompok dengan sumber gerak tari tradisi Cirebon.
d. Tari Jaipong, suatu bentuk tarian pergaulan Jawa Barat yang terkenal.

2.4.

SENJATA TRADISIONAL
Di Jawa Barat senjata tradisional yang terkenal adalah Kujang. Pada mata Kujang

terdapat 1-5 buah lubang dan sarungnya terbuat dari kain hitam. Senjata lainnya adalah
Keris Kirompang, Keris Kidongkol, Golok, Bedok, Panah Bambu, Panah Kayu dan
Tombak.

Gambar. Kujang

2.5.

ALAT MUSIK TRADISIONAL


Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang dibuat dari

bambu dan merupakan alat musik asli Jawa Barat, Indonesia. Dulunya, angklung
memegang bagian penting dari aktivitas upacara tertentu, khususnya pada musim panen.
Suara angklung dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci) yang
akan membawa kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan akan memberikan
kebahagian serta kesejahteraan bagi umat manusia. Angklung yang tertua di dalam
sejarah yang masih ada disebut Angklung Gubrag dibuat di Jasinga, Bogor, Indonesia dan
usianya telah mencapai 400 tahun. Sekarang ini, beberapa angklung tersebut disimpan di
Museum Sri Baduga, Bandung, Indonesia.
Dengan berjalannya waktu, Angklung bukan hanya dikenal di seluruh Nusantara,
tetapi juga merambah ke berbagai negara di Asia. Pada akhir abad ke-20, Daeng Soetigna
menciptakan angklung yang didasarkan pada skala suara diatonik. Setelah itu, angklung
telah digunakan di dalam bisnis hiburan sejak alat musik ini dapat dimainkan secara

berpadu dengan berbagai macam alat musik lainnya. Pada tahun 1966, Udjo Ngalagena,
seorang siswa dari Tuan Daeng Soetigna mengembangkan angklung berdasarkan skala
suara alat musik Sunda, yaitu salendro,pelog, dan madenda.

Gambar. Angklung

2.6.

UPACARA ADAT
Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada masyarakat Sunda masih dipelihara

dan dihormati. Dalam daur hidup manusia dikenal upacara-upacara yang bersifat ritual
adat seperti: upacara adat Masa Kehamilan, Masa Kelahiran, Masa Anak-anak,
Perkawinan, Kematian, dll. Demikian juga dalam kegiatan pertanian dan keagamaan
dikenal upacara adat yang unik dan menarik. Itu semua ditujukan sebagai ungkapan rasa
syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir bathin dunia dan akhirat.
Beberapa kegiatan upacara adat di Jawa Barat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2
atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan
barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan
sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah
betul-betul hamil. Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan
upacara pada saat kehamilan menginjak empat bulan, karena pada usia kehamilan

empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT.
Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang
pengajian untuk membacakan doa selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya
agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
b. Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun

dilaksanakan

apabila

perempuan

yang

mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi
belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun,
seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar
perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pada pelaksanaannya leher perempuan
itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung beurang sambil membaca doa
dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada kandang kerbau, cukup dengan
mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang hamil itu harus berbuat
seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh
anak-anak yang memegang cambuk. Setelah mengelilingi kandang kerbau atau
rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan dan disuruh masuk ke dalam
rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.
c. Upacara Adat Seren Taun
Upacara Seren Taun yaitu upacara adat yang intinya mengangkut padi (ngakut
pare) dari sawah ke leuit (lumbung padi) dengan menggunakan pikulan khusus
yang disebut rengkong dengan diiringi tabuhan musik tradisional. Selanjutnya di
adakan riungan (pertemuan) antara sesepuh adat/pemuka masyarakat dengan
pejabat pemerintah setempat. Dalam riungan tersebut antara lain. Disampaikan
kabar gembira kepada pejabat setempat mengenai keberhasilan panen (hasil tani)
dan kesejahteraan masyarakat yang dicapai dalam kurun waktu yang telah dilalui.
Salah satu ciri khas upacara seren taun adalah melalukan seba, yaitu
menyampaikan aneka macam hasil panen kepada pejabat setempat agar ikut
menikmati hasil tani mereka. Salah satu tujuan upacara seren taun ini adalah
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilannya bertani serta
mengharapkan pada masa mendatang akan lebih berhasil lagi. Upacara seren
taun dapat dijumpai di Kasepuhan Sirnarasa Cisolok-Sukabumi Selatan, Cigugur
Kuningan dan Baduy-Lebak/Banten.
d. Upacara Ngirab/Rebo Wekasan
Upacara ini ditandai dengan berziarahnya masyarakat setempat ke makam Sunan
Kalijaga, yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, karena waktu
tersebut dianggap hari yang paling baik untuk menghilangkan bencana dan

kemalangan dalam hidup manusia. Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan


berbagai pertandingan seperti lomba mendayung dan sebagainya. Upacara ini
biasa dilaksanakan di sungai Drajat, Kota Cirebon.
e. Upacara Peringatan Isro Miraj
Di setiap daerah di Jawa Barat khususnya bagi umat Islam, setiap tanggal 27 bulan
Rajab biasa dilakukan peringatan Isro Miraj. Isro yaitu hijrahnya Nabi Muhammad
dari masjidil Haram Mekah ke mesjidil Aqso. Sedangkan Miraj adalah peristiwa
naiknya Nabi Muhammad ke langit ke tujuh dan diberikannya wahyu untuk
melaksanakan sholat 5 waktu sehari. Pada pelaksanaan peringatan Isra Miraj
biasa diadakan pengajian, pembacaan solawat dan ceramah keagamaan. Hal ini
dimaksudkan agar manusia dalam menjalankan hidupnya harudisertai dengan
peningkatan ibadah terhadap Allah SWT. Seusai kegiatan tersebut biasa diadakan
makan nasi tumpeng bersama.

TUGAS PENGANTAR ARSITEKTUR

KEBUDAYAAN PROVINSI
JAWA BARAT

NAMA : FERI CAHYADI


NIM : 1206097052

Anda mungkin juga menyukai