Anda di halaman 1dari 61

INDONESIA E-COMMERCE

MENUJU
ASEAN FREE TRADE AREA
(AFTA) 2015

Ali Akbar Hehaitu


Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag.
Jakarta, 4 Desember 2014
1

LATAR BELAKANG AFTA:


ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan
negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai
basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi lebih
dari 600 juta penduduknya.
Pada KTT ke -5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani
Framewok Agreement
Enchanching ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai
dicanangkannya
ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993
dengan Common
Efective Prefential Tarif (CEPT).
Dalam skema CEPT setiap negara dimungkinkan untuk tidak
melakukan liberalisasi
perdagangan
sepanjang
hal
tersebut
menurut
pertimbangannya
dapat
membahayakan keamanan nasional, moral masyarakat,
kesehatan manusia,
binatang dan tanaman, dan nilai - nilai seni, sejarah, purbakala dan
arkeologi.

sebagai mekanisme utama, Pendirian AFTA memberikan


implementasi dalam
bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan hambatan nontarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitas
pedagangan. Dalam
perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada
liberalisasi perdagangan
barang, tetapi juga perdagangan, jasa dan investasi.

Skema Common Effective Preferential Tariffs For


ASEAN

Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan

suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui :


penurunan tarif hingga menjadi 05%, penghapusan
hambatan-

pembatasan

kwantitatif

dan

hambatan non tarif lainnya.


Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA
adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan
semua bea masuk impor barang bagi ASEAN 6 pada
tahun 2010, Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia,

Philippines, Singapura dan Thailand, dan pada tahun


2015 bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam.

KERJASAMA EKONOMI ASEAN


PENDALAMAN

PERLUASAN
1967: INA, MAL
PHI, SIN,THA

1984: BRU

1995:VN
1997: LAO, MYM

1977: PTA

EAFTA Study

2004: ASN-China
2006: ASN-KOR

1999: CAM

CEPEA Study

2008: ASN-JAP

1992: CEPT AFTA

2009: ASNANZ; ASN-India;


ASN-China Investment;
ASN Korea Investment

1995: AFAS
1997: ASEAN Vision 2020
1998: AIA
2003: 3 Pillars of ASEAN Community 2020;
11 Priority Integration Sectors (PIS)

2010: ASEAN Plus Working


Groups on ROO, Tariff
Nomenclature, Customs, Ec
Cooperation
2011: ASEAN Framework

2005: Logistics as PIS


2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC
Blueprint
2008: first year of AEC Blueprint;
ASEAN Charter entered into force
2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard

for Regional Comprehensive


Economic Partnership
2012: Launching of
Regional Comprehensive
Economic Partnership

2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015


2010: Connectivity Master Plan
2011: ASEAN Framework for Equitable

Economic
Developme
nt

ASEAN Economic
Community 2015

Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya


Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita citakan ASEAN sebagai Komunitas negara - negara Asia Tenggara
yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling perduli, diikat
bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020.
Selanjutnya ASEAN juga mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9
ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan
Komunitas ASEAN.
Pembentukan Komuntas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya
ASEAN untuk lebih
mempererat integrasi ASEAN.
juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan
cara pandang agar
dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik
yang berdampak
pada kawasan tanpa meninggalkan prinsp-prinsip utama ASEAN,
yaitu:
saling menghormati (Mutual Respect);
tidak mencampuri urusan dalam negeri (Non-Interfence);
Konsensus;

Diaog; dan
Konsultasi.
Pengalaman kawasan Asia Tenggara semasa krisis keuangan
dan ekonomi Tahun
1997-1998 telah memicu kesadaran ASEAN mengenai pentingnya
peningkatan dan
perluasan kejasama intra kawasan.

ASEAN VISION 1997


ASEAN
POLITICALSECURITY
COMMUNITY

ASEA CONOMI
C ITY
NE
COMM (2015)
UN
**

ASEAN
SOCIOCULTU
RE
COMMUNI
TY
***

Dasar Pembentukan: Declaration of ASEAN Concord II, KTT ke-9 ASEAN, 7


Oktober 2003 di Bali
*
Kerjasama Keamanan: penanganan sengketa antar sesama ASEAN
atau dengan non-ASEAN,

mencegah ekskalasi sengketa menjadi konflik


**
Kerjasama Ekonomi: membentuk integrasi ekonomi kawasan
*** Kerjasama Sosial-Budaya: masyarakat ASEAN yang saling peduli dan
berbagi (a caring and
sharing community)

BLUE-PRINT AEC 2015


ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

Strategic
SINGLE MARKET AND
PRODUCTION BASE

Schedule

COMPETITIVE
ECONOMIC
REGION

EQUITABLE
ECONOMIC
DEVELOPMENT

Competition policy

SME development

Consumer
Protection

Initiative for
ASEAN Integration
(IAI)

Integration into the


Global Economy

Free flow of goods

Free flow of
services

Free flow of
investment
Intellectual
Property Rights
Freer flow of
capital

Free flow of skilled


labor
Priority Integration
Sectors

Coherent
Approach towards
External Economic
Relations

Enhanced
participation in
global supply
networks

Infrastructure
development

Taxation

e-Commerce

Food, Agriculture and


Forestry

Skema cetak biru aliran bebas


barang
AEC
2015

TR

ANSAKSI E-COMMRECE
Pada era modern dan digital pada saat ini perdagangan ataupun
aktivitas jual beli dengan menggunakan dunia maya (online) atau
yang lebih dikenal dengan sebutan e-commerce telah menjadi
senjata utama yang dapat memudahkan transaksi perdagangan.

E-commerce dinilai lebih efektif dan efisien dalam memasarkan


produk maupun dalam melakukan transaksi perdagangan.
Perkembangan
transaksi
online
sendiri
secara
global
mengalami pertumbuhan meningkat. Nilai transaksi bisnis ecommerce secara global telah mencapai 1,25 triliun dolar AS
pada tahun 2013. Sedangkan untuk tahun 2014 ini nilai
transaksinya diperkirakan naik menjadi 1,5 triliun dolar AS.
Berdasarkan riset Vela Asia dan Google, total nilai pasar ecommerce Indonesia
pertengahan tahun 2013 hingga Januari 2014 diprediksi
mencapai USD 8 miliar,
yang setara dengan Rp 96 triliun. "Angka tersebut
diperkirakan akan terus
meningkat hingga mencapai angka USD 24 miliar atau setara
dengan Rp 288 triliun,
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika memprediksi
bahwa pasar ecommerce di Indonesia pertumbuhannya diperkirakan naik
mencapai 71%, terbesar
di dunia dengan nilai USD 1,8 milar atau setara Rp 18 triliun
pada tahun ini.
"Pertumbuhan pasar e-commerce di dalam negeri rata-rata per
tahunnya terus naik.

Tahun 2013 mencapai Rp 130 triliun atau kurang lebih 1%


pendapatan dunia,
setelah sebelumnya pada 2012 mencapai Rp 69 triliun.

IMPLEMENTASI E-COMMERCE
DALAM
PERDAGANGAN
INDONESIA

Organisasi dan forum internasional maupun regional yang


membahas dan mengagendakan penyusunan berbagai konsep
yang berkaitan dengan penerapan prinsip e-Commerce di dunia
perdagangan internasional.
Organisasi-organisasi atau forum-forum itu antara lain:
United Nation Commission on International Trade Law
(UNCITRAL),
Model Law on e-Commerce to enactment (1996),
The European Union tahun 2000 yang memperkenalkan eCommerce Legal
Issues Platform,
Word Trade Organization (WTO),
The Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD),
The Group of Eight (G-8),
The International Telecommunication Union (ITU),
The United Nation (UN),
The World Intellectual Property Organization (WIPO) dan
APEC di mana
didalamnya terdapat e-Commerce Steering Group.
Organisasi-organisasi ini membahas dan mempersiapkan halhal yang terkait

dengan implementasi e-Commerce yang saat ini fokus utamanya


adalah paperless
trading, data privacy dan cross-border economy exchange,.

Terkait
yuridiksi,
pilihan
hukum
dan
forum
penyelesaian
sengketa ditentukan oleh para pihak dan
atau mengikuti kaedah dalam hukum perdagangan
internasional.
Atas transaksi antara pelaku usaha
asing dengan konsumen Indonesia dan antara pelaku usaha
asing dengan pemerintah Indonesia, berlaku hukum
perlindungan Indonesia.
Perihal kontrak elektronik, kontrak perdagangan
elektronik sah ketika
terdapat kesepakatan para pihak.
Kontrak Perdagangan Elektronik paling sedikit harus
memuat identitas para
pihak, spesifikasi barang dan atau Jasa yang disepakati,
legalitas barang dan
atau jasa, nilai transaksi perdagangan, persyaratan dan
jangka waktu
pembayaran, prosedur operasional pengiriman barang dan
atau jasa, dan
prosedur pengembalian barang dan atau jika terjadi
ketidaksesuain.

Kontrak Perdagangan Elektronik dapat menggunakan


tanda tangan
elektronik dan harus dibuat dalam bahasa Indonesia.
Kontrak Perdagangan Elektronik harus disimpan dalam
jangka waktu
tertentu.
PPSE wajib membuat sistem yang memungkinkan
penyimpanan kontrak
elektronik.
PMSE = Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
PPSE = Penyelenggara Perdagangan Sistem Elektronik

DASAR HUKUM
UU No. 7/2014 tentang Perdagangan, Pasal 66 menyebutkan untuk
menerbitkan PP
tentang Transaksi Perdagangan melalui Sistem elektronik.

Ketentuan terkait e-commerce itu tertera dalam pasal


65.
Antara
lain, mengatur pelaku usaha yang
memperdagangkan barang dan atau jasa dengan
menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data
dan atau informasi secara lengkap dan benar.
Setiap pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang
dan/atau jasa dengan menggunakan sistem elektronik
yang
tidak sesuai dengan data dan/atau informasi,"
demikian kutipan ayat (2) pasal 65 UU Perdagangan itu.
Data dan informasi yang dimaksud antara lain:
identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen
atau pelaku usaha distribusi, persyaratan teknis barang
yang ditawarkan, persyaratan teknis atau kualifikasi
jasa yang ditawarkan, harga dan cara pembayaran barang
dan atau jasa, dan cara penyerahan barang.

PP tentang Transaksi Perdagangan melalui Sistem elektronik


sebagaimana diamanatkan dalam UU tersebut dalam proses
penerbitan. Diharapkan tahun ini sudah selesai.
Adapun penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud,
wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik.

UU ITE No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.


Beberapa pasal dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU-ITE) yang
berperan dalam e-commerce adalah :
Pasal 2, setiap Orang yang melakukan perbuatan
hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik
yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar
wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di
wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum
Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.
Pasal 9, Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui
Sistem Elektronik harus menyediakan informasi yang
lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak,
produsen, dan produk yang ditawarkan.
Pasal 10, Setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan
Transaksi Elektronik dapat
disertifikasi
oleh
Lembaga
Sertifikasi
Keandalan. Ketentuan

mengenai pembentukan Lembaga Sertifikasi Keandalan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 18, Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam

Kontrak Elektronik
mengikat
para
pihak.
Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum
yang berlaku bagi
Transaksi Elektronik internasional yang
dibuatnya.
Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam
Transaksi Elektronik internasional, hukum yang berlaku
didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional.
Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum
pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa
alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa
yang mungkin timbul dari Transaksi Elektronik internasional
yang dibuatnya.
Jika
para
pihak
tidak
melakukan pilihan
forum
sebagaimana dimaksud pada
ayat
(4),
penetapan

kewenangan
pengadilan,
arbitrase,
atau lembaga
penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang
menangani sengketa yang mungkin timbul dari transaksi
tersebut,
didasarkan
pada
asas
Hukum
Perdata
Internasional

Peraturan
Pemerintah
No.
82
Tahun
2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik. Telah diterbitkan oleh
Kementrian
Komunikasi
dan
Informatika
RI
(Kemenkominfo) selaku badan regulasi resmi dari
pemerintah.
Kementerian Perdagangan sendiri pada saat
ini
sedang melakukan promosi terhadap bisnis
online ini dengan cara mempersiapkan regulasi ecommerce.
Regulasi tersebut dibutuhkan untuk melindungi
konsumen dan sekaligus melindungi rintisan bisnis
yang menggunakan e- commerce sebagai basis
usahanya.

Hal tersebut akan membuat pelaku usaha


mendapatkan kepastian dan perlindungan jika
melakukan transaksi internasional.

Untuk mendukung penggunaan e-Commerce di


Indonesia, Kemkominfo saat ini menyiapkan perangkatperangkat regulasi terkait:
penerapan dan pemanfaatan e-Commerce serta
transaksi elektronik,
menyiapan sarana dan prasarana layanan e-Commerce
dan transaksi
elektronik,
menerapkan proses transformasi masyarakat
khususnya UKM menuju
e-UKM secara terencana dan bertahap, hingga ke
daerah melalui
Pusat Komunitas Kreatif Bangunan yang berfasilitas
media Teknologi
Informatika dan Komunikasi (TIK) yang dikhususkan
bagi para Usaha
Kecil Menengah (UKM) dalam mentransformasikan
manual business

ke elektronik business, memfasilitasi, membina


dan memberi
bimbingan teknis bagi masyarakat dalam rangka
penerapan eCommerce di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, Kemkominfo juga menyiapan dan fasilitasi
proses e-Commerce
dan transaksi elektronik internasional secara crossborder, technology
neutral dan mengedepankan perlindungan data pribadi
atau indentitas
pribadi.

Terkait pajak, transaksi perdagangan secara elektronik


dikenakan pajak
sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pelaku Usaha yang menawarkan secara elektronik
kepada Konsumen
Indonesia wajib tunduk pada ketentuan perpajakan
Indonesia karena
dianggap memenuhi kehadiran secara fisik dan
melakukan kegiatan
usaha secara tetap di Indonesia.
Terkait bea meterai, pengenaan bea materai terhadap
dokumen bukti
transaksi elektronik diberlakukan terhadap bukti
transaksi yang
dilakukan secara tertulis di atas kertas.
Situs yang telah diaudit berhak memperoleh trustmark.
Situs yang tidak bertanggungjawab dapat dimasukkan
dalam blacklist.

Tanggungjawab pemerintah sendiri dalam


pengembangan e-Commerce
atau PMSE adalah melakukan pembinaan
melalui mekanisme
pendaftaran,
mendorong
peningkatan
e-UKM
dan
melakukan
pengawasan.
Pemerintah juga bertanggungjawab mendorong
penyelesaian sengketa
di luar pengadilan antara lain secara online alias
Online Dispute
Resolution atau ODR.

DAYA SAING,
PELUANG DAN
TANTANG
AN
INDUSTRI ECOMMERCE DAN
UKM ONLINE
INDONESIA

PELUANG:
Pada acara China-ASEAN e-commerce Summit
2014 telah pembahasan berbagai hal yang
terkait
dengan transaksi elektronik dan
termasuk juga regulasinya.
Negara
-negara
di
ASEAN
dan
Tiongkok
terus mempersiapkan diri dalam
melakukan antisipasi pertumbuhan e-commerce
seiring dengan kemajuan teknologi pada saat
ini.
Transaksi yang terdapat di dalam jaringan
e-commerce menjadi sebuah peluang bagi
Indonesia untuk dapat memasarkan berbagai
produk ke negara tujuan Republik Rakyat
Tiongkok.
Seperti
diketahui
jika
negara
Tiongkok menjadi salah satu mitra perdagangan
terbesar bagi Indonesia

PELUANG:
Indonesia adalah pangsa pasar e-Commerce terbesar
dunia. Indonesia juga penyumbang serangan internet
terbesar dunia 38% disusul Cina
33%, USA 6,9% Taiwan 2,5%, Turki 2,4% dan sisanya Negara
lain.
Pembeli online di Indonesia ada sekitar 7 juta orang atau
hampir 20% dari total netizen Indonesia, Netizen yaitu
yang menggunakan internet minimal 3 jam sehari ada
36 juta orang di Indonesia.
Pengusaha kecil menengah di Indonesia hingga akhir 2013
ada sekitar 56 juta. "5 juta diantaranya telah menyiapkan
akses dan membangun infrastruktur e-Commerce. Hingga
akhir 2013, 75 ribu UKM telah melakukan bisnis eCommerce,
Kementerian Perdagangan memperkirakan transaksi jual
beli barang
melalui internet (e-commerce) dari Indonesia akan menembus
angka US$
10,08 miliar. Rata-rata nilai transaksi belanja online tersebut
tumbuh 40
persen setiap tahun.
Sementara itu, nilai transaksi e-commerce dunia
pada
tahun
ini diperkirakan naik 20 persen atau
sebesar US$ 1,5 triliun dari pencapaian

2013 US$ 1,25 triliun.

The Ministry of Trade of the Republic of


Indonesia

TANTANGAN
pad kenyaman
Kekuat e-Commerce
an
ada
a
an
membe
via
Internet,
piliha
dengan
li
banyak
n
harga
yang kompetitif,
Potensi besar populasi penduduk Indonesia,
Fleksibilitas
akses
serta
praktis
dan
mudah
bertransaksi.
Kelemahan
e-Commerce
terletak
pada
masih
lemahnya daya beli,
Sedikitnya jumlah pemilik credit card,
Belum meratanya koneksi internet,
Besarnya biaya pengiriman barang, dan
The Ministry of Trade of the Republic of
Indonesia

24

Belum bagusnya kualitas SDM yang ada.

The Ministry of Trade of the Republic of


Indonesia

25

TANTANGAN
PROFIL SDM INDONESIA 2013

Angkatan Kerja: 121,19 juta


Pekerja: 114,02 juta (94,08% dari total angkatan kerja)
Penganggur: 7,17 juta (5,29% dari total angkatan kerja

Tingkat Pendidikan
Pekerja

Sebaran Tenaga Kerja


SEKTOR
(juta)
Pertanian
39,96
Industri 35,05

JML
%

14,78
12,96
Konstruksi
6,89
6,04
Perdagangan
24,81
21,76
Transport,
Pergudangan &
5,23
4,59
Komunikasi
Keuangan
3,01
2,64
Jasa Kemasyarakatan
17,53
Lainnya 15,37
(tambang, listrik,
1,81

1,59 gas dan air)

PENDIDIKAN
%
PEKERJA
SD ke Bawah
54,62
47,9
SMP
20,29
SMA
17,77
SMK

17,8
15,9

10,18
8,9
Diploma (1-3)
3,22
2,8
Universitas
7,94
Total 6,9
114,02 100

Sumber: BPS Mei 2013

JML
(juta)

Regulasi tentang e-Commerce di Indonesia telah turut


diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Dalam
UU
tersebut
ditegaskan
bahwa
Informasi
Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem
Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan
benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen dan
produk yang ditawarkan,.
Dalam Pasal 10 ayat (1) UU) Nomor 11 tahun 2008
ditegaskan
bahwa
setiap
pelaku
usaha
yang
menyelenggarakan Transaksi Elektronik dapat disertifikasi
oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan.
Pasal 15 ditetapkan bahwa setiap Penyelenggara Sistem
Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik
secara andal dan aman serta
Bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem
elektronik sebagaimana

mestinya. Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan


hukum dan akibat
hukum yang sah selama memenuhi persyaratan tertentu.

SANKSI:
UU ITE Indonesia disahkan oleh DPR pada tanggal 25
Maret 2008. UU ITE terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal
yang mengupas secara mendetail bagaimana aturan
hidup di dunia maya dan transaksi yang terjadi
didalamnya.Perbuatan yang dilarang (cybercrime)
dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-37):
o Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan,
Pemerasan)
o Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita
Kebencian dan
Permusuhan)
o Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti)
o Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin,
Cracking)
o Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan
Informasi)

o Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka


Informasi
Rahasia)
o Pasal 33 (Virus?, Membuat Sistem Tidak Bekerja
(DOS?))
o Pasal 35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik
(phising?))

Pengaturan e-Commerce itu memberikan kepastian dan


kesepahaman mengenai apa yang dimaksud dengan
Perdagangan
Melalui
Sistem Elektronik (selanjutnya
disingkat PMSE) dan memberikan perlindungan dan
kepastian kepada pedagang, penyelenggara PMSE, dan
konsumen dalam melakukan kegiatan perdagangan melalui
sistem elektronik. Pengaturan e- Commerce juga bertujuan
untuk mempromosikan kegiatan PMSE di dalam negeri,.
Dalam UU Perdagangan diatur bahwa setiap pelaku
usaha yang
memperdagangkan Barang dan atau Jasa dengan
menggunakan sistem
elektronik wajib menyediakan data dan atau informasi
secara lengkap dan
benar. Setiap pelaku usaha dilarang memperdagangkan
Barang dan atau
Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak
sesuai dengan data

dan atau informasi dan penggunaan sistem elektronik


tersebut wajib
memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Informasi dan
Transaksi Elektronik.

Data dan atau informasi PMSE paling sedikit harus


memuat identitas dan legalitas Pelaku Usaha
sebagai produsen atau Pelaku Usaha Distribusi,
persyaratan teknis Barang yang ditawarkan,
persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang
ditawarkan, harga dan cara pembayaran Barang
dan atau Jasa, dan cara penyerahan Barang.
Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi
dagang melalui sistem elektronik, orang atau badan
usaha
yang
mengalami
sengketa
dapat
menyelesaikan
sengketa
tersebut
melalui
pengadilan
atau
melalui
mekanisme
penyelesaian sengketa lainnya,.
Setiap pelaku usaha yang memperdagangkan
Barang dan atau Jasa dengan
menggunakan
sistem elektronik yang tidak menyediakan data
dan atau informasi secara lengkap dan benar akan

dikenai sanksi administratif berupa pencabutan


izin.

UU Perdagangan sendiri mendefinisikan PMSE


sebagai perdagangan yang transaksinya dilakukan
melalui serangkaian perangkat dan prosedur
elektronik.
Jenis pelaku usaha PMSE meliputi pedagang
(merchant) dan Penyelenggara Perdagangan
Secara
Elektronik
("PPSE"),
terdiri
atas
Penyelenggara
Komunikasi
Elektronik,
Iklan
Elektronik, penawaran elektronik, Penyelenggara
sistem aplikasi Transaksi Elektronik, Penyelengara
jasa dan sistem aplikasi pembayaran dan
Penyelenggara jasa dan sistem aplikasi pengiriman
barang.
Bentuk Perusahaan
PMSE dapat
berbentuk
orang perseorangan atau berbadan hukum.
Penyelenggara
Sarana
Perdagangan
Secara
Elektronik dapat berbentuk perorangan atau
berbadan hukum.

Pedagang asing wajib memenuhi persyaratan dan


ketentuan peraturan perundangan.

PERLINDUNGAN HUKUM E-COMMERCE:


Perlindungan hukum terhadap konsumen
Indonesia
UU ITE menerangkan bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan
informasi yang
lengkap berkaitan dengan detail produk, produsen dan syarat
kontrak.
Malaysia
Communications and Multimedia Act 1998 menyebutkan bahwa setiap
penyedia jasa
layanan harus menerima dan menanggapi keluhan konsumen.
Filipina
Electronic Commerce Act 2000 dan Consumer Act 1991 menyebutkan
bahwa siapa saja
yang menggunakan transaksi secara elektronik tunduk terhadap
hukum yang berlaku.
Sedangkan pada negara ASEAN lainnya, hal tersebut belum diatur.
Perlindungan terhadap data pribadi serta privasi
Singapura
Sebagai pelopor negara ASEAN yang memberlakukan cyberlaw yang
mengatur ecommerce code untuk melindungi data pribadi dan komunikasi
konsumen dalam

perniagaan di internet.
Indonesia
Datanya Sudah diatur dalam UU ITE.
Malaysia & Thailand
Datanya Masih berupa rancangan,
Sedangkan pada negara ASEAN lainnya, data pribadi masih belum
diatur.

Cybercrime
Sampai dengan saat ini ada delapan negara ASEAN yang telah
memiliki cyberlaw yang
mengatur tentang cybercrime atau kejahatan di internet yaitu
Brunei, Malaysia,
Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan termasuk
Indonesia melalui UU
ITE yang disahkan Maret 2008 lalu. Ternyata sudah banyak sekali UU
ITE ini tersebar
di Negara ASEAN. Tetapi walaupun sudah ada UU ITE masih aja ada
para hacker di
negeri ini.
Spam
Spam digunakan sebagai pengiriman informasi atau iklan suatu
produk yang tidak
pada tempatnya dan hal ini sangat mengganggu.
Singapura
Di singapura merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang
memberlakukan hukum
secara tegas terhadap spammers (Spam Control Act 2007)
Malaysia & Thailand
Spam tersebut masih berupa rancangan.

Indonesia
UU ITE belum menyinggung masalah spam.

Hak Cipta Intelektual atau Digital Copyright


Di ASEAN saat ini ada enam negara yaitu Brunei, Kamboja,
Indonesia, Filipina,
Malaysia dan Singapura yang telah mengatur regulasi tentang hak
cipta intelektual.
Online Dispute resolution (ODR)
ODR adalah resolusi yang mengatur perselisihan di internet.
Filipina
Merupakan satu-satunya negara ASEAN yang telah memiliki aturan
tersebut dengan
adanya Philippines Multi Door Courthouse.
Singapura
Mulai mendirikan ODR facilities.
Thailand
Masih dalam bentuk rancangan.
Malaysia
Masih dalam tahap rancangan mendirikan International Cybercourt
of Justice.
Indonesia
Dalam UU ITE belum ada aturan yang khusus mengatur mengenai
perselisihan di
internet.

Sementara di negara ASEAN lainnya masih belum ada. ODR sangat


penting
menyangkut implementasinya dalam perkembangan teknologi
informasi dan ecommerce.

www.kemendag.g
o.id
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/web
site_kpi/

34

Anda mungkin juga menyukai