Tugas Budi Pekerti Fix
Tugas Budi Pekerti Fix
Disusun oleh :
Alfika Dewi Wijayanti
P07120213001
Amalia Pangesti
P07120213003
Desssy Intansari
P07120213009
Ichtiarfi Waryanuarita
P07120213020
Karunia Indriyati
P07120213025
P07120213037
Putri Prastiti
P07120213042
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Sumber dan Fungsi Norma dalam Masyarakat tanpa ada hambatan.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Budi
Pekerti dan menambah informasi bagi mahasiswa tentang adanya norma dalam
masyarakat. Dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat mengetahui pengertian
norma, sumber norma, fungsi norma, contoh terapan norma dalam masyarakat dan
contoh masalah yang melanggar norma.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai contoh tidak adanya larangan untuk mengambil barang orang lain
atau mencuri akan membuat konflik dalam masyarakat. Setiap orang akan
memilih mencuri daripada berusaha untuk bekerja, ini akan merugikan individu
lain. Contoh lain, tahun baru misalnya, malam yang terjadi hanya satu kali dalam
satu tahun, banyak dimanfaatkan oleh para anak muda untuk hura-hura dan
bersenang-senang baik dengan teman sebaya maupun lawan jenis. Berbagai
perilaku menyimpang seperti minum minuman keras, merokok, perilaku seks
mereka lakukan tanpa batas ketika saat berkumpul.
Melihat fakta di lapangan, masih banyak individu atau kelompok dalam
masyarakat yang melakukan perilaku yang tidak sesuai norma. Kurangnya
kesadaran menjadi penyebab utama dalam masalah ini. Padahal, pada teori
maupun prakteknya, masyarakat terikat oleh norma-norma yang berlaku agar bisa
melangsungkan hidup secara teratur. Tapi kenyataannya, masyarakat masih buta
akan pentingnya menaati norma-norma yang telah ditetapkan. Karena pada
dasarnya, norma itu ada untuk membentuk masyarakat kearah yang lebih baik
lagi.
Dari pemaparan diatas, penulis ingin menjelaskan tentang sumber dan
fungsi di dalam masyarakat.
B; Rumusan Masalah
BAB II
KAJIAN TEORI
A; Pengertian Norma
Secara umum, norma atau kaidah dibedakan antara norma etika dan norma
hukum. Norma etika meliputi norma usila, norma agama, dan norma kesopanan.
Pada dasarnya, norma etika datang dari dalam diri manusia sendiri, misalnya
menghormati orang yang lebh tua, berbuat baik pada orang tua, atau malu jika
berbuat salah. Walaupun demikian, tidak jarang norma etika merupakan norma
yang datang dari luar diri manusia, misalnya dari Tuhan YME.
Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Istilah norma
berasal dari bahasa Latin, atau kaidah dalam bahasa Arab, dan sering juga disebut
dengan pedoman, patokan, atau aturan dalam bahasa Indonesia. Dalam
perkembangannya, norma itu diartikan sebagai ukuran atau patokan bagi
seseorang dalam bertindak atau bertingkahlaku dalam masyarakat. Jadi, inti suatu
norma adalah segala aturan yang harus dipatuhi (Abdulkarim: 2005).
Oleh karena norma-norma yang mengatur atau membatasi tingkah laku
manusia itu bermacam-macam jenisnya, maka kesemua norma itu kita sebut
dengan norma-norma sosial atau norma-norma masyarakat. Norma yang berlaku
bagi manusia itu sekurang-kurangnya ada empat jenis yaitu norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Keempat norma tersebut saling
mengisi, saling mendorong, dan saling melengkapi, sehingga satu sama lain tidak
dapat dipisahkan. Maksut dari keempat norma tersebut sama, yaitu melindungi
kepentingan, baik perorangan maupun umum, sehingga tercipta tata tertib dalam
masyarakat.
Pengertian norma menurut para ahli antara lain:
1;
John J. Macionis
Norma merupakan segala aturan dan harapan masyarakat yang memandu
segala prilaku anggota masyarakat.
2;
Craig Calhoun
Antony Giddens
Norma ialah sebuah prinsip maupun aturan yang jelas, nyata atau konkret
yang harus diperhatikan oleh setiap masyarakat.
4;
5;
6;
Bagja Waluyo
Norma merupakan wujud atau bentuk nyata dari nilai yang merupakan acuan
atau pedoman berisikan tentang keharusan berperilaku bagi setiap manusia.
7;
Robert M. Z. Lawang
Norma merupakan suatu patokan dalam berperilaku yang memungkinkan
seseorang menentukan apakah tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain
yang juga merupakan ciri bagi orang lain untuk menolak atau mendukung
dari perilakunya.
8;
Utrecht
Norma merupakan segala himpunan petunjuk hidup yang mengatur berbagai
tata tertib dalam suatu masyarakat atau bangsa yang mana peraturan itu
diharuskan untuk ditaati oleh setiap masyarakat, jika melanggar maka akan
adanya tindakan dari pemerintah. (Noorkasiani: 2007)
9;
Marvin E. Shaw
Norma ialah sebuah perangkat dimana hal itu dibuat agar hubungan didalam
suatu masyarakat dapat berjalan seperti yang diharapkan. Segala norma yang
dibuat akan mengalami proses dalam suatu masyarakat sehingga normanorma tersebut diakui, dihargai, dikenal dan ditaati oleh warga mayarakat
dalam kehidupannya sehari-hari.
11; Bellebaum
Norma yaitu sebuah alat untuk mengatur setiap indivudu dalam suatu
masyarakat agar bertindak dan berperilaku sesuai dengan sikap dan keyakinan
tertentu yang berlaku di masyarakat tersebut.
12; A. Ridwan Halim
Norma ialah segala peraturan baik tertulis maupun tidak yang pada intinya
merupakan suatu peraturan yang berlaku sebagai acuan atau pedoman yang
harus ditaati oleh setiap individu dalam masyarakat (Abdulkarim: 2005).
Norma Agama
Norma agama bersumber dari Tuhan. Norma agama berpangkal pada
kepercayaan dan keyakinan akan danya Tuhan Yang Maha Esa. Norma
agama berisi perintah dan larangan yang berasal dari Tuhan. Norma agama
ini yang memberi sanksi adalah Tuhan berupa dosa. Norma agama ini
terdapat dalam kitab suci masing-masing seperti Al Quran, bagi agama
Islam, Al kitab bagi agama Kristen, Protestan, dan Katolik, Tripitaka bagi
agama Budha, dan Weda bagi agama Hindu (Simanjutak: 2007).
Pelanggaran terhadap norma agama berarti menentang perintah dan
larangan Tuhan. Akibatnya, si pelanggar akan mendapat hukuman dari
Tuhan diakhirat nanti. Contohnya sebagai berikut.
a;
Dalam Al Quran, Surat An-Nisa ayat 10, sesungguhnya orang-orang
yang memakan harta anak yatim secara lazim, sebenarnya mereka itu
b;
c;
menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk dalam api
yang menyala-nyala (neraka).
Dalam Alkitab, kitab keluaran 20 ayat 1-7 memuat 10 Perintah Tuhan,
yang diantaranya berisi ... jangan membunuh (ayat13); jangan
berzinah (ayat 14); jangan mencuri (ayat 15); jangan mengucap saksi
dusta tentang sesamamu (ayat 16); jangan mengingini rumah
sesamamu, jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau
hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun
yang dipunyai sesamamu (ayat 17).
Dalam UUD 1945 pasal 29 mengatakan setiap orang berhak memilih
agama sesuai kepercayaannya. Sanksinya jika tidak beragama, akan
dianggap sebagai orang yang tidak beragama oleh masyarakat dan
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan YME.
Contoh penerapan norma agama dalam keperatawan, misalnya :
2;
Norma Kesusilaan
3;
Norma Kesopanan
Norma kesopanan bersumber dari masyarakat sendiri untuk mengatur
pergaulan hidup masyarakat sehingga setiap anggota masyarakat saling
menghormati. Norma Dengan demikian, setiap anggota masyarakat akan
merasa aman dan tentram menikmati hidup dan kehidupannya. Pelanggaran
terhadap norma kesopanan akan menimbulkan akibat berupa celaan. Si
pelanggar akan dicela oleh sesamanya atau bahkan diasingkan dari
pergaulan hidup masyarakat (Saputra: 2007).
Contohnya sebagai berikut:
a;
Janganlah meludah disembarang tempat.
b;
Norma Hukum
Norma hukum bersumber dari negara atau pemerintah. Norma agama
adalah aturan yang dibuat secara resmi oleh penguasa negara, mengikat
setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat negara yang
berwenang, sehingga berlakunya dapat dipertahankan. Namum, norma
hukum tidak hanya membebani seseorang dengan kewajiban semata,
melainkan memberinya juga seseorang hak (Efendi: 2009).
Norma hukum dapat dibentuk secara tertulis ataupun tidak tertulis
oleh lembaga-lembaga yang berwenang membentuknya. Sedangkan normanorma agama, kesusilaan, dan kesopanan terjadi secara tidak tertulis,
tumbuh dan berkembang dari kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam
masyarakat (Efendi: 2009).
Hukum bersifat memaksa, mengatur dan membatasi, serta berlaku
bagi siapa saja. Pelanggaran terhadap norma hukum akan menimbulkan
akibat berupa hukuman penjara, atau denda sejumlah uang atau sitaan
terhadap benda yang berkaitan dengan pelanggaran. Contohnya sebagai
berikut.
1; Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
a;
BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
10
b; Pasal
ayat
4
Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2; Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat
(sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
a; BAB
I
Ketentuan
Umum
Pasal
1
:
Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
- Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
- Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan
diseluruh
Indonesia.
- Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
b; BAB
III
perizinan,
Pasal
8,
ayat
1,
2,
&
3
:
- Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
- perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan
kesehatan
harus
memiliki
SIK
- Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus
memiliki
SIPP
Pasal
9,
ayat
1
- SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
setempat.
Pasal
10
- SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal
12
- SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh
11
melakukan
praktek
keperawatan.
Pasal
15
- Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang
untuk
:
i. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan
keperawatan
dan
evaluasi
keperawatan.
ii. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i)
meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan
dan
konseling
kesehatan.
iii. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan
keperawatan
yang
ditetapkan
organisasi
profesi.
iv. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan
permintan
tertulis
dari
dokter.
Pengecualian
pasal
15
adalah
pasal
20
:
- Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
15.
- Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam
ayat
1
ditujukan
untuk
penyelamatan
jiwa.
12
Pasal
21
- Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum
SIPP
di
ruang
prakteknya.
- Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak
diperbolehkan
memasang
papan
praktek.
Pasal
31
- Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
i. Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin
tersebut.
ii. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
3;
4;
5;
6;
13
Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nila yang berlaku
Menciptakan
ketertiban
dan
keadilan
dalam
masyarakat.
Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat
2;
Pedoman hidup yang berlaku bagi semua anggota masyarakat pada wilayah
tertentu
Memberikan stabilitas dan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat
Mengikat warga masyarakat, karena norma disertai dengan sanksi dan aturan
yang tegas bagi para pelanggarnya
Menciptakan kondisi dan suasana yang tertib dalam masyarakat
Adanya sanksi yang tegas akan memberikan efek jera kepada para
pelanggarnya, sehingga tidak ingin mengulangi perbuatannya melanggar
norma
3;
4;
5;
6;
14
BAB III
ANALISIS MASALAH
A; Masalah
Rakhmatulloh
Rabu, 9 September 2015 17:53 WIB
JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari
membantah suaminya, Almarhum Muhammad Supari menerima aliran dana kasus
dugaan pengadaan alat kesehatan (Alkes) di Kementerian Kesehatan.
Siti mengungkapkan itu saat menjadi saksi dalam sidang perkara korupsi
pengadaan alkes dalam penanganan wabah flu burung tahun 2006 dengan
terdakwa Mulya A Hasjmy.
Ikhwal soal pemberian uang sdebesar Rp118.365 juta yang diduga diterima
suami Suami Siti itu sempat ditanyakan Hakim Sofi Aldy. Sofi menanyakan soal
pemberian uang yang disebut-sebut diberikan oleh perwakilan PT Indofarma
Global Medika (IGM) Ary Gunawan. "Saya rasa itu tidak mungkin," ujar Siti
menjawab dengan tegas, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta,
Rabu (9/9/2015).
15
16
kesusilaan, kesopanan dan norma hukum. Sebagi seorang manusia yang hidup
dengan manusia yang lain, memiliki kewajiban untuk hidup saling menghargai,
menghormati dan menyayangi. Dalam kehidupan manusia, terdapat beberapa
aturan atau kaidah yang harus ditaati agar dapat tercipta kehidupan yang serasi,
selaras dan harmonis. Kasus penyalahgunaan penggunaan dana yang dibahas di
atas merupakan kasus pelanggaran norma, sebab dana yang seharusnya digunakan
untuk kepentingan masyarakat banyak digunakan untuk kepentingan pribadi. Hal
itu berarti seseorang telah menodai bubungannya dengan masyarakat karena telah
melanggar norma kesopanan yang timbul akibat adanya interaksi di dalam
masyarakat. Solusinya, tindak pidana korupsi semestinya tidak dilakukan oleh
pejabat Negara karena hal itu berkaitan dengan kepentingan warga negaranya
bukan hanya satu atau dua orang saja. Dalam hal ini, dibutuhkan pendidikan anti
korupsi sejak dini agar dapat mengajarkan pada generasi muda untuk mengetahui
kerugian dan dampak negative dari tindak pidana korupsi sehingga korupsi di
Indonesia dapat diberantas dan tidak dilakukan lagi oleh siapapun juga. Dalam hal
ini dapat dikaitkan pula dengan pelanggaran norma kesusilaan, sebab apabila
seseorang menggunakan sesuatu yang bukan menjadi haknya berarti ia telah
bertentangan hati nurani rakyat yang lebih membutuhkan dana itu sedangkan ia
menggunakannya demi kepentingan pribadinya. Solusinya, dibutuhkan bimbingan
rohani dan pemahaman lebih tentang dampak negatif tindak korupsi, agar
seseorang mampu menelaah bagaimana apabila korupsi terus dilakukan terhadap
nasib kalangan yang sekiranya banyak dirugikan akibat tindakan tercela tersebut.
Pelanggaran yang dilakukan meliputi pelanggaran norma hukum sebab
penggunaan dana yang diperuntukkan untuk warga Negara telah diatur oleh
hukum dan tidak dipergunakan sesuai ketentuan hukum yang telah ada, norma
kesusilaan sebab apabila petinggi yang tega menyalahgunakan pengguanaan dana
yang seharusnya digunakan untuk menolong banyak orang sedangkan ia
pergunakan untuk kepentingan pribadi berarti tidak mempertimbangkan hati
nurani nya. Perbuatan menyalahgunakan pengguanaan alokasi dana untuk
kesehatan, sama halnya merebut nyawa orang lain sebab Pelanggaran norma
hokum terkait penyalahgunaan dana tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 20
17
dan keyakinan
kepada Tuhan. Di dalam norma agama berisi perintah dan larangan yang berasal
dari Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah diatur di dalam kitab suci masingmasing, seperti dalam agama Islam telah diatur di dalam Al-Quran. Pelanggaran
terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yaitu sebuah dosa dan hukuman
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa dan beberapa celaan dari manusia dan
masyarakat. Apabila seseorang telah berbuat tidak jujur baik itu kepada dirinya
sendiri maupun orang lain, berarti ia telah berbuat dusta kepada agama yang
diyakininya selama ini. Seharusnya, apabila seseorang telah berpegang teguh pada
sebuah keyakinan, ia akan melandasi segala perbuatnnya kepada kitab agama
yang dianutnya, sedangkan semua agama pasti mengajarkan hambanya untuk
tidak melakukan hal-hal tercela termasuk tindak pidana korupsi atau tindakan
pelanggaran hokum lainnya.
18
BAB IV
PENUTUP
A; Kesimpulan
19
21