Persyratan Mineral Untuk Flotasi
Persyratan Mineral Untuk Flotasi
1.Ukuran PartikelJika ukuran partikel terlalu besar maka partikel sulit untuk tertempel dan terbawa keatas
oleh gelembung udara sehingga susah untuk terflotasi, sedangkan kalau partikel terlaluhalus maka sifat
permukaan memberikan efek atau pengaruh yang hampir sama
antara partikel yang akan diapungkan dan partikel yang tidak diapungkan. Dengan demikian jikaukuran
partikel mineral terlalu besar atau terlalu kecil maka recovery (perolehan) akan lebihkecil. Ukuran
partikel harus cukup kecil biasanya lebih dari 65 # (205 m), kecuali untuk flotasi batubara ukuran
terkecilnya.
2. Kekentalan Lumpur (Persen Padatan)Kekentalan lumpur dalam flotasi biasanya berkisar antara 25 %
sampai 45 % padatan.Kekentalan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan gelembung sulit untuk
terangkat keatas,tetapi kekentalan yang terlalu kecil akan memperkecil kapasitas
pemisahan dan konsentrasi mineral-mineral sulfida logam dasar Cu, Pb dan Zn dari bijih sulfida dapat
dilakukan dengan cara flotasi ruah yang dilanjutkan dengan flotasi sulfida.Hasil pemisahan adalah
konsentrat Cu: 75-85 persen, Pb 70-80 persen, Zn: 80-90 persen yang memenuhi persyaratan komersial.
Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu
dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan
belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang mengandung
Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah
besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan.
Reaksinya sebagai berikut
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih mengandung
sedikit besi(II) sulfida
1) Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara
yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari
tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
2) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000
C, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
3) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer
dan H2SO4encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan
membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl 2(aq) yang
mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
4) Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi
5) Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk
larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
6) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang
membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk
tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.