Anda di halaman 1dari 4

Persyratan mineral untuk flotasi :

Mineral berupa sulfide


Persyaratan yang harus dipenuhi dalam flotasi adalah
1.Diameter partikel harus disesuaikan dengan butiran mineral
2.Persen solid yang baik 25% - 45% (pryor), 15% - 30% (gaudin)
3.Sudut kontak yang baik sekitar 60o 90o, berarti usaha adhesinya besar sehinggaudara dapat menempel
pada permukaan mineral yang mengakibatkan mineral dapatmengapung. Sudut kontak merupakan sudut
yan dibentuk antara gelembung udara. dengan mineral pada suatu titik singgung. Sudut kontak
mempengaruhi daya kontak antara bijih dengan gelembung udara. Untuk melepaskan gelembung dan
mineraldibutuhkan usaha adhesi (Wum).4.
4. pH Kritis pH kritis merupakan pH larutan yang mempengaruhi konsentrasi kolektor yangdigunakan
dalam pengapungan mineral. Pada gambar dibawah menunjukkanhubungan antara konsentrasi sodium
diethyl dithiophosphate dan pH kritis. Mineralyang digunakan adalah pyrite, galena dan chalcophyrite.
Konsentrasi kolektor tersebutdapat mengapungkan chalcophyrite dari galena pada pH 7 9, galena dari
pyrite pada pH 4 6 dan chalcophyrite dari pyrite pada pH 4 9
Konsentrasi reagen :
Reagen berupa basa
Konsentrasi di sesuaikan dengan kadar pH.

Copper sulfide minerals with economic value


Mineral Chemical Copper Specific gravity
formula content (%) (g/cm3)
Native copper Cu 100.0 8.8
Bornite Cu5FeS4 63.3 5.0
Chalcocite Cu2S 79.8 5.7
Chalcopyrite CuFeS2 34.6 4.2
Covellite CuS 66.4 4.6
Digenite Cu2S 79.8 5.7
Enargite Cu3AsS4 48.3 4.4
Tennatite 3Cu2SAs2S3 57.5 4.4
Tetrahedrite 3Cu2SSb2S3 52.1 4.8

1.Ukuran PartikelJika ukuran partikel terlalu besar maka partikel sulit untuk tertempel dan terbawa keatas
oleh gelembung udara sehingga susah untuk terflotasi, sedangkan kalau partikel terlaluhalus maka sifat
permukaan memberikan efek atau pengaruh yang hampir sama
antara partikel yang akan diapungkan dan partikel yang tidak diapungkan. Dengan demikian jikaukuran
partikel mineral terlalu besar atau terlalu kecil maka recovery (perolehan) akan lebihkecil. Ukuran
partikel harus cukup kecil biasanya lebih dari 65 # (205 m), kecuali untuk flotasi batubara ukuran
terkecilnya.

2. Kekentalan Lumpur (Persen Padatan)Kekentalan lumpur dalam flotasi biasanya berkisar antara 25 %
sampai 45 % padatan.Kekentalan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan gelembung sulit untuk
terangkat keatas,tetapi kekentalan yang terlalu kecil akan memperkecil kapasitas
pemisahan dan konsentrasi mineral-mineral sulfida logam dasar Cu, Pb dan Zn dari bijih sulfida dapat
dilakukan dengan cara flotasi ruah yang dilanjutkan dengan flotasi sulfida.Hasil pemisahan adalah
konsentrat Cu: 75-85 persen, Pb 70-80 persen, Zn: 80-90 persen yang memenuhi persyaratan komersial.

tembaga sulfidatidak mudah larut dalam air.


Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian digiling sampai
terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu
minyak tertentu. Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembunggelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan
berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang kemudian
mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa partikel-partikel
logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.

Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu
dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan
belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.

Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang mengandung
Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah

besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan.
Reaksinya sebagai berikut

Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih mengandung
sedikit besi(II) sulfida

1) Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara
yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari
tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.

2) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000
C, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.

3) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer
dan H2SO4encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan
membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl 2(aq) yang
mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.

Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut

4) Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi

5) Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk
larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.

6) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang
membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk
tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.

Anda mungkin juga menyukai