Anda di halaman 1dari 36

Range of Motion

Carolyn Kisner dan Lin Allen Colby

Range of motion (ROM) adalah teknik dasar yang digunakan untuk pemeriksan
gerakan dan memulai gerakan ke dalam suatu program terapeutik. Pergerakan
yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fungsional dapat dilihat, dalam bentuk
yang paling sederhana, sebagai otot atau gaya eksternal yang menggerakan tulang
ke berbagai arah atau ruang gerak. Saat seseorang bergerak, kontrol intrisik dari
otot berasal dari sistem saraf pusat. Tulang bergerak satu sama lainnya melalui
hubungan antar tulang yang disebut sendi. Struktur sendi serta integritas dan
fleksibilitas jaringan lunak penyusun sendi menentukan seberapa luas gerakan
dilakukan. Gerakan paling luas yang mungkin dilakukan dikenal sebagai range of
motion (ROM). Saat suatu sendi melakukan pergerakan, semua struktur pada
regio tersebut akan ikut berpengaruh, baik otot, permukaan sendi, kapsul,
ligamen, fasia pembuluh darah, dan saraf. ROM secara sederhana dapat dibagi
menjadi luas gerakan sendi dan luas gerakan otot. Luas gerakan sendi dapat
dideskripsikan ke dalam gerak fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, dan rotasi. Luas
gerakan sendi dapat diukur dengan menggunakan goniometer dan dicatat dalam
satuan derajat. Luas gerakan otot berkaitan dengan kemampuan ekskursi
fungsional otot.
Ekskursi fungsional adalah kemampuan otot untuk berkontraksi atau memendek
setelah mengalami elongasi secara maksimum. Pada beberapa keadaan, ekskursi
fungsional dipengaruhi secara langsung oleh struktur sendi yang dilewati. Sebagai
contoh, luas gerakan otot brakialis dibatasi oleh luas gerakan sendi siku. Hal ini
berlaku untuk one-joint muscle, yaitu otot yang ujung proksimal dan distalnya
terletak pada masing masing sisi sebuah sendi). Pada two-joint muscle atau
multijoint muscle dimana otot melintasi dua atau lebih sendi, luas gerakan otot
dapat melebihi luas gerakan salah satu sendi yang dilaluinya. Contoh two-joint
muscle adalah otot biceps brachii. Saat otot biceps brachii berkontraksi, terjadi
kontraksi pada sendi siku dan supinasi pada lengan bawah serta fleksi bahu, otot
biceps brachii akan memendek sampai titik dimana otot tidak dapat memendek

lagi. Keadaan ini disebut sebagai insufisiensi aktif. Otot biceps brachii akan
mencapai panjang maksimal saat dilakukan ekstensi sendi siku, pronasi lengan
bawah, serta ekstensi bahu. Kondisi dimana otot mencapai panjang maksimal dan
tidak dapat bertambah panjang lagi disebut insufisiensi pasif. Two-joint muscle
atau multijoint muscle normalnya berfungsi pada pertengahan panjang ekskursi
fungsional dimana tercapai perbandingan panjang-regangan (tension-length)
maksimal.
Untuk menjaga ROM tetap baik, sendi dan otot harus digerakkan secara berkala.
Berbagai faktor termasuk sistemik, kondisi sendi, neurologis, atau penyakit otot;
riwayat trauma atau pembedahan, dan inaktivitas atau imobilisasi dapat
mengakibatkan penurunan ROM. Latihan ROM harus diberikan untuk menjaga
mobilitas sendi dan jaringan lunak guna mencegah berkurangnya fleksibilitas
jaringan dan pembentukan kontraktur. Penelitian yang dilakukan oleh Robert
Salter menunjukkan bahwa latihan ROM atau gerakan dapat membantu
penyembuhan jaringan secara klinis maupun laboratoris. Prinsip ROM yang
dibahas pada bab ini tidak meliputi stretching untuk meningkatkan ROM.
Jenis Latihan ROM

ROM Pasif (PROM)


PROM adalah gerakan suatu bagian tubuh yang dihasilkan hanya melalui
gaya eksternal. Tidak ada atau hanya sedikit sekali kontraksi otot volunter
yang terjadi. Gaya eksternal dapat berasal dari gravitasi, mesin, orang lain

atau anggota tubuh yang lain.


ROM Aktif (AROM)
AROM adalah gerakan suatu bagian tubuh yang dihasilkan melalui kontraksi

otot secara aktif.


ROM Aktif-Asistif (A-AROM)
A-AROM adalah AROM yang disertai dengan bantuan tenaga eksternal yang
berasal dari mesin atau manual karena otot primer penggerak sendi tersebut
memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakannya.

Indikasi, Tujuan dan Keterbatasan Latihan ROM


ROM Pasif
Indikasi PROM

Pada bagian tubuh yang mengalami inflamasi akut, pergerakan secara pasif
memiliki keuntungan. Pergerakan aktif justru dapat menghambat proses
penyembuhan. Inflamasi paska cedera atau tindakan bedah dapat berlangsung

2-6 hari.
Saat pasien tidak dapat menggerakan suatu bagian tubuh, seperti pada pasien
koma atau lumpuh, atau pasien tidak diperbolehkan menggerakan suatu
bagian tubuh secara aktif, misalnya pasien dengan bedrest total, pergerakan
dilakukan dengan tenaga eksternal.

Tujuan PROM
Tujuan utama PROM adalah mengurangi komplikasi akibat imobilisasi seperti
defenerasi kartilago, adhesi, kontraktur dan menurunnya sirkulasi darah. Secara
spesifik, tujuan PROM dapat dibagi menjadi :
Menjaga mobilitias sendi dan jaringan ikat
Meminimalisasi pembentukan kontraktur
Menjaga elastisitas otot
Menjaga sirkulasi dan vaskularisasi jaringan
Meningkatkan pergerakan sinovial untuk menjaga nutrisi kartilago dan difusi

material di dalam sendi


Mengurangi nyeri
Mempercepat penyembuhan setelah trauma atau pembedahan
Membantu menjaga kesadaran gerak pasien

Disamping itu, PROM dapat pula digunakan untuk :

Memeriksa keterbatasan gerak, stabilitas sendi, fleksibilitas otot, dan

elastisitas jaringan ikat pada anggota tubuh yang inert.


Memperagakan gerakan yang ingin dilakukan pada latihan aktif.
Mempersiapkan pasien sebelum melakukan stretching pasif.

Keterbatasan PROM adalah PROM murni sulit dilakukan pada pasien sadar dan
otot yang memiliki inervasi. PROM tidak dapat mencegah atrofi otot,
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, serta meningkatkan sirkulasi sebaik
kontraksi otot volunter secara aktif.
ROM Aktif dan Aktif-Asistif
Indikasi AROM dan A-AROM
3

Saat pasien mampu mengkontraksikan otot secara aktif dan menggerakan

anggota tubuh dengan atau tanpa bantuan.


Pada pasien yang lemah dan tidak dapat menggerakan sendi hingga luas
gerakan yang diinginkan, A-AROM digunakan untuk membantu pergerakan
otot secara maksimal. A-AROM dapat membentu meningkatkan kekuatan
pasien secara bertahap. Setelah pasien mencapai ROM, latihan dilanjutkan ke
latihan resistensi, baik secara manual maupun menggunakan mesin, untuk

meningkatkan performa otot sehingga dapat kembali ke fungsinya semula.


Saat ada anggota tubuh yang diimobilisasi, AROM digunakan pada regio di
atas dan di bawah segmen yang diimobilisasi tersebut untuk menjaga kondisi
daerah tersebut agar tetap mendekati normal sembari mempersiapkan anggota

tersebut untuk melakukan aktivitas, misalnya berjalan menggunakan crutch.


AROM digunakan untuk program pengkondisian aerobik dan menghilangkan
stres akibat postur tertentu.

Tujuan AROM
Bila tidak ada inflamasi dan kontraindikasi AROM, tujuan PROM dapat dicapai
dengan AROM. Sebagai tambahan, ada keuntungan fisiologis dari kontraksi otot
secara aktif dan motor learning akibat adanya kontrol volunter otot. Tujuan
secara spesifik meliputi:

Menjaga elastisitas dan kontraktilitas otot yang terlibat.


Menyediakan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi.
Menyediakan stimulus untuk menjaga integritas tulang dan sendi.
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah pembentukan trombus.
Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik.

Keterbatasan AROM
Pada otot yang kuat, AROM tidak dapat menjaga atau meningkatkan kekuatan
otot. AROM tidak dapat mengembangkan skil dan koordinasi diluar pola latihan
yang dilakukan.
Kontraindikasi Latihan ROM
Meskipun PROM dan AROM tidak boleh dilakukan bila gerakan dapat
menganggu proses penyembuhan, imobilisasi total dapat mengakibatkan adhesi
dan pembentukan kontraktur, gangguan sirkulasi dan pemanjangan waktu
4

penyembuhan. Penelitian yang dilakukan Salter dan kawan kawan menunjukan


PROM kontinu yang dilakukan secara dini pada rentang gerakan yang bebas sakit
menunjukkan keuntungan untuk proses penyembuhan dan pemulihan pada lesi
sendi dan jaringan lunak. Meskipun sebelumnya latihan ROM dini
dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami robekan akut, fraktur dan
operasi, penelitian menunjukkan keuntungan latihan ROM untuk mengurangi
nyeri dan meningkatkan laju penyembuhan. Latihan ROM diberikan sambil
memantau toleransi pasien.
Penting bagi terapis untuk mengetahui bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
latihan ROM yang salah pada fase akut penyembuhan. Latihan yang diberikan
harus dalam batas wajar, baik untuk luas gerakan yang dilakukan maupun
kecepatan gerakan, sesuai dengan kemampuan dan toleransi pasien sehingga tidak
menimbulkan cedera baru pada pasien. Tanda latihan yang salah atau berlebihan
adalah adanya peningkatan nyeri dan respon inflamasi (bengkak, panas, dan
kemerahan).
Biasanya AROM ekstremitas atas dan berjalan-jalan di sekitar tempat tidur
diperbolehkan sebagai latihan dini pada pasien miocard infark, operasi bypass
arteri koroner, dan angioplasti koroner transluminal perkutan. Pemantauan gejala,
dan tekanan darah penting untuk dilakukan. Bila kondisi pasien mengancam
nyawa, PROM dapat dilakukan pada sendi besar dengan AROM terbatas kaki dan
pergelangan kaki untuk mencegah stasis vena dan pembentukan trombus.
Aktivitas harus disesuaikan untuk masing-masing individu dan progresifitas
latihan harus sesuai toleransi pasien.
Prinsip dan Prosedur Latihan ROM
1. Memeriksa dan mengevaluasi tingkat fungsional pasien, mencari ada tidaknya
kontraindikasi, menentukan prognosis pasien dan merencanakan intervensi
yang ingin dilakukan.
2. Menentukan kemampuan pasien untuk melakukan latihan ROM serta latihan
ROM mana yang akan diberikan (PROM, A-AROM, AROM) untuk
mencapai tujuan yang dinginkan.
3. Menentukan seberapa banyak gerakan dapat dilakukan agar tetap aman untuk
jaringan dan kesehatan pasien.
4. Menentukan pola gerakan terbaik. Teknik latihan ROM yang dapat dilakukan:
a. Gerakan berdasarkan bidang anatomis : frontal, sagital, transversal
5

b. Elongasi otot : antagonis terhadap arah tarikan otot


c. Kombinasi : gabungan gerakan yang meliputi beberapa bidang gerakan
atau gerakan horizontal.
d. Fungsional : gerakan yang digunakan pada aktivitas sehari-hari.
5. Memantau keadaan umum pasien serta respon pasien selama dan sesudah
pemeriksaan dan terapi. Catat perubahan yang terjadi pada tanda-tanda vital,
tanda inflamasi, ROM, nyeri dan kualitas gerakan.
6. Catat dan komunikasikan hasil pemeriksaan dan intervensi.
7. Evaluasi dan modifikasi intervensi bila diperlukan.
Persiapan Pasien
1. Komunikasikan dengan pasien mengenai rencana dan metode intervensi yang
akan dilakukan.
2. Bebaskan daerah yang ingin diintervensi dari penutup, pakaian, bidai dan
dressing yang dapat mengganggu proses latihan.
3. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman dan stabil serta usahakan area yang
ingin dilatih agar bebas melakukan gerakan sesuai ROM selama latihan.
4. Posisikan pemeriksa secara tepat.

Teknik Latihan ROM


1. Untuk mengontrol gerakan, pegang ekstremitas di sekitar sendi. Bila sendi
terasa nyeri, ubah cara memegang namun usahakan kita tetap dapat
memberikan support yang cukup.
2. Support daerah yang memilik intergritas struktur yang jelek seperti sendi
yang terlalu goyang, daerah fraktur yang baru, atau ekstremitas yang lumpuh.
3. Gerakan bagian tubuh yang ingin dilatih sejauh mungkin sepanjang daerah
bebas nyeri hingga mencapai titik resistensi. Jangan memaksa melalui titik
resistensi. Pemaksaan gerakan melewati titik resistensi termasuk ke dalam
latihan stretching.
4. Lakukan gerakan secara halus dan teratur sebanyak 5 hingga 10 repetisi
tergantung tujuan terapi dan kondisi serta respon pasien terhadap terapi.
Penerapan PROM
1. Selama PROM, tenaga berasal dari eksternal, baik itu dari terapis maupun
dari mesin.

2. Selama latihan, tidak ada resistensi atau asistensi yang dilakukan otot pasien.
Bila otot pasien berkontraksi, latihan menjadi bersifat aktif.
3. Pergerakan dilakukan di dalam ROM bebas, yaitu luas gerakan tanpa disertai
nyeri atau paksaan.
Penerapan AROM
1. Contohkan gerakan menggunakan PROM, lalu minta pasien untuk
mengulangi gerakan tersebut. Bantu posisikan atau arahkan gerakan pasien
bila diperlukan.
2. Bantuan hanya diperlukan agar gerakan yang terjadi halus. Bila terjadi
kelemahan, bantuan mungkin diperlukan pada awal atau akhir ROM atau saat
efek gravitasi paling besar.
3. Gerakan dilakukan dalam batas ROM normal.

Teknik Latihan ROM


Deskripsi pada bagian ini dapat digunakan untuk PROM, A-AROM, dan AROM.
Saat melakukan pergantian latihan dari PROM ke AROM, gravitasi mempunyai
pengaruh yang sugnifikan, khususnya pada pasien dengan kelemahan otot.
Bantuan diperlukan saat gerakan melawan gravitasi. Pada gerakan yang paralel
terhadap tanah, bantuan mungkin diperlukan untuk menyangga agar bagian
tersebut tidak jatuh saat otot bekerja. Saat gerakan searah gravitasi, otot antagonis
terhadap gerakan akan aktif dan bantuan mungkin diperlukan untuk mengontrol
gerakan turun anggota tubuh yang dilatih. Terapis harus memahami hal tersebut
dan mampu memodifikasi posisi pasien jika diperlukan untuk mencapai tujuan AAROM dan AROM yang telah ditetapkan. Aktivitas yang melawan gravitasi akan
membutuhkan bantuan bila kekuatan otot kurang dari 3/5.
Deskripsi pada bagian selanjutnya sebagian besar dilakukan pada posisi supinasi.
Perubahan posisi mungkin diperlukan, namun untuk efisiensi, usahakan untuk
menyelesaikan semua gerakan pada satu posisi terlebih dahulu sebelum berganti
posisi untuk melakukan gerakan lainnya. Usahakan untuk berganti posisi
seminimal mungkin. Beragamnya kondisi pasien atau bentuk tubuh

mengakibatkan diperlukannya variasi posisi peletakan tangan. Posisi tubuh dan


tangan terapis yang baik dapat memberikan stabilisasi sekaligus mencegah cedera
pada pasien.
Ekstremitas Atas
Bahu : Fleksi

Pegang lengan pasien dibawah siku dengan tangan bawah (tangan pemeriksa

yang mengarah ke kaki pasien).


Dengan tangan atas (tangan pemeriksa yang mengarah ke kepala pasien)

menyilang, pegang pergelangan dan telapak tangan pasien.


Angkat lengan pasien dan gerakan sepanjang rentang gerak lalu kembali.

Pada gerakan normal, skapula seharusnya dapat berotasi secara bebas ke atas saat
fleksi bahu. Bila hanya gerakan sendi glenohumeral yang diinginkan, skapula
distabilisasi seperti yang dibahas pada bagian stretching.

Gambar 1. Posisi tangan dan cara melakukan fleksi bahu (A) Inisiasi (B) Penyelesaian

Bahu : Ekstensi (Hiperekstensi)


Untuk mencapai hiperekstensi, posisikan bahu pasien di tepi ranjang saat supinasi
atau posisikan pasien berbaring ke samping, pronasi atau duduk.

Gambar 2. Hiperekstensi bahu (A) Pasien berbaring di sisi ranjang (B) Pasien miring

Bahu : Abduksi dan Adduksi


Posisikan tangan sama seperti hendak melakukan fleksi, tapi gerakan lengan ke
arah samping luar. Siku dapat difleksikan. Untuk mencapai abduksi maksimal,
harus disertai dengan eksternal rotasi humerus dan rotasi skapula ke atas.

Gambar 3. Abduksi bahu dengan fleksi siku

Bahu : Rotasi Internal dan Eksternal


Jika memnungkinkan, lengan diabduksikan 900, siku difleksikan 900 dan lengan
bawah dalam keadaan netral. Rotasi dapat juga dilakukan dengan memposisikan
lengan pasien di samping dada namun rotasi internal secara penuh tidak dapat
dicapai pada posisi ini.
Prosedur:

Pegang tangan dan pergelangan tangan pasien dengan jari telunjuk

pemeriksa berada di antara ibu jari dan jari telunjuk pasien.


Posisikan ibu jari dan jari lainnya pda pergelangan tangan pasien untuk

menstabilisasi pergelangan tangan.


Dengan tangan lain, stabilisasi siku.

Lakukan rotasi pada humerus dengan menggerakan lengan bawah seperti


tuas pada sebuah roda.

Gambar 4. Posisi 90/90 untuk melakukan (A) Rotasi internal bahu (B) Rotasi eksternal bahu

Bahu : Abduksi dan Adduksi Horizontal

Gambar 5. (A) Abduksi horizontal (B) Adduksi horizontal

Untuk melakukan abduksi horizontal secara penuh, posisikan bahu pasien pada tepi
ranjang. Mulai dengan lengan dalam keadaan fleksi atau abduksi 900. Posisi tangan
pemeriksa sama seperti hendak melakukan gerakan fleksi, namun pemeriksa
menghadap ke arah kepala pasien. Lengan pasien digerakan ke arah luar dan ke
dalam melewati tubuh pasien.
Skapula : Elevasi/Depresi, Protraksi/Retraksi, dan Rotasi ke Atas/Bawah
Posisikan pasien pada posisi pronasi dengan lengan pasien di samping tubuh atau
pasien berbaring miring menghadap pemeriksa.
Prosedur:

Posisikan tangan atas menutupi prosesus akromion dan tangan bawah di


sekitar angulus skapula inferior.
10

Untuk gerakan elevasi, depresi, protraksi dan retraksi, klavikula ikut

bergerak.
Untuk rotasi, arahkan gerakan pada angulus inferior sambil menekan
akromion ke arah berlawanan.

Gambar 6. ROM skapula pada posisi (A) Pronasi (B) Berbaring miring

Siku : Fleksi dan Ekstensi


Posisi tangan pemeriksa sama seperti fleksi bahu, hanya saja pergerakan terjadi
pada sendi siku. Kontrol supinasi dan pronasi lengan bawah. Lakukan fleksi dan
ekstensi siku dengan posisi lengan bawah dalam posisi supinasi dan pronasi.

Gambar 7. (A) Fleksi siku (B) Ekstensi siku

Elongasi otot Biceps Brachii


Pasien diposisikan dengan bahu di tepi ranjang pemeriksaan pada posisi supinasi,
atau pasien berbaring miring, duduk, atau berdiri. Lakukan pronasi pada lengan

11

bawah pasien dengan memegang pergelangan tangan pasien dan kemudian ekstensi
pada siku. Lakukan hiperekstensi pada bahu sampai muncul tahanan pada lengan
depan. Pada saat terasa tahanan, otot biceps brachii telah mencapai panjang
maksimalnya.
Elongasi Caput Longus otot Triceps Brachii
Pasien dalam posisi duduk atau berdiri bila ROM otot triceps brachii mendekati
normal atau berbaring bila ROM terbatas. Lakukan fleksi penuh pada siku pasien
dengan satu tangan pemeriksa memegang lengan bawah pasien bagian distal.
Lakukan fleksi sendi bahu dengan mengangkat humerus dari bawah siku dengan
tangan lain. Luas gerakan penuh tercapai ketika muncul rasa tidak nyaman pada
regio lengan atas posterior pasien.

Gambar 8. Elongasi Caput Longus otot Triceps Brachii

Lengan Bawah : Pronasi dan Supinasi

Pegang
pergelangan
tangan
pasien
sambil
menyangga
tangan
dengan jari
telunjuk
dan jempol,
sedangkan
12

jari lainnya
berada di
distal
lengan

bawah.
Stabilisasi
siku dengan
tangan

lainnya
Gerakan
dilakukan
dengan
memutar
radius
terhadap
ulna pada
radius

distal.
Gerakan
harus
dilakukan
dengan siku
dalam
kondisi
fleksi dan
ekstensi

13

Gambar 9. Pronasi lengan bawah

Pergelangan Tangan : Fleksi, Ekstensi (Dorsofleksi) Abduksi (Deviasi Radialis)


dan Adduksi (Deviasi Ulnaris)
Untuk semua ROM pergelangan tangan, pegang tangan pasien distal dari sendi
pergelangan dengan satu tangan dan stabilisasi lengan bawah pasien dengan tangan
satunya. Otot ekstrinsik jari mempengaruhi luas gerakan pergelangan tangan karena
tendo otot tersebut melalui pergelangan tangan. Biarkan jari bebas bergerak selama
latihan untuk mendapatkan luas gerakan pergelangan tangan secara maksimal.

Gambar 10. Posisi latihan ROM lengan bawah

Tangan: Cupping dan Flatenning Tangan


Pemeriksa menghadap tangan pasien. Letakkan jari jari kedua tangan pemeriksa
ke telapak tangan pasien dengan thenar eminence pemeriksa berada di punggung
tangan. Gerakkan tulang tulang metacarpal pasien ke arah telapak tangan untuk
melakukan cupping dan ke arah punggung tangan untuk melakukan flatenning.
Gerakan ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan satu tangan dengan

14

menggunakan ibu jari pada satu sisi pungguung tangan dan jari jari lainnya pada
sisi punggung tangan yang lain.

Gambar 11. Latihan cupping dan flatenning telapak tangan

Sendi Jari : Fleksi, Ekstensi, Abduksi dan Ekstensi


Sendi jari meliputi sendi metacarpophalangeal dan sendi interphalangeal.

Posisikan lengan bawah dan tangan pasien pada ranjang atau meja atau

badan pemeriksa tergantung posisi pasien.


Gerakkan setiap sendi jari pasien satu persatu atau bersama sama bila

stabilisasi yang baik dapat dicapai.


Pegang jari pasien dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari lalu gerakan
tulang yang berada distal dari persendian sedangkan tulang proksimal dari
persendian distabilisasi.

Pergelangan tangan harus rileks selama latihan agar tidak timbul tegangan pada otot
ekstrinsik jari sehingga ROM maksimal dapat dicapai.

15

Gambar 12. Latihan ROM pada sendi metacarpophalangeal

Elongasi Otot Ekstrinsik Pergelangan Tangan dan Tangan

Lakukan stabilisasi pada sendi interfalang distal, lalu interfalang proximal.


Tahan kedua sendi tersebut pada batas rentang geraknya lalu gerakkan sendi

metacarpophalangeal ke batas rentang geraknya.


Stabilisasi semua sendi jari lalu lakukan ekstensi pada pergelangan tangan.
Elongasi maksimal tercapai saat pasien merasa tidak nyaman.

Gambar 13. Elongasi otot ekstrinsik (A) Fleksor (B) Ekstensor

Ekstremitas Bawah

16

Panggul dan Lutut : Fleksi dan Ekstensi


Untuk mencapai fleksi maksimal pada sendi panggul, sendi lutut harus dalam
keadaan fleksi untuk mengurangi tegangan pada otot hamstring. Untuk mencapai
fleksi maksimal pada sendi lutut, panggul harus dalam keadaan fleksi untuk
mengurangi tegangan otot rectus femoris.
Prosedur:

Angkat tungkai pasien dengan tangan atas di bawah lutut.


Tangan bawah pemeriksa di tumit pasien.
Saat fleksi sendi lutut, geser telapak tangan atas ke arah paha.

Gambar 14. Fleksi sendi lutut dan panggul

Panggul : Hiperekstensi
Prosedur:

Pasien berbaring dalam posisi pronasi atau miring dengan muka pasien

menjauhi pemeriksa.
Bila pasien berbaring dalam posisi pronasi, angkat tungkai dengan tangan

bawah di lutut sedangkan tangan atas menyanggah pelvis pasien.


Bila pasien berbaring miring, tangan bawah pemeriksa memegang paha

pasien pada sisi anterior, sedangkan tangan atas menstabilisasi pelvis pasien.
Untuk mencapai hiperekstensi maksimal pada panggul, sendi lutut tidak
boleh dalam posisi fleksi penuh sebab dapat menimbulkan tegangan pada
otot rectus femoris.

17

Gambar 15. Hiperekstensi panggul

Elongasi Hamstring

Posisikan tangan bawah di tumit pasien dan tangan atas di anterior lutut.
Jaga agar tungkai tetap dalam posisi ekstensi sementara sendi panggul

difleksikan.
Bila otot hamstring sangat kaku dan ekstensi sendi lutut sangat terbatas,
batas gerakan biasanya dapat dicapai hanya dengan mengekstensikan sendi
lutut sejauh yang dimungkinkan otot hamstring tanpa disertai fleksi
panggul.

Gambar 16. Elongasi hamstring

Elongasi Rectus Femoris

18

Posisikan pasien supinasi dengan lutut fleksi di tepi meja pemeriksaan atau

pasien dalam posisi pronasi.


Pada posisi supinasi, stabilisasi tulang lumbal dengan mengfleksikan
panggul dan lutut tungkai yang berlawanan seolah mengait meja

pemeriksaan.
Pada posisi pronasi, stabilisasi pelvis dengan tangan atas.
Fleksikan lutut pasien sampai terasa tahanan pada paha depan yang
menandakan luas gerakan maksimal telah tercapai.

Panggul : Abduksi dan Adduksi

Support tungkai pasien dengan tangan atas di bawah lutut dan tangan bawah

di tumit.
Agar adduksi maksimal, tungkai kontralateral harus sedikit abduksi.
Pastikan panggul dan tungkai pasien dalam kondisi ekstensi dan tidak
berotasi selama gerakan abduksi dan adduksi.

Gambar 17. Abduksi dan adduksi panggul

Panggul : Rotasi Internal dan Eksternal

Lutut dan panggul dalam posisi ekstensi


Pegang daerah proksimal lutut pasien dengan tangan atas dan
proksimal tumit dengan tangan bawah.
Putarkan paha ke arah dalam dan luar.
Lutut dan panggul dalam posisi fleksi
Fleksi panggul dan lutut 900, sanggah lutut dengan tangan atas. Bila
lutut tidak stabil, sanggah betis dan lutut dengan tangan bawah.

19

Rotasikan femur dengan menggerakan tungkai seperti pendulum.

Gambar 18. Rotasi sendi panggul dengan fleksi pada panggul dan lutut
Ankle : Dorsofleksi

Stabilisasi kaki pada distal tibia dengan tangan atas.


Tangan bawah memegang tumit pasien dengan lengan bawah menahan

seluruh telapak kaki.


Tarik calcaneus kearah distal dengan jari - jari sambil mendorong telapak

kaki ke arah atas dengan lengan bawah.


Dorsofleksi pada posisi fleksi lutut memungkinkan ROM maksimal sendi,
sedangkan dorsofleksi pada posisi ekstensi lutut memungkinkan elongasi
maksimal otot gastrocnemius. Lakukan dorsofleksi pada kedua posisi ini
untuk mendapatkan ROM maksimal sendi dan otot.

Gambar 19. Dorsofleksi ankle

20

Ankle : Plantarfleksi

Stabilisasi tumit dengan tangan bawah.


Tangan atas memegang punggung kaki pasien.
Dorong kaki pasien ke arah bawah.
Pada pasien yang menjalani tirah baring yang lama, pergelangan kaki
cenderung mengalami posisi plantarfleksi akibat berat selimut serta gaya
gravitasi sehingga gerakan ini mungkin tidak perlu dilakukan.

Subtalar : Inversi dan Eversi

Stabilisasi tumit dengan tangan bawah, ibu jari pada sisi medial, dan jari

lainnya pada sisi lateral tumit.


Tangan atas memegang pergelangan kaki pasien.
Putar tumit ke arah luar dan dalam.
Supinasi dapat dilakukan bersama dengan inversi, pronasi dapat dilakukan
bersama dengan eversi.

Gambar 20. Inversi sendi subtalar

Transversi Sendi Tarsal

Stabilisasi tulang talus dan calcaneus dengan satu tangan.


Tangan lainnya memegang tulang navicular dan kuboid pasien.
Lakukan rotasi pada pertengahan kaki dengan menaikkan dan menurunkan
arkus kaki.

Sendi Jari Kaki : Fleksi, Ekstensi, Abduksi, dan Adduksi

21

Stabilisasi tulang proksimal dari sendi dengan satu tangan dan gerakan

tulang distal dari sendi dengan tangan lainnya.


Teknik pergerakan sama seperti ROM pada jari tangan.
Beberapa sendi dapat digerakkan secara bersama - sama

Gambar 21. ROM jari kaki

Leher
Pasien berada di tepi meja pemeriksaan. Pegang kepala pasien dengan kedua tangan
pada regio occipitalis.
Leher : Fleksi

Angkat kepala seolah-olah hendak mengangguk hingga dagu menyentuh

leher.
Teruskan mengangkat kepala ke arah sternum untuk melakukan fleksi pada
semua tulang leher.

Leher : Ekstensi

Gerakkan kepala ke arah belakang.


Bila pasien berada dalam posisi supinasi, hanya kepala dan leher atas yang
dapat diekstensikan. Kepala harus menggantung bebas pada tepi meja
pemeriksaan agar dapat dilakukan ekstensi penuh, atau pasien dalam posisi
pronasi atau duduk.

Leher : Lateral Fleksi dan Rotasi


22

Jaga agar tulang leher tidak fleksi dan ekstensi, pemeriksa kemudian
menggerakkan kepala pasien seolah telinga hendak menuju bahu untuk
lateral fleksi dan diputar dari sisi ke sisi untuk rotasi.

Gambar 22. (A) Fleksi leher (B) Rotasi leher

Pinggang : Fleksi

Dekatkan kedua lutut pasien dengan dada dengan menekuk lutut dan

panggul.
Fleksi tulang belakang terjadi saat panggul dalam keadaan fleksi maksimal

dan pelvis mulai berotasi ke posterior.


Sudut fleksi yang lebih besar dapat dicapai dengan mengangkat pasien dari
bawah sakrum dengan tangan bawah.

Pinggang : Ekstensi

Dengan tangan dibawah paha, angkat paha ke atas sehingga terjadi rotasi
pelvis ke arah anterior dan ekstensi pada tulang belakang

Pinggang : Rotasi

Pasien berbaring di tepi meja pemeriksaan dengan panggul dan lutut fleksi.
Dorong atau tarik kedua lutut pasien ke arah lateral hingga pelvis terangkat

pada salah satu sisi.


Stabilisasi dada pasien dengan tangan atas.
Ulangi untuk arah yang satunya.

23

Gambar 23. (A) Fleksi pinggang (B) Rotasi pinggang

Self Assisted ROM (S-AROM)


Keterlibatan pasien dalalam mengururs diri sendiri harus dimulai setelah pasien
mampu memahami dan mengerti apa yang harus dilakukan. Bahkan pasien dengan
kelemahan atau kelumpuhan dapat belajar mengenai bagian tubuh mana yang boleh
digerakan dan mana yang tidak. Setelah pembedahan atau trauma, S-AROM
digunakan untuk melindungi proses penyembuhan jaringan bila kontraksi otot
secara berlebihan menjadi kontraindikasi. Berbagai cara dan alat dapat digunakan
untuk latihan S-AROM dengan tujuan yang sama seperti pada latihan PROM atau
A-AROM. S-AROM menjadi bagian dari program latihan di rumah.
Pada kasus kelemahan sesisi tubuh atau tahap awal penyembuhan setelah trauma
atau pembedahan, pasien dapat diarahkan untuk menggunakan sisi tubuh yang sehat
untuk membantu gerakan sisi tubuh yang sakit. Latihan dapat dilakukan dalam
posisi supinasi, pronasi, duduk atau berdiri. Posisi pasien mempengaruhi besarnya
gaya gravitasi yang bekerja sehingga gravitasi dapat menjadi beban bagi proses
latihan. Saat gerakan turun, bantuan antagonis diperlukan untuk mengontrol
gerakan secara eksentrik.

24

Lengan dan Bahu


Ajarkan pasien untuk membantu mensupport lengan yang sakit dengan memegang
daerah di sekitar pergelangan tangan.

Fleksi dan ekstensi bahu. Pasien mengangkat dan menggerakan ekstremitas

yang sakit melewati kepala lalu kembali lagi ke posisi semula.


Abdusi dan adduksi horizontal bahu. Lengan abduksi 90o, pasien kemudian

menarik ekstremitas melintasi dada lalu kembali lagi ke posisi semula.


Rotasi bahu. Lengan pasien abduksi 90o dan siku fleksi 90o lalu lakukan
rotasi pada bahu dengan menggerakan lengan bawah seperti tuas terhadap

humerus.
Fleksi dan ekstensi siku. Pasien menekuk siku sampai tangan mencapai
bahu dan kemudian meluruskan tangan hingga berada di samping tungkai

bawah.
Pronasi dan supinasi lengan bawah. Pasien merotasikan radius terhadap
ulna.

Gambar 24. Posisi tangan untuk latihan S-AROM (A) Fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi
bahu (B) Rotasi bahu

Tangan dan Pergelangan Tangan


Pasien menggerakan tangan yang sakit dengan menggunakan tangan yang sehat
dengan ibu jari di punggung tangan dan jari yang lain di telapak tangan.

25

Fleksi, ekstensi, deviasi ulnar dan radial. Pasien menggerakkan telapak

tangan ke segala arah tersebut tanpa menekan jari.


Fleksi dan ekstensi jari. Pasien menekan dengan ibu jari tangan yang sehat
untuk melakukan ekstensi pada jari yang sakit dan menekan dengan jari
yang lain untuk melakukan fleksi.

Gambar 25. Posisi tangan untuk latihan S-AROM (A) Fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan (B) Fleksi dan ekstensi jari

Fleksi jempol dengan oposisi dan ekstensi jempol dengan reposisi. Jari
tangan yang sehat melingkari ibu jari yang sakit hingga ke daerah eminensia
thenar dan ibu jari yang sehat berada pada permukaan palmar ibu jari yang
sakit untuk melakukan ekstensi. Untuk melakukan fleksi dan oposisi ibu
jari, pasien melingkari dorsal ibu jari dan mendorong tulang metakarpal I ke
arah kelingking.

26

Gambar 26. Latihan S-AROM ekstensi ibu jari

Panggul dan Lutut


Fleksi panggul dan lutut. Pasien dalam posisi supinasi. Tarik lutut yang
ingin dilatih ke arah dada dengan menggunakan sabuk atau handuk yang
melingkar ke bawah lutut. Pasien dapat menarik dengan satu tangan atau
dua tangan. Pada posisi duduk, pasien dapat mengangkat paha dan
melakukan fleksi pada lutut hingga akhir ROM.

Gambar 27. Latihan S-AROM fleksi panggul

Abduksi panggul dengan eksternal rotasi. Pasien duduk di tepi meja


pemeriksaan atau lantai dan kemudian lakukan fleksi pada panggul dan lutut
yang ingin dilatih. Lutut digerakkan ke arah lantai untuk melakukan gerakan

ini.
Abduksi dan adduksi panggul. Gerakan ini sulit dilakukan pada pasien
yang lemah karena beratnya tungkai bawah. Untuk melakukan gerakan ini,
pasien menggeser kaki yang sehat dari lutut ke arah pergelangan kaki yang
sakit lalu menggerakan kaki yang sakit dari sisi ke sisi. Gerakan dapat
dilakukan pada posisi duduk dengan menggunakan tangan untuk membantu
menggerakkan paha ke dalam dan keluar.

Pergelangan Kaki dan Ibu Jari Kaki

Pasien duduk dengan kaki yang sakit menyilang di atas lutut dan paha
yang sehat. Tangan kemudian melakukan gerakan dorsofleksi,
plantarfleksi, inversi dan eversi pada telapak kaki serta fleksi dan
ekstensi ibu jari.

27

Gambar 28. Latihan S-AROM (A) Abduksi panggul dengan eksternal rotasi (B) Pergelangan
kaki dan ibu jari kaki

Latihan Tongkat (T-Bar)


Ketika seorang pasien memiliki kontrol terhadap otot volunteer ektremitas atas
yang sakit tetapi membutuhkan arahan dan dorongan untuk mencapai ROM pada
bahu dan siku, sebuah tongkat bisa digunakan sebagai alat bantu.
Pilihan posisi didasarkan pada kemampuan pasien. Sebagian besar teknik dapat
dilakukan pada posisi supinasi jika perlindungan yang maksimal diperlukan. Posisi
duduk atau berdiri membutuhkan kontrol yang lebih besar. Pilihan posisi juga
diperhitungkan berdasarkan besarnya gaya gravitasi pada otot yang lemah.
Awalnya, bimbing pasien dengan gerakan untuk setiap aktivitas untuk memastikan
bahwa ia tidak menggunakan gerakan pengganti. Pasien menggenggam tongkat
dengan kedua tangan, dan ekstremitas normal berfungsi untuk mengontrol gerakan.

Fleksi bahu. Tongkat digenggam dengan tangan selebar bahu. Tongkat


diangkat ke depan dan ke atas, siku dalam posisi ekstensi jika
memungkinkan. Gerak skapulohumeral harus halus, hindari mengangkat

skapula atau menggerakan badan.


Abduksi dan adduksi horizontal bahu. Tongkat diangkat hingga fleksi
bahu mencapai 90. Jaga siku pada posisi ekstensi. Dorong dan tarik
tongkat bolak-balik melewati dada. Hindari rotasi badan.

28

Rotasi internal dan eksternal bahu. Lengan pasien berada di samping


tubuh, dan siku dilipat 90. Rotasi dicapai dengan memindahkan tongkat
dari satu sisi trunkus ke seberang sisi lain dengan tetap menjaga siku di
samping tubuh (Gambar. 3.33C). Rotasi harus terjadi di humerus,
hindari fleksi dan ekstensi pada siku. Untuk mencegah gerakan subtitusi
serta memberikan gaya untuk melawan sendi glenohumeral, gulungan
handuk kecil dapat ditempatkan di ketiak dan minta pasien untuk
menjaga gulungan tetap di tempat.

Gambar 29. Latihan T-Bar (A) Fleksi (B) Abduksi dan adduksi horizontal (C) Rotasi

Rotasi internal dan eksternal bahu posisi alternatif. Bahu pasien


dalam posisi abduksi 90 dan siku ditekuk 90. Untuk rotasi eksternal,
tongkat digerakan ke arah kepala pasien. Untuk rotasi internal, tongkat

digerakan ke arah pinggang pasien.


Fleksi dan ekstensi siku. Lengan pasien pronasi atau supinasi, tangan
memegang tongkat selebar bahu. Minta pasien untuk melakukan fleksi
dan ekstensi siku.
29

Hiperekstensi bahu. Pasien berdiri atau pronasi. Pasien menempatkan


tongkat di belakang bokong. Genggam tongkat dengan tangan selebar
bahu, dan kemudian angkat menjauhi baadan. Pasien harus menghindari

gerakan badan.
Variasi dan kombinasi gerakan. Misalnya, pasien mulai dengan tongkat
di belakang bokong dan kemudian menggerakan tongkat ke punggung
untuk mencapai pergerakan skapula, rotasi internal bahu, dan fleksi siku.

Wall Climbing
Wall climbing atau panjat dinding dengan menggunakan alat bantu seperti
tangga jari) dapat memberikan pasien dukungan dan motivasi untuk melakukan
ROM bahu. Penanda pada dinding dapat digunakan untuk memberikan gambaran
tinggi yang akan dicapai. Lengan dapat digerakkan fleksi atau abduksi. Semakin
pasien dekat ke dinding semakin tinggi lengan terangkat.

Gambar 30. Latihan wall climbing

Overhead Pulley

30

Katrol dapat digunakan untuk membantu ekstremitas yang terlibat dalam melakukan ROM.
Overhead pulleys menyediakan lebih banyak aktivitas otot yang dapat dilakukan daripada
ROM yang dibantu terapis dan ROM pasif dengan mesin penggerak (dijelaskan kemudian
dalam bab ini), jadi bentuk latihan ini hanya digunakan ketika aktivitas otot dibutuhkan.
Untuk penggunaan di rumah dapat digunakan katrol tunggal yang diikat dengan tali kemudian
diletakkan di suatu tempat seperti pintu atau langit-langit. Pasien diatur posisinya sehingga
katrol berada langsung di atas sendi yang bergerak atau segaris dengan tarikan ekstremitas
yang bergerak dan bukan hanya menekan permukaan sendi bersamaan. Pasien dapat dalam
posisi duduk, berdiri, atau terlentang.
ROM Bahu
Instruksikan pasien untuk memegang salah satu pegangan di masing-masing tangan, dan
dengan tangan yang normal, tarik tali dan angkat ekstremitas yang sakit ke depan (fleksi), ke
sisi luar (abduksi), atau pada bidang skapula (sudutnya adalah 30 dari bidang frontal). Pasien
tidak boleh mengangkat bahu (elevasi skapula) dan posisi badan harus lurus. Bimbing dan
instruksikan pasien sehingga tercipta gerakan yang halus.

Gambar 31. Latihan ROM bahu dengan overhead pulley

Pasien sering salah dalam menggunakan alat bantu katrol untuk menggerakkan sendi sehingga
menyebabkan humerus mengkompresi akromion. Kompresi yang terus-menerus dapat

31

menyebabkan rasa sakit dan penurunan fungsi. Seleksi pasien yang tepat dan instruksi yang
tepat dilakukan untuk menghindari masalah ini. Jika pasien tidak dapat belajar untuk
menggunakan katrol dengan gerakan bahu yang tepat, latihan ini tidak boleh dilakukan.
Hentikan aktivitas ini jika ada peningkatan rasa sakit atau penurunan mobilitas.
Fleksi Siku
Dengan lengan yang distabilkan di sepanjang sisi bawah, pasien mengangkat lengan bawah
dan melekukan siku.
Skate Board/Powder Board
Penggunaan permukaan yang bebas gesekan dapat menciptakan gerakan tanpa perlawanan
gravitasi atau gesekan. Jika tersedia, papan dengan roda dapat digunakan. Metode lain
termasuk menggunakan bubuk di lantai atau menempatkan handuk di bawah ekstremitas
sehingga pasien dapat meluncur di sepanjang permukaan halus papan. Setiap gerakan bisa
dilakukan, namun yang paling umum adalah abduksi / adduksi dari pinggul saat terlentang
dan horizontal abduksi / adduksi bahu ketika duduk.
Reciprocal Exercise Unit
Beberapa alat, seperti sepeda, ergometer tubuh bagian atas atau tubuh bagian bawah, atau
reciprocal exercise unit, dapat diatur untuk memberikan fleksi dan ekstensi pada ekstremitas
yang sakit dengan menggunakan kekuatan dari ekstremitas normal. Perangkat yang dapat
dipindahkan dapat diletakkan pada tempat tidur, kursi roda, atau kursi standar pasien yang
tersedia. Luas gerak dan ekskursi ekstremitas dapat disesuaikan. Sebuah reciprocal exercise
unit memiliki manfaat latihan tambahan yang dapat digunakan untuk melatih pola gerakan
berulang, daya tahan, dan kekuatan dengan mengubah parameter dari latihan serta
pemantauan denyut jantung dan kelelahan.
Gerakan Pasif Kontinu/ Continuous Passive Motion (CPM)
Gerakan pasif kontinu (CPM) mengacu pada gerakan pasif yang dilakukan oleh sebuah alat
mekanik yang menggerakan sendi secara perlahan dan terus menerus melalui ROM
terkendali. Perangkat mekanik yang ada untuk hampir semua sendi dalam tubuh
dikembangkan sebagai hasil penelitian oleh Robert Salter yang menunjukkan bahwa gerakan

32

pasif secara terus-menerus memiliki efek penyembuhan yang menguntungkan pada struktur
sendi dan jaringan lunak yang sakit atau terluka pada hewan dan kelompok penelitian.20-25
Sejak perkembangan CPM, banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan
parameter pengaplikasian alat, tapi karena perangkat digunakan dalam berbagai kondisi dan
penelitian menggunakan berbagai protokol dengan berbagai desain penelitian, tidak ada suatu
batas pasti yang disepakati.
Manfaat CPM
CPM telah dilaporkan memiliki efektivitas menurunkan dampak buruk imobilisasi sendi
seperti artritis, kontraktur, dan fraktur intraartikular, CPM juga meningkatkan angka
kesembuhan dan ROM paska pembedahan. Penelitian yang dilakukan oleh Salter
menunjukkan efektivitas dari CPM pada beberapa bagian tubuh.

Mencegah terjadinya perlengketan, kontraktur, dan kekakuan sendi.

Menstimulasi penyembuhan tendon dan ligamen

Meningkatkan penyembuhan insisi pada sendi yang mobile

Meningkatkan lubrikasi cairan sinovial pada sendi dan meningkatkan derajat


penyembuhan serta regenerasi kartilago intraartikular.

Mencegah dampak buruk dari imobilisasi

Meningkatkan kecepatan perbaikan ROM

Meringankan rasa nyeri paska operasi

Fokus Penelitian
Berbagai penelitian telah membandingkan hasil jangka pendek dan jangka panjang dari
penggunaan CPM setelah berbagai pembedahan dengan menggunakan berbagai parameter
dalam melakukan gerakan awal dan pengaturan posisi. Beberapa penelitian menunjukan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara pasien yang melaksanakan CPM dan pasien yang
melaksanakan PROM atau metode lainnya. Namun, banyak pula penelitian mendukung
bahwa penggunaan CPM jangka pendek setelah pembedahan dapat meningkatkan kecepatan
perbaikan ROM pasien sehingga menurunkan lama perawatan di rumah sakit dibandingkan
penggunaan intervensi lainnya. Namun untuk pengembalian fungsi untuk jangka panjang,
tidak ada perbedaan hasil pada pasien yang menggunakan berbagai metode lain selain CPM.

33

Sebuah penelitian dengan Cochrane Review menyimpulkan dari 14 randomized controlled


trials pada pasien artroplasti lutut total, pasien yang melakukan kombinasi antara CPM dan
terapi fisik lain memiliki peningkatan kecepatan dalam melakukan fleksi lutut secara aktif dan
menurunkan lama perawatan di rumah sakit serta menurunkan kebutuhan penggunaan
manipulasi paska operasi dibandingkan dengan yang mendapatkan terapi fisik biasa. Tapi
tidak ada perbedaan yang signifikan pada fleksi lutut pasif dan ekstensi lutut aktif maupun
pasiif.
Beberapa penelitian mengidentifikasi dampak buruk dari penggunaan CPM seperti
kebutuhan menggunakan analgesik dosis tinggi dan peningkatan perdarahan paska operasi,
berkebalikan dengan laporan bahwa CPM dapat menurunkan rasa nyeri dan komplikasi paska
operasi. Efektivitas biaya penggunaan CPM, penerimaan pasien, penggunaan alat dengan
supervisi pelatih, lama rawat di rumah sakit, kecepatan penyembuhan, dan penentuan jumlah
populasi pasien menjadi fokus yang dipikirkan dalam memilih untuk menggunakan alat CPM
atau tidak.
Pedoman Umum CPM
Pedoman umum CPM antara lain:
1. Alat akan diaplikasikan pada ekstremitas yang terlibat sedini mungkin setelah
pembedahan ketika pasien masih di bawah pengaruh anestesi atau secepat mungkin
sebelum adanya dressing yang menghambat pergerakan.
2. Sudut pergerakan sendi diperhitungkan. Pada awal penggunaan sering digunakan
sudut sempit 20 hingga 30 dan kemudian meningkat 10 hingga 15 setiap harinya
selama masih dapat ditoleransi. Kisaran sudut yang digunakan pada awalnya
tergantung dari kisaran yang sering digunakan dan juga toleransi dari pasien. Suatu
penelitian mengenai peningkatan lebar sudut fleksi lutut setelah artroplasti lutut total
menemukan adanya penurunan lama rawat di rumah sakit dan pasien dapat mencapai
sudut fleksi terluasnya, walaupun tidak terdapat perbedaan di antara kelompokkelompok tersebut setelah 4 minggu.
3. Laju pergerakan dihitung, bisanya 1 siklus tiap 45 detik atau 2 menit masih dapat
ditoleransi.
4. Lama penggunaan CPM bervariasi, kontinu dalam 24 jam hingga 1 jam sebanyak 3
kali sehari. Semakin lama waktu penggunaan dalam sehari semakin cepat pemulangan

34

pasien dari rumah sakit, semakin sedikit komplikasi paska operasi, dan semakin luas
perbaikan ROM yang dihasilkan, walaupun tidak ada perbedaan signifikan yang
ditemukan ketika membandingkan penggunaan CPM selama 5 jam/hari dengan
penggunaan CPM 20 jam/hari. Sebuah penelitian membandingkan hasil setelah
penggunaan CPM berdurasi pendek (3 sampai 5 jam/hari) dengan penggunaan CPM
berdurasi panjang (10 sampai 12 jam/hari) menemukan bahwa penerimaan pasien dan
hasil akhir yang paling memuaskan didapatkan pada CPM berdurasi 4 sampai 8 jam.
5. Terapi fisik biasanya dilakukan selama periode pasien tidak menggunakan CPM,
contohnya active assistive dan latihan otot. Pasien belajar menggunakan dan
mengembangkan kontrol motorik ROM seiring perbaikan gerak.
6. Durasi minimal penggunaan CPM biasanya kurang dari 1 minggu atau ketika nilai
gerak yang diinginkan telah tercapai. Karena mesin CPM bisa dibawa kemana-mana,
penggunaan CPM di rumah juga bisa dilakukan. Pada kondisi ini, pasien, anggota
keluarga, dan pengasuh diajarkan cara pengaplikasianya
7. Mesin CPM didesain supaya mudah dalam penggunaan, serba guna, dan dapat
dipindahkan. Beberapa alat ada yang menggunakan baterai (baterai yang dapat diisi
kembali) sehingga memungkinkan pasien menggunakan alat ini hingga 8 jam sehari
sambil melakukan aktivitas sehari-hari.
ROM dengan Functional Patterns
Untuk mengetahui gerakan yang akan dilakukan melalui functional patterns, pertama pikirkan
jenis pergerakan yang dibutuhkan dan kemudian gerakan ekstremitas dengan pola tersebut
menggunakan bantuan manual atau bantuan mekanik digunakan jika dibutuhkan. Functional
patterns bermanfaat saat akan memulai belajar melakukan ADL dan IADL sebagaimana
pembelajaran pasien dengan gangguan pengelihatan. Penggunaan functional patterns dapat
membantu pasien mengetahui tujuan dan hasil yang akan dicapai setelah melakukan latihan
ROM dan mengembangkan kekuatan serta kecakapan fungsi motorik yang dapat digunakan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika pasien sudah tidak membutuhkan bantuan lagi
dan dapat melakukan gerakan dengan benar dan aman, aktivitas tersebut dimasukkan dalam
aktivits kesehariannya sehingga pembelajaran motorik semakin kuat dan gerakan tersebut
menjadi fungsional.

35

Pelatihan ROM awal untuk pergerakan ekstremitas atas dan leher mencakup kegiatan antara
lain:

Menggenggam alat makan dengan memanfaatkan ekstensi dan fleksi jari-jari tangan

Makan (tangan ke mulut) dengan memanfaatkan fleksi siku dan supinasi lengan bawah
serta fleksi, abduksi, dan rotasi lateral bahu

Menjangkau tinggi rak dengan memanfaatkan fleksi bahu dan ekstensi siku

Menyikat atau menyisir rambut dengan memanfaatkan abduksi dan rotasi lateral bahu,
fleksi siku, dan rotasi leher

Memegang telepon ke telinga dengan memanfaatkan rotasi lateral bahu, supinasi


lengan, dan menekuk leher

Mengenakan kemeja atau jaket dengan memanfaatkan ekstensi dan rotasi lateral bahu,
fleksi dan ekstensi siku

Menjangkau jendela mobil ke mesin ATM dengan memanfaatkan abduksi dan rotasi
lateral bahu, ekstensi siku, dan lekukan lateral trunkus

Pelatihan ROM awal untuk pergerakan ekstremitas bawah dan trunkus dapat mencakup
kegiatan berikut:

Bergerak dari posisi telentang ke duduk di sisi tempat tidur dengan memanfaatkan
abduksi dan adduksi pinggul diikuti oleh fleksi pinggul dan lutut

Berdiri / duduk dan berjalan dengan memanfaatkan fleksi dan ekstensi pinggul dan
lutut, dorsofleksi pergelangan kaki, fleksi plantar, dan rotasi panggul

Memasang kaus kaki dan sepatu dengan memanfaatkan rotasi eksternal dan
abduksi panggul, fleksi lutut, dorsofleksi pergelangan kaki, dan fleksi plantar, serta
fleksi trunkus

36

Anda mungkin juga menyukai