Range of motion (ROM) adalah teknik dasar yang digunakan untuk pemeriksan
gerakan dan memulai gerakan ke dalam suatu program terapeutik. Pergerakan
yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fungsional dapat dilihat, dalam bentuk
yang paling sederhana, sebagai otot atau gaya eksternal yang menggerakan tulang
ke berbagai arah atau ruang gerak. Saat seseorang bergerak, kontrol intrisik dari
otot berasal dari sistem saraf pusat. Tulang bergerak satu sama lainnya melalui
hubungan antar tulang yang disebut sendi. Struktur sendi serta integritas dan
fleksibilitas jaringan lunak penyusun sendi menentukan seberapa luas gerakan
dilakukan. Gerakan paling luas yang mungkin dilakukan dikenal sebagai range of
motion (ROM). Saat suatu sendi melakukan pergerakan, semua struktur pada
regio tersebut akan ikut berpengaruh, baik otot, permukaan sendi, kapsul,
ligamen, fasia pembuluh darah, dan saraf. ROM secara sederhana dapat dibagi
menjadi luas gerakan sendi dan luas gerakan otot. Luas gerakan sendi dapat
dideskripsikan ke dalam gerak fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, dan rotasi. Luas
gerakan sendi dapat diukur dengan menggunakan goniometer dan dicatat dalam
satuan derajat. Luas gerakan otot berkaitan dengan kemampuan ekskursi
fungsional otot.
Ekskursi fungsional adalah kemampuan otot untuk berkontraksi atau memendek
setelah mengalami elongasi secara maksimum. Pada beberapa keadaan, ekskursi
fungsional dipengaruhi secara langsung oleh struktur sendi yang dilewati. Sebagai
contoh, luas gerakan otot brakialis dibatasi oleh luas gerakan sendi siku. Hal ini
berlaku untuk one-joint muscle, yaitu otot yang ujung proksimal dan distalnya
terletak pada masing masing sisi sebuah sendi). Pada two-joint muscle atau
multijoint muscle dimana otot melintasi dua atau lebih sendi, luas gerakan otot
dapat melebihi luas gerakan salah satu sendi yang dilaluinya. Contoh two-joint
muscle adalah otot biceps brachii. Saat otot biceps brachii berkontraksi, terjadi
kontraksi pada sendi siku dan supinasi pada lengan bawah serta fleksi bahu, otot
biceps brachii akan memendek sampai titik dimana otot tidak dapat memendek
lagi. Keadaan ini disebut sebagai insufisiensi aktif. Otot biceps brachii akan
mencapai panjang maksimal saat dilakukan ekstensi sendi siku, pronasi lengan
bawah, serta ekstensi bahu. Kondisi dimana otot mencapai panjang maksimal dan
tidak dapat bertambah panjang lagi disebut insufisiensi pasif. Two-joint muscle
atau multijoint muscle normalnya berfungsi pada pertengahan panjang ekskursi
fungsional dimana tercapai perbandingan panjang-regangan (tension-length)
maksimal.
Untuk menjaga ROM tetap baik, sendi dan otot harus digerakkan secara berkala.
Berbagai faktor termasuk sistemik, kondisi sendi, neurologis, atau penyakit otot;
riwayat trauma atau pembedahan, dan inaktivitas atau imobilisasi dapat
mengakibatkan penurunan ROM. Latihan ROM harus diberikan untuk menjaga
mobilitas sendi dan jaringan lunak guna mencegah berkurangnya fleksibilitas
jaringan dan pembentukan kontraktur. Penelitian yang dilakukan oleh Robert
Salter menunjukkan bahwa latihan ROM atau gerakan dapat membantu
penyembuhan jaringan secara klinis maupun laboratoris. Prinsip ROM yang
dibahas pada bab ini tidak meliputi stretching untuk meningkatkan ROM.
Jenis Latihan ROM
Pada bagian tubuh yang mengalami inflamasi akut, pergerakan secara pasif
memiliki keuntungan. Pergerakan aktif justru dapat menghambat proses
penyembuhan. Inflamasi paska cedera atau tindakan bedah dapat berlangsung
2-6 hari.
Saat pasien tidak dapat menggerakan suatu bagian tubuh, seperti pada pasien
koma atau lumpuh, atau pasien tidak diperbolehkan menggerakan suatu
bagian tubuh secara aktif, misalnya pasien dengan bedrest total, pergerakan
dilakukan dengan tenaga eksternal.
Tujuan PROM
Tujuan utama PROM adalah mengurangi komplikasi akibat imobilisasi seperti
defenerasi kartilago, adhesi, kontraktur dan menurunnya sirkulasi darah. Secara
spesifik, tujuan PROM dapat dibagi menjadi :
Menjaga mobilitias sendi dan jaringan ikat
Meminimalisasi pembentukan kontraktur
Menjaga elastisitas otot
Menjaga sirkulasi dan vaskularisasi jaringan
Meningkatkan pergerakan sinovial untuk menjaga nutrisi kartilago dan difusi
Keterbatasan PROM adalah PROM murni sulit dilakukan pada pasien sadar dan
otot yang memiliki inervasi. PROM tidak dapat mencegah atrofi otot,
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, serta meningkatkan sirkulasi sebaik
kontraksi otot volunter secara aktif.
ROM Aktif dan Aktif-Asistif
Indikasi AROM dan A-AROM
3
Tujuan AROM
Bila tidak ada inflamasi dan kontraindikasi AROM, tujuan PROM dapat dicapai
dengan AROM. Sebagai tambahan, ada keuntungan fisiologis dari kontraksi otot
secara aktif dan motor learning akibat adanya kontrol volunter otot. Tujuan
secara spesifik meliputi:
Keterbatasan AROM
Pada otot yang kuat, AROM tidak dapat menjaga atau meningkatkan kekuatan
otot. AROM tidak dapat mengembangkan skil dan koordinasi diluar pola latihan
yang dilakukan.
Kontraindikasi Latihan ROM
Meskipun PROM dan AROM tidak boleh dilakukan bila gerakan dapat
menganggu proses penyembuhan, imobilisasi total dapat mengakibatkan adhesi
dan pembentukan kontraktur, gangguan sirkulasi dan pemanjangan waktu
4
2. Selama latihan, tidak ada resistensi atau asistensi yang dilakukan otot pasien.
Bila otot pasien berkontraksi, latihan menjadi bersifat aktif.
3. Pergerakan dilakukan di dalam ROM bebas, yaitu luas gerakan tanpa disertai
nyeri atau paksaan.
Penerapan AROM
1. Contohkan gerakan menggunakan PROM, lalu minta pasien untuk
mengulangi gerakan tersebut. Bantu posisikan atau arahkan gerakan pasien
bila diperlukan.
2. Bantuan hanya diperlukan agar gerakan yang terjadi halus. Bila terjadi
kelemahan, bantuan mungkin diperlukan pada awal atau akhir ROM atau saat
efek gravitasi paling besar.
3. Gerakan dilakukan dalam batas ROM normal.
Pegang lengan pasien dibawah siku dengan tangan bawah (tangan pemeriksa
Pada gerakan normal, skapula seharusnya dapat berotasi secara bebas ke atas saat
fleksi bahu. Bila hanya gerakan sendi glenohumeral yang diinginkan, skapula
distabilisasi seperti yang dibahas pada bagian stretching.
Gambar 1. Posisi tangan dan cara melakukan fleksi bahu (A) Inisiasi (B) Penyelesaian
Gambar 2. Hiperekstensi bahu (A) Pasien berbaring di sisi ranjang (B) Pasien miring
Gambar 4. Posisi 90/90 untuk melakukan (A) Rotasi internal bahu (B) Rotasi eksternal bahu
Untuk melakukan abduksi horizontal secara penuh, posisikan bahu pasien pada tepi
ranjang. Mulai dengan lengan dalam keadaan fleksi atau abduksi 900. Posisi tangan
pemeriksa sama seperti hendak melakukan gerakan fleksi, namun pemeriksa
menghadap ke arah kepala pasien. Lengan pasien digerakan ke arah luar dan ke
dalam melewati tubuh pasien.
Skapula : Elevasi/Depresi, Protraksi/Retraksi, dan Rotasi ke Atas/Bawah
Posisikan pasien pada posisi pronasi dengan lengan pasien di samping tubuh atau
pasien berbaring miring menghadap pemeriksa.
Prosedur:
bergerak.
Untuk rotasi, arahkan gerakan pada angulus inferior sambil menekan
akromion ke arah berlawanan.
Gambar 6. ROM skapula pada posisi (A) Pronasi (B) Berbaring miring
11
bawah pasien dengan memegang pergelangan tangan pasien dan kemudian ekstensi
pada siku. Lakukan hiperekstensi pada bahu sampai muncul tahanan pada lengan
depan. Pada saat terasa tahanan, otot biceps brachii telah mencapai panjang
maksimalnya.
Elongasi Caput Longus otot Triceps Brachii
Pasien dalam posisi duduk atau berdiri bila ROM otot triceps brachii mendekati
normal atau berbaring bila ROM terbatas. Lakukan fleksi penuh pada siku pasien
dengan satu tangan pemeriksa memegang lengan bawah pasien bagian distal.
Lakukan fleksi sendi bahu dengan mengangkat humerus dari bawah siku dengan
tangan lain. Luas gerakan penuh tercapai ketika muncul rasa tidak nyaman pada
regio lengan atas posterior pasien.
Pegang
pergelangan
tangan
pasien
sambil
menyangga
tangan
dengan jari
telunjuk
dan jempol,
sedangkan
12
jari lainnya
berada di
distal
lengan
bawah.
Stabilisasi
siku dengan
tangan
lainnya
Gerakan
dilakukan
dengan
memutar
radius
terhadap
ulna pada
radius
distal.
Gerakan
harus
dilakukan
dengan siku
dalam
kondisi
fleksi dan
ekstensi
13
14
menggunakan ibu jari pada satu sisi pungguung tangan dan jari jari lainnya pada
sisi punggung tangan yang lain.
Posisikan lengan bawah dan tangan pasien pada ranjang atau meja atau
Pergelangan tangan harus rileks selama latihan agar tidak timbul tegangan pada otot
ekstrinsik jari sehingga ROM maksimal dapat dicapai.
15
Ekstremitas Bawah
16
Panggul : Hiperekstensi
Prosedur:
Pasien berbaring dalam posisi pronasi atau miring dengan muka pasien
menjauhi pemeriksa.
Bila pasien berbaring dalam posisi pronasi, angkat tungkai dengan tangan
pasien pada sisi anterior, sedangkan tangan atas menstabilisasi pelvis pasien.
Untuk mencapai hiperekstensi maksimal pada panggul, sendi lutut tidak
boleh dalam posisi fleksi penuh sebab dapat menimbulkan tegangan pada
otot rectus femoris.
17
Elongasi Hamstring
Posisikan tangan bawah di tumit pasien dan tangan atas di anterior lutut.
Jaga agar tungkai tetap dalam posisi ekstensi sementara sendi panggul
difleksikan.
Bila otot hamstring sangat kaku dan ekstensi sendi lutut sangat terbatas,
batas gerakan biasanya dapat dicapai hanya dengan mengekstensikan sendi
lutut sejauh yang dimungkinkan otot hamstring tanpa disertai fleksi
panggul.
18
Posisikan pasien supinasi dengan lutut fleksi di tepi meja pemeriksaan atau
pemeriksaan.
Pada posisi pronasi, stabilisasi pelvis dengan tangan atas.
Fleksikan lutut pasien sampai terasa tahanan pada paha depan yang
menandakan luas gerakan maksimal telah tercapai.
Support tungkai pasien dengan tangan atas di bawah lutut dan tangan bawah
di tumit.
Agar adduksi maksimal, tungkai kontralateral harus sedikit abduksi.
Pastikan panggul dan tungkai pasien dalam kondisi ekstensi dan tidak
berotasi selama gerakan abduksi dan adduksi.
19
Gambar 18. Rotasi sendi panggul dengan fleksi pada panggul dan lutut
Ankle : Dorsofleksi
20
Ankle : Plantarfleksi
Stabilisasi tumit dengan tangan bawah, ibu jari pada sisi medial, dan jari
21
Stabilisasi tulang proksimal dari sendi dengan satu tangan dan gerakan
Leher
Pasien berada di tepi meja pemeriksaan. Pegang kepala pasien dengan kedua tangan
pada regio occipitalis.
Leher : Fleksi
leher.
Teruskan mengangkat kepala ke arah sternum untuk melakukan fleksi pada
semua tulang leher.
Leher : Ekstensi
Jaga agar tulang leher tidak fleksi dan ekstensi, pemeriksa kemudian
menggerakkan kepala pasien seolah telinga hendak menuju bahu untuk
lateral fleksi dan diputar dari sisi ke sisi untuk rotasi.
Pinggang : Fleksi
Dekatkan kedua lutut pasien dengan dada dengan menekuk lutut dan
panggul.
Fleksi tulang belakang terjadi saat panggul dalam keadaan fleksi maksimal
Pinggang : Ekstensi
Dengan tangan dibawah paha, angkat paha ke atas sehingga terjadi rotasi
pelvis ke arah anterior dan ekstensi pada tulang belakang
Pinggang : Rotasi
Pasien berbaring di tepi meja pemeriksaan dengan panggul dan lutut fleksi.
Dorong atau tarik kedua lutut pasien ke arah lateral hingga pelvis terangkat
23
24
humerus.
Fleksi dan ekstensi siku. Pasien menekuk siku sampai tangan mencapai
bahu dan kemudian meluruskan tangan hingga berada di samping tungkai
bawah.
Pronasi dan supinasi lengan bawah. Pasien merotasikan radius terhadap
ulna.
Gambar 24. Posisi tangan untuk latihan S-AROM (A) Fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi
bahu (B) Rotasi bahu
25
Gambar 25. Posisi tangan untuk latihan S-AROM (A) Fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan (B) Fleksi dan ekstensi jari
Fleksi jempol dengan oposisi dan ekstensi jempol dengan reposisi. Jari
tangan yang sehat melingkari ibu jari yang sakit hingga ke daerah eminensia
thenar dan ibu jari yang sehat berada pada permukaan palmar ibu jari yang
sakit untuk melakukan ekstensi. Untuk melakukan fleksi dan oposisi ibu
jari, pasien melingkari dorsal ibu jari dan mendorong tulang metakarpal I ke
arah kelingking.
26
ini.
Abduksi dan adduksi panggul. Gerakan ini sulit dilakukan pada pasien
yang lemah karena beratnya tungkai bawah. Untuk melakukan gerakan ini,
pasien menggeser kaki yang sehat dari lutut ke arah pergelangan kaki yang
sakit lalu menggerakan kaki yang sakit dari sisi ke sisi. Gerakan dapat
dilakukan pada posisi duduk dengan menggunakan tangan untuk membantu
menggerakkan paha ke dalam dan keluar.
Pasien duduk dengan kaki yang sakit menyilang di atas lutut dan paha
yang sehat. Tangan kemudian melakukan gerakan dorsofleksi,
plantarfleksi, inversi dan eversi pada telapak kaki serta fleksi dan
ekstensi ibu jari.
27
Gambar 28. Latihan S-AROM (A) Abduksi panggul dengan eksternal rotasi (B) Pergelangan
kaki dan ibu jari kaki
28
Gambar 29. Latihan T-Bar (A) Fleksi (B) Abduksi dan adduksi horizontal (C) Rotasi
gerakan badan.
Variasi dan kombinasi gerakan. Misalnya, pasien mulai dengan tongkat
di belakang bokong dan kemudian menggerakan tongkat ke punggung
untuk mencapai pergerakan skapula, rotasi internal bahu, dan fleksi siku.
Wall Climbing
Wall climbing atau panjat dinding dengan menggunakan alat bantu seperti
tangga jari) dapat memberikan pasien dukungan dan motivasi untuk melakukan
ROM bahu. Penanda pada dinding dapat digunakan untuk memberikan gambaran
tinggi yang akan dicapai. Lengan dapat digerakkan fleksi atau abduksi. Semakin
pasien dekat ke dinding semakin tinggi lengan terangkat.
Overhead Pulley
30
Katrol dapat digunakan untuk membantu ekstremitas yang terlibat dalam melakukan ROM.
Overhead pulleys menyediakan lebih banyak aktivitas otot yang dapat dilakukan daripada
ROM yang dibantu terapis dan ROM pasif dengan mesin penggerak (dijelaskan kemudian
dalam bab ini), jadi bentuk latihan ini hanya digunakan ketika aktivitas otot dibutuhkan.
Untuk penggunaan di rumah dapat digunakan katrol tunggal yang diikat dengan tali kemudian
diletakkan di suatu tempat seperti pintu atau langit-langit. Pasien diatur posisinya sehingga
katrol berada langsung di atas sendi yang bergerak atau segaris dengan tarikan ekstremitas
yang bergerak dan bukan hanya menekan permukaan sendi bersamaan. Pasien dapat dalam
posisi duduk, berdiri, atau terlentang.
ROM Bahu
Instruksikan pasien untuk memegang salah satu pegangan di masing-masing tangan, dan
dengan tangan yang normal, tarik tali dan angkat ekstremitas yang sakit ke depan (fleksi), ke
sisi luar (abduksi), atau pada bidang skapula (sudutnya adalah 30 dari bidang frontal). Pasien
tidak boleh mengangkat bahu (elevasi skapula) dan posisi badan harus lurus. Bimbing dan
instruksikan pasien sehingga tercipta gerakan yang halus.
Pasien sering salah dalam menggunakan alat bantu katrol untuk menggerakkan sendi sehingga
menyebabkan humerus mengkompresi akromion. Kompresi yang terus-menerus dapat
31
menyebabkan rasa sakit dan penurunan fungsi. Seleksi pasien yang tepat dan instruksi yang
tepat dilakukan untuk menghindari masalah ini. Jika pasien tidak dapat belajar untuk
menggunakan katrol dengan gerakan bahu yang tepat, latihan ini tidak boleh dilakukan.
Hentikan aktivitas ini jika ada peningkatan rasa sakit atau penurunan mobilitas.
Fleksi Siku
Dengan lengan yang distabilkan di sepanjang sisi bawah, pasien mengangkat lengan bawah
dan melekukan siku.
Skate Board/Powder Board
Penggunaan permukaan yang bebas gesekan dapat menciptakan gerakan tanpa perlawanan
gravitasi atau gesekan. Jika tersedia, papan dengan roda dapat digunakan. Metode lain
termasuk menggunakan bubuk di lantai atau menempatkan handuk di bawah ekstremitas
sehingga pasien dapat meluncur di sepanjang permukaan halus papan. Setiap gerakan bisa
dilakukan, namun yang paling umum adalah abduksi / adduksi dari pinggul saat terlentang
dan horizontal abduksi / adduksi bahu ketika duduk.
Reciprocal Exercise Unit
Beberapa alat, seperti sepeda, ergometer tubuh bagian atas atau tubuh bagian bawah, atau
reciprocal exercise unit, dapat diatur untuk memberikan fleksi dan ekstensi pada ekstremitas
yang sakit dengan menggunakan kekuatan dari ekstremitas normal. Perangkat yang dapat
dipindahkan dapat diletakkan pada tempat tidur, kursi roda, atau kursi standar pasien yang
tersedia. Luas gerak dan ekskursi ekstremitas dapat disesuaikan. Sebuah reciprocal exercise
unit memiliki manfaat latihan tambahan yang dapat digunakan untuk melatih pola gerakan
berulang, daya tahan, dan kekuatan dengan mengubah parameter dari latihan serta
pemantauan denyut jantung dan kelelahan.
Gerakan Pasif Kontinu/ Continuous Passive Motion (CPM)
Gerakan pasif kontinu (CPM) mengacu pada gerakan pasif yang dilakukan oleh sebuah alat
mekanik yang menggerakan sendi secara perlahan dan terus menerus melalui ROM
terkendali. Perangkat mekanik yang ada untuk hampir semua sendi dalam tubuh
dikembangkan sebagai hasil penelitian oleh Robert Salter yang menunjukkan bahwa gerakan
32
pasif secara terus-menerus memiliki efek penyembuhan yang menguntungkan pada struktur
sendi dan jaringan lunak yang sakit atau terluka pada hewan dan kelompok penelitian.20-25
Sejak perkembangan CPM, banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan
parameter pengaplikasian alat, tapi karena perangkat digunakan dalam berbagai kondisi dan
penelitian menggunakan berbagai protokol dengan berbagai desain penelitian, tidak ada suatu
batas pasti yang disepakati.
Manfaat CPM
CPM telah dilaporkan memiliki efektivitas menurunkan dampak buruk imobilisasi sendi
seperti artritis, kontraktur, dan fraktur intraartikular, CPM juga meningkatkan angka
kesembuhan dan ROM paska pembedahan. Penelitian yang dilakukan oleh Salter
menunjukkan efektivitas dari CPM pada beberapa bagian tubuh.
Fokus Penelitian
Berbagai penelitian telah membandingkan hasil jangka pendek dan jangka panjang dari
penggunaan CPM setelah berbagai pembedahan dengan menggunakan berbagai parameter
dalam melakukan gerakan awal dan pengaturan posisi. Beberapa penelitian menunjukan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara pasien yang melaksanakan CPM dan pasien yang
melaksanakan PROM atau metode lainnya. Namun, banyak pula penelitian mendukung
bahwa penggunaan CPM jangka pendek setelah pembedahan dapat meningkatkan kecepatan
perbaikan ROM pasien sehingga menurunkan lama perawatan di rumah sakit dibandingkan
penggunaan intervensi lainnya. Namun untuk pengembalian fungsi untuk jangka panjang,
tidak ada perbedaan hasil pada pasien yang menggunakan berbagai metode lain selain CPM.
33
34
pasien dari rumah sakit, semakin sedikit komplikasi paska operasi, dan semakin luas
perbaikan ROM yang dihasilkan, walaupun tidak ada perbedaan signifikan yang
ditemukan ketika membandingkan penggunaan CPM selama 5 jam/hari dengan
penggunaan CPM 20 jam/hari. Sebuah penelitian membandingkan hasil setelah
penggunaan CPM berdurasi pendek (3 sampai 5 jam/hari) dengan penggunaan CPM
berdurasi panjang (10 sampai 12 jam/hari) menemukan bahwa penerimaan pasien dan
hasil akhir yang paling memuaskan didapatkan pada CPM berdurasi 4 sampai 8 jam.
5. Terapi fisik biasanya dilakukan selama periode pasien tidak menggunakan CPM,
contohnya active assistive dan latihan otot. Pasien belajar menggunakan dan
mengembangkan kontrol motorik ROM seiring perbaikan gerak.
6. Durasi minimal penggunaan CPM biasanya kurang dari 1 minggu atau ketika nilai
gerak yang diinginkan telah tercapai. Karena mesin CPM bisa dibawa kemana-mana,
penggunaan CPM di rumah juga bisa dilakukan. Pada kondisi ini, pasien, anggota
keluarga, dan pengasuh diajarkan cara pengaplikasianya
7. Mesin CPM didesain supaya mudah dalam penggunaan, serba guna, dan dapat
dipindahkan. Beberapa alat ada yang menggunakan baterai (baterai yang dapat diisi
kembali) sehingga memungkinkan pasien menggunakan alat ini hingga 8 jam sehari
sambil melakukan aktivitas sehari-hari.
ROM dengan Functional Patterns
Untuk mengetahui gerakan yang akan dilakukan melalui functional patterns, pertama pikirkan
jenis pergerakan yang dibutuhkan dan kemudian gerakan ekstremitas dengan pola tersebut
menggunakan bantuan manual atau bantuan mekanik digunakan jika dibutuhkan. Functional
patterns bermanfaat saat akan memulai belajar melakukan ADL dan IADL sebagaimana
pembelajaran pasien dengan gangguan pengelihatan. Penggunaan functional patterns dapat
membantu pasien mengetahui tujuan dan hasil yang akan dicapai setelah melakukan latihan
ROM dan mengembangkan kekuatan serta kecakapan fungsi motorik yang dapat digunakan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika pasien sudah tidak membutuhkan bantuan lagi
dan dapat melakukan gerakan dengan benar dan aman, aktivitas tersebut dimasukkan dalam
aktivits kesehariannya sehingga pembelajaran motorik semakin kuat dan gerakan tersebut
menjadi fungsional.
35
Pelatihan ROM awal untuk pergerakan ekstremitas atas dan leher mencakup kegiatan antara
lain:
Menggenggam alat makan dengan memanfaatkan ekstensi dan fleksi jari-jari tangan
Makan (tangan ke mulut) dengan memanfaatkan fleksi siku dan supinasi lengan bawah
serta fleksi, abduksi, dan rotasi lateral bahu
Menjangkau tinggi rak dengan memanfaatkan fleksi bahu dan ekstensi siku
Menyikat atau menyisir rambut dengan memanfaatkan abduksi dan rotasi lateral bahu,
fleksi siku, dan rotasi leher
Mengenakan kemeja atau jaket dengan memanfaatkan ekstensi dan rotasi lateral bahu,
fleksi dan ekstensi siku
Menjangkau jendela mobil ke mesin ATM dengan memanfaatkan abduksi dan rotasi
lateral bahu, ekstensi siku, dan lekukan lateral trunkus
Pelatihan ROM awal untuk pergerakan ekstremitas bawah dan trunkus dapat mencakup
kegiatan berikut:
Bergerak dari posisi telentang ke duduk di sisi tempat tidur dengan memanfaatkan
abduksi dan adduksi pinggul diikuti oleh fleksi pinggul dan lutut
Berdiri / duduk dan berjalan dengan memanfaatkan fleksi dan ekstensi pinggul dan
lutut, dorsofleksi pergelangan kaki, fleksi plantar, dan rotasi panggul
Memasang kaus kaki dan sepatu dengan memanfaatkan rotasi eksternal dan
abduksi panggul, fleksi lutut, dorsofleksi pergelangan kaki, dan fleksi plantar, serta
fleksi trunkus
36