Anda di halaman 1dari 11

PPAK REGULAR 1

Noviar Kharismawati /2016281126


Muhammad Kamal Redha / 2016281129

RINGKASAN ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT


BAB LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI
A. ETIKA LINGKUNGAN UNTUK BISNIS : PERUBAHAN UNTUK KREDIBILITAS ,
REPUTASI & KEUNGGULAN KOMPETITIF
Selama 30 tahun terakhir, telah ada sebuah harapan yang meningkat bahwa bisnis untuk
melayani kebutuhan para pemegang saham dan masyarakat. Banyak orang memiliki saham atau
kepentingan dalam bisnis, kegiatan bisnis, dan dampak yang terjadi dalam berbisnis. Jika
kepentingan stakeholder ini tidak dipenuhi, maka tindakan yang menyedihkan terjadi kepada para
pemegang saham, staf dan direktur. Bahkan, bisnis atau profesi tidak dapat mencapai tujuan yang
strategis jangka panjang mereka tanpa dukungan dari stakeholder utama, seperti pemegang
saham, karyawan, pelanggan, kreditur, pemasok, pemerintah-pemerintah, masyarakat lokal, dan
aktivis.
Dukungan untuk usaha dan bisnis pada umumnya tergantung pada kredibilitas
stakeholder pada tempat pengambilan keputusan perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan
keunggulan yang kompetitif. Semua ini tergantung pada kepercayaan yang stakeholder berikan
dalam kegiatan perusahaan. kepercayaan dari stakeholder tergantung pada nilai-nilai yang
mendasari kegiatan perusahaan.
Hasilnya, tata kelola dan akuntabilitas sebuah organisasi yang muncul untuk bisnis dan
profesi telah menjadi jauh lebih peduli dengan kepentingan stakeholder dan hal-hal yang beretika
dari pada masa lalu. Direksi, eksekutif, dan akuntan profesional, yang melayani kepentingan
sering bertentangan pemegang saham secara langsung dan masyarakat secara tidak langsung,
harus menyadari keinginan masyarakat untuk harapan baru untuk bisnis dan organisasi sejenisnya,
dan harus mengelola risiko mereka yang sesuai. Atau lebih dari sekedar untuk melayani
keingintahuan para intelektual, kesadaran ini harus dikombinasikan dengan nilai-nilai tradisional
dan dimasukkan ke dalam kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang beretika. Jika tidak,
maka akan terjadi permasalahan seperti Enron dan debacles tentang pinjaman subprime, maka
kredibilitas, reputasi, dan keunggulan kompetitif dari pasar modal, organisasi, manajemen,
profesional, dan profesi akan menderita. Penilaian keberhasilan kini tidak hanya sekedar apa yang
telah dicapai perusahaan tapi juga menyangkut bagaimana keberhasilan itu dapat dicapai secara

etis. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan perubahan ekspektasi publik terhadap
perilaku bisnis:

1. Masalah Lingkungan
Pada awalnya opini publik tentang perilaku perusahaan yang baik lebih dari
kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan beberapa pekerja terancam oleh aktivitas
perusahaan. karena pada awalnya masyarakat khawatiran terhadap polusi udara berpusat pada
cerobong asap dan pipa knalpot asap pada perusahaan yang menyebabkan terjadinya
gangguan pernafasan. Masalah-masalah ini sangat sedikit terjadi atau hanya masalah yang
relative saja, sehingga ketika terjadinya populasi penduduk setempat menjadi marah, para
politisi lokal dan masyarakat pada umumnya bersedia untuk merancang untuk mengendalikan
masalah yang terjadi walaupun ada penegak hokum tapi tidak bisa dikendalikan.
Dua masalah lain yang terkait dengan polusi udara yang yang tidak sering terjadi
adalah hujan asam, yang disebabkan oleh danau dan pohon defoliated, dan diserap oleh
lapisan lapisan ozon bumi. Dalam kasus pertama, sulfur dalam gas buang dikombinasikan
dengan hujan dan jatuh ke tanah yang jauh dari sumbernya, atau kewilayah hukum lainnya.
Akibatnya, reaksi politisi di daerah hukum yang berwenang sangat lambat, dan banyak
argumen yang dibesar-besarkan tentang siapa yang bertanggung jawab dan apakah kerusakan
itu nyata atau tidak.
Pada akhirnya, tingkat kesadaran terhadap masalah yang terjadi menjadi cukup luas
untuk mendukung perjanjian internasional dan peraturan daerah yang lebih ketat lagi.
Penipisan lapisan ozon bumi baru-baru ini diakui sebagai ancaman serius bagi
kesehatan manusia. Kita lihat ke atmosfer CFC , setelah yang paling umum refrigeran
perumahan dan industri, memungkinkan molekul CFC untuk menggunakan molekul-molekul
untuk lapisan ozon. Pada saat yang sama, apabila menebang hutan hujan di-Brazil yang
merupakan salah satu hutan sumber utama untuk pengisian lapisan ozon, akan memberikan
kontribusi lebih lanjut untuk menipisnya lapisan ozon di sekitar planet kita. Lapisan ini adalah
penghalang utama kita dari sinar ultraviolet matahari, yang menyebabkan kanker kulit dan
kerusakan mata kita. Lapisan ini adalah penghalang utama kita dari sinar ultraviolet matahari,
yang menyebabkan kanker kulit dan kerusakan mata kita.
Waktu pengakuan masyarakat bahwa pencemaran air sebagai masalah yang layak
dikhawatirkan tentang penipisan lapisan ozon, sebagian lagi disebabkan kurangnya
kemampuan

untuk

mengukur

konsentrasi

racun

yang

dikeluarkan

permenit

dan

ketidakmampuan kita untuk memahami sifat yang tepat dari risiko air logam dan dioxin

kandungi oleh lapisan ozon. Perusahaan menegaskan bahwa mereka tidak memiliki solusi
teknis untuk penghapusan polusi udara dan air dengan biaya murah oleh karena itu pihak
perusahaan tidak bisa langsung menghilangkan polusi udara dan melakukannya secara
kompetitif. Namun, setelah ancaman jangka pendek dan jangka panjang tersebut dapat
dipahami oleh pribadi masyarakat untuk menjaga keamanan yang dipimpin oleh kelompokkelompok tertentu, mulai dari tekanan perusahaan serta pemerintah harus campur tangan
langsung secara untuk meningkatkan standar keselamatan untuk emisi perusahaan.
2. Sensitivitas Moral
Selama tahun 1980 dan 1990-an, ada peningkatan yang signifikan terhadap
sensitivitas kurangnya keadilan dan perbedaan dalam perlakuan yang adil biasanya didapati
pada individu dan kelompok tertentu dalam masyarakat. Beberapa kelompok yang
bertanggung jawab untuk kesadaran sosial ini sangat tinggi, termasuk gerakan feminis, dan
juru bicara orang-orang pribumi, dan untuk minoritas. Untuk keadaan tertentu, masyarakat
disiapkan untuk menghibur kelompok-kelompok yang dalam kondisi menprihatinkan karena
beberapa peristiwa yang malang telah membawa kesadaran mereka bahwa ada beberapa
kelompok yang mempunyai keahlian khusus yang harus diperhatikan, sebagai pemerhati
lingkungan, advokat konsumen, dan para pendukung anti-apartheid telah menunjukkan ke
keprihatinannya. Sebagian besar pada periode dari tahun 1960 dan seterusnya, pendapatan
sekali pakai dan waktu luang telah cukup tinggi untuk memungkinkan anggota masyarakat
untuk fokus pada isu-isu di luar mata pencaharian mereka. Selain itu, sebagai akibat dari
kemajuan dalam komunikasi teknologi yang telah memungkinkan hampir semua permasalah
di seluruh dunia dapat dilihat, pemikiran masyarakat Amerika Utara yang dulu sangat
tertinggal sekarang menjadi masyarakat yang maju dan sangat sensitive terhadap berita-berita
yang diberitakan oleh surat kabar tertentu.
3. Putusan yang salah & Pimpinan Aktivis
Direksi, eksekutif, dan manajer adalah manusia, dan mereka pasti ada yeng berbuat
kesalahan. Kadang-kadang kelompok umum, atau spesifik, tersinggung dengan hal-hal ini
karena akan ada penilaian yang salah dan menyadari bahwa kadang-kadang bisa membuat
direksi dan manajemen tidak menyetujui terhadap keputusan yang mereka buat. Sebagai
contoh, keputusan oleh Shell Inggris untuk menjegal Brent Spar terhadap penyimpanan
minyak Kapal didalam laut dari pada mengambilnya terpisah di pantai sehingga menyebabkan
demonstrasi para aktivis yang mendukung Greenpeace, yang mencoba untuk menghentikan
kegiatan tersebut, dan untuk memboikot SPBU Shell di Eropa, maka ada beberapa produk
Nestle yang diboikot di Amerika Utara dan Eropa kemudian mereka hentikan pendistribusian
keseluruh dunia.

4. Ekonomi dan tekanan persaingan


Perkembangan pasar global memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk
mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu diperlukan
restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih
rendah.
5. Skandal keuangan: kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas
Penyalahgunaan jabatan dalam bidang keuangan telah membuat krisis kepercayaan
terhadap laporan keuangan perusahaan dan pemerintah. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
kesenjangan ekspektasi dimana seharusnya pihak perusahaan menyampaikan keadaan
perusahaan sebenarnya tapi malah melakukan manipulasi.
6. Kegagalan kepemimpinan dan penilaian resiko
Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana dewan
direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa risiko yang dihadapi
perusahaan telah diatur dengan baik, serta risiko etika kini telah menjadi aspek kunci proses
pencapaian tujuan perusahaan.
7. Peningkatan keinginan transparansi
Kurangnya kepercayaan stakeholder akan kegiatan yang dijalankan perusahaan
menimbulkan peningkatan keinginan akan transparansi pada bagian yang menyangkut
kepentingan investor dan stakeholder yang lain.
8. Sinergi semua faktor dan penguatan institusional
Hubungan diantara semua faktor berdampak pada ekspektasi publik terhadap masalah
etika. Dimana akibatnya masyarakat akan lebih sadar akan pentingnya kontrol terhadap
perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia politik,
yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal tersebut akan
mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan penegakan hukum.
Faktor Penyebab Perubahan Ekspektasi Publik Dalam Perilaku Bisnis
Fisik

Kualitas air dan udara, keamanan

Moral

Keinginan atas keadilan dan hak di rumah dan


lingkungan

Penilaian buruk

Mengoperasikan kesalahan dan kompensasi eksekutif.

Aktivis

Investor yang bersikap etis, konsumen dan pecinta


lingkungan.

Ekonomi

Kelemahan, tekanan untuk selamat, dan Pemalsuan

Kompetisi

Tekanan global

Penyalahgunaan

jabatan

Berbagai skandal, korban, ketamakan

keuangan
Kesalahan pemerintah

Pengakuan terhadap penilaian masalah etis dan


pemerintahan yang baik.

Transparansi

Keinginan untuk melakukan Transparansi

Sinergi

Publisitas, keberhasilan perubahan

Penguatan institusi

Peraturan baru

B. EKSPEKTASI BARU DALAM BERBISNIS


1. Tugas baru dunia bisnis
Perubahan ekspektasi publik telah menyebabkan evolusi tugas-tugas dalam dunia
bisnis. Kini kesuksesan perusahaan sangat tergantung pada seberapa sanggup perusahaan
menyeimbangkan profit dan kepentingan stakeholder.
2. Kepemimpinan baru dan kerangka transparansi
Kinerja dewan direksi harus merefleksikan kepentingan stakeholder dalam hal
pencapaian tujuan, proses, dan hasil.
3. Penguatan aturan untuk profesional akuntan
Ekspektasi publik akan kebenaran laporan kinerja perusahaan tidak lepas dari
profesional akuntan yang menyiapkan atau mengaudit laporan keuangan tersebut.
Profesional akuntan tersebut berfokus pada loyalitas kepada kepentingan publik dan
adoptasi prinsip independensi, penilaian, objektivitas dan integritas.
4. Kejelasan kepemimpinan dan model transparansi stakeholder
Sering dengan perubahan yang terjadi, perusahaan mulai memusatkan perhatian pada
bagaimana menerapkan etika pada aktivitas perusahaan mereka, dan untuk mengurangi
terjadinya masalah-masalah etika. Dari hal tersebut semakin jelas terlihat bahwa komando
tradisional dan pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi cukup dan
perusahaan perlu membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara perilaku etika.
Tanggung jawab perusahaan yang berkait dengan transparansi ditujukan kepada
pemegang saham, pegawai, konsumen, suplier, aktivis, pemerintah dan kreditor. Dimana
dalam hal ini perusahaan bertanggungjawab untuk

melakukan transparansi atau

pengungkapan atas laporan finansial dan nonfinansial perusahaan.


5. Manajemen berdasarkan nilai, reputasi, dan risiko.

Dalam rangka menggabungkan kepentingan stakeholder ke dalam kebijakan, strategi


dan operasi dari korporasi mereka, direksi, khususnya bila eksekutif

manajer, dan

karyawan lainnya harus memahami sifat kepentingan stakeholder mereka dan nilai-nilai
yang mendukung mereka.
6. Akuntabilitas.
Munculnya kepentingan pelaku kebijakan dan akuntabilitas dan debacles keuangan
yang menakjubkan dari Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah meningkatkan
keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan stakeholder,
lebih transparan, dan lebih akurat daripada di masa lalu.
7. Perkembangan etika bisnis.
Dua perkembangan ini berguna untuk memahami etika bisnis dan bagaimana bisnis
dan penerapan profesi. Mereka adalah konsep stakeholder dan konsep kontrak sosial
perusahaan
8. Pendekatan etis pengambilan keputusan melalui analisis dampak pemangku kepentingan.
Peningkatan akuntabilitas kepada para pemangku kepentingan dalam versi yang lebih
baru dari kontrak sosial telah membebankan tanggung jawab pada eksekutif untuk
memastikan keputusan mereka mencerminkan nilai etis untuk sebuah perusahaan.
Pendekatan ini dimulai dengan identifikasi stakeholder yang signifikan, investigasi
kepentingan mereka, dan peringkat kepentingan-kepentingan untuk memastikan bahwa
pemberian perhatian yang memadai pada analisis dan pertimbangan lebih besar pada
tahap keputusan.
Sebagai lingkungan etis untuk bisnis berubah, pengamat dan eksekutif menyadari
bahwa orang lebih banyak dari pemegang saham hanya memiliki kepentingan dalam
perusahaan atau aktivitasnya. Sebagaimana dicatat sebelumnya, meskipun beberapa tidak
memiliki klaim hukum pada korporasi, mereka memiliki kapasitas yang sangat nyata
untuk mempengaruhi perusahaan baik atau tidak baik. Selain itu, seiring berjalannya
waktu , klaim dari beberapa pihak yang berminat membuat modifikasi melalui undangundang atau peraturan. Ini menjadi jelas bahwa kepentingan dari seseorang dengan saham
dalam bisnis atau dampaknya yang terpengaruh oleh atau dapat mempengaruhi
pencapaian organisasi objektif harus dipertimbangkan dalam rencana perusahaan dan
keputusan. Untuk kemudahan referensi, orang-orang ini datang untuk diketahui sebagai
stakeholder dan kepentingan pihak mereka sebagai hak-hak merka . Contoh kelompok
stakeholder akan mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur, debitur, masyarakat

tuan rumah, pemerintah, lingkungan, dan tentu saja, pemegang saham. stakeholder
normal Acorporation telah di petakan.
Gambar 1. Kerangka Akuntabilitas Stakeholder dan Tata Kelola Perusahaan

Fungsi Utama Dewan Pengendalian:


Pemegang Saham
Stakeholder
Menetapkan bimbingan
dan batasan kebijakan, kode, budaya, kepatuhan (huku
Mengatur arah strategi, sasaran remunerasi, insentif
Menunjuk CEO, CFO, dan eksekutif lainnya
Mengatur sumber daya
Memantau feedback operasional, kepatuhan kebijakan, laporan keuangan
Dewan Direksi,
Subkomite
Audit, Tata
Kelola,
Kompensasi
Laporan
untuk pemegang
saham,
pemerintah
Menentukan auditor

Memilih

Auditor

Alur Info

Tindakan

Para direktur, eksekutif, manajer, dan karyawan lain harus memahami sifat dari
kepentingan stakeholder dan nilai yang dapat mendukung mereka untuk menggabungkan
kepentingan stakeholder ke dalam kebijakan, stategies, dan kegiatan operasional perusahaan.
Reputasi perusahaan dan tingkat dukungan dari stakeholder akan tergantung pada pemahaman dan
kemampuan perusahaan untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan secara langsung,
maupun risiko yang berdampak pada para stakeholder. Reputasi ditentukan oleh empat faktor,
yaitu kredibilitas, keandalan, kepercayaan dan tanggungjawab.
Suatu hypernoms adalah nilai-nilai yang dihormati oleh sebagian besar kelompok atau
budaya di seluruh dunia. Hypernoms terdiri dari enam nilai dasar, yaitu kejujuran, keadilan,
empati, integritas, prediktabilitas, tanggung jawab. Keenam hypernorms memiliki relevansi yang
signifikan terhadap keberhasilan perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, hypernorms tersebut
harus dikembangkan menjadi sebuah kode etik, kebijakan, strategi, dan kegiatan perusahaan
sebagai upaya untuk memastikan bahwa kepentingan kelompok stakeholder dihormati, dan bahwa
reputasi perusahaan akan memperoleh dukungan maksimal.

Munculnya kepentingan stakeholder dan akuntabilitas telah meningkatkan keinginan


untuk membuat laporan kinerja perusahaan yang lebih transparan dengan mempertimbangkan
kepentingan para stakeholder. Hal tersebut membuktikan bahwa laporan perusahaan seringkali
tidak memiliki integritas karena tidak mencakup beberapa isu, dan juga tidak selalu memberikan
presentasi yang jelas dan seimbang tentang bagaimana kepentingan para stakeholder akan
terpengaruh. Kadang-kadang masalah akan disebutkan, tetapi dengan cara tidak jelas, sehingga
kurangnya transparansi akan membuat pemahaman pembaca menjadi samar. Akurasi atau
representasi yang tepat merupakan dasar untuk memahami fakta-fakta yang mendasarinya.
Perbaikan integritas, transparansi dan akurasi telah memotivasi para akuntan profesional untuk
mengenali pedoman (aturan dan prinsip) yang seharusnya digunakan untuk menyusun laporan
keuangan. Keinginan tersebut melahirkan laporan keuangan yang bersifat nonfinansial dan telah
disesuaikan dengan kebutuhan para stakeholder yang berupa laporan CSR.
C. PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS
Terdapat beberapa konsep dan istilah yang telah dikembangkan untuk memfasilitasi
adanya perubahan akuntabilitas bisnis dan mengambil keputusan etis.
1. Pendekatan Filosofis untuk Etika Perilaku
Terdapat beberapa teori etika terkait dengan perilaku bisnis yaitu menurut filusuf
Yunani (Aritoteles), filusuf Jerman (Immanuel Kant), filusuf Inggris (John Stuart Mill),
filusuf Amerika (John Rawls. Teori ini menetapkan standar tinggi dalam perilaku bisnis
yang dapat diterima. Teori ini dapat membantu direktur, eksekutif, dan akuntan untuk
lebih memahami dasar etika bisnis dan dasar untuk melakukan bisnis yang bertanggung
jawab secara sosial.
2. Pendekatan Untuk Pengambilan Keputusan Etis
Perkembangan akuntabilitas terhadap stakeholders dalam versi kontrak sosial
perusahaan yang terbaru telah menjadikan eksekutif bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa keputusan mereka mencerminkan nilai etika yang diterapkan untuk
perusahaan, dan tidak mengabaikan hak-hak para stakeholder. Hal ini menyebabkan
perkembangan pengambilan keputusan etis yang menggabungkan kedua pendekatan
filosofis dan teknik praktis, seperti analisis dampak stakeholder. Prinsip-prinsip etika
yang dikembangkan oleh filsuf memberikan wawasan tentang dimensi kunci penalaran
etis.

Pembuat

keputusan

harus

memahami

tiga

pendekatan

filosofis

dasar:

konsekuensialisme, deontologi, dan etika moralitas. Konsekuensialisme mensyaratkan


bahwa keputusan memiliki konsekuensi etis yang baik; deontologi menyatakan bahwa
suatu tindakan etis tergantung pada tugas, hak, dan keadilan yang terlibat, dan etika

moralitas menganggap suatu tindakan etis jika menunjukkan kebajikan yang diharapkan
dari peserta.
D. LINGKUNGAN ETIKA UNTUK AKUNTAN PROFESIONAL
1. Peran dan Perilaku
Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan etika untuk
bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi tentang bagaimana
akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai karyawan
perusahaan. Meskipun masyarakat mengharapkan semua akuntan profesional untuk
menghormati nilai-nilai profesional objektivitas, integritas, dan kerahasiaan, yang
dirancang untuk melindungi hak-hak dasar publik, seorang karyawan-akuntan harus
merespon ke arah manajemen dan kebutuhan pemegang saham saat ini. Akuntan
profesional harus memastikan nilai-nilai etika mereka saat ini dan mereka siap untuk
bertindak mematuhi nilai etika tersebut serta menjaga kredibilitas profesi akuntan.
2. Tata Kelola
Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar modal,
dan akuntabilitas perusahaan. Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju harmonisasi
secara global dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang berlaku umum
(GAAP) dan (GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis bagi penyedia pasar modal
dunia serta efisiensi komputasi san audit di seluruh dunia. Akibatnya, ada rencana untuk
menyelaraskan secara bertahap sekumpulan GAAP yang dikembangkan oleh berbagai
negara yang menjadi suatu rangkaian umum yang berlaku di semua negara.
Secara bersamaan, Federasi Akuntan Internasional sedang mengembangkan kode etik
yang bersifat internasional untuk para akuntan profesional, dan prinsip dalam kode
tersebut akan menjadi dasar perilaku dan pendidikan para akuntan di dunia di masa
mendatang. Kantor akuntan publik juga sedang mengembangkan standar audit global
untuk melayani klien mereka, dan standar perilaku yang mendukung untuk memastikan
bahwa penilain mereka independen, objektif, dan akurat.
Dalam lingkungan global baru-baru didefinisikan ulang, penawaran layanan
nonaudit kepada klien audit, yang merupakan isu perdebatan untuk Arthur dalam bencana
Enron, akan dibatasi sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang lebih ketat dapat
dipenuhi. Para akuntan profesional harus mewaspadai terjadinya konflik, di mana nilainilai dan kode profesional lain yang mereka pekerjaan berbeda dengan profesi akuntansi.
Dampak meningkatnya ekspektasi untuk bisnis pada umumnya dan untuk
direktur, eksekutif dan akuntan pada khususnya, telah membawa tuntutan reformasi tata
kelola, pengambilan keputusan etis dan pengelolaan yang akan mendapat manfaat dari
pemikiran terkini tentang bagaimana mengelola risiko etika dan peluang. Pendekatan
manajemen krisis telah dikembangkan untuk memastikan bahwa perusahaan dan para

eksekutif tidak mengalami kehancuran yang lebih buruk atas prospek dan reputasi yang
mereka inginkan. Pada kenyataannya apabila aspek etis dan krisis telah dikelola dengan
baik, maka reputasi dapat ditingkatkan. Kombinasi antara etika dengan manajemen krisis
dapat mengubah risiko menjadi peluang.
E. KASUS ENRON
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas
alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi
usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada
bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat
luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara
drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka
di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan
meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus Enron diketahui
terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat
keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi
keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor.
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja
pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat
menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam
kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur
Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron
bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur Andersen
sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP
tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana
mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.

a. Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik bisnis yang
sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion, bribery) dan keluar dari
prinsif good corporate governance.Akhirnya Enron harus menuai suatu kehancuran yang
tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.

b. KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi, dan
profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,
discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup disamping
harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard. J. (2011). Business Professional Ethics. Toronto; SOUTH-WESTERN,
CENGAGE Learning.

http://kdardika.blogspot.com/2012/03/kasus-enron.html

Anda mungkin juga menyukai