Audit Sumber Daya Manusia
Audit Sumber Daya Manusia
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia dengan pengetahuan yang dimiliknya, memiliki peran
penting dalam untuk menentukan keberhasilan organisasi. Dalam konteks manajemen,
sumber daya manusia adalah people who are ready willing, and able to contribute to
organizational goals (Wherther and Davis, 1993:635). Oleh karena itu, sumber daya
manusia dalam suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik. Meningkatnya
kinerja sumber daya manusia memerlukan pengelolaan yang sistematis dan terarah, agar
proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini
berarti bahwa manajemen sumber daya manusia merupakanhal yang sangat penting untuk
keberhasilan perusahaan, besar atau kecil, apapun jenis industrinya (Schuller and Jackson,
1997:32).
Untuk mengelola sistem di dalam organisasi supaya tetap berjalan dengan baik,
tentu harus memperhatikan aspek-aspek penting seperti pelatihan, pengembangan, dan
motivasi. Dalam kenyataannya, keadaan ini kadang tidak diikuti dengan pengelolaan yang
memadai dan profesional. Pengelolaan sumber daya manusia yang efektif, efisien, dan
ekonomis dapat mewujudkan tercapainya suatu tujuan organisasi. Audit SDM diharapkan
dapat mengidentifikasi kesenjangan antara praktik dan harapan manajemen dan pada
akhirnya akan dapat memberikan rekomendasi terbaik untuk meningkatkan pengelolaan
SDM dengan paradigma baru bahwa SDM merupakan salah satu faktor kunci keunggulan
organisasi.
Audit sumber daya manusia sesungguhnya merupakan suatu penilaian yang
didesain untuk menentukan bagaimana suatu perusahaan memenuhi tanggung jawabnya
yang berhubungan dengan aturan-aturan sumber daya manusia. Untuk lebih mengerti
makna dan isi audit sumber daya manusia yang sebenarnya, seseorang terlebih dahulu
harus memahami pengertian, manfaat, dan bentuk laporan audit secara umum untuk
kemudian dihubungkan dengan pengertian dan manfaat audit sumber daya manusia. Hal
lain yang perlu diketahui adalah bahwa audit sumber daya manusia tidak semata-mata
selalu ditekankan untuk mencari kesalahan atau pelanggaran di dalam suatu organisasi.
Akan tetapi berguna juga untuk menciptakan inovasi baru. Auditor memanfaatkan
pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk menggali potensi nilai dari
perspektif sumber daya manusia memotivasi auditee guna memacu prestasi dengan
melakukan berbagai perubahan atau inovasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN AUDIT SDM
Salah satu fungsi manajemen adalah pengawasan (controlling) yang bertujuan
untuk menjaga serta mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpangan-penyimpangan
baik oleh pihak intern perusahaan ataupun eksteren perusahaan tersebut. Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan fungsi tersebut adalah dengan audit.
Menurut Konrath ( Dalam Sukrisno Agoes 2004:1), audit adalah suatu proses sistematis
2
untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai arsesi tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antar arsesi tersebut dan kriteria
yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Pada mulanya audit merupakan ruang lingkup dari tugas manajemen suatu
perusahaan, sejalan dengan hakikat pengawasan itu sendiri hingga menjadi fungsi dari setiap
level manajemen. Sehingga semakin besar organisasi suatu perusahaan, memungkinkan
perusahaan memiliki cabang yang tersebar di seluruh negeri dan bahkan hingga ke luar
negeri. Dengan demikian, kegiatan audit tidak mungkin lagi dirangkap secara fungsional oleh
para manajer/ departemen tertentu karena akan kehilangan objektivitas dan indenpendensi
dalam pelaksanaan tugasnya. Sehingga terkadang diperlukan suatu organisasi yang berdiri
sendiri terpisah dari kegiatan rutin.
Audit Sumber Daya manusia merupakan suatu proses sistematik dan formal yang
didesain untuk mengukur biaya dan manfaaat keseluruhan program Manajemen Sumber Daya
Manusia dan untuk membandingkan efisiensi dan efektivitas keseluruhan program
Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut dengan kinerja organisasi di masa lalu, kinerja
organisasi lain yang dapat dibandingkan efektivitasnya, dan tujuan organisasi, merupakan
suatu proses sistematik dan formal untuk mengevaluasi kompatibilitas fungsi Sumber Daya
Manusia dengan tujuan dan strategi implementasi berbagai fungsi SDM, kebijakan dan
prosedur SDM serta kinerja setiap program SDM.
Menurut Gomez-Mejia (200 1:28), audit sumber daya manusia merupakan
tinjauan berkala yang dilakukan oleh departemen sumber daya manusia untuk mengukur
efektiovitas penggunaan sumber daya manusia yang terdapat di dalam suatu perusahaan.
Audit Sumber Daya Manusia (Human Resource Audit) mengevaluasi aktivitasaktivitas sumber daya manusia di dalam sebuah organisasi dengan tujuan memperbaiki
aktivitas-aktivitas tersebut. Audit dapat meliputi satu divisi atau seluruh organisasi. Audit ini
memberikan umpan balik mengenai fungsi sumber daya manusia kepada manajer-manajer
operasi dan spesialis-spesialis sumber daya manusia. Audit ini juga memberikan umpan balik
perihal seberapa baik manajer memenuhi tanggung jawab sumber daya manusia mereka.
Singkatnya, audit merupakan kontrol kualitas keseluruhan yang memeriksa aktivitas sumber
daya manusia di dalam sebuah departemen, divisi, atau seluruh perusahaan.
Kembali kepada fungsi audit ini sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga bidang
utamanya yang tentu fokusnya ada pada audit sumber daya manusia, antaranya terdiri atas :
1. Police audit/ manajemen audit atau penilaian yang dilaksanakan secara sistematis
dan independent, berorientasi ke masa depan terhadap: keputusan dan kebijakan
yang dilakukan oleh manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
3
1. Suatu perencanaan rapat yang melibatkan staf kunci dan manajer senior. Prosedur
audit disesuaikan untuk memberi penekanan pada isu yang dirasakan penting, rencana
pengumpulan data dan wawancara yang dikembangkan.
2. Pemeriksaan informasi terkait, termasuk data karyawan, kapabilitas computer, buku
manual karyawan dan manajerial, buku pedoman, formulir dan materi penilaian kerja,
materi rekrutmen, komunikasi dan bahan-bahan lainnya yang kemungkinan relevan.
3. Wawancara dengan manajer kunci unit operasi, staf kunci divisi, eksekutif senior, dan
perwakilan karyawan untuk menunjuk isu yang menjadi perhatian, kekuatan saat ini,
kebutuhan yang diantisipasi, dan filosofi manajerial mengenai sumber daya manusia.
Jumlah wawancara ditentukan dalam rapat permulaan.
4. Informasi tambahan seperti rencana bisnis, anggaran, data penilaian, dan data
kompensasi dapat berguna dalam menyelidiki isu tertentu yang diidentifikasi sebagai
pembenaran konsiderasi dalam perencanaan kebutuhan di masa yang akan datang.
5. Berbagai masukan disatukan dalam rangka menyajikan suatu gambaran yang
terintegrasi dari aktivitas saat ini, prioritas SDM, dan permasalahan yang
diidentifikasi.
6. Normalnya, hasil-hasil audit didiskusikan dalam serangkaian rapat yang melibatkan
manajer dan staf profesional.
Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum proses audit fungsi
sumber daya manusia terdiri dari enam langkah, yaitu:
1. Mengkomunikasikan gagasan dan makna audit SDM, menekankan berbagai manfaat
yang dapat diperoleh, serta mendapatkan dukungan manajemen puncak.
2. Memilih personalia dengan berbagai keterampilan dan menyusun tim audit, serta
memberikan pelatihan yang dibutuhkan.
3. Mengumpulkan data dari berbagai jenjang, fungsi dan unit yang berbeda dalam
organisasi.
4. Menyiapkan laporan audit bagi para manajer lini dan evaluasi departemen SDM.
5. Membahas laporan dengan para manajer pengoperasian terkait yang kemudian
menindaklanjuti hasil evaluasi.
6. Memasukkan berbagai tindakan korektif ke dalam proses penetapan sasaran operasi
organisasi regular.
Sedangkan menurut Erwin Miftah, tahapan audit fungsi SDM sama seperti
audit-audit yang lain yang harus melewati beberapa tahapan seperti:
1. Audit Program, dimana auditor melakukan preeliminary survey dengan mereview
pernyataan misi, visi, strategi perusahaan, struktur organisasi, tujuan utama
pengelolaan SDM, wawancara kepada beberapa top manajemen. Dari kegiatankegiatan tersebut dihasilkan suatu audit program yang memuat ruang lingkup
pemeriksaan, prosedur yang akan dijalankan, jumlah personil audit, rincian biaya dan
jangka waktu auditnya.
2. Audit Implementation. Kegiatan audit ini berupa pelaksanaan dengan mengadakan
penyesuaian yang diperlukan karena adanya perubahan kondisi di lapangn atau
ketidakakuratan data pada saat preeliminary survey.
3. Audit Report yang akan disajikan dengan format berupa (1) Executive Summary; (2)
Organizational Climate Backgrounds; (3) Audit Methology; dan (4) Audit Result.
Jadi tahap-tahap dalam audit fungsi SDM dimulai dengan mengevaluasi apakah
fungsi-fungsi MSDM dilaksanakan secara efektif dan ekonomis dengan cara mengevaluasi
setiap aktivitas SDM perusahaan yang meliputi: deskripsi pekerjaan, praktek perekrutan,
seleksi, dan penempatan, program upah dan gaji, kompensasi dan tunjangan, sistem penilaian
kinerja melalui penilaian prestasi, serta perencanaan SDM, pelatihan, pengembangan,
keamanan dan kesehatan kepada pelaporan dan rekomendasi untuk perbaikan fungsi-fungsi
tersebut.
2.3 METODE LAPORAN AUDIT SDM
Menurut Agus Sunyoto (2008, h. 109), riset sumber daya manusia adalah
penelitian sistematik sumber daya manusia sebuah perusahaan untuk tujuan memaksimalkan
pencapain tujuan organisasional pribadi.
Menurut Veithzal Rivai (2008, h. 570), riset juga digunakan untuk mengaudit
kegiatan SDM. Riset ini diarahkan untuk meningkatkan kinerja dari departmen tersebut.
Beberapa alat pengumpulan data dapat membantu dalam menghimpun data mengenai
aktivitas SDM sebuah perusahaan. Setiap alat menyajikan pandangan yang berbeda mengenai
aktivitas suatu perusahaan. Adapun alat-alat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Interview atau Wawancara
Wawancara terhadap karyawan dan manajer memberikan auditor alat yang
sangat kuat untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan SDM dan
mengidentifikasi bidang-bidang yang membutuhkan perbaikan. Contohnya,
ketika ada masalah pergantian karyawan, misalnya pada departmen loan
officer
catatan
yang
ada
dalam
perusahaan
mengungkapkan
tingkat
dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta
bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang
ingin diperoleh.
Prosedur evaluasi pada umunya memilik tahapan-tahapan yang biasa digunakan
(Umar, 2002, p.39), yaitu:
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi.
2. Merancang (desain) kegiatan evaluasi.
3. Pengumpulan data.
4. Pengolahan dan analisis data.
5. Pelaporan hasil evaluasi.
6. Tindak lanjut hasil evaluasi.
Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari
tiga aspek utama (menurut Committe on Standart for Educational Evaluation seperti
dikutip oleh Umar, 2002, p.40) yang dapat digunakan pada aspek bisnis, yaitu:
1. Utility (manfaat)
Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan atau program yang sedang berjalan.
2. Accuracy (akurat)
Informasi atas hasil evaluasi hendaknya memiliki tingkat ketepatan tinggi.
3. Feasibility (layak)
Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara
layak.
Selain tahap-tahap dalam melaksanakan proses evaluasi, diperlukan juga alat-alat
evaluasi. Dimana penggunaan alat evaluasi akan tergantung pada apa yang akan dievaluasi.
Jika yang akan dievaluasi adlah aspek SDM maka yang digunakan adalah alat-alat evaluasi
SDM, begitu juga dengan pengevaluasian aspek-aspek yang lain.
Evaluasi kegiatan SDM disini tentu saja berkaitan erat dengan kinerja dari SDM
sendiri. Menurut Suyadi Prawirosentono (1999, h 1), kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujaun
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001, h 67) istilah kinerja berasal dari kata
job performance atau actual performance (prestasi kinerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
11
Kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi beberapa
unsur sebagai berikut (Mathis dan Jackson, 2006, h 378) :
a.
b.
c.
d.
Kehadiran
e.
Menurut Veithzal Rivai (2008, h 309), kinerja merupakan suatu fungsi dari
motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya
memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan
seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahanan yang jelas
tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan prilaku
nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai dengan pertanyaan dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Evaluasi mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Evaluasi
menunjukan keterampilan dan kompetensi pekerja yang ada sekarang ini kurang cukup
sehingga dikembangkan program. Efektifitas pelatihan dan pengembangan diperhitungkan
dengan mengukur seberapa baik pekerja yang berprestasi mengerjakan evaluasi kinerja.
Evaluasi juga memenuhi kebutuhan umpan balik bagi pekerja tentang bagaimana pandangan
organisasi terhadap kinerjanya. Selanjutnya, evaluasi kinerja dipergunakan sebagai dasar
untuk mengalokasi reward. Keputusan tentang siapa yang mendapatkan kenaikan upah dan
reward lain yang sering dipertimbangkan melalui evaluasi kinerja.
Untuk mempertahankan hubungan antara kinerja dan motivasi ini, organisasi
haruslah menyediakan:
a.
b.
c.
Umpan balik para penyelia, para penyelia mestilah memberikan umpan balik
yang lengkap dan akurat kepada karyawan pada saat menilai kinerja mereka.
Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2007, h.352) melihat sasaran
evaluasi dan strategi pendekatannya, yang disebutkan sebagai pendekatan terhadap sifat,
prilaku, hasil, dan kontijensi. Sementara menurut Robbins dalam Wibowo (2007) melihat
evaluasi kinerja dalam ukuran hasil pekerjaan individu, perilaku dan sikap. Pendapat diantara
keduanya bersifat saling melengkapi dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendekatan sikap
13
Pendekatan prilaku
Masalah dalam pendekatan prilaku menunjukan bagaimana orang berprilaku, dan
bukan tentang kepribadiannya. Kemampuan orang untuk bertahan meningkat
apabila penilaian kinerja didukung oleh tingkat prilaku kinerja. Dan banyak hal
sulit untuk mengidentifikasi hasil spesifik yang dapat dihubungkan dengan
tindakan pekerja. Hal tersebut benar terutama apabila penugasan individu pekerja
merupakan bagian dari usaha kelompok. Kinerja kelompok mungkin siap
dievaluasi, tetapi kontribusi masing-masing anggota sulit atau tidak mungkin
diidentifikasikan dengan jelas. Dalam hal seperti ini tidak biasa bagi manajemen
mengevaluasi perilaku pekerja. Perilaku seorang plant manager yang dapat
digunakan untuk evaluasi kinerja adalah ketepatan waktu dalam menyampaikan
laporan bulanan atau gaya kepemimpinan yang ditunjukkan. Perilaku seorang
tenaga penjualan di tunjukan oleh rata-rata jumlah kontak telepon perhari atau
jumlah hari sakit yang dipergunakan dalam setahun.
b.
Pendekatan hasil
Apabila pendekatan sikap mengfokuskan pada orang dan pendekatan perilaku
mengfokuskan pada proses, pendekatan hasil mengfokuskan pada produk atau
hasil usaha seseorang. Dengan kata lain, adalah apa yang telah diselesaikan
individu. Manajemen berdasarkan sasaran merupakan format yang umum untuk
pendekatan hasil. Dengan menggunakan kriteria hasil, seorang plant manager
dapat dinilai berdasarkan kriteria jumlah yang diproduksi, sisa yang ditimbulkan,
dan biaya produksi per unit. Demikian pula halnya, seorang tenaga penjualan
14
Pendekatan kontijensi
Pendekatan sifat, prilaku, dan hasil cocok untuk dipergunakan tergantung pada
kebutuhan situasi tertentu. Oleh kaena itu diusulkan pendekatan kontijensi yang
selalu dicocokkan dengan situasi tertentu yang sedang berkembang. Namun
demikian, pendekatan sikap cocok ketika harus membut keputusan promosi untuk
calon yang mempunyai pekerjaan yang tidak sama. Sementara itu, pendekatan
hasil dibatasi oleh kegagalannya menjelaskan mengapa tujuan penilai tidak
tercapai. Secara keseluruhan, pendekatan prilaku muncul sebagai yang terkuat,
tetapi tergantung pada situasi, seperti ketika pekerja dengan pekerjaan yang tidak
sama dievaluasi untuk promosi.
Menurut Kreither dan Kinicki dalam Wibowo (2007, h. 355) evaluasi kinerja
Administrasi penggajian
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Memberhentikan pegawai
j.
evaluasi terhadap tujuan dan sasaran, terhadap rencana, lingkungan, proses kerja, pengukuran
kinerja dan evaluasi terhadap hasil.
a) Evaluasi tujuan dan sasaran
Evaluasi terhadap tujuan dimaksudkan untuk mengetahui apakan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dapat terjadi atau tidak. Apabila tujuan tidak tercapai, dicari
faktor penyebabnya. Mungkin disebabkan kesalahan dalam merumuskan tujuan
organisasi sehingga tidak dapat dijangkau oleh kinerja organisasi. Dalam hal demikian
perlu dilakukan perumusan ulang tujuan organisasi. Namun, disisi lain mungkin saja
disebabkan kinerja organisasi buruk sehingga memerlukan perbaikan kinerja di masa
yang akan datang. Evaluasi terhadap sasaran dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
15
dasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai. Evaluasi terhadap tujuan dan sasaran
memberikan umpan balik bagi proses perencanaan dalam penetapan tujuan dan
sasaran kinerja organisasi di waktu yang akan datang.
b) Evaluasi rencana
Evaluasi kinerja melakukan penilaian apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan
apa yang direncanakan. Apabila hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan
dalam rencana, dicari tahu apa yang menyebabkan. Evaluasi terhadap rencana juga
perlu dilakukan penilaian apakah penetapan target organisasi selalu tinggi sehingga
tidak mungkin tercapai. Apakah personal contact yang dilakukan para pekerja terlalu
tinggi sehingga tidak mampu dipengaruhi pekerja atau karena kompetensi yang
dipersyaratkan tidak terpenuhi?
c) Evaluasi lingkungan
Evaluasi kinerja melakukan penilaian apakah kondisi lingkungan yang dihadapi pada
waktu proses pelaksanaan tidak seperti diharapkan, tidak kondusif dan mengakibatkan
kesulitan atau kegagalan dalam mencapai hasil kinerja. Dalam hal terjadi demikian,
antisipasi tindakan apa yang perlu dilakukan untuk menghadapi kinerja di waktu yang
akan datang.
d) Evaluasi proses kerja
Evaluasi kinerja melakukan penilaian apakah terdapat kendala dalam proses
pelaksanaan kerja. Apakah mekanisme kerja dapat berjalan seperti diharapkan?
Apakah terdapat masalah kepemimpinan dan hubungan antarmanusia dalam
organisasi? Apakah terdapat masalah dalam SDM yang menyangkut kompetensi,
produktifitas, sistem penghargaan dan kepuasan kerja? langkah-langkah apa yang
dapat dilakukan untuk mengatasi di kemudian hari?
e) Evaluasi pengukuran kinerja
Evaluasi kinerja menilai apakah penilaian kinerja telah dilakukan dengan benar,
apakah sistem review dan coaching telah berjalan dengan benar serta apakah metode
yang dipergunakan dalam pengukuran kinerja sudah tepat dan dilakukan dengan benar
oleh seorang penilai yang objektif. Evaluasi terhadap pengukuran kinerja dilakukan
untuk memperbaiki metode pengukuran kinerja di kemudian hari sehingga
memberikan kesimpulan yang objektif bagi organisasi dan menimbulkan kepercayaan
dan para pekerja.
f) Evaluasi hasil
g) Evaluasi terhadap hasil kinerja dapat dilakukan terhadap hasil kinerja organisasi,
kelompok maupun individu masing-masing pekerja. Evaluasi terhadap hasil kinerja
organisasi dapat diketahui dari seberapa besar tujuan dan sasaran organisasi telah
dapat dicapai. Apabila terdapat deviasi, dicari faktor yang menyebabkan dan berusaha
memperbaikinya dikemudian hari. Evaluasi terhadap pencapaian hasil juga dapat
16
dipergunakan untuk menetapkan tujuan dan besaran sasaran dikemudian hari. Evaluasi
terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan indikasi apakah pelaksanaan kinerja
yang dilakukan dalam kelompok dapat diselesaikan dan masalah apa yang dihadapi.
Evaluasi terhadap kinerja dapat dijadikan referensi untuk promosi jabatan, tanggung
jawab yang lebih besar dan dapat pula dipergunakan untuk menentukan peringkat
pekerja, penggajian, pemberian kompensasi, pemberian bonus, dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam evaluasi kinerja menurut Gordon C.Anderson
(1993,h 23) yaitu :
a.
c.
d.
e.
f.
Peringkat (Ranking)
g.
a.
b.
c.
Esai (essay)
d.
e.
Peringkat (ranking)
f.
h.
i.
a.
b.
c.
d.
Teknik ini merupakan metode evaluasi yang menyusun/rank-order pekerja dari terbaik ke
terburuk.
g. Paired Comparison
Teknik ini merupakan metode evaluasi yang membandingkan masing-masing pekerja
dengan setiap pekerja lain dan menyusun peringkat berdasarkan pada jumlah nilai
supervisor yang dicapai pekerja.
Konsep evaluasi kinerja hampir dikembangkan hanya dengan pekerja individu
dalam pikiran. Hal tersebut mencerminkan kepercayaan bahwa individu merupakan bangunan
utama yang dibangun di sekitar organisasi.Namun, semakin banyak organisasi yang
membangun tim, bagaimana mereka harus mengevaluasi kinerja.
Terdapat empat saran muntuk merancang sistem yang mendukung dan
memperbaiki kinerja tim, yaitu sebagai berikut:
a. Mengikat hasil tim pada tujuan organisasi. Untuk itu, penting menemukan ukuran yang
diterapkan pada tujuan yang penting yang diharapkan dapat diselesaikan tim.
b. Memulai dengan pelanggan tim dan proses kerja yang diikuti tim untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan. Produk akhir yang diterima pelanggan dapat dievaluasi dalam
bentuk persyaratan pelanggan. Transaksi di antara tim dapat dievaluasi berdasar pada
pengirim dan kualitas. Langkah proses dapat dievaluasi berdasar pada waste dan cycle
time.
c. Mengatur kinerja tim dan individu. Untuk itu didefinisikan peran setiap anggota tim dalam
bentuk penyelesaian yang mendukung proses kerja tim. Kemudian, mengukur kontribusi
masing-masing anggota dan kinerja menyeluruh tim. Keterampilan individu penting untuk
keberhasilan tim, tetapi tidak cukup untuk kinerja tim yang baik.
d. Melatih tim untuk menciptakan ukuran sendiri. Tim mendefinisikan sasarannya dan setiap
anggota memastikan bahwa setiap orang memahami perannya dalam tim dan membantu
mengembangkan ke dalam unit yang lebih erat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
19
Sumber Daya Manusia diharapkan dapat memberikan kontribusi strategi yang dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Dalam upaya menyempurnakan
pengelolaan Sumber Daya Manusia maupun terhadap Sumber Daya Manusia (karyawan)
yang ada. Audit tersebut perlu dilakukan agar Manajemen mendapatkan gambaran
mengenai sistem Sumber Daya Manusia yang harus disusun dan disempurnakan serta
profil dari Sumber Daya Manusia yang ada. Dengan hasil audit tersebut, selanjutnya
dapat dianalisis apakah sistem Sumber Daya Manusia serta profil Sumber Daya Manusia
yang ada telah mendukung pencapaian profesionalisme Sumber Daya Manusia.
3.2 SARAN
Setelah
menyusun
pembahasan
di
dalam
makalah
ini,
penyusun
DAFTAR PUSTAKA
http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/manajemen-sdm-pendidikan/ (diakses, 17
Desember 2011)
20
http://ilmusdm.wordpress.com/2008/03/06/mengenal-audit-sdm-hr-audit/ (diakses, 17
Desember 2011)
http://badaiabu.wordpress.com/2009/10/11/audit-sumber-daya-manusia/ (diakses, 17
Desember 2011)
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=pengertian+audit+menurut+para+ahli&source=web&cd=3&ved
=0CCYQFjAC&url=http%3A%2F%2Frepository.upi.edu%2Foperator%2Fupload
%2Fs_l5151_060370_chapter2.pdf&ei=Ou_sTpiqJcntrAeo6SOCQ&usg=AFQjCNE31AXCAgEPYFeKPjzIQtVSIH5MQg (diakses, 18 Desember
2011)
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=tahapan+audit+sdm+menurut+para+ahli&source=web&cd=5&v
ed=0CDQQFjAE&url=http%3A%2F%2Frepository.upi.edu%2Foperator%2Fupload
%2Fs_ak_0700141_chapter2.pdf&ei=HfjsTrLwH4nZrQeU8LmHCQ&usg=AFQjCNFi
mFA5mk--LqwqhOmBRNe4653gTA (diakses, 18 Desember 2011)
21