Anda di halaman 1dari 17

A.

JUDUL
Analisis jarak lemparan batuan (flyrock) untuk memperkecil jarak evakuasi
alat-alat berat pada peledakan batu kapur di PT Semen Padang Indarung Lubuk
Kilangan Sumatera Barat
B. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan
C. LATAR BELAKANG
PT semen Padang merupakan industri semen tertua di Indonesia yang berdiri
sejak tahun 1910. Dalam industri semen, batu kapur merupakan bahan galian
industri yang digunakan sebagai bahan baku utama. Pemberaian batuan termasuk
salah satu tahapan yang sangat penting dilakukan dalam operasi penambangan.
Pemberaian batuan dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung karakteristik
batuan yang akan diberai. Dalam hal ini, proses pemberaian batuan yang
dilakukan di PT Semen Padang adalah dengan aktivitas pengeboran dan
peledakan.
Aktivitas peledakan yang dilakukan akan memberikan dampak terhadap
proses selanjutnya maupun terhadap lingkungan. Dampak yang umum terjadi
untuk proses selanjutnya yaitu fragmentasi dan keseragaman hasil peledakan,
sedangkan dampak yang terjadi terhadap lingkungan meliputi air blast, batuan
terbang (flyrock), dan tingkat getaran tanah (ground vibration level).
Dampak dari lemparan batuan terbang (flyrock) dapat mengakibatkan
kerusakan pada alat mekanis dan cidera bahkan kematian pada manusia. Maka
untuk mengantisipasi hal tersebut, sebelum kegiatan peledakan dilaksanakan
semua alat-alat berat harus menjauhi lokasi peledakan. Jarak evakuasi alat-alat
berat yang ditetapkan oleh tim drilling and blasting PT Semen Padang adalah 300
m. Ketika kegiatan peledakan selesai dan dinyatakan aman, maka alat-alat berat
harus bergerak kembali dari area evakuasi menuju front kerja. Jika jarak aman
yang ditetapkan masih terlalu jauh maka akan membutuhkan waktu yang banyak
untuk alat-alat berat dalam berpindah tempat. Hal ini tentunya memiliki pengaruh
terhadap efektifitas waktu kerja yang berdampak terhadap produktivitas masing-

masing alat. Maka perlu dilakukan penelitian tentang jarak lemparan batuan
(flyrock) yang diharapkan dapat mengefektifkan waktu dan mengoptimalkan jarak
evakuasi alat-alat berat tambang disekitar lokasi peledakan.
D. PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan diteliti pada kegiatan penelitian ini yaitu :
1.

Bagaimana kondisi aktual geometri peledakan batu kapur di PT Semen

2.

Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat?


Bagaimana kondisi aktual jarak lemparan maksimum flyrock dan jarak
evakuasi minimum alat-alat berat pada saat peledakan batu kapur di PT

3.

Semen Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat?


Bagaimana jarak evakuasi minimum alat-alat berat berdasarkan analisis jarak
jatuh flyrock secara teori pada peledakan batu kapur di PT Semen Padang

4.

Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat?


Apakah jarak evakuasi alat-alat berat pada peledakan batu kapur di PT Semen
Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat sudah optimal?

E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan :
1.

Mengetahui kondisi aktual kegiatan peledakan batu kapur di PT Semen

2.

Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat


Mengetahui kondisi atual jarak lemparan maksimum flyrock dan jarak
evakuasi minimum alat-alat berat pada saat peledakan batu kapur di PT

3.

Semen Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat


Mengetahui jarak evakuasi minimum alat-alat berat berdasarkan analisis jarak
jatuh flyrock secara teori pada peledakan batu kapur di PT Semen Padang

4.

Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat


Menganalisis apakah jarak evakuasi alat-alat berat pada peledakan di PT
Semen Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat di lapangan sudah
optimal

F.

PEMBATASAN MASALAH
Ruang lingkup atau pembatasan masalah yang dibahas adalah penelitian ini

dilakukan di front penambangan PT Semen Padang Indarung Lubuk Kilangan


Sumatera Barat menegenai geometri peledakan aktual di lapangan, kondisi jarak

lemparan maksimum flyrock dan jarak evakuasi alat-alat berat pada saat
peledakan, jarak lemparan maksimum flyrock secara teori dan menganalisa apakah
jarak evakuasi alat-alat berat pada peledakan sudah optimal.
G. MANFAAT
Manfaat dilakukan penelitian ini adalah :
1.

Bagi peneliti untuk menambah wawasan di dalam menerapkan ilmu teknis

2.

pertambangan
Penelitian ini dapat menjadi masukan dan evaluasi untuk PT Semen Padang
mengenai jarak evakuasi alat-alat berat tambang pada peledakan batu kapur
sehingga kedepannya kegiatan dapat berjalan lebih baik lagi

H. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1.

Studi Literatur
Mempelajari literatur-literatur yang ada baik berupa text book maupun

berupa laporan penelitian yang masih berhubungan dengan flyrock sebagai


dampak dari peledakan
2.

Pengambilan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, beberapa alat yang akan digunakan

yaitu :
a.
b.
c.
d.

Alat ukur panjang (meteran)


GPS
Alat dokumentasi (kamera)
Alat tulis dan buku catatan

Berdasarkan dari cara memperoleh data, maka data dibagi menjadi dua yaitu :
a. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan
b.

langsung di lapangan, terdiri dari :


Data geometri peledakan aktual
Jarak lemparan maksimum flyrock aktual
Jarak evakuasi minimum alat-alat berat aktual
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu
menyalin atau mengutip dari data yang sudah ada di perusahaan, terdiri

dari:
- Data gambaran umum perusahaan
- Data layout tambang secara keseluruhan
- Data litologi batuan

3.

- Data spesifikasi alat-alat mekanis peledakan


- Karakteristik batuan yang akan diledakkan
- Data penggunaan bahan peledak setiap peledakan
- Jenis bahan peledak yang digunakan
- Data curah hujan
Pengolahan dan analisis data
Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan perhitungan dan

selanjutnya

disajikan

dalam

bentuk

tabel,

grafik,

serta

narasi

untuk

mengiterpretasikan hasil penelitian.


I.

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Geometri Peledakan
Peledakan merupakan salah satu tahapan penambangan bahan galian yang

bertujuan untuk memberai atau melepaskan batuan dari batuan induknya.


Umumnya material yang di peroleh seperti emas, batuan atau bahan-bahan galian
industri lainnya. Masalah dalam aktivitas peledakan pada umumnya terjadi akibat
dari perancangan desain peledakan yang kurang maksimal, proses pengeboran,
pengisian bahan peledak dan kurangnya evaluasi terhadap keadaan batuan di
lapangan. (C.J. Konya ; E.J. Walter, 1991).
Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan dalam mencari besaran
geometri peledakan seperti yang dikemukakan oleh Andersen (1952), Fraenkel
(1952), Pearse (1955), Hino (1959), Alsman (1960), R.L. Ash (1963), Langefors
(1963), Hansen (1963), C.J. Konya (1972), Berta (1985). Cara- cara tersebut
menyajikan batasan konstanta untuk menentukan geometri peledakan, terutama
menetukan ukuran burden berdasarkan diameter lubang tembak dan tinggi jenjang
(C. Jimeno Lopez dkk, 1995).
Pada geometri peledakan terdapat beberapa parameter yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu peledakan, diantaranya adalah diameter
lubak ledak, tinggi jenjang (L), burden (B), spacing (S), powder column length
atau panjang kolom isian (PC), subdrilling (J), kedalaman lubang ledak (H) dan
stemming (T) (Gambar I.1.) (C.J. Konya ; E.J. Walter, 1991)

Gambar I.1. Geometri peledakan (C.J. Konya ; E.J. Walter, 1991)


Rancangan geometrri peledakan menurut C.J. Konya (1972)
a.

Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang bebas

yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan. Burden diturunkan


berdasarkan diameter lubang ledak atau diameter mata bor, jenis batuan dan jenis
nahan peledak yang digunakan. Untuk menentukan nilai burden dapat
menggunakan persamaan (C.J. Konya, 1972) :
B = 3,15 x De x (SGe/SGr)0,33 ..............................................................(I.1)
Keterangan :
B

= Burden (ft)

De

= Diameter lubang ledak (inch)

SGe

= berat jenis bahan peledak

SGr

= berat jenis batuan

b.

Spacing (S)
Spacing dapat diartikan sebagai jarak terdekat antara antara dua lubang

tembak yang berdekatan dalam satu baris. Untuk menetukan nilai spacing dapat
menggunakan persamaan (C.J. Konya, 1972) :
Serentak tiap baris lubang ledak (instantaneous single-row blaastholes)
L < 4B S = (L+2B)/3.........................................................................
(I.2)

L > 4B S = 2B..................................................................................(I.3)
Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single-row blastholes)
L < 4B S = (L+7B)/8........................................................................(I.4)
L > 4B S = 1,4B...............................................................................(I.5)
Keterangan :
S

= Spacing (ft or m)

= Tinggi jenjang (ft or m)

= Burden (ft or m)

c.

Stemming (T)
Stemming adalah lubang ledak bagian atas yang tidak diisi bahan peledak,

tetapi diisi oleh pecahan hasil pengeboran atau material berukuran kerikil dan
dipadatkan di atas bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi stress
balance dan untuk mengurung gas-gas hasil ledakan agar dapat menekan batuan
dengan kekuatan yang besar. Sedangkan di dalam penggunaan stemming yang
perlu diperhatikan adalah panjang stemming dan ukuran material stemming. Untuk
menentukan nilai dari stemming dapat menggunakan persamaan (C.J. Konya,
1972):
Stemming untuk batuan massive :
T = B.....................................................................................................(I.6)
Stemming untuk batuan berlapis :
T = 0,3B................................................................................................(I.7)
Keterangan :
T

= Stemming (ft or m)

= Burden (ft or m)

d.

Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai

jenjang bagian bawah. Tujuannya adalah supaya batuan dapat meledak secara
fullface dan untuk menghindari kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toe) pada
lantai jenjang bagian bawah. Untuk menentukan nilai dari subdrilling dapat
menggunakan persamaan (C.J. Konya, 1972) :
J = 0,3B.................................................................................................(I.8)
Keterangan :
J

= Subdrilling (ft or m)

= Burden (ft or m)

e.

Powder column length (PC)


Powder column length atau panjang kolom isian merupakan bagian dari

lubang ledak yang diisi dengan bahan peledak. Untuk menentukan nilai dari
powder column length dapat menggunakan persamaan (C.J. Konya, 1972) :
PC = L T............................................................................................(I.9)
Keterangan :
PC

= Powder column length (ft or m)

= Kedalaman lubang ledak (ft or m)

= Stemming (ft or m)

2.

Bobot isi (Loading Density)


Loading Density adalah jumlah massa bahan peledak persatuan panjang
kolom

kolom isian yang dinyatakan dalam kg/m. Pada lubang ledak berdiameter tetap,
loading density tiap bahan peledak akan berbeda sesuai dengan bobot isi masingmasing bahan peledak. Semakin tinggi bobot isi bahan peledak maka semakin besar
energi peledakan. Penentuan bobot isi bahan peledak sangat penting, pada batuan
yang relatif kompak, bobot isi yang diguanakan akan lebih tinggi dibandingkan
batuan yang banyak rekahannya (C. Jimeno Lopez dkk, 1995). Persamaan loading
density dapat dihitung dengan :

de = 0,7854 x D x re x 103...............................................................(I.10)
Keterangan :
de

= Loading Density (kg/m)

re

= Berat jenis bahan peledak (gr/cc)

= Diameter lubang ledak (mm)

3.

Powder factor (PF)


Powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan perbandingan antara

penggunaan bahan peledak terhadap jumlah material yang diledakkan atau


dibongkar dalam kg/m. Powder facktor merupakan salah satu parameter penting
untuk menentukan keberhasilan suatu peledakan, karena dari nilai powder factor
dapat diketahui tingkat efisiendi penggunaan bahan peledak (Bhadari, 1997). Nilai
powder factor dapat ditentukan dengan persamaan :
PF = Berat bahan peledak/Volume batuan
= (de x PC)/B x S x H.....................................................................(I.11)
Keterangan:
PF

= Powder factor (kg/m3)

de

= Loading density (kg/m)

PC

= Charge length (m)

= Burden (m)

= Spacing (m)

= Tinggi jenjang (m)

4.

Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang tembak

dalam satu baris ataupun antara lubang tembak yang satu dengan yang lainnya.
Pola peledakan ditentukan tergantung arah pergerakan material yang diharapkan.
Berdasarkan sistem inisiasinya dan arah runtuhan batuan yang dihasilkan, pola
peledakan hole by hole dibagi menjadi tiga macam (Gambar I.2.) (C.J. Konya ;
E.J. Walter, 1991) yaitu :

a.

Corner Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu

b.

sudut dari bidang bebasnya


V-Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya menuju ke salah

c.

satu titik dan membentuk pola v


Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuh batuannya menuju ke arah
bidang bebas dan membentuk kotak.

a)

b)

Gambar I.2. a). Pola peledakan corner cut , b). Pola peledakan V-Cut (C.J.
Konya ; E.J. Walter, 1991)

5.

Flyrock
Flyrock (batu terbang) adalah lemparan batuan ke segala arah secara tidak

terduga dari kegiatan peledakan yang berdampak berbahaya bagi keselamatan


manusia, alat, dan bangunan. Flyrock sebagai dampak dari peledakan tidak
diharapkan terjadi (Gambar I.3.) (Bhandari, 1997).

Gambar I.3. Flyrock pada peledakan (Bhandari, 1997)

Peledakan adalah salah satu metode utama yang digunakan dalam industri
pertambangan untuk mendapatkan fragmen dari mineral ataupun batuan. Salah
satu dampak dari kegiatan peledakan ini adalah terjadinya flyrock yang dapat
mengakibatkan cedera serius, kematian pada manusia dan kerusakan pada alat
mekanis apabila tidak dirancang dan dilakukan secara profesional (Akande, IJET
Vol. 4 No.1, Januari 2014)
6.

Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Flyrock


Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya flyrock adalah sebagai

berikut :
a.

Ketidaksesuaian burden dan spasi


Parameter peledakan seperti burden dan spasi harus diperhitungkan

terlebih dahulu dengan memperhatikan diameter lubang ledak, karakteristik


batuan, dan perkiraan hasil fragmentasi. Burden yang terlalu kecil akan
mengakibatkan isian bahan peledak pada lubang ledak akan keluar melalui free
face (Gambar I.4.) (Bhandari, 1997).

Gambar I.4. Jarak toe burden terlalu pendek karena deviasi lubang bor (Bhandari,
1997)
Burden yang kurang dari 25 kali diameter lubang ledak memberikan
specific charge yang tinggi, sehingga kelebihan energi mengakibatkan jarak
lemparan flyrock jauh. Burden yang terlalu besar akan menyebabkan keluarnya
material stemming dari lubang tembak dan juga terjadi efek cratering yang
menimbulkan flyrock (Gambar I.5.) (Bhandari, 1997).

Gambar I.5. Burden yang terlalu besar dan top priming sebagai penyebab flyrock
(Bhandari, 1997)

Penggunaan lubang vertikal biasanya menyebabkan variasi dalam beban di


bagian atas dan bawah jenjang. Baris pertama biasanya dekat dengan crest. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya blow out dan dapat mengakibatkan flyrock
(Gambar I.6.) (Bhandari, 1997).

Gambar I.6. Jarak crest burden terlalu dekat dengan bidang bebas (Bhandari,
1997)
b.

Kondisi geologi
Zona lemah dan rongga-rongga yang ada pada massa batuan memiliki

daya tahan paling kecil. Lubang yang diisi bahan peledak bila berpotongan atau
terletak di daerah patahan maka gas bertekanan tinggi akan dengan cepat menjalar
disepanjang bidang lemah tersbut dan akan menghancuran batuan yang
mengakibatkan terjadinya flyrock (Gambar I.7.) (Bhandari, 1997).

Gambar I.7. Kekar, mudseam, dan rongga menyebabkan keluarnya gas (Bhandari,
1997)

c.

Ketidaksesuaian pengeboran
Pengeboran yang tidak akurat akan menghasilkan burden dan spasi yang

tidak tepat sehingga dapat terjadi deviasi dari posisi yang telah diperhitungkan.
Salah satu akibatnya apabila dalam perancangan pengeboran vertical namun
ketidaksesuaian pengeboran menyebabkan jarak antar crest burden ataupun toe
burde tidaklah sama. Hal ini sangat berpotensi tejadinya.
d.

Stemming tidak sesuai


Fungsi dari stemming itu sendiri adalah untuk mengoptimalkan pemecahan

batuan dengan mengukung gas dalam lubang ledak. Jika isian bahan peledak
terlalu sedikit akan membuat stemming panjang dan menyebabkan energi yang
dihasilkan tidak cukup untuk memecahkan batuan di bagian atas lubang ledak.
Tetapi isian bahan peledak terlalu banyak akan membuat kolom stemming
menjadi pendek sehingga energi yang dilepaskan tidak termampatkan dan akan
sangat berpotensi menyebabkan flyrock (Mishra, Vol. 1 No. 1, Januari 2011).
e.

Penentuan waktu delay dan pola inisiasi yang kurang tepat


Penentuan waktu delay sangat mempengaruhi pergerakan energi untuk

memecahkan batuan. Penentuan waktu delay yang tepat akan mengakibatkan


energi bergerak ke arah freeface sesuai dengan urutan peledakan. Sedangkan
penentuan delay yang tidak tepat akan menyebabkan energi hasil peledakan akan
bergerak ke segala arah dan berpotensi terjadinya flyrock
(Bhandari, 1997).

(Gambar I.8.)

Gambar I.8. Pengaruh waktu tubda terhadap flyrock (Bhandari, 1997)

7.

Perkiraan Lemparan maksimum flyrock menurut Richards and Moore (2005)


Menurut Alan B. Richards dan Adrian J. Moore (2005) flyrock sebagai

dampak dari peledakan dapat terjadi dari tiga mekanisme utama yaitu face burst,
cratering dan rifling (Gambar I.9.) (Bhandari, 1997).

Gambar I.9. Mekanisme terjadinya flyrock (Richards and Moore, 2005)


a.

Face burst
Face burst dapat terjadi pada lubang ledak baris depan dimana burden yang

terlalu pendek sehingga penyebaran energi ke freeface terlalu besar. Persamaan


yang digunakan adalah (Richards, 2005):

L=

Keterangan :

......................................................................................(I.11)

= Lemparan maksimal (m)

= konstanta

= pecepatan gravitasi

= berat isian bahan peledak per meter (kg/m)

= burden (m)

b.

Cratering
Cratering dapat terjadi jika rasio atau perbandingan panjang stemming

dengan diameter lubang ledak sangat kecil. Di samping itu biasanya daerah sekitar
stemming mempunyai bidang lemah, pada daerah ini gas bertekanan tinggi dengan
mudah menghancurkan batuan dan menimbulkan cratering. Persamaan yang
digunakan adalah (Richards, 2005) :
L=

........................................................................................(I.12)

Keterangan :
L

= Lemparan maksimal (m)

= konstanta

= percepatan gravitasi yaiu 9,8 m/s2

= berat isian bahan peledak per meter (kg/m)

SH

= panjang stemming (m)

c.

Rifling
Rifling dapat terjadi karena stemming terlalu pendek dan material

stemming kurang baik sehingga tidak cukup untuk mengukung gas dari hasil
peledakan. Akibatnya distribusi energi tidak merata tetapi lebih cendrung ke
bagian atas lubang
ledak dan melemparkan material stemming. Persamaan yang digunakan adalah
(Richards 2005):
L=

........................................................................(I.13)

Keterangan:
L

= Lemparan maksimal (m)

= konstanta

= percepatan gravitasi (9,8 m/s2)

= berat isian bahan peledak per meter (kg/m)

SH

= panjang stemming (m)

= kemiringan lubang ledak

J.

Kesimpulan
Kesimpulan akan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil

pengolahan data-data yang ada dengan permasalahan yang diteliti dan juga
mempertimbangkan rekomendasi dari tim drilling and blasting di PT Semen
Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat, maka telah dibuat subuah
bagan alir kerangka penelitian (Gambar J.1.)

Penentuan Topik Permasalahan


Perumusan Masalah

Pengambilan Data

Data Primer

Data Sekunder

Pengolahan Data
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan

Gambar J.1. Bagan alir kerangka penelitian


K. JADWAL PELAKSANAAN
Rencana pelaksanaan penelitian Tugas Akhir ini adalah mulai tanggal 11
April sampai dengan 4 Juni 2016 dengan jadwal kegiatan pelaksanaan sebagai
berikut :

Tabel K.1. Uraian Jadwal Kegiatan Penelitian


No

Minggu

Uraian Kegiatan
1

Orientasi Lapangan

Pengumpulan Referensi dan Data

Pengolahan Data, Konsultasi dan


Bimbingan
Penyusunan

dan

Pengumpulan

Laporan

L. PENUTUP
Demikianlah proposal pengajuan ini di buat sebagai bahan pertimbangan
bagi Bapak/Ibu agar dapat menerima kami dalam melaksanakan Tugas Akhir di
PT Semen Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat. Melihat
keterbatasan yang saya miliki, maka saya sangat mengharapkan bantuan dan
dukungan baik secara moril maupun materil dari pihak perusahaan untuk
kelacaran penelitian tugas akhir ini.
Adapun bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan penelitian
tugas akhir ini adalah :
1.
2.

Adanya bimbingan selama peneitian ini


Kemudahan dalam pengambilan data-data

3.

melaksanakan tugas akhir


Tempat tinggal dan konsumsi selama melaksanakan penelitian tugas akhir
Semoga hubungan baik antara pihak industri pertambangan dengan pihak

yang

diperlukan

selama

institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlansung secara harmonis


demi kemajuan duna pendidikan dan perkembangan industri pertambangan
Indonesia. Saya sangat berharap dapat diterima untuk melaksanakan Penelitian
Tugas Akhir serta menimba ilmu dan pengalaman di PT Semen Padang Indarung
Lubuk Kilangan Sumatera Barat. Atas perhatian dan bantan yang diberikan,
Penulis ucapkan terima kasih.
M. DAFTAR PUSTAKA

Akande, J., M. 2014. Evaluation of the enviromental impacts of blasting in


Okurusu Fluourspar Mine. International Journal of Enginering and
Technology Vol. 4 No. 1, January 2014.
Bhandari,
S.
1997.
Engineering
Balkema/Rotterdam/Brookfield.

Rock

Blasting

Operation.

Jimeno, C., Lopez, dkk. 1995. Drilling and Blasting of Rock, A. A. Balkema
Publisher, Rotterdam, Netherlands.
Konya, C., J., Edwar J, Walter. 1991. Surface Blast Design. Prentice Hall.
Englewood Cliffs: New Jersey, U.S.A.
Mishra , A. 2011. Flyrocks Detection and Mitigation at Construction Site in
Blasting Operation. World Environment Vol. 1 No. 1, Januari 2011.
Richards, Alan B., Adrian J. Moore. 2005. Golden Pike Cut Back Fly Rock
Control and Calibration of a Predictive Model. Terrock Consulting
Engineers. Australia.
.

Anda mungkin juga menyukai