JUDUL
Analisis jarak lemparan batuan (flyrock) untuk memperkecil jarak evakuasi
alat-alat berat pada peledakan batu kapur di PT Semen Padang Indarung Lubuk
Kilangan Sumatera Barat
B. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan
C. LATAR BELAKANG
PT semen Padang merupakan industri semen tertua di Indonesia yang berdiri
sejak tahun 1910. Dalam industri semen, batu kapur merupakan bahan galian
industri yang digunakan sebagai bahan baku utama. Pemberaian batuan termasuk
salah satu tahapan yang sangat penting dilakukan dalam operasi penambangan.
Pemberaian batuan dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung karakteristik
batuan yang akan diberai. Dalam hal ini, proses pemberaian batuan yang
dilakukan di PT Semen Padang adalah dengan aktivitas pengeboran dan
peledakan.
Aktivitas peledakan yang dilakukan akan memberikan dampak terhadap
proses selanjutnya maupun terhadap lingkungan. Dampak yang umum terjadi
untuk proses selanjutnya yaitu fragmentasi dan keseragaman hasil peledakan,
sedangkan dampak yang terjadi terhadap lingkungan meliputi air blast, batuan
terbang (flyrock), dan tingkat getaran tanah (ground vibration level).
Dampak dari lemparan batuan terbang (flyrock) dapat mengakibatkan
kerusakan pada alat mekanis dan cidera bahkan kematian pada manusia. Maka
untuk mengantisipasi hal tersebut, sebelum kegiatan peledakan dilaksanakan
semua alat-alat berat harus menjauhi lokasi peledakan. Jarak evakuasi alat-alat
berat yang ditetapkan oleh tim drilling and blasting PT Semen Padang adalah 300
m. Ketika kegiatan peledakan selesai dan dinyatakan aman, maka alat-alat berat
harus bergerak kembali dari area evakuasi menuju front kerja. Jika jarak aman
yang ditetapkan masih terlalu jauh maka akan membutuhkan waktu yang banyak
untuk alat-alat berat dalam berpindah tempat. Hal ini tentunya memiliki pengaruh
terhadap efektifitas waktu kerja yang berdampak terhadap produktivitas masing-
masing alat. Maka perlu dilakukan penelitian tentang jarak lemparan batuan
(flyrock) yang diharapkan dapat mengefektifkan waktu dan mengoptimalkan jarak
evakuasi alat-alat berat tambang disekitar lokasi peledakan.
D. PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan diteliti pada kegiatan penelitian ini yaitu :
1.
2.
3.
4.
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan :
1.
2.
3.
4.
F.
PEMBATASAN MASALAH
Ruang lingkup atau pembatasan masalah yang dibahas adalah penelitian ini
lemparan maksimum flyrock dan jarak evakuasi alat-alat berat pada saat
peledakan, jarak lemparan maksimum flyrock secara teori dan menganalisa apakah
jarak evakuasi alat-alat berat pada peledakan sudah optimal.
G. MANFAAT
Manfaat dilakukan penelitian ini adalah :
1.
2.
pertambangan
Penelitian ini dapat menjadi masukan dan evaluasi untuk PT Semen Padang
mengenai jarak evakuasi alat-alat berat tambang pada peledakan batu kapur
sehingga kedepannya kegiatan dapat berjalan lebih baik lagi
H. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1.
Studi Literatur
Mempelajari literatur-literatur yang ada baik berupa text book maupun
Pengambilan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, beberapa alat yang akan digunakan
yaitu :
a.
b.
c.
d.
Berdasarkan dari cara memperoleh data, maka data dibagi menjadi dua yaitu :
a. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan
b.
dari:
- Data gambaran umum perusahaan
- Data layout tambang secara keseluruhan
- Data litologi batuan
3.
selanjutnya
disajikan
dalam
bentuk
tabel,
grafik,
serta
narasi
untuk
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Geometri Peledakan
Peledakan merupakan salah satu tahapan penambangan bahan galian yang
Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang bebas
= Burden (ft)
De
SGe
SGr
b.
Spacing (S)
Spacing dapat diartikan sebagai jarak terdekat antara antara dua lubang
tembak yang berdekatan dalam satu baris. Untuk menetukan nilai spacing dapat
menggunakan persamaan (C.J. Konya, 1972) :
Serentak tiap baris lubang ledak (instantaneous single-row blaastholes)
L < 4B S = (L+2B)/3.........................................................................
(I.2)
L > 4B S = 2B..................................................................................(I.3)
Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single-row blastholes)
L < 4B S = (L+7B)/8........................................................................(I.4)
L > 4B S = 1,4B...............................................................................(I.5)
Keterangan :
S
= Spacing (ft or m)
= Burden (ft or m)
c.
Stemming (T)
Stemming adalah lubang ledak bagian atas yang tidak diisi bahan peledak,
tetapi diisi oleh pecahan hasil pengeboran atau material berukuran kerikil dan
dipadatkan di atas bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi stress
balance dan untuk mengurung gas-gas hasil ledakan agar dapat menekan batuan
dengan kekuatan yang besar. Sedangkan di dalam penggunaan stemming yang
perlu diperhatikan adalah panjang stemming dan ukuran material stemming. Untuk
menentukan nilai dari stemming dapat menggunakan persamaan (C.J. Konya,
1972):
Stemming untuk batuan massive :
T = B.....................................................................................................(I.6)
Stemming untuk batuan berlapis :
T = 0,3B................................................................................................(I.7)
Keterangan :
T
= Stemming (ft or m)
= Burden (ft or m)
d.
Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah. Tujuannya adalah supaya batuan dapat meledak secara
fullface dan untuk menghindari kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toe) pada
lantai jenjang bagian bawah. Untuk menentukan nilai dari subdrilling dapat
menggunakan persamaan (C.J. Konya, 1972) :
J = 0,3B.................................................................................................(I.8)
Keterangan :
J
= Subdrilling (ft or m)
= Burden (ft or m)
e.
lubang ledak yang diisi dengan bahan peledak. Untuk menentukan nilai dari
powder column length dapat menggunakan persamaan (C.J. Konya, 1972) :
PC = L T............................................................................................(I.9)
Keterangan :
PC
= Stemming (ft or m)
2.
kolom isian yang dinyatakan dalam kg/m. Pada lubang ledak berdiameter tetap,
loading density tiap bahan peledak akan berbeda sesuai dengan bobot isi masingmasing bahan peledak. Semakin tinggi bobot isi bahan peledak maka semakin besar
energi peledakan. Penentuan bobot isi bahan peledak sangat penting, pada batuan
yang relatif kompak, bobot isi yang diguanakan akan lebih tinggi dibandingkan
batuan yang banyak rekahannya (C. Jimeno Lopez dkk, 1995). Persamaan loading
density dapat dihitung dengan :
de = 0,7854 x D x re x 103...............................................................(I.10)
Keterangan :
de
re
3.
de
PC
= Burden (m)
= Spacing (m)
4.
Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang tembak
dalam satu baris ataupun antara lubang tembak yang satu dengan yang lainnya.
Pola peledakan ditentukan tergantung arah pergerakan material yang diharapkan.
Berdasarkan sistem inisiasinya dan arah runtuhan batuan yang dihasilkan, pola
peledakan hole by hole dibagi menjadi tiga macam (Gambar I.2.) (C.J. Konya ;
E.J. Walter, 1991) yaitu :
a.
Corner Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
b.
c.
a)
b)
Gambar I.2. a). Pola peledakan corner cut , b). Pola peledakan V-Cut (C.J.
Konya ; E.J. Walter, 1991)
5.
Flyrock
Flyrock (batu terbang) adalah lemparan batuan ke segala arah secara tidak
Peledakan adalah salah satu metode utama yang digunakan dalam industri
pertambangan untuk mendapatkan fragmen dari mineral ataupun batuan. Salah
satu dampak dari kegiatan peledakan ini adalah terjadinya flyrock yang dapat
mengakibatkan cedera serius, kematian pada manusia dan kerusakan pada alat
mekanis apabila tidak dirancang dan dilakukan secara profesional (Akande, IJET
Vol. 4 No.1, Januari 2014)
6.
berikut :
a.
Gambar I.4. Jarak toe burden terlalu pendek karena deviasi lubang bor (Bhandari,
1997)
Burden yang kurang dari 25 kali diameter lubang ledak memberikan
specific charge yang tinggi, sehingga kelebihan energi mengakibatkan jarak
lemparan flyrock jauh. Burden yang terlalu besar akan menyebabkan keluarnya
material stemming dari lubang tembak dan juga terjadi efek cratering yang
menimbulkan flyrock (Gambar I.5.) (Bhandari, 1997).
Gambar I.5. Burden yang terlalu besar dan top priming sebagai penyebab flyrock
(Bhandari, 1997)
Gambar I.6. Jarak crest burden terlalu dekat dengan bidang bebas (Bhandari,
1997)
b.
Kondisi geologi
Zona lemah dan rongga-rongga yang ada pada massa batuan memiliki
daya tahan paling kecil. Lubang yang diisi bahan peledak bila berpotongan atau
terletak di daerah patahan maka gas bertekanan tinggi akan dengan cepat menjalar
disepanjang bidang lemah tersbut dan akan menghancuran batuan yang
mengakibatkan terjadinya flyrock (Gambar I.7.) (Bhandari, 1997).
Gambar I.7. Kekar, mudseam, dan rongga menyebabkan keluarnya gas (Bhandari,
1997)
c.
Ketidaksesuaian pengeboran
Pengeboran yang tidak akurat akan menghasilkan burden dan spasi yang
tidak tepat sehingga dapat terjadi deviasi dari posisi yang telah diperhitungkan.
Salah satu akibatnya apabila dalam perancangan pengeboran vertical namun
ketidaksesuaian pengeboran menyebabkan jarak antar crest burden ataupun toe
burde tidaklah sama. Hal ini sangat berpotensi tejadinya.
d.
batuan dengan mengukung gas dalam lubang ledak. Jika isian bahan peledak
terlalu sedikit akan membuat stemming panjang dan menyebabkan energi yang
dihasilkan tidak cukup untuk memecahkan batuan di bagian atas lubang ledak.
Tetapi isian bahan peledak terlalu banyak akan membuat kolom stemming
menjadi pendek sehingga energi yang dilepaskan tidak termampatkan dan akan
sangat berpotensi menyebabkan flyrock (Mishra, Vol. 1 No. 1, Januari 2011).
e.
(Gambar I.8.)
7.
dampak dari peledakan dapat terjadi dari tiga mekanisme utama yaitu face burst,
cratering dan rifling (Gambar I.9.) (Bhandari, 1997).
Face burst
Face burst dapat terjadi pada lubang ledak baris depan dimana burden yang
L=
Keterangan :
......................................................................................(I.11)
= konstanta
= pecepatan gravitasi
= burden (m)
b.
Cratering
Cratering dapat terjadi jika rasio atau perbandingan panjang stemming
dengan diameter lubang ledak sangat kecil. Di samping itu biasanya daerah sekitar
stemming mempunyai bidang lemah, pada daerah ini gas bertekanan tinggi dengan
mudah menghancurkan batuan dan menimbulkan cratering. Persamaan yang
digunakan adalah (Richards, 2005) :
L=
........................................................................................(I.12)
Keterangan :
L
= konstanta
SH
c.
Rifling
Rifling dapat terjadi karena stemming terlalu pendek dan material
stemming kurang baik sehingga tidak cukup untuk mengukung gas dari hasil
peledakan. Akibatnya distribusi energi tidak merata tetapi lebih cendrung ke
bagian atas lubang
ledak dan melemparkan material stemming. Persamaan yang digunakan adalah
(Richards 2005):
L=
........................................................................(I.13)
Keterangan:
L
= konstanta
SH
J.
Kesimpulan
Kesimpulan akan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
pengolahan data-data yang ada dengan permasalahan yang diteliti dan juga
mempertimbangkan rekomendasi dari tim drilling and blasting di PT Semen
Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat, maka telah dibuat subuah
bagan alir kerangka penelitian (Gambar J.1.)
Pengambilan Data
Data Primer
Data Sekunder
Pengolahan Data
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan
Minggu
Uraian Kegiatan
1
Orientasi Lapangan
dan
Pengumpulan
Laporan
L. PENUTUP
Demikianlah proposal pengajuan ini di buat sebagai bahan pertimbangan
bagi Bapak/Ibu agar dapat menerima kami dalam melaksanakan Tugas Akhir di
PT Semen Padang Indarung Lubuk Kilangan Sumatera Barat. Melihat
keterbatasan yang saya miliki, maka saya sangat mengharapkan bantuan dan
dukungan baik secara moril maupun materil dari pihak perusahaan untuk
kelacaran penelitian tugas akhir ini.
Adapun bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan penelitian
tugas akhir ini adalah :
1.
2.
3.
yang
diperlukan
selama
Rock
Blasting
Operation.
Jimeno, C., Lopez, dkk. 1995. Drilling and Blasting of Rock, A. A. Balkema
Publisher, Rotterdam, Netherlands.
Konya, C., J., Edwar J, Walter. 1991. Surface Blast Design. Prentice Hall.
Englewood Cliffs: New Jersey, U.S.A.
Mishra , A. 2011. Flyrocks Detection and Mitigation at Construction Site in
Blasting Operation. World Environment Vol. 1 No. 1, Januari 2011.
Richards, Alan B., Adrian J. Moore. 2005. Golden Pike Cut Back Fly Rock
Control and Calibration of a Predictive Model. Terrock Consulting
Engineers. Australia.
.