Anda di halaman 1dari 15

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN INTERVAL TRAINING DAN

CONTINUOUS RUNNING TERHADAP PENINGKATAN DAYA


TAHAN AEROBIK PADA SISWA EKSTRAKURIKULER
SEPAKBOLA MTs RAUDHATUL IMAN
KABUPATEN TEBO

ARTIKEL

OLEH :

M.HASBI ASHSHIDDIQI
NIM :A1D412109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
1

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN INTERVAL TRAINING DAN


CONTINUOUS RUNNING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN
AEROBIC PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA MTS
RAUDHATUL IMAN KABUPATEN TEBO. PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN, FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN (FIK) UNIVERSITAS JAMBI.
Disusun Oleh : Ashshiddiqi, M. Hasbi 1), Dr. Drs. Sukendro, M.Kes, AIFO 2),
Ely Yuliawan, S.Pd, M.Pd 3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil survey yang dilakukan dan
mendapati fakta bahwa para pemain sepak bola di MTs Raudhatul Iman kurang
memiliki daya tahan aerobik yang baik dalam bermain sepak bola, sehingga
hampir disetiap pertandingan mengalami kelelahan akibat penurunan daya tahan
aerobic nya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh perbedaan
pengaruh latihan interval training dan countinuous running terhadap daya tahan
aerobic dan untuk mengetahui latihan manakah yang lebih baik pada siswa
ekstrakurikuler sepakbola MTs Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian
dilaksanakan di lapangan MTs. Raudhatul Iman pada tanggal 11 juli 26 Agustus
2016. Sampel yang diteliti sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 orang pada
kelompok 1 dan 10 orang pada kelompok 2.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis dengan
menggunakan uji-t pada kelompok 1 diperoleh hasil thitung > ttabel, yaitu 4,78 > 1,83
yang artinya terdapat pengaruh latihan interval training terhadap peningkatan
daya tahan aerobik dan hasil dari uji-t pada kelompok 2 diperoleh hasil thitung >
ttabel, yaitu 5,54 > 1,83 yang artinya terdapat pengaruh latihan countinuous running
terhadap peningkatan daya tahan aerobic. Sedangkan dalam uji perbedaan yang
dilakukan dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung > ttabel, yaitu 3,6 > 1,83
yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan interval
training sebesar 7,5% dan latihan countinuous running sebesar 6,2% terhadap
peningkatan daya tahan aerobic pada siswa ekstrakurikuler sepakbola MTs.
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
pengaruh latihan interval training dan latihan countinuous running terhadap
peningkatan daya tahan aerobic pada siswa ekstrakurikuler sepakbola MTs.
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.

Kata Kunci : Interval Traning,Continuous Running, Daya Tahan Aerobic

yaitu hari senin sore, rabu sore, dan jumat


sore, dari hasil pengamatan penulis saat
tim ekstrakurikuler Sepakbola MTs
Raudhatul Iman latihan, latihan lebih
mengacu pada penguasaan teknik dan
game, sedangkan latihan kondisi fisik
pemain kurang terprogram dan ada
beberapa bentuk latihan kondisi fisik yang
terlupakan oleh pelatih kepada pemain,
terlebih mengenai latihan daya tahan. Ini
terbukti pada saat penulis mengamati
pertandingan persahabatan antara tim
ekstrakurikuler Sepakbola MTs Raudhatul
Iman vs SMP N 26 saat pertandingan
terlihat pemain MTs Raudhatul Iman
mengalami kelelahan saat bermain
dikarenakan menurunnya daya tahan
pemain, sehingga pemain MTs Raudhatul
Iman kalah dengan skor 3 kosong dari
SMP N 26. Tim ekstrakurikuler sepakbola
MTs Raudhatul Iman belum dapat
menyelesaikan pertandingan dengan baik
dan menerima kekalahan dari tim lain, dari
beberapa pemain yang diwawancarai
mengaku bahwa mereka mudah mengalami
kelelahan ketika memasuki setengah
pertandingan dari babak 1 dan 2, terlebih
apabila terjadi serangan balik dari lawan
dan kecepatan dari tempo permainan. Hasil
diskusi
dengan
pelatih
sepakbola
ekstrakurikuler MTs Raudhatul Iman
mengatakan
pemainya
kurang
mendapatkan latihan-latihan untuk melatih
daya tahan. dan tentunya hal ini pula yang
membuat peneliti berpikir seandainya daya
tahan aerobik pemain sepakbola tim
ekstrakurikuler MTs Raudhatul Iman ini
lebih
baik
maka
tim
sepakbola
ekstrakurikuler MTs Raudhatul Imanakan
bisa menyelesaikan pertandingan dengan
baik tanpa kekalahan. Menurut penulis
daya tahan aerobik merupakan salah satu
unsur penting dalam sepakbola, kerena
semua pemain harus mampu bermain
dalam waktu 2 x 45 menit, Ketika pemain
memiliki daya tahan aerobik yang baik
maka sangat membantu tim mereka di
dalam pertandingan akan sangat besar.

PENDAHULUAN
Olahraga adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Hal ini dikarenakan olahraga merupakan
unsur penting dalam pemeliharaan
kesehatan manusia.
Sepakbola merupakan salah satu
cabang olahraga yang paling banyak
digemari oleh sebagian besar manusia di
seluruh belahan dunia. Sepakbola di
Indonesia digemari banyak orang, dengan
demikian banyak yang ingin bermain
sehingga bisa dijaring pemain-pemain
berbakat, Tetapi kenyataannya tidak seperti
itu, persepakbolaan di indonesia masih
kalah jauh dengan negara tetangga.
Dalam
olahraga
sepakbola,
kesebelasan yang kuat, tangguh, baik
adalah
kesebelasan
yang
mampu
membentuk permainan yang kompak,
artinya untuk mempunyai kerjasama tim
yang baik dan tangguh diperlukan pemainpemain yang memiliki fisik dan tenaga
yang prima. Setiap pemain sepakbola
diharuskan mempunyai kemampuan daya
tahan aerobik yang bagus, karena daya
tahan aerobik merupakan salah satu
komponen penting dalam permainan
sepakbola. Daya tahan aerobik yaitu
kemampuan melakukan kerja dalam waktu
lama, tubuh memerlukan oksigen dalam
pembentukan energi (Hidayat 2014: 59).
Daya tahan merupakan faktor yang
penting dalam mempengaruhi kemampuan
dalam permainan olahraga khususnya
cabang olahraga sepakbola. Namun
demikian hal ini kurang mendapat
perhatian secara proporsional dari pemain
maupun pelatih. Pada kenyataannya orang
lebih senang melakukan latihan dalam
bentuk permainan maupun hanya sekedar
bermain sepakbola yang lebih menekankan
pada penguasaan teknik semata.
Dari hasil penulis melakukan
observasi saat siswa berlatih di lapangan
sepakbola MTs Raudhatul Iman, latihan
dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu

Dari uraian di atas jelas bahwa


salah satu usaha untuk meningkatkan
prestasi sangat perlu diperhatikan bentukbentuk
latihannya
yang
bertujuan
meningkatkan daya tahan aerobik. Ada
banyak metode latihan yang dapat
meningkatkan daya tahan aerobik yaitu
dengan metode latihan interval training,
continuous training dan sirkuit training.
Namun dalam hal ini penulis hanya
memokuskan pada latihan interval training
dan continuous running metode latihan
yang diharapkan dapat meningkatkan daya
tahan
aerobik
pemain
sepakbola
ekstrakurikuler MTs Raudhatul Iman.
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah yang ada, maka identifikasi
masalah yang diangkat dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Pemain sepakbola ekstrakurikuler MTs
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo
memiliki daya tahan aerobic yang
kurang baik.?
2. Kebanyakan
Pemain
sepakbola
ekstrakurikuler MTs Raudhatul Iman
Kabupaten
Tebo,
lebih
senang
melakukan latihan teknik dan game dari
pada melakukan latihan daya tahan
aerobic.
3. Tidak adanya pola latihan di tim
ekstrakurikuler
Sepakbola
MTs
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo yang
dapat meningkat kan daya tahan aerobik
pemain sepakbola nya.
4. Belum
diketahuinya
tingkat
kemampuan daya tahan aerobic pada
siswa ekstrakurikuler Sepakbola MTs
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
Agar
permasalahan
dalam
penelitian ini tidak meluas, maka perlu
diadakan batasannya, sehingga ruang
lingkup penelitian ini menjadi jelas dan
singkat maka perlu diadakan batasan
masalah agar penelitian ini lebih
mendalam pengkajiannya dan sekaligus
membuat sasaran pembahasan menjadi
lebih fokus maka pembatasan masalah
yaitu :

1. Objek penelitian ini terbatas hanya


pada siswa ekstrakurikuler Sepakbola
MTs Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
2. Latihan yang digunakan yaitu latihan
Continuous Running selama 15 menit
dan latihan Interval Training lari
dengan jarak 400 meter dalam waktu
70 detik yang diselingi waktu istirahat
sebagai
intervalnya
terhadap
peningkatan daya tahan aerobik pada
siswa ekstrakurikuler Sepakbola MTs
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
3. Penelitian ini dilakukan hanya pada
pada siswa ekstrakurikuler Sepakbola
MTs Raudhatul Iman Kabupaten Tebo,
yang usia nya 13 tahun sampai dengan
15 tahun.
4. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui
perbedaan
pengaruh
latihan interval training dengan
continuous
running
terhadap
peningkatan daya tahan aerobik pada
siswa ekstrakurikuler Sepakbola MTs
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan yang akan
di teliti dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara latihan interval training dan latihan
continuous running terhadap peningkatan
daya
tahan
aerobik
pada
siswa
ekstrakurikuler Sepakbola MTs Raudhatul
Iman Kabupaten Tebo?
TINJAUAN PUSTAKA
Sepakbola merupakan olahraga
yang dimainkan dengan 11 orang pemain
diatas lapangan yang berumput dengan
menggunakan teknik dribbling, passing,
heading, shooting, dan menangkap bola
bagi penjaga gawang, lama permainan
sepakbola ini adalah 2 x 45 menit menit
dengan dipimpin oleh 1 orang wasit dan 2
orang asisten wasit. Tujuan dari sepakbola
ini adalah memasukkan bola ke gawang

lawan dan berusaha mempertahankan


gawangnya agar tidak kemasukan.
Menurut Luxbacher, (2012:3-7).
Hal-hal yang berkaitan dengan sepakbola
adalah sebagai berikut:
1. Lapangan Permainan
2. Bola
3. Jumlah Pemain
4. Perlengkapan pemain
5. Wasit
6. Asisten wasit (hakim garis)
7. Lama permainan
8. Permulaan Permainan
9. Bola keluar dari dalam lapangan
10. Cara mencetak gol
11. Offside
12. Pelanggaran
13. Tendangan Bebas
14. Tendangan penalti
15. Lemparan ke dalam
16. Tendangan gawang
17. Tendangan sudut
Hakikat Latihan
Menurut Harsono (1988: 101)
Latihan adalah proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan kian hari
menambah beban latihan atau pekerjaanya.
Menurut Sukendro & Rasyono,
(2016: 133). Tujuan dari latihan adalah
untuk membantu seseorang atlet atau satu
tim
olahraga
dalam
meningkatkan
ketrampilan atau prestasinya semaksimal
mungkin dengan mempertimbangkan
berbagai aspek latihan yang harus
diperhatikan, meliputi latihan fisik, teknik,
taktik dan mental. Kemudian Giriwijoyo,
(1992:78). Menjelaskan sebagai berikut:
Latihan ialah upaya sadar yang dilakukan
secara berkelanjutan dan sistematis untuk
meningkatkan kemampuan fungsional raga
yang sesuai dengan tuntutan penampilan
cabang olahraga itu, untuk dapat
menampilkan mutu tinggi cabang olahraga
itu baik pada aspek kemampuan dasar
(latihan fisik) maupun pada aspek

kemampuan keterampilannya (latihan


teknik).
Menurut Bompa (1990) dalam
(Sukendro & Rasyono, 2016: 133).
Mengemukakan secra panjang lebar
tentang prinsip latihan yang meliputi
prinsip
partisipasi
aktif,
prinsip
pengembangan menyeluruh, spesialisasi,
induvidualisasi, variasi latihan, model
latihan, dan prisip peningkatan beban
lebih.
Berdasarkan beberapa penjelasan di
atas maka dapat di pahami bahwa latihan
adalah suatu proses pemberdayaan diri
melalui suatu aktivitas yang sistematis,
berulang-ulang, dan kian hari kian
menambah beban tugasnya. Berkaitan
dengan penelitian ini maka latihan yang
dimaksud adalah proses latihan yang
dilakukan untuk meningkatkan daya tahan
Aerobik.
Latihan Interval Training
Menurut Harsono, (1988: 157).
Sesuai dengan namanya, latihan interval
training adalah suatu sistem atau metode
latihan yang diselingi oleh interval-interval
yang berupa masa-masa istirahat. Jadi,
latihan (misalnya lari) istirahat latihan
istirahat latihan dan seterusnya. Ada
beberpa faktor yang harus dipenuhi dalam
menyusun interval training, yaitu :
a. Lamanya Latihan.
b. Beban (intensitas) latihan.
c. Ulangan
(repetition)
melakukan
latihan.
d. Masa istirahat (recovery interval)
setelah setiap repetisi latihan.
Inteval training dapat diterapkan
pada semua cabang olahraga yang
membutuhkan endurence dan stamina,
misalnya, sepakbola.
Contoh interval training untuk endurence
(kerja pada tingkat aerobik) :
Jarak lari
: 400 m.
Tempo lari : 70 detik.
Ulangan lari : 10 kali.
Istirahat
: antara 3 - 5 menit.

Latihan Continuous Running


Menurut Sukendro & Rasyono,
(2016: 168). Continuous Running, bentuk
kegiatan yang dilakukan secra terus
menerus tanpa diselingi olah waktu
istirahat. Intensitasnya sangat bervariasi,
dari intensitas yang tinggi dengan lama
kegiatan yang moderat sampai dengan
kegiatan yang intensitasnya lama. Karena
itu latihan ini juga dikenal dengan LSD
Training (Long , Slow Distance). Bentuk
latihan ini terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu: Continuous Slow-Running Training
dan Continuous Fast-Running Tarining
dan kategori yang ketiga adalah joging.
Menurut Suhendro, (2002: 4.32)
Slow Continuous Running atau Long Slow
Distance, bentuk latihan ini adalah sangat
sederhana sifatnya, karena dilakukan
dengan cara lari jarak jauh pelan-pelan
secara terus menerus (kontinuous) atau
yang disebut dengan jogging dengan
menempuh jarak tertentu, dan dapat juga
dilakukan dengan menetapkan waktu,
misalnya jogging selama 15 menit sampai
dengan 1 jam atau lebih dengan denyut
nadi yang masih cukup rendah yaitu 120140/menit. Jadi bentuk latihan ini dikenal
dengan Slow Continuous Running
Menurut M. Sajoto, (1995: 140).
Continuous Running atau latihan lari jarak
jauh, yang dimaksud dengan latihan ini
adalah latihan berlari tanpa waktu istirahat.
Fox dan Menthews membagi latihan ini
menjadi dua cara, masing masing adalah
disebut Continuous Slow-running dan
Continuous Fast-Running.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat dipahami bahwa latihan continuous
running
merupakan.
Latihan
yang
dilakukan dengan terus menerus atau
latihan lari dengan aktivitas berkelanjutan,
tanpa istirahat dengan sesuai takarannya.
Bentuk latihan yang berlangsung lama dan
terus menerus ini suatu latihan yang dapat
meningkatkan kemampuan menghirup
oksigen dan memungkinkan metabolisme
berlangsung lebih efesien dengan latihan

terus menerus dapat meningkat kan daya


tahan aerobik pada atlet.
Hakikat Daya Tahan (Endurance)
Menurut Harsono, (1988: 155).
Daya tahan adalah keadaan atau kondisi
tubuh yang mampu untuk bekerja untuk
waktu yang lama, tanpa mengalami
kelelahan
yang
berlebihan
setelah
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Oleh
karna batasan daya tahan adalah seperti
diuraikan di atas kemampuan untuk
bekerja atau berlatih dalam waktu yang
lama, maka latihan-latihan untuk
mengembangkan komponen daya tahan
harus lah sesuai dengan batasan tersebut,
yaitu bahwa latihan-latihan yang kita pilih
haruslah berlangsung untuk waktu yang
lama, misalnya lari jarak jauh, renang jarak
jauh, cross-coutry atau lari lintas alam,
fartlek, interval training, atau bentuk
latihan apapun yang memaksa tubuh kita
untuk bekerja untuk waktu yang lama
(lebih dari enam menit).
Menurut M. Sajoto, (1995: 132).
Ada sejumlah metode atau cara latihan
untuk meningkat kan kapasitas daya tahan
atau endurance, dalam hal ini adalah
cardiovascular endurance yaitu mulai dari
latihan - latihan interval training, sampai
latihan latihan lari jarak jauh dalam
tempo rendah. Pada dasar nya semua
latihan berlari, bersepeda dan berenang
adalah merupakan latihan endurance.
Menurut Hidayat, (2014: 59) Daya
tahan adalah kemampuan melakukan kerja
dalam jangka waktu lama, daya tahan
dibedakan menjadi dua macam yaitu : a.
Daya tahan aerobic adalah:
Kemampuan melakukan kerja
dalam waktu lama, tubuh memerlukan
oksigen dalam pembentukan energi O2.
b.
Daya
tahan
anaerobic
yaitu,
kemampuan melakukan kerja dalam
waktu lama, tubuh tidak memerlukan
oksigen dalam pembentukan energi O2.
Berdasarkan pengertian tersebut
maka dapat kita pahami bahwa daya tahan

didefinisikan
sebagai
kemampuan
peralatan organ tubuh untuk melawan
kelelahan selama berlangsungnya aktivitas
atau kerja. Daya tahan penting dalam
permainan sepakbola sebab dalam jangka
waktu 90 menit bahkan lebih, seorang
pemain melakukan kegiatan fisik yang
terus menerus dengan berbagai bentuk
gerakan seperti
berlari,
melompat,
meluncur (sliding), dan sebagainya yang
jelas memerlukan daya tahan yang tinggi,
karena Permainan sepak bola merupakan
salah satu permainan yang membutuhkan
daya tahan dalam jangka waktu yang
cukup lama.
Daya Tahan Aerobic (Daya Tahan
Kardiorespirasi)
Menurut Hidayat, (2014: 59) Daya
tahan
aerobic
yaitu,
kemampuan
melakukan kerja dalam waktu lama, tubuh
memerlukan O2 dalam pembentukan
energi. Metabolisme aerobic ini terjadinya
dalam otot dan pengaruhnya juga lebih
lambat dan tidak dapat digunakan secara
cepat. Atlet memanfaatkan oksigen melalui
aerobic, hasil yang dicapai adalah: jantung
menjadi lebih kuat, sehingga banyak darah
melaluinya Sel darah merah akan
meningkat jumlahnya sehingga oksigen
bertambah.
Menurut Giriwijoyo & Sidik,
(2013: 16). daya tahan aerobic adalah
kemampuan untuk mewujudkan gerak
ketahan umum seperti misalnya pada lari
maksimal maupun sub-maksimal dengan
durasi 8 menit atau lebih.
Menurut Sucipto, (2000: 16) daya
tahan
aerobic
adalah
kemampuan
organisme tubuh mengatasi kelelahan yang
disebabkan pembebanan aerobic yang
berlangsung lama. Aerobic merupakan
istilah yang digunakan atas dasar sistem
energi utama (predominant energy system)
yang digunakan dalam suatu aktivitas fisik.
Sumber energi utama bagi aerobic ini
diperoleh dari sistem oksigen.

Bentuk latihan daya tahan aerobic yang


meliputi :
a.) Lari terus menerus untuk waktu yang
lama (long Continous running).
Bentuk latihan yang berlangsung
lama
dan
terus
menerus
ini
meningkatkan kemampuan menghirup
oksigen
dan
memungkinkan
metabolisme berlangsung lebih efesien.
b.) Latihan interval (latihan dengan metode
interval)
Latihan interval adalah metode
latihan daya tahan yang biasa di pakai di
berbagai cabang olahraga seperti
berenang, bersepeda, dan kebanykan
olehraga permainan. Latihan interval
memiliki
memiliki
perbandingan
periode kerja dan istirahat yang cukup.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas dapat di pahami bahwa daya tahan
aerobic didefinisikan sebagai kemampuan
peralatan organ tubuh melawan kelelahan
selama berlangsungnya aktivitas atau kerja.
Apabila latihan dilakukan terprogram,
terencana, dan dilakukan dengan benar
maka daya tahan aerobic akan lebih baik.
Hakikat Ekstrakurikuler
Menurut Prasetyo, (2010: 65)
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan diluar mata pelajaran untuk
membantu pengembangan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik atau
tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah.
Menurut
Depdikbud
Dirjen
Dikdasmen
Direktorat
pembinaan
kesiswaan (1995: 4) bahwa kegiatan di luar
jam pelajaran biasa dan pada waktu libur
sekolah yang dilakukan baik di sekolah
ataupun di luar sekolah dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan siswa,
mengenal hubungan antara berbagai
mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya.

Menurut Saputra, (1999: 8) jenisjenis


ektrakurikuler
meliputi
ekstrakurikuler beladiri, ekstrakurikuler
seni musik,ekstrakurikuler seni tari,
ekstrakurikuler seni media, ekstrakurikuler
olahraga. Dengan beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat
memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing. Di
akses pada (25 Desember 2015)
http://.landasanteori.com/2015/11/pengerti
an-estrakurikuler-definisi.html.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat di pahami bahwa ekstrakurikuler
merupakan suatu pelajaran tambahan yang
diadakan oleh sekolah dan dilakukan
diluar jam sekolah yang mempunyai nilai
positif bagi peserta didik agar dapat
menambah
pengetahuan
atau
meningkatkan prestasi dari bakat bermain
sepakbola yang telah dimiliki oleh peserta
didik tersebut.
Kerangka Berfikir
Dalam pembahasan sebelumnya
telah dijelaskan bahwa olahraga sepakbola
adalah
permainan
yang
dilakukan
berkelompok, dimana teknik dasar dalam
permainan sepakbola yaitu terdiri dari:
dribbling, passing, control and shooting.
Dalam permainan sepakbola pemain
memerlu kan kondisi daya tahan yang baik,
Latihan daya tahan aerobik merupakan
salah satu komponen yang paling penting
dalam sepakbola karena daya tahan aerobik
dapat menggambarkan keadaan tingkat
jasmani seseorang.
Olahraga sepakbola memerlukan
gabungan unsur teknik, taktik dan fisik
untuk mendukung kemampuan dalam
permainan sebakbola. Untuk mencapai
kemampuan tersebut diperlukan banyak
kesiapan yang harus dipenuhi, dalam hal
latihan fisik (daya tahan aerobik), teknik
dan taktik, yang merupakan suatu
komponen penting dalam mencapai
prestasi yang baik bagi atlet sepakbola.
Pemantauan daya tahan aerobik dapat

dijadikan sebagai salah satu evaluasi bagi


pelatih untuk dapat memperbaiki atau
meningkatkan proses berlatih melatih,
sehingga tujuan untuk mencapai prestasi
yang baik akan tercapai.
Sebuah bentuk latihan interval
training dan continuous ranning ini
diharapkan dapat meningkatkan daya tahan
aerobik pada siswa
ekstrakurikuler
Sepakbola
MTs
Raudhatul
Iman
Kabupaten Tebo. Dapat mengetahui bentuk
latihan manakah yang lebih baik antara
Interval Training dan latihan continuous
ranning terhadap daya tahan aerobik pada
siswa ekstrakurikuler Sepakbola MTs
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban
yang
bersifat
sementara
terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2013:110). Penolakkan atau penerimaan
suatu hipotesis sangat tergantung pada
hasil-hasil penelitian terhadap data-data
yang terkumpul. Hipotesis ini mungkin
saja benar namun mungkin juga salah,
jawabannya
tergantung
pada
hasil
penelitian pada sampel yang di uji. Rumus
hipotesis yang digunakan adalah:
1) Terdapat perbedaan pengaruh antara
laithan interval training dengan
continuous running. Latiahan interval
training memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan daya
tahan
aerobic
pada siswa
ekstrakurikuler
Sepakbola
MTs
Raudhatul Iman Kabupaten Tebo.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Peneletian
Penelitian dan pengambilan data
pretest dan postest ini dilaksanakan
dilapangan sepakbola MTs Raudhatul
Iman, pada tanggal 11 Juli sampai dengan
tanggal 26 Agustus dengan tiga kali latihan
dalam satu minggu. Pada hari senin, rabu,

dan jumat pukul 16.00 sampai pukul


17.30 WIB.
Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen.
Metode
penelitian
yang
digunakan, ditetapkan berdasarkan pada
tujuan dan hasil penelitian yang
diharapkan. Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen yaitu metode
yang memberikan suatu gejala latihan atau
percobaan maka akan terlihat hubungan
sebab akibat sebagai pengaruh dari
pelaksanaan
latihan.
Rancangan
penelitian eksperimen dengan desain
yang digunakan Two Group PretestPostest Design dalam penelitian ini yaitu:
Menyeimbangkan
kelompok
dilakukan dengan cara ordinal pairing
berdasarkan hasil tes awal tes lari 1600
meter usia 13 s.d 15 tahun, yaitu setelah
dilakukan tes awal. kemudian hasil tes
awal dirangking setelah itu dipisahkan
ke- dalam kelompok 1 dan kelompok 2
dengan cara ordinal pairing sehingga
kedua kelompok mempunyai kemampuan
yang setara atau seimbang.
Populasi dan Sampel
Dalam hal ini menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
ekstrakurikuler sepakbola MTs Raudhatul
Iman putra berjumlah 20 orang.
Sampel
Di karenakan jumlah populasinya
kurang dari 100, maka penelitian
mengambil sampel dalam penelitian ini
sebanyak 20 siswa putra ekstrakurikuler
MTs Raudhatul Iman Kabupaten Tebo,
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara total Sampling,
artinya semua populasi dijadikan sebagai
sampel.

Variabel penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel bebas ( Independent ) dan satu
variabel terikat ( Dependen ) dengan
perincian :
1. Variabel bebas ( Independent ), yaitu
variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah :
a) Latihan interval training
b) Latihan continuous running
2. Variabel terikat ( Dependen ), yaitu
variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah peningkatan daya
tahan aerobic.
Instrumen Penelitian
Instrument artinya sarana penelitian
berupa
seperangkat
tes
untuk
mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan. Instrumen pada penelitian ini
adalah lari 1600 meter daya tahan aerobic,
siswa putra ekstrakurikuler MTs Raudhatul
Iman Kabupaten Tebo, dengan test lari
1600 meter hal ini dijelaskan test lari 1600
meter usia 13 tahun sampai dengan 15
tahun adalah di pergunakan untuk melihat
perkembangan daya tahan aerobic siswa
putra ekstrakurikuler MTs Raudhatul
Iman Kabupaten Tebo serta sebagai alat
untuk mengukur kemampuan aerobic.
Pelaksanaan adalah berdiri di
belakang garis start. Begitu di beri aba-aba
Ya stopwatch dihidup kan dan teste
berlari menempuh jarak 1600 meter
melingkari
lintasan,
setelah
selsai
menenmpuh jarak 1600 meter stopwatch di
matikan. Waktu yang tertera pada
stopwatch merupakan data hasil teste
(Arsil & adnan 2010: 42-44).
Alat atau fasilitas yang digunakan yaitu:
1. Alat tulis.
2. stopwatch
3. Peluit.
4. Lintasan lari.

HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Pree-test
Rangkuman hasil analisis data
secara keseluruhan akan disajikan dalam
bentuk tabel berikut:
Tabel Deskripsi data hasil Pree-test kecepatan
lari 1600 meter
Kelompok
Statistik
Nilai
Nilai Terendah
8.21
Kelompok 1
Nilai Tertinggi
11,05
(interval
Rata-Rata
9,87
training)
Simpangan Baku
0,72
Nilai Terendah
8,24
Kelompok 2
Nilai Tertinggi
10.45
(continuous
Rata-Rata
9,71
running)
Simpangan Baku
0,64

Berdasarkan tabel dan diagram


diatas dapat dilihat bahwa hasil dari preetest kecepatan lari 1600 meter pada
kelompok 1 yang berjumlah 10 orang
dengan klasifikasi umur 13 sampai 15
tahun seperti yang telah dijabarkan pada
lampiran diperoleh hasil kecepatan
terendah 11.05 dan kecepatan tertinggi
8.21 dengan rata-rata 9,87 serta simpangan
baku sebesar 0,72.
Sedangkan pada kelompok 2 hasil
dari pree-test kecepatan lari 1600 meter
yang berjumlah 10 orang dengan
klasifikasi umur 13 sampai 15 tahun
diperoleh hasil kecepatan terendah 10.45
dan kecepatan tertinggi 8.24 dengan ratarata 9,71 serta simpangan baku sebesar
0,64.
Deskripsi Data Post-Test
Dibawah ini merupakan deskripsi
data hasil Post-test kelompok 1 dan
kelompok 2 yang diperoleh dari hasil lari
1600 meter. Adapun rangkuman hasil
analisis data secara keseluruhan akan
disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel Deskripsi data hasil Post-test kecepatan l
ari 1600 meter
Kelompok
Statistik
Nilai
Nilai Terendah
8,12
Nilai Tertinggi
10,55
Kelompok 1
(interval training) Rata-Rata
9,16
Simpangan Baku
0,67

Kelompok 2
(continuous
running)

Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-Rata
Simpangan Baku

8,2
10,28
9,1
0,64

Berdasarkan tabel dan diagram


diatas dapat dilihat bahwa hasil dari posttest kecepatan lari 1600 meter pada
kelompok 1 yang berjumlah 10 orang
dengan klasifikasi umur 13 sampai 15
tahun seperti yang telah dijabarkan pada
lampiran diperoleh hasil kecepatan
terendah 10,55 dan kecepatan tertinggi
8.12 dengan rata-rata 9,16 serta simpangan
baku sebesar 0,67.
Sedangkan pada kelompok 2 hasil
dari pree-test kecepatan lari 1600 meter
yang berjumlah 10 orang dengan
klasifikasi umur 13 sampai 15 tahun
diperoleh hasil kecepatan terendah 10,28
dan kecepatan tertinggi 8.2 dengan ratarata 9,1 serta simpangan baku sebesar 0,64.
Uji Prasyarat Analisis Data
Uji Normalitas Data Hasil Pree-test
Dalam penelitian ini
untuk
mengetahui
kenormalan
pada
tiap
kelompok dengan menggunakan uji
normalitas. Pengujian normalitas data
dilakukan terhadap hasil kecepatan lari
1600 meter. Hasil pengujian tersebut
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.2.1 Uji Normalitas Nilai Pree-test
Kelompo Jumla
Lo
Lt
Keteran
k
h
gan
pesert
a tes
Kelompok
10
0.16 0,25
Normal
1
4
8
(interval
training)
Kelompok
10
0.23 0,25
Normal
2
6
8
(continuo
us
running)

Berdasarkan tabel pada taraf


signifikan
, dapat dilihat bahwa
Lhitung < Ltabel untuk kedua kelompok. Yaitu
0,164 < 0,258 untuk kelompok 1 dan 0,236

< 0,258 untuk kelompok 2. Maka dapat


disimpulkan bahwa kedua kelompok yang
digunakan berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Pree-test
Selanjutnya
dilakukan
uji
homogenitas variansi terhadap populasi
dengan menggunakan uji Bartlett (lihat
pada lampiran 3). Hasil dari uji
homogenitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel Uji Homogenitas Hasil Pree- Test
Kelompok Jumla Varian Xhit Xtabel
h
s (S)
ung
( =0,05
Sampe
)
l
Kelompok
10
0,725
1
(interval
training)
0,0
3,84
34
Kelompok
10
0,645
2
(continuou
s running)

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa Xhitung


= 0,034
Xtabel = 3,84. Karena Xhitung <
Xtabel maka dapat disimpulkan bahwa 2
kelompok tersebut memiliki variansi yang
homogen pada taraf kepercayaan 95%.
Uji Normalitas Data Hasil Post-test
Dalam penelitian ini
untuk
mengetahui
kenormalan
pada
tiap
kelompok dengan menggunakan uji
normalitas. Pengujian normalitas data
dilakukan terhadap hasil kecepatan lari
1600 meter. Hasil pengujian tersebut
disajikan pada tabel berikut:
Tabel Uji Normalitas Nilai Post-test
Kelo N
S
Lo
Lt
mpok
Kelo
mpok
1
(inter
val
traini
ng)
Kelo

10

0.22
4

9.162
0.669

9.1
0.64

0.2
58

Kete
rang
an
Nor
mal

mpok
2
(conti
nuous
runni
ng)

10

116

015
6

0.22
7

0,2
58

Nor
mal

Berdasarkan tabel pada taraf


signifikan
, dapat dilihat bahwa
Lhitung < Ltabel untuk kedua kelompok. Yaitu
0,224 < 0,258 untuk kelompok 1 dan
0,227 < 0,258 untuk kelompok 2. Maka
dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
yang digunakan sebagai sampel untuk
mendapatkan hasil post-test berdistribusi
normal.
Uji Homogenitas Post-test
Selanjutnya
dilakukan
uji
homogenitas variansi terhadap sampel
yang terjabar pada lampiran 9. Hasil dari
uji homogenitas dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.2.4 Uji Homogenitas Hasil Post- Test
Kelompok
N
Varians Xhitung Xtabel
(S)
( =0,05)
Kelompok 1 10
0,669
(interval
training)
0,005
3,84
Kelompok 2 10
0,640
(continuous
running)

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa Xhitung


= 0,005
Xtabel = 3,84. Karena Xhitung <
Xtabel maka dapat disimpulkan bahwa 2
kelompok tersebut memiliki variansi yang
homogen pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil Analisis Data
Hasil Data Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum dilakukan uji perbedaan
dengan uji-t terlebih dahulu tes awal yang
mempunyai kemampuan setara dipasangpasangkan menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok 1 dan kelompok 2. Dalam
penentuan
kelompok,
kelompok
1
mendapat perlakuan latihan Interval
Training dan kelompok 2 mendapat
perlakuan latihan Continuous Running
dengan cara rangking dan dikelompokkan
dengan menggunakan ordinal pairing.

10

Hasil pree-test kelompok 1 dan kelompok


2 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel Rangkuman Hasil Pree-test Kelompok 1
dan Kelompok 2
Kelompok
N
thitung
ttabel
Kelompok 1
(interval
10
training)
9.872
4,36
1,83
Kelompok 2
(continuous
10
running)
9.706

Dari rangkuman hasil pree-test


pada kelompok 1 yang berjumlah 10 orang
diketahui memiliki rata-rata sebesar 9,872
sedangkan kelompok 2 yang berjumlah 10
orang diketahui memiliki rata-rata sebesar
9,706. Pada taraf signifikansi 95%
diperoleh nilai thitung sebesar 4,36
sedangkan nilai ttabel sebesar 1,83, berarti
thitung lebih besar dari ttabel. Dengan
demikian dapat disimpulkan sampel
sebelum diberi perlakuan antara kelompok
1 dan kelompok 2 memiliki perbedaan.

Preetest
Posttest

10
10

9,87
2
9,16
2

0,43

4,78

1,8
3

Dari rangkuman hasil pree-test


pada kelompok 1 yang berjumlah 10 orang
diketahui memiliki rata-rata sebesar 9,872
sedangkan pada post-test memiliki ratarata sebesar 9,162 dan standar deviasi
sebesar 0,43. Pada taraf signifikansi 95%
diperoleh nilai thitung
sebesar 4,78
sedangkan nilai ttabel sebesar 1,83, berarti
thitung lebih besar dari ttabel. Dengan
demikian dapat disimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan dari hasil latihan
interval training pada kelompok 1.
Hasil Uji hipotesis pree-test dan post-test
kelompok 2
Tabel Rangkuman Hasil uji hipotesis Pree-test
dan Post-test Kelompok 2 (continuous running)
thit
Tes
N
Md
ttabel
ung

Hasil Data Sesudah Diberi Perlakuan


Setelah
melakukan
latihan
(treatment) selama 6 minggu dengan
intensitas pertemuan 3 kali dalam
seminggu, kemudian diadakan tes ahir
untuk mendapatkan hasil post-test guna
untuk membuktikan apakah latihan yang
diberikan telah menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan daya
tahan aerobik dengan kecepatan lari 1600
meter. Maka dicari dengan meggunakan
uji-t antara pree-test dan post-test pada
masing-masing kelompok. Adapun hasil
uji hipotesis dengan menggunakan uji-t
untuk mengetahui peningkatan hasil
setelah diberikan perlakuan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Hasil Uji hipotesis pree-test dan post-test
kelompok 1
Tabel Rangkuman Hasil uji hipotesis Pree-test
dan Post-test Kelompok 1 (interval training)

Tes

Md

thitung

ttab
el

Preetest
Posttest

10

9,701
0,61

10

5,5
4

1,83

9,10

Dari rangkuman hasil pree-test


pada kelompok 2 yang berjumlah 10 orang
diketahui memiliki rata-rata sebesar 9,701
sedangkan pada post-test memiliki ratarata sebesar 9,1 dan standar deviasi sebesar
0,61. Pada taraf signifikansi 95% diperoleh
nilai thitung sebesar 5,54 sedangkan nilai
ttabel sebesar 1,83, berarti thitung lebih besar
dari ttabel. Dengan demikian dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang
signifikan dari hasil latihan continuous
running pada kelompok 2.
Hasil Uji Perbedaan Post-test Antar
Kelompok
Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil latihan pada kelompok 1
dan kelompok 2 setelah diberikan
perlakuan dapat dilihat dari hasil post-test
kedua kelompok yang diuji menggunakan

11

uji-t. Adapun hasil dari penghitungannya


dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3.3 Rangkuman Hasil Perbedaan Posttest Antar Kelompok
Kelompok
N
Md thitung ttabel
Kelompok 1
(interval
training)
10 9,16
0,36
3,6
1,83
Kelompok 2
(continuous 10
running)
9,1

Dari rangkuman hasil post-test


antar kelompok diketahui memiliki ratarata sebesar 9,16 pada kelompok 1
sedangkan pada hasil post-test kelompok 2
memiliki rata-rata sebesar 9,1 dan standar
deviasi sebesar 0,36. Pada taraf
signifikansi 95% diperoleh nilai thitung
sebesar 3,6 sedangkan nilai ttabel sebesar
1,83, berarti thitung lebih besar dari ttabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada post-test antara kelompok 1
dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang
signifikan.
Perbedaan Persentase Peningkatan
Setelah diberikan perlakuan latihan
Interval training pada kelompok 1 dan
latihan continuous running pada kelompok
2 yang kemudian dilakukan penghitungan
presentase peningkatan latihan. Untuk
mengetahui kelompok mana yang memiliki
presentase peningkatan latihan yang lebih
baik, diadakan penghitungan perbedaan
presentase peningkatan masing-masing
kelompok. Adapun nilai perbedaan
peningkatan latihan kecepatan lari 1600
meter kelompok 1 dan kelompok 2 adalah
sebagai berikut:
Tabel Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai
Perbedaan Presentase Peningkatan Kecepatan
Lari 1600 Meter pada Kelompok 1 dan
Kelompok 2
Kelom
pok

Kelom
pok 1
(interv
al
trainin

10

RataRata
Preetest

Ratarata
Post-test

Selisih

Presenta
se
Peningk
atan

9,9

9,16

0,74

7,5%

g)
Kelom
pok 2
(contin
uous
runnin
g)

10

9,7

9,1

0,6

6,2%

Berdasarkan tabel diatas dapat


diketahui bahwa kelompok 1 memiliki
peningkatan kecepatan pada lari jarak 1600
meter sebesar 7,5%, sedangkan kelompok
2 memiliki peningkatan kecepatan pada
lari jarak 1600 meter sebesar 6,2%.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kelompok 1 memiliki presentase
peningkatan kecepatan lari jarak 1600
meter lebih besar daripada kelompok 2.
Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisis data hasil
penelitian diperoleh perbedaan daya tahan
aerobik antara kelompok 1 yang diberi
perlakuan interval training dan kelompok
2 yang diberi perlakuan continuous
running.
pembagian
kelompok
menggunakan teknik ordinal pairing.
Selama proses penelitian yang berlangsung
selama kurang lebih 42 hari dengan preetest, yaitu pemain di tes dengan lari 1600
meter dari hasil tes tersebut terlihat daya
tahan aerobik pemain masuk di rata-rata
katagori kurang. Hal ini disebabkan tidak
adanya latihan daya tahan yang baik saat
berlatih sepakbola. Pemberian perlakuan
selama 6 minggu dengan frekuensi
pertemuan sebanyak 3 kali semingggu
sebanyak 16 kali pertemuan memberikan
pengaruh terhadap peningkatan daya tahan
aerobik
terhadap
kedua
kelompok
penelitian. Setelah diberikan perlakuan
kemudian dilakukan post-test yang sama
dengan pree-test sebelumnya dari hasil
data post-test dapat dilihat peningkatan
daya tahan aerobik pemain sepakbola MTs
Raudhatul Iman masuk di rata-rata katagori
sedang.
Maka dikarenakan pengaruh dari
perbedaan perlakuan yang diberikan,
terutama dari perlakuan latihan fisik yang

12

dilakukan
secara
teratur
dapat
meningkatkan kapasitas kerja fisik untuk
daya tahan pemain, daya tahan aerobik
kelompok 1 sebelum diberi perlakuan
latihan interval training memiliki rata-rata
9,87 menit. Setelah diberi perlakuan
latihan interval training daya tahan
kelompok 1 memiliki rata-rata 9,16 menit.
Sedangkan daya tahan aerobik kelompok 2
sebelum diberikan perlakuan continuous
running memiliki rata-rata 9,71 menit.
Setelah diberikan perlakuan continuous
running memiliki rata-rata 9,10 menit.
Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa
akibat aktivitas dari
latihan tersebut
berpengaruh dalam meningkatkan daya
tahan aerobik pada siswa ekstrakurikuler
MTs Raudhatul Iman, apabila daya tahan
aerobik
meningkat
seperti
yang
dikemukakan Hidayat, (2014: 59). Hasil
yang dicapai adalah: jantung menjadi lebih
kuat, sehingga darah dapat dipompa lebih
banyak. Pembuluh nadi akan bertambah
lebar, sehingga banyak darah melaluinya.
Sel darah merah akan meningkat
jumlahnya sehingga oksigen bertambah.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa Kelompok 1 memiliki
presentase peningkatan kecepatan lari 1600
meter sebesar 7,5% sedangkan kelompok 2
memiliki nilai presentase peningkatan
kecepatan lari 1600 meter sebesar 6,2%,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelompok 1 memiliki peningkatan
kecepatan lari 1600 meter lebih baik
daripada kelompok 2.
Latihan interval training terbukti
dapat memberikan rangsangan yang lebih
baik dalam meningkatkan kecepatan lari
1600 meter daripada latihan continuous
running.
Latihan
interval
training
meningkat kemampuan gerakan tubuh
untuk meningkatkan kecepatan lari 1600
meter yang pada ahirnya berpengaruh pada
peningkatan daya tahan aerobic. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan
bahwa latihan interval training lebih baik
pengaruhnya terhadap peningkatan daya

tahan aerobic pada siswa ekstrakurikuler


sepak bola MTs Raudhatul Iman
Kabupaten
Tebo,
dapat
diterima
kebenarannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang
dilakukan,
maka
hipotesis
yang
dikemukakan
dapat
diterima
kebenarannya. Dengan demikian dapat
disimpulkan terdapat perbedaan pengaruh
latihan inerval training dan continuous
running terhadap daya tahan peningkatan
aerobic pada siswa ekstrakurikuler sepak
bola MTs Raudhatul Iman Kabupaten Tebo
dengan t hitung lebih besar dari t table.
Latihan interval training lebih baik
pengaruhnya terhadap peningkatan daya
tahan aerobic pada siswa ekstrakurikuler
sepak bola MTs Raudhatul Iman
Kabupaten Tebo, hal ini dapat dibuktikan
dengan presentase peningkatan pada
kelompok 1 (interval training) sebesar
7,5% sedangkan pada kelompok 2
(continuous running) hanya mengalami
peningkatan sebesar 6,2%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian telah
yang
diperoleh,
maka
penulis
mengemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Latihan interval training maupun
latihan continuous running dapat
digunakan sebagai variasi latihan
untuk meningkatkan daya tahan
aerobic
pada
ekstrakurikuler
sepakbola, karena kedua latihan
tersebut
sama-sama
memberikan
pengaruh peningkatan yang signifikan.
2. Dalam upaya meningkatkan daya
tahan aerobik pada ekstrakurikuler
sepak bola memilih menggunakan
latihan interval training, karena
latihan interval training memberikan
presentase peningkatan yang lebih

13

baik daripada
running.

latihan

continuous

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,

Suharsimi. 2013. Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. PT.
Rineka
Cipta.Jakarta
Arsil & Adnan, Aryadi. 2010. Evaluasi
pendidikan
jasmani
dan
olahraga,
Wineka Media.
Malang
Cook, 2009. Drills Sepakbola Untuk
Pemain Muda Usia 12-16
Tahun. PT. Indeks. Jakarta
Giriwijoyo, Y.S. Santoso & Sidik, Dikdik
Zafar. 2013. Ilmu faal olahraga
fisiologi olahraga. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Harsono. 1988. Coaching danAspek-aspek
Psikologis dalam Coaching.
Tambak Kusuma. Jakarta
Hidayat, Syarif. 2014, Pelatihan olahraga
teori dan metodologi, Graha
Ilmu. Yogyakarta
Hadi, Sutrisno. (1989). Metodologi
Research Jilid I & II.
Yogyakarta : Andi Offset.
Luxbacher.
2012.
Sepakbola.
PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta
M.Sajoto.
1988.
Peningkatan
&
pembinaan kekuatan kondisi
fisik dalam olahraga. Dahara
Prize. Effhar Offset. Semarang
M.Sajoto.
1995.
Peningkatan
&
pembinaan kekuatan kondisi
fisik dalam olahraga. Dahara
Prize. Semarang
Nugroho. 1996. Orkes Intisari Materi Ilmu
Pengetahuan Olahraga Dan
Kesehatan. CV.Aneka. Solo
Nurhasan.2001. Tes dan Pengukuran
dalam Pendidikan Jasmani :
Prinsip-prinsip
dan
Penerapannya.
Direktorat
Jenderal Olahraga.Jakarta

2002. Dasar Dasar


Keplatihan.
Universitas
Terbuka. Jakarta
Sukendro & Rasyono. 2016. Fisiologi Dan
Latihan Olahraga, Gembiran
UH
V/45,
Pandeyan
Umbulharjo. Yogyakarta
Sugiyono. (2013). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sucipto,dkk
(2000).
Sepakbola
Dapartement Pendidikan Dan
Kebudayaan
Sardjono.(1979).
Gerak
Dasar
Sepakbola Jakarta: Rosda
Suhendro.

Sukadiyanto. (2010). Pengantar Teori Dan


Metodologi Melatih. Bandung:
CV Lubuk Agung
Sudjana. (2005). Metode Statistika Edisi
Ke-6. Bandung: Tarsito

Anda mungkin juga menyukai